Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
karunianya-lah sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum laboratorium Perkerasan
di Laboratorium Perkerasan Aspal Polteknik Negeri Medan dengan baik.

Adapun tujuan pelaksanaan Praktikum ini adalah agar Mahasiswa dapat mengetahui
karakteristik aspal dan permasalahannya ,serta untuk mengetahui secara detail bagaimana
karakteristik dari bahan capuran aspal panas terhadap penggunaanya dalam konstruksi jalan raya,
baik mutu, kualitas, komposisi, campuran, maupun teknis pelaksanaannya, sehingga pada
saatnya nanti dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi di lapangan.

Pada kesempatan ini pula, saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
Laboratorium dan Asisten Laboratorium Perkerasan Aspal Politeknik Negeri Medan yang telah
membantu, membimbing dan mengarahkan kami serta bersikap bijaksana dalam pelaksanaan
praktikum sampai penyelesaian laporan.

Kami sadar bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif (membangun) demi kesempurnaan hasil
praktikum ini.
Akhirnya, semoga Laporan Praktikum Uji Bahan Konstruksi ini dapat menambah
pengetahuan di Bidang Teknik Sipil bagi kita semua.

Medan,1 januari 2014

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengetahuan tentang bahan bangunan khususnya bangunna jalan raya merupakan sangat
penting bagi mereka yang berkecimpung didunia konstruksi. Pengetahuan tentang bahan
bangunan ini meliputi : macam macamnya, sifat - sifatnya, bahan dasrnya, cara
memproduksinya, syarat syarat yang harus dipenuhi pengunaan dalam konstruksi perkerasan
jalan.

Aspal merupakan salah satu bahan yang sering digunakan dalam pembutan konstruksi
perkerasan jalan khusunya pada lapis permukaan karena kelebihan yang dimilikinya antara lain,
memiliki sifat elastis bila menerima beban kendaraan, memiliki skin resistence, mampu manhan
bising, dan nyaman.

Sehinnga untuk mendapatkan sifat yang diinginkan dari aspal tersebut maka, perlu
dilakukan perencanaan cmapuran. Untuk mendapatkan persentase agregat dan aspal yang
digunakan dalam aspal tersebut. Dalam melakukan perencanaan campuran diperlukan data
karakteristik dari bahan penyusun agar diperoleh hasil komposisi yang tepat.

Penggunaan bahan bangunaan ini haruslah proporsional dengan katalain adanya kesesuaian
pelaksanaan dengan perencanaan. Hal ini gunannya untuk menghindari kesalah dalam proses
pelaksanaan sehingga umur rencana jalan tersebut tidak sesuai dengan umur rencana. Untuk
menghasilkan suatu campuran aspal panas yang bekualitas perlu diadakan Pemeriksaan terhadap
bahan bahan penyususunan campuran tersebut. Mengingat banyaknya hal yang memungkinkan
dapat mempengaruhi kualitas dari campuran aspal panas maka pemilihan bahan dan cara
pengujiaan tidaklah mudah untuk dikerjkan dalam hal ini kualitas dan faktor ekonomis dari
bahan harus diperhatikan.
1.2. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup pembahasan pada laporan ini adalah sebagai berikut :
Pegujian agregat :

1. Pemerikasaan analisa saringan CA

2. Pemerikasaan analisa saringan MA

3. Pemerikasaan analisa saringan FA

4. Pemerikasaan analisa saringan Filler

5. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat CA

6. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat MA

7. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat FA

8. Pemeriksaan flakines dan elongasion

9. Pemeriksaan agregat impact value

10. Pemeriksaan keausan agegat dengan mesin Lost Angeles

11. Pemeriksaan kesetaraan pasir

12. Pemeriksaan kadar lumpur

Pengujian aspal antara lain :

1. Pemeriksaan berat jenis aspal

2. Pemeriksaan penetrasi aspal

3. Pemeriksaan titik leleh aspal

4. Pemeriksaan kehilanangan berat aspal

5. Pemeriksaan kelektan aspal pada agegat


Perancangan campuran ;

1. Penggabungan campuran dengan cara diagonal

2. Pembuatan benda uji Marshall

3. Pengujian density benda uji Marshall

4. Pengujian stabilitas dan flow benda uji Marshall

Kualiti control:

1. Pengujian core driil

2. Pengujian kadar aspal dengan ekstraksi

3. Pengujian analisa saringan hasil ekstraksi

1.3. Tujuan Dan Manfaat

Adapun tujuan dan mamfaat dari pengujian diats adalah sebagai berikut :

1. Agar dapat menambah wawasan mahasiswa agar lebih memahami karakterisrik bahan
campuran aspal panas.

2. Untuk mengetahui secara detail bagaimana karakteistik dari bahan capuran aspal panas
terhadap penggunaanya dalam konstruksi jalan raya, baik mutu, kualitas, komposisi, dan
campurannya.

