Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

PEMASAKAN VARIASI Na2CO3 DAN PENGELANTANGAN VARIASI


Na2CO3 KAIN WOL

1. MAKSUD DAN TUJUAN


1.1. Maksud dilakukannya praktikum ini adalah :
a. Menghilangkan kotoran berupa lemak, malam, lilin yang
terdapat pada kain wol dengan menggunakan Na 2CO3.
b. Menghilangkan warna alami dari pigmen pigmen yang terdapat
pada kain wol dengan menggunakan hydrogen peroksida.
1.2. Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah :
a. Mencari konsentrasi optimum pemasakan wol dengan
Na2CO3 pada waktu tertentu.
b. Membandingkan dan menganalisa hasil praktikum
pemasakan kain wol dengan menggunakan Na2CO3.
c. Mencari konsentrasi optimum pengelantangan wol dengan
hydrogen peroksida pada waktu tertentu.

2. TEORI DASAR
A. Wol
Wol adalah serat tekstil yang diperoleh dari domba dan hewan
tertentu lainnya, termasuk kasmir dari kambing, mohair dari kambing,
qiviut dari muskoxen, angora dari kelinci, dan jenis-jenis wol dari
camelids. Wol memiliki beberapa ciri-ciri khas yang membedakannya dari
rambut atau bulu biasa: berkerut, dan elastis. Pada umumnya, serat
domba ini berwarna putih krem tetapi beberapa jenis domba tertentu juga
menghasilkan warna alami lainnya seperti coklat, silver, hitam, dan juga
campuran. Wol berbeda dengan serat lain karena struktur kimianya.
Struktur kimia ini mempengaruhi tekstur, elastisitas, dan formasi
kerutannya. Wol merupakan serat protein, yang terdiri dari lebih dari 20
asam amino. Asam amino ini membentuk polimer protein. Wol juga
mengandung sejumlah kecil lemak, kalsium dan sodium.

B. Pemasakan

Pemasakan adalah merupakan bagian dari proses


persiapanpencelupan dan pencapan. Dengan proses pemasakan bagian
dari komponen penyusun serat berupa minyak-minyak, lemak, lilin,
kotoran-kotoran yang larut dan kotoran-kotoran kain yang menempel
pada permukaan serat dapat dihilangkan. Apabila komponen-
komponen tersebut dapat dihilangkan maka proses selanjutnya
seperti pengelantangan, pencelupan, pencapan dan sebagainya dapat
berhasil dengan baik.

Serat-serat alam seperti kapas, wol dan sutera Mengandung


komponen banyak sekali dan merupakan bagian serat yang tidak

1
murni, komponen yang tidak murni ini perlu dihilangkan dengan
proses pemasakan, sedangkan pada serat buatan, kemurnian
seratnya lebih tinggi sehingga fungsi pemasakan dapat disamakan
dengan pencucian biasa, untuk mengilangkan kotoran-kotoran
pada kain.

1. Zat-zat Pemasak

Pada dasarnya proses pemasakan serat-serat alam dilakukan


dengan alkali seperti natrium hidroksida (NaOH), natrium carbonat
(Na2CO3) dan air kapur, campuran natrium carbonat dan sabun,
amoniak dan lain-lain. Sedangkan pemasakan serat buatan (sintetik)dapat
dilakukan dengan zat aktif permukaan yang bersifat sebagai pencuci
(detergen).
Kotoran-kotoran yang terdapat pada serat wol dapat dibedakan antara
lain :
- Kotoran luar yang berbentuk rumput-rumputan yang kering, biji-
bijian, kotoran lain yang bersifat selulosa, tanah kering, debu dan
kotoran lainnya. Kotoran luar ini tidak dapat dihilangkan dengan
cara mekanik, untuk menghilangkannya perlu proses kimia yang
disebut proses karbonisasi, yaitu proses pengarangan
(pengkarbonan) kotoran luar dengan asam kuat, misalnya asam
chlorida dan asam sulfat.
- Kotoran alam yang berupa lemak-lemak yang timbul bersamaan
tumbuhnya rambut wol. Wol dengan cepat akan dirusak oleh alkali
kuat dan sangat sensitif terhadap suhu.
Proses pemasakan wol dilakukan dengan menggunakan zat-zat
pemasak yang bersifat alkalis lemah misalnya soda abu, amoniak, atau
amonium karbonat dengan suhu pengerjaan 40 45 0C. Zat pemasak
biasanya terdiri dari 2 4% sabun dan 2% soda abu yang dihitung dari
berat bahan.
Pada pemasakan wol, adanya tekanan-tekanan mekanik terhadap
wol dalam keadaan basah harus dihindarkan, karena proses tersebut
dapat menimbulkan penggumpalan wol (felting property). Pemasakan
wol dilakukan secara tertahap, yaitu pada seratnya, pada slivernya, dan
pada kainnya. Serat wol sebelum dipintal harus dimasak dulu karena
kadar lemak dan malam yang terdapat pada serat wol besar sekali,
sehingga sulit untuk dipintal.

