Anda di halaman 1dari 35

Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan

organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik lainnya. Kompos yang
digunakan sebagai pupuk disebut pupuk organik karena penyusunnya terdiri
dari bahan-bahan organik.

Berikut ini adalah proses pembuatan kompos dengan menggunakan cara


yang praktis:

Bahan yang diperlukan:


Bahan organik sisa-sisa pertanian, misal: jerami, tongkol batang jagung,
rumput dan kotoran ternak yang telah dibasahi.

Cara membuat kompos:

1. Potong-potong bahan organik diatas (kecuali kotoran ternak) sehingga


berukuran kecil

2. Setelah itu, tumpuk dan taruh rumput di bagian atas. Buat tumpukan
setebal 15 cm

3. Taruh kotoran ternak yang telah dibasahi pada bagian paling atas
tumpukan

4. Lakukan menggunakan cara yang sama sampai semua bahan habis.

5. Tumpuk semuanya sampai mencapai ketinggian maksimal 1,2 m

6. Jaga kelembaban dalam tumpukan bahan agar tetap lembab dan tidak
becek

7. Apabila pengomposan berlangsung baik, pada minggu ke 3-4 akan


terjadi kenaikan suhu. Gunakan tongkat kayu untuk mengetahui telah
terjadi kenaikan suhu dengan cara menusukkan tongkat kayu tersebut
ke dalam tumpukan kompos kemudian tarik dan lihat ujung
tongkatnya, apakah sudah terasa lembab dan hangat. Bila iya, berarti
proses pengomposan berjalan dengan normal dan baik. Jika ujung
tongkat terasa kering, segera siramkan air ke dalam kompos. Bila
ujung tongkat terasa dingin, berarti pengomposan gagal dan harus
diulang kembali pembuatannya dari awal.

8. Setelah terjadi kenaikan suhu, maka suhu akan mengalami penurunan.


Pada saat inilah tumpukan kompos harus dibalik.
9. Sebulan setelah terjadi penurunan suhu dan kompos telah dibalik,
maka kompos telah jadi dan siap dipakai

10. Kompos yang baik adalah yang sudah cukup mengalami


pelapukan dan dicirikan oleh warna yang sudah berbeda dengan warna
bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan sesuai suhu
ruang. Proses pembuatan dan pemanfaatan kompos dirasa masih perlu
ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan secara lebih efektif, menambah
pendapatan peternak dan mengatasi pencemaran lingkungan.
11.
Manfaat kompos organik diantaranya adalah
1) memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan
2) memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak
berderai
3) menambah daya ikat tanah terhadap air dan unsur-unsur hara tanah
4) memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah
5) mengandung unsur hara yang lengkap, walaupun jumlahnya sedikit
(jumlah hara ini tergantung dari bahan pembuat pupuk organik)
6) membantu proses pelapukan bahan mineral
7) memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia
8) menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan

Beberapa alasan mengapa bahan organik seperti kotoran sapi perlu


dikomposkan sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman antara
lain adalah :
1) bila tanah mengandung cukup udara dan air, penguraian bahan
organik berlangsung cepat sehingga dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman
2) penguraian bahan segar hanya sedikit sekali memasok humus dan
unsur hara ke dalam tanah
3) struktur bahan organik segar sangat kasar dan daya ikatnya
terhadap air kecil, sehingga bila langsung dibenamkan akan
mengakibatkan tanah menjadi sangat remah
4) kotoran sapi tidak selalu tersedia pada saat diperlukan, sehingga
pembuatan kompos merupakan cara penyimpanan bahan organik
sebelum digunakan sebagai pupuk.

Cara pembuatan kompos pupuk organik :


1. Istilah Kompos Hi-grade
Dinamakan kompos organik hi-grade karena mengandung unsur kimia
yang komplit berasal dari campuran kotoran sapi dan urine yang
diaduk secara merata oleh ternak sendiri dengan cara diinjak-injak
sehingga telah mengalami proses dekomposer dengan baik.

2. Bahan dan peralatan


a. Kotoran sapi yang bercampur dengan urine
b. Sekam atau gergajen (limbah gergajian kayu)
c. Kapur bubuk
d. Skop dan saringan
e. Karung plastik
f. Timbangan

3. Cara pembuatan kompos


Pembuatan kompos diawali dengan pengumpulan kotoran sapi dengan
cara pemanenan dari kandang sistem kelompok, dilanjutkan dengan
proses pengolahan menjadi kompos curah, blok, granula dan bokhasi.

a. Pemanenan kompos
Dilakukan setelah ketebalan kotoran sapi dan urine di dalam kandang
kelompok mencapai 25 - 30 cm (1,5 2 bulan)
Pemanenan dilaksanakan sesuai dengan tujuan jenis kompos
organik, yaitu kompos curah, kompos blok, kompos granula dan
bokhasi.