3. Agar mahasiswa dapat menentukan apakan bahan campuran aspal panas tersebut memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan sehingga mampu mengambil keputusan layak atau tidaknya
bahan tersebut untuk digunakan dalam campuran aspal panas.
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1. Standart Yang Digunakan

1. SNI (Standar Nasional Indonesia),

2. AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Officials),

3. ASTM (AmericanSociety for Testing and Materials),

4. dan standar lainnya yaitu sebagai berikut :

5. SNI 03-2417-1991 : Metoda pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

6. SNI 03-4141-1996 : Metoda pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan No.
200 (0,075 mm)

7. SNI 03-1968-1990 : Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan kasar

8. SNI 03-4428-1997 : Metode pengujian agregat halus atau pasir yang mengandung bahan
plastis dengan cara setara pasir

9. SNI 03 -4141-1996 : Metode pengujian gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah
dalam agregat

10. SNI 03-1969-1990 : Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

11. SNI 03-1970-1990 : Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus

12. SNI-06-2439-1991 : Metode pengujian kelekatan agregat terhadap aspal

13. Pennsylvania DoT Test : Determining the percentage of crushed fragments in No. 261 gravel

14. AASHTO TP-33 : Test procedure for fine aggregate angularity

15. BS 812-1975 : Pemeriksaan kepipihan dan kelonjongan agregat

16. SNI 06-2456-1991 : Penetrasi

17. SNI 06-2434-1991 : Titik lembek

18. SNI 06-2432-1991 : Daktilitas

19. SNI 06-2438-1991 : Kelarutan dalam C2HCl3

20. SNI 06-2433-1991 : Titik nyala


21. SNI 06-2488-1991 : Berat jenis

22. SNI 06-2441-1991 : Kehilangan berat

23. SNI 06-2456-1991 : Penetrasi setelah kehilangan berat

24. SNI 06-2432-1991 : Daktilitas setelah kehilangan berat

25. SNI 06-2434-1991 : Titik lembek setelah RTFOT

26. SNI 03-6411-2000 : Temperatur pencampuran dan pemadatan

27. SNI 06-2439-1991 : Kadar air

28. SNI-06-2489-1991 : Pengujian campuran beraspal dengan alat Marshall

29. AASHTO T164-1990 : Quantitative extraction of bitumen fro, bitumen paving mixes

30. AASHTO T166-1988 : Bulk spesific gravity of compacted bituminous mixes

31. AASHTO T168-1955 : Sampling for bituminous paving mixture

32. AASHTO T209-1990 : Maximum spesific gravity of bituminous paving mixtures

33. ASTM C-1252-1993 : Uncompacted void content of fine aggregate (as influenced by particle
shape, surface texture, and grading)

34. BS 598 Part 104 (1989) : Procedure used in the refusal density test

2.2. Agregat
Agregat / batuan didefenisiskna secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras dan
penyal. (solid) ATM (1974) mendefenisikan batuan sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral
padat, berupa masa berukuran besar maupun berupa fragmen fragmen (39)Agregat/batuan
merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90 95% agregat
berdasarkan persentase berat atau 75 85 % agregat berdasrkan persentase volume. Dengan
demikian daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat
dan hasil campuran agregat dengan material lain.

1. Klasifikasi Agregat

A. Ditinjau dari asl kejadiannya agegat batuan dapat dibedakan atas batuan beku, batuan
sediment dan batuan matamorf. Batuan Beku Batuan yang berasal dari magma yang mendingin
dan membeku. Dibedakan atas batuan beku luar (extrusive igneous rock) dan batuan beku dalam
(intrusive igneous rock). Batuan beku luar dibentuk dari material yang kelua dari permukaan
bumi di saat gunung merapi meletus. Akibat pengaruh cuaca mengalami pendinginaan dan
membeku. Umumnya berbutir halus seperti batu apug, andesit, baslt oksidian dll. Batuan beku
dalam dibentuk dalam dibentuk dari magma yng tidak dapat keluar ke permukaan bumi. Magma
mengalami pendinginan dan membeku secara perlahan- lahan, bereksur kasar dan dapat ditemui
dipermukaan bumi karena proses erosi dan gerakan bumi. Batuan beku jenis ini antara lain
granit, gabbro, diorite dll.

Batuan Sedimen Sedimen dapat berasal dari campuran partikel maineral, sisa hewan dan
tanaman. Pada umunya merupakan lapisan lapisan pada kulit bumi, asil endapat di danau, laut
dst. Berdasarkan cara pembentuknya batuan sedimen dapat dibedakan atas. Batuan sedimen yang
dibentuk secara mekanik seperti breksi, kongongmerat, batu pasir, batu lempung. Batuan ini
banyak mengandung silika. Batuan sidimen yang dibentuk secara organis seperti batu gamping ,
batu bara dll

Batuan sedimen yang dibentuk secara kimiawi seperti batu gamping, garam, gips, flint.

Batuan Metamorf Berasal dari batuan sedimen ataupun batuan beku yang mengalami
proses perubhan bentuk akibat adanya perubahan tekanan dan temperatur dari kulit bumi.
Berdasarkan strukturnya dapat dibedakan atas batuan metamorf yang masif seperti marmer,
kwarsif dan batuan metamorf yang berfoliasi/ berlapis seperti batu sabak, filit dan sekis.