Pengelantangan

Pengelantangan dikerjakan terhadap bahan tekstil bertujuan


menghilangkan warna alami yang disebabkan oleh adanya pigmen-
pigmen alam atau zat-zat lain, sehingga diperoleh bahan yang putih.
Pigmen-pigmen alam pada bahan tekstil umumnya terdapat pada bahan

2
dari serat-serat alam baik serat tumbuhtumbuhan maupun serat binatang
yang tertentu selama masa pertumbuhan.

Sedangkan bahan tekstil dari serat sintetik tidak perlu dikelantang, karena
pada proses pembuatan seratnya sudah mengalami pemurnian dan
pengelantangan, tetapi untuk bahan tekstil yang terbuat dari campuran
serat sintetik dan serat alam diperlukan proses pengelantangan terutama
prosesnya ditujukan terhadap serat alamnya.

Untuk menghilangkan pigmen-pigmen alam tersebut hanya dapat


dilakukan dalam proses pengelantangan dengan menggunakan zat
pengelantang yang bersifat oksidator atau yang bersifat reduktor.

Pengelantangan dapat dilakukan sampai memperoleh bahan yang putih


sekali, misalnya untuk bahan-bahan yang akan dijual sebagai benang
putih atau kain putih, tetapi dapat pula dilakukan hanya sampai setengah
putih khususnya untuk bahan-bahan yang akan dicelup atau berdasarkan
penggunaan akhirnya.

- Zat Pengelantang

Dalam pertekstilan dikenal dua jenis zat pengelantang yaitu zat


pengelantang yang bersifat oksidator dan yang bersifat reduktor. Zat
pengelantang yang bersifat oksidator pada umumnya digunakan untuk
pengelantangan serat-serat selulosa dan beberapa di antaranya dapat
pula dipakai untuk serat-serat binatang dan seat-serat sintetis. Sedangkan
zat pengelantang yang bersifat reduktor hanya dapat digunakan untuk
pengelantangan serat-serat binatang.

Zat Pengelantang yang Bersifat Oksidator

Zat pengelantang yang bersifat oksidator ada dua golongan, yaitu


yang mengandung khlor dan yang tidak mengandung khlor.

Zat pengelantang oksidator yang mengandung khlor, di antaranya :

- Kaporit (CaOCl2)

- Natrium hipokhlorit (NaOCl)

- Natrium khlorit (NaOClO2)

Zat pengelantang oksidator yang tidak mengandung khlor, di antaranya :

- Hidrogen peroksida (H2O2)

- Natrium peroksida (Na2O2) Natrium perborat (NaBO3)

- Kalium bikhromat (K2Cr2O7)

- Kalium permanganat (KMnO2)

3
Zat Pengelantang yang bersifat reduktor, antara lain :

- Sulfur dioksida (SO2)

- Natrium sulfit (Na2SO3)

- Natrium bisulfit (NaHSO3)

- Natrium hidrosulfit (Na2S2O4)

3. ALAT dan BAHAN


Praktikum I
Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Beaker Glass
b. Gelas ukur
c. Pengaduk Kaca
d. Timbangan Digital
e. Timer
f. Hot Plate
g. Pinset
h. Plastik

Bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Benang wol dengan berat 20 gram.


b. Zat Pembasah
c. Na2CO3
d. Air

Praktikum II

Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :


a. Beaker Glass
b. Gelas ukur
c. Pengaduk Kaca
d. Timbangan Digital
e. Timer
f. Hot Plate
g. Pinset

Bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Benang wol dengan berat 5 gram.


b. Zat Pembasah
c. Hydrogen peroksida 50%
d. Na2CO3
e. Air

4. FUNGSI ZAT

Pemasakan

a. Zat Pembasah :
Menurunkan tegangan permukaan dan memudahkan Bahan
terbasahi.
b. Na2CO3 :
pendispersi dan pengemulsi kotoran hasil reaksi serta
squestering agent untuk melunakkan air proses pemasakan. Soda
kostik mengekstraksi pektin , wax , protein, abu dan kotoran

4
organik lainnya dengan jalan saponifikasi dan diemulsikan menjadi
bentuk yang larut dalam air dengan bantuan detergen / sabun yang
mempunyai daya pendispersi yang kuat.
c. Asam cuka :
Sebagai penetral bahal setelah dimasak.