Tidak banyak yang menyadari bila setiap hari kita memproduksi sampah
yang jumlahnya terus meninggi. Dan, kita juga tidak banyak menyadariya
kian hari kian sulit untuk membuang sampah.Bagaimana Cara membuat
pupuk kompos

Karena volume yang terus meninggi, lahan TPA (tempat pembuangan akhir
sampah) cepat habis. Dan untuk memperluasnya tidaklah mudah. Reaksi
warga di sekitar TPA juga keras ketika mendengar ada rencana perluasan.

Mencari lahan TPA baru, terutama di kota-kota besar di Pulau Jawa lebih sulit
lagi. Warga sekitar dengan keras selalu menolaknya. Mereka tidak rela bila
pemukiman berdekatan dengan tumpukan sampah. Ya.. siapa yang mau
hidup di lingkungan yang hampir tiap hari menghirup udara busuk.

Ada satu cara untuk menanggulangi makin menggunungnya sampah. Jika


setiap rumah tangga memanfaatkan sampah organiknya untuk pupuk alami
(kompos) bisa dihitung berapa pengurangan volume sampah yang terjadi.

Cara Membuat pupuk kompos sendiri dari sampah organik tidaklah sulit.
Berikut ini adalah cara membuat pupuk kompos.

1. Kompos Jadi Siap Pakai


Kompos alami banyak terdapat di lahan-lahan yang sebelumnya menjadi
tempat pembangan sampah organik. Untuk mendapatkannya :
1. Gali tumpukan sampah (garbage atau sampah lapuk) yang sudah seperti
tanah
2. Pisahkan dari bahan-bahan yang tidak dapat lapuk
3. Jemur sampai kering, lalu ayak
4. Bubuhkan 50 - 100 gram belerang untuk setiap 1 kg tanah sampah.

Bahan:
1. 2 1 /4 hingga 4 m3 sampah lapuk (garbage)
2. 6,5 m3 kulit buah kopi
3. 750 kg kotoran ternak memamah biak ( 50 kaleng ukuran 20 liter)
4. 30 kg abu dapur atau abu kayu

Cara Membuat
1. Buatlah bak pengomposan dari bak semen. Dasar bak cekung dan
melekuk di bagian tengahnya. Buat lubang pada salah satu sisi bak agar
cairan yang dihasilkan dapat tertampung dan dimanfaatkan.
2. Atau buatlah bak pengomposan dengan menggali tanah ukuran 2,5 x 1 x
1 m (panjang x lebar x tinggi). Tapi hasilnya kurang sempurna dan kompos
yang dihasilkan berair dan lunak.
3. Aduk semua bahan menjadi satu kecuali abu. Masukkan ke dalam bak
pengomposan setinggi 1 meter, tanpa dipadatkan supaya mikroorganisme
aerob dapat berkembang dengan baik. Kemudian taburi bagian atas
tumpukan bahan tadi dengan abu.
4. Untuk menandai apakah proses pengomposan berlangsung dengan balk,
perhatikan suhu udara dalam campuran bahan. Pengomposan yang baik
akan meningkatkan suhu dengan pesat selama 4 - 5 hari, lalu segera
menurun lagi.
5. Tampunglah cairan yang keluar dari bak semen. Siram ke permukaan
campuran bahan untuk meningkatkan kadar nitrogen dan mempercepat
proses pengomposan.
6. 2 - 3 minggu kemudian, balik-balik bahan kompos setiap minggu. Setelah
2 -3 bulan kompos sudah cukup matang.
7. Jemur kompos sebelum digunakan hingga kadar airnya kira-kira 50 -60 %
saja.
8. Kalau di daerah kita tidak tersedia kulit buah kopi, cara ke II dapat
diadaptasi dengan menggantikan kulit buah kopi dengan hijauan seperti
Iamtoro ataulainnya.

2. Kompos Sistem Bogor


Bahan :
1. Sampah mudah lapuk (garbage)
2. Jerami yang sudah bercampur dengan kotoran dan air kencing ternak.
3. Kotoran ternak memamah biak
4. Abu dapur atau abu kayu
Cara Membuat:
1. Timbuni campuran jerami dan sampah setinggi 25 cm di atas bedengan
berukuran 2,5 x 2,5 meter.
2. Timbun lagi campuran kotoran dan air kencing ternak di atas timbunan
tadi tipis-tipis dan merata.
3. Timbun lagi campuran jerami dan sampah-sampah setinggi 25 cm.
4. Tutup lagi dengan campuran kotoran dan kencing ternak.
5. Timbun bagian paling atas dengan abu sampai setebal 10 cm.
6. Balik-balik campuran bahan kompos setelah berlangsung 15 hari, 30 hari
dan 60 hari.
7. Setelah di proses selama 3 bulan kompos biasanya cukup matang.
8. Agar pengomposan berhasil, buatlah atap naungan di atas bedengan
pengomposan sebab air hujan dan penyinaran langsung matahari dapat
menggagalkan proses pengomposan.