B. Berdasarkan Proses Pengolahannya Agregat yang dipergunakan pada perkerasan lentur dapat
dibedakan atas agregat alam, agregat yang mengalami proses pengolahan terlebih dahulu, dan
agregat buatan.

2.3. Bahan Campuran Beraspal Panas

Umum Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.
Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat,
dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam campuran
beraspal diperoleh dari friksi dan kohesi dari bahan-bahan pembentuknya. Friksi agregat
diperoleh dari ikatan antar butir agregat (interlocking), dan kekuatannya tergantung pada gradasi,
tekstur permukaan, bentuk butiran dan ukuran agregat maksimum yang digunakan. Sedangkan
sifat kohesinya diperoleh dari sifat-sifat aspal yang digunakan. Oleh sebab itu kinerja campuran
beraspal sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat dan aspal serta sifat-sifat campuran padat
yang sudah terbentuk dari kedua bahan tersebut. Perkerasan beraspal dengan kinerja yang sesuai
dengan persyaratan tidak akan dapat diperoleh jika bahan yang digunakan tidak memenuhi
syarat, meskipun peralatan dan metoda kerja yang digunakan telah sesuai. Berdasarkan
gradasinya campuran beraspal panas dibedakan dalam tiga jenis campuran, yaitu campuran
beraspal bergradasi rapat, senjang dan terbuka. Tebal minimum penghamparan masing-masing
campuran sangat tergantung pada ukuran maksimum agregat yang digunakan. Tebal padat
campuran beraspal harus lebih dari 2 kali ukuran butir agregat maksimum yang digunakan.
Beberapa jenis campuran aspal panas yang umum digunakan di Indonesia antara lain:
- AC (Asphalt Concrete) atau laston (lapis beton aspal)

- HRS (Hot Rolled Sheet) atau lataston (lapis tipis beton aspal)

- HRSS (Hot Rolled Sand Sheet) atau latasir (lapis tipis aspal pasir)

Laston (AC) dapat dibedakan menjadi dua tergantung fungsinya pada konstruksi perkerasan
jalan, yaitu untuk lapis permukan atau lapisan aus (AC-wearing course) dan untuk lapis pondasi
(AC-base, AC-binder, ATB (Asphalt Treated Base)). Lataston (HRS) juga dapat digunakan
sebagai lapisan aus atau lapis pondasi. Latasir (HRSS) digunakan untuk lalu-lintas ringan
( < 500.000 ESA). Dalam pasal ini dijabarkan mengenai bahan campuran beraspal, yaitu aspal
dan agregat.

2.4. Aspal

Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan yang bersifat
viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan
sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat menyelimuti dan menahan
agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan masa pelayanannya. Pada dasarnya
aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang disebut bitumen, oleh sebab itu aspal sering
disebut material berbituminous. Umumnya aspal dihasilkan dari penyulingan minyak bumi,
sehingga disebut aspal keras. Tingkat pengontrolan yang dilakukan pada tahapan proses
penyulingan akan menghasilkan aspal dengan sifat-sifat yang khusus yang cocok untuk
pemakaian yang khusus pula, seperti untuk pembuatan campuran beraspal, pelindung atap dan
penggunaan khusus lainnya. 9 dari 197.

2.4.1. Sumber aspal

Aspal merupakan suatu produk berbasis minyak yang merupakan turunan dari proses
penyulingan minyak bumi, dan dikenal dengan nama aspal keras. Selain itu, aspal juga
terdapat di alam secara alamiah, aspal ini disebut aspal alam. Aspal modifikasi saat ini
juga telah dikenal luas. Aspal ini dibuat dengan menambahkan bahan tambah ke dalam
aspal yang bertujuan untuk memperbaiki atau memodifikasi sifat rheologinya sehingga
menghasilkan jenis aspal baru yang disebut aspal modifikasi.

2.4.1.1 Aspal hasil destilasi

Minyak mentah disuling dengan cara destilasi, yaitu suatu proses dimana berbagai fraksi
dipisahkan dari minyak mentah tersebut. Proses destilasi ini disertai oleh kenaikan
temperatur pemanasan minyak mentah tersebut. Pada setiap temperatur tertentu dari
proses destilasi akan dihasilkan produk-produk berbasis minyak

2.4.1.2. Aspal keras

Pada proses destilasi fraksi ringan yang terkandung dalam minyak bumi dipisahkan
dengan destilasi sederhana hingga menyisakan suatu residu yang dikenal dengan nama
aspal keras. Dalam proses destilasi ini, aspal keras baru dihasilkan melalui proses
destilasi hampa pada temperatur sekitar 480C. Temperatur ini bervariasi tergantung
pada sumber minyak mentah yang disuling atau tingkat aspal keras yang akan
dihasilkan. Ilustrasi skematik penyulingan minyak mentah dan produk-produk yang
dihasilkannya.

Anda mungkin juga menyukai