Pengelantangan

a. Zat pembasah :
Menurunkan tegangan permukaan dan memudahkan bahan
terbasahi.
b. H2O2 :
Sebagai zat pengelantang yang bersifat oksidator dan tidak
mengandung chlor.
c. Na2CO3 :
Sebagai pembawa suasana alkali pada proses
pengelantangan
5. RESEP

Praktikum I
A. Na2CO3` : 0-20 g/ L
B. Pembasah : 1 ml/L
C. Waktu : 30 menit
D. Vlot : 1:20
E. Berat Bahan : 20 gram
Resep Penetralan :
A. Asam cuka : 1 ml/L
B. Suhu : kamar
C. Waktu : 10 menit
D. Vlot : 1 : 20

Praktikum II

A. Na2CO3 : 0-20 g/ L
B. H2O2 50% : 30 g/L
C. Pembasah : 3 g/L
D. Suhu : kamar
E. Waktu : 24 jam
F. WPU : 100%
G. Vlot : 1: 20
H. Berat bahan : 5 gram
Resep penyabunan :
A. Pembasah : 1ml/L
B. Suhu : kamar
C. Vlot : 1:20

6. PERHITUNGAN RESEP

Praktikum I

Berat bahan kering (BK) = 20 gram

Kebutuhan Air = Vlot x BK

= 20 x 20

= 400 g

5
= 400 mL ( air = 1 g/cm3)

Na2CO3 = x Air

= 10/1000 x 400 ml

= 4 gram

Pembasah = x Air

= 1/1000 x 400 ml
= 0.4 gram

Praktikum II

Berat bahan kering (BK) = 5 gram

Kebutuhan Air = Vlot x BK

= 20 x 5

= 100 g

= 100 mL ( air = 1 g/cm3)

H2O2 = x Air

= 10/1000 x 100 ml

= 1 gram

Pembasah = x Air

= 1/1000 x 100 ml
= 0.1 gram

7. CARA KERJA
Pemasakan Praktikum I
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Mencampurkan dan mengaduk ,air, Na2CO3 dan pembasah secara
merata dengan pengaduk kaca pada gelas.
c. Memasukkan bahan kedalam larutan dan diaduk selama 10 menit
kemudian, kemudain memasukan gelas ke dalam panic berisi air
lalu panaskan hingga suhu menjadi 70C.
d. Melakukan pemasakan selama 30 menit pada suhu 70C.
e. Mengeluarkan kain kemudian melakukan pencucian panas pada
suhu 50oC selama 10 menit.
f. Melakukan pencucian dingin selama 10 menit.
g. Melakukan penetralan selama 10 menit.
h. Mengeringkan kain dengan mengangin-anginkan kain di udara
terbuka.
i. Menimbang kain hasil proses dan mencatat bobot kain tersebut/

Pengelantangan Praktikum II
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

6
b. Mencampurkan dan mengaduk semua bahan kimia secara merata
dengan pengaduk kaca selama .
c. Memasukkan bahan kedalam larutan dan diaduk selama 10 menit.
d. Memasukan bahan kedalam pelastik lalu dibacam selama 24 jam.
e. Mengangkat kain dari pelastik bacam kemudian bilas dengan air
panas (70oC) selama 10 menit.
f. Melakukan penyabunan selama 10 menit.
g. Melakukan pencucian dingin selama 10 menit.
h. Mengeringkan kain dengan mengangin-anginkan kain di udara
terbuka.
i. Menimbang kain hasil proses dan mencatat bobot kain tersebut.