3. Kompos Sistem Terowongan Udara


Membuat kompos dengan sistem terowongan udara, yaitu dengan
menumpukkan daun-daun, potongan rumput dan bahan lain di atas segitiga
panjang yang terbuat dari bambu atau kayu.

Bahan :
1. Daun, rumput
2. Sampah organik

Cara membuat:
1. Buat terowongan segitiga.
2. Terowongan udara terbuat dari bambu atau kayu berukuran kira kira :
tinggi 20 cm, panjang 1.5 - 2 meter. Buatlah dua buah dan letakkan
berdampingan.
3. Tumpuklah daun dan bahan yang lain diatas satu terowongan udara &
biarkan yang satunya.
4. Tambahkan bahan & siram dengan air secara teratur setiap hari agar
tumpukan tetap lembab.
5. Setelah bagian bawah mulai menghitam (seperti tanah), baliklah
tumpukan keatas terowongan udara yang satunya. Tumpuk bahan yang baru
di atas terowongan yang lama.
6. Jaga kelembaban tumpukan dengan menyiramnya secara teratur &
biarkan sampai menjadi kompos (kira-kira 6 minggu atau warnanya
kehitaman semua).
7. Setelah bahannya menjadi kompos, bisa digunakan untuk kebun. Ulangi
lagi proses diatas, supaya anda selalu punya kompos.
8. Kompos yang anda buat sendiri ini bisa digunakan untuk kesuburan tanah
dan kesehatan tanaman anda.

4. Kompos Rumah Tangga


Sampah organik secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis
mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses penguraian
ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban.
Makin cocok kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4 6
minggu sudah jadi. Apabila sampah organic ditimbun saja, baru berbulan-
bulan kemudian menjadi kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul
panas krn aktivitas mikroba. Ini pertanda mikroba mengunyah bahan organic
dan merubahnya menjadi kompos. Suhu optimal untk pengomposan dan
harus dipertahankan adalah 45-65C.Jika terlalu panas harus dibolak-balik,
setidak-tidaknya setiap 7 hari.

Bahan :
1. Di dalam rumah ( ruang keluarga, kamar makan ) dan di depan dapur
disediakan 2 tempat sampah yang berbeda warna untuk sampah organic dan
sampah non-organic.
2. Diperlukan bak plastic atau drum bekas untuk pembuatan kompos. Di
bagian dasarnya diberi beberapa lubang untuk mengeluarkan kelebihan air.
Untuk menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup dengan karung goni
atau anyaman bambu.
3. Dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving block, sehingga
kelebihan air dapat merembes ke bawah. Bak pengomposan tidak boleh
kena air hujan, harus di bawah atap.

Cara Membuat :
1. Campur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian sampah coklat.
2. Tambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan
dicampur. Tanah atau kompos ini mengandung mikroba aktif yang akan
bekerja mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak ( ayam
atau sapi ) dapat pula dicampurkan .
3. Pembuatan bisa sekaligus, atau selapis demi selapis misalnya setiap 2
hari ditambah sampah baru. Setiap 7 hari diaduk.
4. Pengomposan selesai jika campuran menjadi kehitaman, dan tidak berbau
sampah. Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan
membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu ke-5
dan ke-6 suhu kembali normal, kompos sudah jadi.
5. Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang kasar. Kompos yang
kasar bisa dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator.
6. Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat
mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat
memperoleh lingkungan yang optimal untuk berkembang biak, ialah
makanan cukup (bahan organic), kelembaban (30-50%) dan udara segar
(oksigen) untuk dapat bernapas.
7. Sampah organic sebaiknya dicacah menjadi potongan kecil. Untuk
mempercepat pengomposan, dapat ditambahkan bio-activator berupa
larutan effective microorganism (EM) yang dapat dibeli di toko pertanian.
Cara Membuat Pupuk Kompos dari Daun Daun Tanaman

Cara Membuat Pupuk Kompos dari Daun Daun Tanaman


Banyak para petani di kampung pinginnya instan , mereka menggunakan
pupuk yang terbuat dari bahan kimia , namun secara tidak langsung mereka
pun membuat sebuah kerusakan yang akan menimbulkan dampak utk
dirinya sendiri, tanah yang telah terkena pupuk kimia kualitas kesuburannya
akan menurun.
Untuk mencegah hal itu, pupuk kompos alami lah yang menjadi solusi
utama.
Cara Membuat Pupuk Kompos dari Daun Daun Tanaman

kumpulkan daun daun gugur , tak hanya daun saja, pokoknya sampah
sampah yang sifatnya dapat terurai (alamiah) dijadikan satu .
pengumpulan nya dijadikan satu, pisahkan dengan sampah sampai
non organik seperti plastik dsb.