8. DIAGRAM ALIR

Praktikum I

o
C Cuci
panas Cuci penetrala
dingin n
70
z
35
Pembasah +

Na2CO3 +
Bahan

5 10 40 50 60 70 80

Waktu
(menit)
Praktikum II
Pembilasan penyabun
o
C Cuci
Pembacam

70

35
Na2CO3 +
Pembasah
+H2O2 +
Bahan
10 1150 116 117 118
0 0 0 0

Waktu
(menit)
9. HASIL PRAKTIKUM
Hasil Pemasakan Praktikum I

Evaluasi kain
Pengurangan Berat Hasil Tes Dengan KI
Na2CO3 Pengurang
Awal Akhir Blanko Hasil
an
0

7
10

15

20

Hasil Analisa Praktikum I


Pengujian
Blanko 0 10 15 20

Handfeel

Daya serap

Hasil Pengelantangan Praktikum II

Evaluasi kain
Pengurangan Berat Hasil Tes Dengan KI
Na2CO3 Pengurang
Awal Akhir Blanko Hasil
an
0

10

15

20

Hasil Analisa Praktikum II


Pengujian
Blanko 0 10 15 20

Daya serap
Derajat
Puth

10. Reaksi kimia yang terjadi

a. Pemasakan

2R COO H + Na2CO3 2R COO Na + H2O + CO2

(lemak) (alkali) (Sabun natrium larut dlm air) (gas CO2)

Reaksi yang terjadi pada proses pemasakan ada lah reaksi


penyabunan

b. Pengelantangan

8
11. DISKUSI

Pada proses pemasakan terjadi kesalahan prosedur dimana pada


konsentrasi Na2CO3 tidak dilakukan pembilasan dengan air panas

Pada proses pengelantangan tidak terjadi masalah sehingga proses


pengelantangan berjalan dengan sesuai diagram alur yang di berikan

12. KESIMPULAN

Pada proses pemasakan dari hasil praktikum yang dilakukan telah


disimpulkan uji praktikum secara optimum pada proses pemasakan terjadi
pada konsentrasi Na2CO3 10 sampai dengan 15 gram/liter. Karena daya
serapnya yang cukup baik terhadap air yang diteteskan pada permukaan
benang wol tersebut.

Pada proses pengelantangan dari hasil praktikum yang dilakukan telah


disimpulsan uji praktikum secara optimum pada proses pengelantangan
terjadi pada konsentrasi Na2CO3 10 sampai dengan 15 gram/liter. Karena
derajat putih yang terlihat dan daya serap terhadap air nya sudah cukup
baik pada benang wol tersebut.

13. DAFTAR PUSTAKA

Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil . 1994. Teknologi Persiapan


Penyempurnaan. Bandung.

www.google.com

9
10
14. LAMPIRAN

PEMASAKAN

Blanko

0 10 15 20

PENGELANTANGAN

Blanko

0 10 15 20

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

11
PENCELUPAN BENANG WOL DENGAN ZAT WARNA REAKTIF VARIASI

Na2CO3 DAN VARIASI Na2SO4

1 MAKSUD DAN TUJUAN


1 Maksud dilakukannya praktikum ini adalah :
Melakukan Proses pewarnaan pada benang wol dengan

menggunakan zat warna reaktif dengan menggunakan metode

perendaman (exhaust).
2 Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah :
a Menguji kelayakan zat warna yang dipakai.
b Membandingkan dan menganalisa hasil praktikum

pencelupan.

2 TEORI DASAR

Zat Warna reaktif

Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan
reaksidengan serat (ikatan kovalen) sehingga zat warna tersebut
merupakan bagiandari serat. Zat warna reaktif yang pertama
diperdagangkan dikenal dengannama Procion. Zat warna ini terutama
dipakai untuk mencelup serat selulosa,serat protein seperti wol dan
sutera dapat juga dicelup dengan zat warna ini.Selain itu serat poliamida
(nilon) sering juga dicelup dengan zat warna reaktifuntuk mendapatkan
warna muda dengan kerataan yang baik.

Nama dagang zat warna reaktif adalah :

- Procion (I.C.I)

- Cibacron (Ciba Geigy)

- Remazol (Hoechst)

- Levafix (Bayer)

- Drimarine (Sandoz)

- Primazine (BASF)

Sifat sifat

Zat warna reaktif termasuk golongan zat warna yang larut dalam air.
Karena mengadakan reaksi dengan serat selulosa, maka hasil pencelupan
zat warnareaktif mempunyai ketahanan luntur yang sangat baik.
Demikian pula karenaberat molekul kecil maka kilapnya baik.