Buat lah galian lobang , kemudian masukan semua sampah organik


kedalam lubang galian, kemudian tutuplah lubah tersebut, biarkan
sampah organik terurai untuk beberapa hari.

Selanjutnya setelah beberapa hari penguburan , buka kembali, pupuk


kompos telah jadi, dan bisa digunakan sebagai pupuk tanaman, tomat,
cabe, dsb.

Itulah tadi sedikit uraian singkat mengenai cara membuat pupuk kompos,
dengan membuat pupuk kompos tentunya akan memberikan manfaat ,
manfaat pupuk kompos yang di berikan antara lain :

mengurangi sampah sampah yang merusak pemandangan

dapat menyuburkan tanaman dan juga tanah itu sendiri

salah satu bentuk upayar pelestarian ekosistem lingkungan

meminimalisir polusi udara.

http://cookies.web.id/2012/05/cara-membuat-pupuk-kompos-dari-daun-daun-
tanaman.html
rabu, 27 september 2012. Pukul 10.47 WIB
Laporan Hasil Penelitian Pembuatan Pupuk Kompos

Sri Resky Mordian Azra

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. Atas segala nikmat
yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
hasil penelitian ini sebagaimana mestinya.
Penyelesaian laporan hasil penelitian ini menjadi salah satu tugas
dalam mata pelajaran Biologi. Oleh karena itu, penyusun laporan hasil
penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan para
pembaca tentang beberapa hal yang dibahas dalam makalah ini.
Ucapan terima kasih penulis diucapkan kepada guru pembimbing
yang selalu memberi banyak masukan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik dan juga kepada teman teman yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, meskipun namanya tidak dapat
disebutkan oleh penulis saatu persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum terbilang dalam kata
sempurna karena, keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak
untuk perbaikan pada pembuatan makalah yang selanjutnya.
Akhirnya penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi penulis.

Bantaeng, Maret 2012


Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN
SAMPUL i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR
ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
D. Manfaat Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
3
A. Kajian Pustaka 3
B. Proses Pembuatan 10
BAB III
PENUTUP 11
A. Simpulan 11
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembuatan kompos adalah menumpukkan bahan-bahan organis dan
membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai nisbah C/N
yang rendah (telah melapuk) (Hasibuan, 2006).
Bahan-bahan yang mempunyai C/N sama atau mendekati C/N tanah,
dapat langsung digunakan sebagai pupuk, tetapi bila C/N nya tinggi harus
didekomposisikan dulu sehingga melapuk dengan C/N rendah yakni 10-12
(Rinsemo, 1993).
Dalam pembuatan kompos ini dapat dikemukakan cara-cara Krantz,
Indore, dan Macdonald. Cara Krantz yaitu dengan menggunakan bahan-
bahan mentah (serasah, sampah organic, dll) ditumpuk sampai setinggi 50
cm atau lebih. Kemudian diberi pupuk kandang sebagai aktifator, setelah
beberapa hari temperature mencapai 50oC-60oC, temperatur ini bisa
mematikan kuman-kuman serta biji-biji tanaman pengganggu. Tumpukan
diinjak-injak sehingga keadaan menjadi anaerob, selanjutnya ditambahkan
bahan-bahan mentah sehingga tumpukan mencapai sekitar 80 cm, demikian
seterusnya perlakuan penamabahan dilakukan sampai tumpukan menjadi
tinggi sekitar 1,5 m. kemudian tumpukan harus ditutup dengan lapisan tanah
bagian atasnya, perlakuan demikian untuk mencegah kehilangan N lebih
lanjut dan juga melindungi kompos dari pengaruh teriknya sinar matahari.
Setelah 3 bulan biasanya kompos telah matang dan dapat dipergunakan
(Sutejo, 2002).
Cara Indore yaitu dengan menggunakan bahan-bahan mentah (serasah,
sampah, bahan organik, dll) ditumpuk berlapis-lapis setinggi 60 cm
dengan ukuran panjang, Lebar 2,5 x 2,5 cm. Setiap lapis tingginya sekitar 15
cm, jadi bagi ketinggian 60 cm harus dibuat 4 lapis. Diantara lapisan-lapisan
diberikan pupuk kandang sebagai lapis yang tipis, atau disiram dengan
cairan pupuk kandang. Lakukan perlakuan pembalikan, lapisan-lapisan
kompos itu secara teratur, yaitu pada hari ke15, 30 dan 60. Pembalikan ini
dimaksud untuk meratakan penguraian. Pada pembalikan ini lapisan 1 dan
ke 4 disatukan dan jua lapisan ke 2 dan ke 3 disatukan dan tumpukan ke 1
diletakkan dibawah dan tumpukan ke 2 diatasnya setelah umur kompos 60
hari kedua tumpukan disatukan dan dilakukan pembalikan secara merata.
Agar kompos tetap dalam keadaan anaerob perlu ditempatkan dibawah atap
agar tidak terkena air hujan (Sutejo, 2002).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat merumuskan :
1. Bagaimanakah peranan mikroorganisme dalam proses pembuatan pupuk
kompos?
2. Bagaimanakah proses pembuatan pupuk kompos?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang menjadi acuan penulis untuk membuat
laporan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Mengetahui bagaimana peranan dari mikroorganisme dalam proses
pembuatan pupuk kompos.
2. Mengetahui bagaimana proses pembuatan pupuk kompos.

D. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan laporaan hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, diharapkan
dapat hasil penulisan laporan hasil penelitian ini dapat memberikan
kontribusi teori bagi penulisan laporan hasil penelitian yang lain yang sejenis
dengan judul laporan hasil penelitian ini.

Secara praktis, hasil penulisan makalah ini diharapkan juga dapat


bermanfaat sebagai berikut :

1) Menjadi bahan masukan berbagai pihak dalam menganalisis peranan


mikroorganisme dalam proses pembuatanpupuk kompos..

2) Menjadi sumber acuan bagi masyarakat atau siapapun yang hendak


melakukan penulisaan makalah dan ada kaitannya dengan pengaruh
peranan mikroorganisme dalam proses pembuatan pupuk kompos serta
bagaimana proses pembuatan pupuk kompos.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Pustaka
Pembuatan kompos adalah menumpukkan bahan-bahan organis dan
membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai nisbah C/N
yang rendah (telah melapuk) (Hasibuan, 2006).
Bahan-bahan yang mempunyai C/N sama atau mendekati C/N tanah,
dapat langsung digunakan sebagai pupuk, tetapi bila C/N nya tinggi harus
didekomposisikan dulu sehingga melapuk dengan C/N rendah yakni 10-12
(Rinsemo, 1993).
Dalam pembuatan kompos ini dapat dikemukakan 3 cara yaitu cara
Krantz, Indore, dan Macdonald.
Cara Krantz yaitu dengan menggunakan bahan-bahan mentah (serasah,
sampah organic, dll) ditumpuk sampai setinggi 50 cm atau lebih. Kemudian
diberi pupuk kandang sebagai aktifator, setelah beberapa hari temperature
mencapai 50oC-60oC, temperatur ini bisa mematikan kuman-kuman serta biji-
biji tanaman pengganggu. Tumpukan diinjak-injak sehingga keadaan menjadi
anaerob, selanjutnya ditambahkan bahan-bahan mentah sehingga tumpukan
mencapai sekitar 80 cm, demikian seterusnya perlakuan penamabahan
dilakukan sampai tumpukan menjadi tinggi sekitar 1,5 m. kemudian
tumpukan harus ditutup dengan lapisan tanah bagian atasnya, perlakuan
demikian untuk mencegah kehilangan N lebih lanjut dan juga melindungi
kompos dari pengaruh teriknya sinar matahari. Setelah 3 bulan biasanya
kompos telah matang dan dapat dipergunakan (Sutejo, 2002).
Cara Indore yaitu dengan menggunakan bahan-bahan mentah (serasah,
sampah, bahan organik, dll) ditumpuk berlapis-lapis setinggi 60 cm
dengan ukuran panjang, Lebar 2,5 x 2,5 cm. Setiap lapis tingginya sekitar 15
cm, jadi bagi ketinggian 60 cm harus dibuat 4 lapis. Diantara lapisan-lapisan
diberikan pupuk kandang sebagai lapis yang tipis, atau disiram dengan
cairan pupuk kandang. Lakukan perlakuan pembalikan, lapisan-lapisan
kompos itu secara teratur, yaitu pada hari ke15, 30 dan 60. Pembalikan ini
dimaksud untuk meratakan penguraian. Pada pembalikan ini lapisan 1 dan
ke 4 disatukan dan jua lapisan ke 2 dan ke 3 disatukan dan tumpukan ke 1
diletakkan dibawah dan tumpukan ke 2 diatasnya setelah umur kompos 60
hari kedua tumpukan disatukan dan dilakukan pembalikan secara merata.
Agar kompos tetap dalam keadaan anaerob perlu ditempatkan dibawah atap
agar tidak terkena air hujan (Sutejo, 2002).
Cara Macdonald menggunakan bahan-bahan mentah, (batang-batang
kecil dan daun-daunan, serasah atau sampah tanaman) dimasukkan kedalam
tempat tumpukan bahan-bahan mentah dan mencapai tinggi sekitar 1 m,
setiap 20 cm tinggi tumpukan diberi aktifator misalnya pupuk kandang atau
sayuran yang telah busuk untuk pengembangan bakteri. Didalam tumpukan
itu akan menimbulkan panas, dalam keadaan panas biji-biji tanaman dan
larva hama tanaman dapt terbunuh. Pada waktu kering segera siramkan
cairan pupuk kandang secukupnya dan kemudian tutup kembali. Setelah 2
sampai 3 bulan kompos dapat digunakan (Sutejo, 2002).

1. Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengomposan


Sutanto (2002) menyatakan bahwa dalam proses pengomposan yang
perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
Kelembapan timbunan bahan kompos, berpengaruh terhadap kehidupan
mikrobia, agar tidak terlalu kering atau basah dan tergenang.
Aerasi timbunan, berhubungan erat dengan kelengasan.
Temperatur harus dijaga tidak terlampau tinggi (maksimum 60 0C), dan
juga dilakukan pembalikkan untuk menurunkan temperatur.
Suasana, dalam pengomposan menghasilkan asam-asam organik
sehingga pH turun, untuk itu diperlukan pembalikkan.
Netralisasi keasaman, dapat dilakukan dengan menambah kapur seperti
dolomit atau abu.
Kualitas kompos, dapat diberi pupuk seperti P untuk meningkatkan
kualitas kompos.
Rosmarkam dan Yuwono (2002) menyimpulkan bahwa pengomposan
pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia agar
mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Mikrobia tersebut
adalah bakteri, fungi dan jasad renik lainnya.
Suriawiria (2003) menyatakan bahwa adapun kunci membuat kompos
yang bagus meliputi: rasio karbon/nitrogen, adanya bahan mikroorganisme,
tingkat kelembapan, tingkat oksigen dan ukuran partikel. Dari ketiga
pendapat tersebut faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan adalah
hampir sama.
2. Mikroorganisme Sellulotik (MOS)
Mikroorganisme sellulotik digunakan tujuan utamanya adalah untuk dapat
mempercepat proses pengomposan. Usaha mempercepat proses
pengomposan dapat dilakukan dengan memberikan inokulasi
mikroorganisme selulopati seperti bakteri, fungi dan aktinomisetes yang
dapat meningkatkan kandungan nitrogen dan fosfat (Sutanto, 2002).
Mekanisme pembongkaran sellulosa oleh berbagai mikroorganisme, sama
sekali tergantung atas sifat/keadaan organisme dan kondisi-kondisi
dekomposisi. Contoh pada bakteri aerobik akan menghasilkan CO 2, pigmen-
pigmen tertentu, sejumlah substansi (zat) sel mikrobial, sedangkan bakteri
anaerobik membentuk berbagai asam organik dan alkohol (Sutedjo, dkk,
1996).
Rao (1994) menyimpulkan bahwa dalam kondisi anaerob, dekomposisi
sampah organik terjadi sebagai akibat kegiatan mikroorganisme yang
mesofil dan termofil. Di dalam timbunan kompos, mikroorganisme mesofil
dan termofil (bakteri dan actinomycetes) penting dalam memecahkan
substrat selulosa. Mikrobia ini memecahkan karbohidrat dan protein
kompleks menjadi asam organik dan alkohol.
3. Effective Microorganisme (EM4)
Menurut Anonim (2008) beberapa keuntungan aplikasi effective
microorganisme adalah bahwa EM dapat menekan pertumbuhan
mikroorganisme patogen atau yang merugikan tanah dan tanaman sekaligus
menghilangkan bau yang ditimbulkan dari proses penguraian bahan organik,
meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanaman,
meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang menguntungkan, misalnya
Mycorhiza, Rhizobium, bakteri pelarut fosfat.
EM4 pertanian akan aktif memfermentasi bahan organik (sisa-sisa
tanaman, pupuk hijau, pupuk kandang, dan lain-lain) yang terdapat dalam
tanah. Hasil fermentasi bahan organik tersebut adalah berupa senyawa
organik yang mudah diserap langsung oleh perakaran tanaman misalnya
gula, alkohol, asam amino, protein, karbohidrat, vitamin dan senyawa
organik lainnya (Anonim, 2007).
Mikroorganisme Efektif (EM) merupakan kultur campuran berbagai jenis
mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat,
ragi, aktinomisetes dan jamur peragian) yang dapat dimanfaatkan sebagai
inokulan untuk meningkatkan keragaman mikrobia tanah. Pemanfaatan EM
dapat memperbaiki kesehatan dan kualitas tanah, dan selanjutnya
memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman (Sutanto, 2002).
Disamping itu, menurut Indriani (2007) kompos mempunyai beberapa
sifat yang menguntungkan antara lain: (1) memperbaiki struktur tanah, (2)
memperbesar daya ikat tanah berpasir, (3) menambah daya ikat air pada
tanah, (4) memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah, (5)
mengandung hara yang lengkap, (6) memberi ketersediaan bahan makanan
bagi mikrobia, dan(7) menurunkan aktivitas mikroorganisme yang
merugikan.