12
Berdasarkan cara pemakaiannya, zat warna reaktif digolongkan menjadi
dua golongan, yaitu :

1. Zat warna reaktif dingin

Yaitu zat warna reaktif yang mempunyai kereaktifan tinggi, dicelup pada
suhu rendah. Misalnya procion M, dengan sistem reaktif dikloro triazin.

2. Zat warna reaktif panas

Yaitu zat warna reaktif yang mempunyai kereaktifan rendah, dicelup pada
suhu tinggi. Misalnya Procion H, Cibacron dengan sistem reaktif mono
kloro triazin, Remazol dengan sistem reaktif vinil sulfon.

Di dalam air, zat warna reaktif dapat terhidrolisa, sehingga sifat


reaktifnyahilang dan hal ini menyebabkan penurunan tahan cucinya.

Pencelupan

Pencelupan merupakan proses pemberian warna secara merata

pada seluruh permukaan bahan. Proses pencelupan terdiri dari

melarutkan atau mendispersikan zat warna dalam air atau media lain

kemudian memasukkan bahan tekstil kedalam larutan tersebut sehingga

terjadi penyerapan zat warna kedalam serat.

Pada umumnya proses pencelupan dapat dilakukan dengan dua

cara, yaitu :

a Secara Exhaust / Perendaman


Cara ini berdasarkan perbandingan larutan celup (Vlot) dan

dilakukan pada bak, haspel atau mesin Jigger


b Secara Pading / Benam Peras
Cara ini berdasarkan proses penyerapan basah (Wet Pick Up / WPU)

dilakukan pada mesin Padding atau thermosol.


Tahap-tahap dalam proses pencelupan yaitu :
a Difusi zat warna dalam larutan
Zat warna dalam larutan selalu bergerak, pada suhu tinggi gerakan

molekul akan semakin cepat . Ada dua kemungkinan yang akan

terjadi yaitu zat warna oleh serat akan ditarik atau ditolak, karena

itu penambahan zat pembantu akan mendorong zat warna untuk

lebih mudah mendekati serat.


b Adsorpsi zat warna ke permukaan serat

13
Zat warna mempunyai gaya-gaya untuk mengatasi gaya tolak dari

permukaan serat, sehingga molekul zat warna tersebut dapat

terserap menempel pada permukaan serat.


c Penetrasi atau difusi zat warna dari permukaan serat ke pusat serat
Tahap ini merupakan tahap yang terpenting dalam pencelupan.

Pada tahap ini proses berjalan lambat, biasa dipakai ukuran untuk

mementukan kecepatan celup.

3 ALAT dan BAHAN


Praktikum I
Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
a Beaker Glass
b Gelas ukur
c Pengaduk Kaca
d Timbangan Digital
e Timer
f Hot Plate
g Pinset
h Termometer

Bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :

a Benang wol dengan berat 10 gram.


b Zat Warna reaktif
c Zat Pembasah
d Na2SO4
e Na2CO3
f Air

4 FUNGSI ZAT
a Zat Warna Reaktif
b Zat Pembasah : Menurunkan tegangan permukaan dan

memudahkan
Bahan terbasahi.
c Na2SO4 : mempermudah zat warna masuk kedalam serat
d Na2CO3 : sebagai pembawa sauna na alkali dalam proses

pencelupan

5 RESEP
Praktikum I
A Zat Warna reaktif : 1 % (BB)
B Pembasah : 0.5 g/L
C Na2SO4 : 15 g/L
D Waktu : 30 Menit
E Vlot : 1:20
F Berat Bahan : 10 g
G Suhu : 100oC
H pH : Netral

Praktikum II

A Zat Warna reaktif : 2 % (BB)


B Pembasah : 0.5 g/L
C Na2SO4 : 0 5 10 15 20 g/L
D Na2CO3 : 15 g/L
E Waktu : 30 Menit

14
F Vlot : 1:20
G Berat Bahan : 10 g
H Suhu : 100oC
I pH : Netral

6 PERHITUNGAN RESEP

Praktikum I

Berat bahan kering (BK) = 10 gram

Kebutuhan Air = Vlot x BK

= 20 x 10

= 200 g

= 200 mL ( air = 1 g/cm3)

1 gram
Zat Warna Direk 1% = 100 ml x Berat Bahan

1 gram
= 100 ml x 10 g

= 0.1 gram

15 gram
Na2SO4 = 1000 ml x Air

15 gram
= 1000 ml x 200 mL

= 3 gram

0.5 gram
Pembasah = 1000 ml x Air

0.5 gram
= 1000 ml x 200 ml

= 0.1 gram

Praktikum II

Berat bahan kering (BK) = 10 gram

15
Kebutuhan Air = Vlot x BK

= 20 x 10

= 200 g

= 200 mL ( air = 1 g/cm3)

2 gram
Zat Warna Direk 2% = 100 ml x Berat Bahan

2 gram
= 100 ml x 10 g

= 0.2 gram

5 gram
Na2SO4 5 g/L = 1000 ml x Air

5 gram
= 1000 ml x 200 mL

= 1 gram

15 gram
Na2CO3 = 1000 ml x Air

15 gram
= 1000 ml x 200 mL

= 3 gram

0.5 gram
Pembasah = 1000 ml x Air

0.5 gram
= 1000 ml x 200 ml

= 0.1 gram
7 CARA KERJA
Praktikum I
a Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b Mencampurkan dan mengaduk zat warna, pembasah dan air 100

mL secara merata dengan pengaduk kaca.


c Memasukkan bahan kedalam larutan dan diaduk selama 15 menit.

16
d Menambahkan Na2SO4 dan 100 mL air, kemudian memanaskan

larutan tersebut beserta bahan hingga mencapai suhu 80 oC


e Mengaduk larutan beserta bahan tersebut selama 30 menit pada

suhu 80oC.
f Membuang larutan tersebut kemudian menggantinya dengan air

sebanyak 200 mL pada suhu ruang (pembilasan).


g Mengaduk bahan dalam air tersebut selama 10 menit.
h Mengeluarkan bahan dari larutan tersebut kemudian

mengeringkannya dengan cara diangin-anginkan pada udara

terbuka.
i Mengamati warna pada bahan hasil praktikum.

Praktikum II

a Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


b Mencampurkan dan mengaduk zat warna, pembasah, alkali

(Na2CO3) dan air 100 mL secara merata dengan pengaduk kaca.


c Memasukkan bahan kedalam larutan dan diaduk selama 15 menit.
d Menambahkan Na2SO4 dan 100 mL air, kemudian memanaskan

larutan tersebut beserta bahan hingga mencapai suhu 80 oC


e Mengaduk larutan beserta bahan tersebut selama 30 menit pada

suhu 80oC.
f Membuang larutan tersebut kemudian menggantinya dengan air

sebanyak 200 mL pada suhu 70oC (pembilasan).


g Mengaduk bahan dalam air tersebut selama 10 menit.
h Mengeluarkan bahan dari larutan tersebut kemudian

mengeringkannya dengan cara diangin-anginkan pada udara

terbuka.
i Mengamati warna pada bahan hasil praktikum.

17
8 DIAGRAM ALIR

Praktikum I

C
1
0 Pembilasa
Garam + Pengerin
gan

3
0
Pembasah
+Zat

Warna +

1 30 6 6 75
5 0 5
Waktu
(menit)

Praktikum II

o
C

10
0 Pembilasa
Garam + Pengering

30

Pembasah
+Zat

Warna +

15 30 6 6 75
9 HASIL PRAKTIKUM
0 5
Pencelupan praktikum 1
Waktu
(menit)

18
Evaluasi kain
Na2CO3

0
10
20

Hasil Analisa Praktikum Pemasakan


Pengujian
Blanko 0 10 20

Pencelupan praktikum 2

Evaluasi kain
Na2CO3

0
10
20

Hasil Analisa Praktikum Pemasakan


Pengujian
Blanko 0 10 20

10 REAKSI KIMIA YANG TERJADI

11 DISKUSI
Terjadi kesalahan prosedur pencelupan dikarenakan tidak diberikan

larutan asam (HCl atau H2SO4) agar zat warna masuk kedalam serat.
12 KESIMPULAN
Tidak didapatkan hasil yang optimum dikarenakan pengerjaan yang

tidak sesuai prosedur atau kesalahan prosedur dalam proses

pencelupan.

13 LAMPIRAN

19
PENCELUPAN praktikum 1

Blanko

0 10 20

PENCELUPAN praktikum 2

Blanko

0 10 20

20

Anda mungkin juga menyukai