4. Pupuk Kandang Kambing


Kadar N dari pupuk kambing adalah tinggi. Kadar airnya lebih rendah
daripada pupuk kandang sapi oleh sebab itu perubahannya berlangsung
cepat seperti pupuk kandang kuda (Sosrosoedirdjo, dkk, 2002).
Kambing atau domba mempunyai kuantitas dan komposisi kotoran segar
yang dikeluarkan ;
hewan kotoran Per % air N P2O5 pon K2O
ton pon
Kambing Cairan 660 - 9,9 0,3 8,4
Domba padat 340 - 10,7 6.7 13,8
Kambing dan domba 0,5 kg/hari, apabila kotoran tersebut
dikomposkan maka akan terjadi penyusutan sekitar 50%. Apabila kmpos
tersebut dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik untuk tanaman
pangan. Takaran pupuk organik sekitar 2 ha, maka luas lahan yang dapat
dipupuk mencapai 7,25 juta ha (Stevenson, 1981).
Kotoran kambing dan biri-biri mempunyai banyak persamaan dan
banyak mengandung N. kadar airnya lebih rendah dari kotoran sapi dan
kerbau. Oleh karena itu perubahan yang terjadi berlangsung cepat dan
hampir sama dengan kotoran kuda, sehingga digolongkan sebagai
pupuk panas (Sosrosoedirdjo, dkk, 1992).
5. Manfaat Kompos Bagi Tanah dan Tanaman
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) sifat baik dari kompos yang
merupakan pupuk organik terhadap kesuburan tanah yaitu dapat
menyediakan unsur hara seperti N, P, K, Ca, Mg, S serta hara mikro dalam
jumlah relatif kecil, dapat mempermudah pengolahan tanah-tanah yang
berat, membuat permeabilitas tanah menjadi lebih baik dan juga dapat
dijadikan sebagai pupuk bagi tanaman.
Pemberian pupuk organik akan menambah unsur hara yang dibutuhkan
dalam pertumbuhan tanaman. Memang persentase unsur hara yang
bertambah dari pupuk organik masih lebih kecil disbanding pupuk organik
secara umum, fungsi pupuk organik adalah sebagai berikut:
1. kebutuhan tanah bertambah. Adanya penambahan unsur hara, humus, dan
bahan organik kedalam tanah menimbulkan efek residual, yaitu berpengaruh
dalam jangka panjang
2. sifat fisik dan kimia tanah diperbaiki. Pemberian pupuk organik
menyebabkan terjadinya perbaikan struktur tanah
3. sifat biologi tanah dapat diperbaiki dan mekanisme jasad renik yang ada
menjadi hidup (Indriani, 2001).
Disamping itu, menurut Indriani (2007) kompos mempunyai beberapa
sifat yang menguntungkan antara lain:
(1) memperbaiki struktur tanah,
(2) memperbesar daya ikat tanah berpasir,
(3) menambah daya ikat air pada tanah,
(4) memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah,
(5) mengandung hara yang lengkap,
(6) memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia, dan
(7) menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan

B. Proses Pembuatan
1. Alat dan Bahan
a. Alat :
Ember dengan tutupnya
Parang/pisau
Genting/batu bata
b. Bahan :
Daun kering
Gula merah
Air
Kotoran hewan
kapur
Dedak
Serbuk gergaji
EM4

2. Langkah Kerja
a. Potonglah daun-daun kering yang telah dikumpulkan menjadi bagian yang
kecil-kecil.
b. Kemudian campurkan dengan serbuk gergaji serta dedak dan koton hewan
dengan perbandingan 1:3.
c. Haluskan gula merah, dan kemudian campurkan dengan air secukupnya.
d. Setelah itu basahilah campuran potongan daun kering tadi dengan air gula
secukupnya.
e. Lubangilah ember yang telah disiapkan dengan beberapa lubang, kemudian
isikan dengan tanah secukupnya, dengan batu merah diatas tanah tersebut.
f. Lalu taburkan kapur yang telah disediakan diatasnya dan masukkan
potongan campuran daun kering tadi diatasnya.
g. Tutplah ember resebut dengan tutup ember tersebut dengan rapat.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pembuatan kompos adalah menumpukkan bahan-bahan organis dan
membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai nisbah C/N
yang rendah (telah melapuk) (Hasibuan, 2006).
Mikroorganisme sellulotik digunakan tujuan utamanya adalah untuk dapat
mempercepat proses pengomposan. Usaha mempercepat proses
pengomposan dapat dilakukan dengan memberikan inokulasi
mikroorganisme selulopati seperti bakteri, fungi dan aktinomisetes yang
dapat meningkatkan kandungan nitrogen dan fosfat (Sutanto, 2002).
Pemberian pupuk organik akan menambah unsur hara yang dibutuhkan
dalam pertumbuhan tanaman. Memang persentase unsur hara yang
bertambah dari pupuk organik masih lebih kecil disbanding pupuk organik
secara umum, fungsi pupuk organik adalah sebagai berikut:
1. kebutuhan tanah bertambah. Adanya penambahan unsur hara, humus, dan
bahan organik kedalam tanah menimbulkan efek residual, yaitu berpengaruh
dalam jangka panjang
2. sifat fisik dan kimia tanah diperbaiki. Pemberian pupuk organik
menyebabkan terjadinya perbaikan struktur tanah
3. sifat biologi tanah dapat diperbaiki dan mekanisme jasad renik yang ada
menjadi hidup (Indriani, 2001).
Disamping itu, menurut Indriani (2007) kompos mempunyai beberapa
sifat yang menguntungkan antara lain:
(1) memperbaiki struktur tanah,
(2) memperbesar daya ikat tanah berpasir,
(3) menambah daya ikat air pada tanah,
(4) memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah,
(5) mengandung hara yang lengkap,
(6) memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia, dan
(7) menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan

B. Saran
Sebaiknya dalam melakukan percobaan dan penelitian melakukan
secara serius dan cermat serta selalu mempertimbangkan dari
kebersihannya.
Dalam melakukan percobaan sebaiknya tetap dalam pengawasan guru
pembimbing, agar hasilnya sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Laporan - Pembuatan PUPUK KOMPOS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampah organik ialah sampah yang berasal dari makhluk hidup seperti
dedaunan dan sampah dapur yang sifatnya mudah terurai secara alami dengan
bantuan mikroorganisme.Beberapa faktor yang mempengaruhi proses
pembentukan kompos seperti bahan baku, suhu, nitrogen dan kelembapan bahan
sampah organik yang berasal dari sisa sayuran dapur lebih cepat terurai dan tidak
berbau. Kandungan C/N bahan dengan C/N tanah harus seimbang. Selain itu
kestabilan suhu harus dijaga, suhu ideal ( 40-50 C). Sementara nitrogen
dibutuhkan oleh bakteri pengahancur untuk tumbuh dan berkembang biak.
Kelembapan dalam timbunan kompos harus diperhatikan dan dijaga
keseimbangannya. Kelembapan yang tinggi menyebabkan volume udara menjadi
berkurang. Sampah merupakan salah satu bentuk konsekuensi aktivitas manusia
yang volumenya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk. Setiap saat
sampah terus bertambah tanpa mengenal hari libur karena manusia secara terus-
menerus akan memproduksi sampah. Sampah selalu menjadi momok menakutkan
akibat dampak negatif yang ditimbulkan. Selain menurunkan higienitas dan kualitas
lingkungan, keberadaan sampah senantiasa menimbulkan problematika sosial yang
cukup pelik diberbagai pihak. Dalam hal ini alam memiliki andil besar dalam
pengolahan sampah secara otomatis terutama sampah organik. Akan tetapi kerja
keras alam dalam pengolahan sampah secara natural sangat tidak berimbang
dibanding berjuta ton volume sampah yang diproduksi. Selain itu sampah tidak
selalu harus dibuang karena dengan sedikit kreatifitas dan kerja keras manusia,
sampah yang tidak layak pakai dapat berubah menjadi barang kaya manfaat.
Beragam jenis sampah, terutama sampah organik dapat dengan mudah dan
sederhana diaplikasikan menjadi bahan olahan. Pengolahan sampah organik dapat
dimulai dari skala rumah tangga, hasil kotoran sampah rumah tangga dapat diolah
menjadi kompos. Dengan adanya pengolahan sampah rumah tangga tentunya akan
meningkatkan kesehatan baik di rumah maupun lingkungan sekitarnya. Pengolahan
sampah merupakan bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat. Untuk mengubah
kebiasaan membuang sampah menjadi mengelola sampah perlu upaya yang
dimulai secara individual di setiap rumah berdasarkan uraian diatas maka pokok
permasalah makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah mengolah sampah organik menjadi kompos

2. faktor apakah yang mempengaruhi pembentukan kompos.

3. bagaimana membuat kompos sampah rumah tangga

1.3 Tujuan Masalah

Untuk menyusun suatu karya ilmiah berdasarkan kajian teori tentang


memanfaatkan sampah organik menjadi hasil olahan kompos atau pupuk.
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

Mengenal Sampah

Sampah bagi setiap orang memang memiliki pengertian yang relatif berbeda
dan bersifat subjektif. Sampah bagi kalangan tertentu bisa menjadi harta berharga.
Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki standar hidup dan kebutuhan suatu bahan
yang dibuang atau terbuang dari sumber hasill aktivitas manusia maupun alam
yang belum memiliki nilai ekonomis.

Secara sederhana, jenis sampah dapat dibagi berdasarkan sifatnya. Sampah


dipilah menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik ialah sampah yang
berasal dari mahluk hidup, seperti dedaunan dan sampah dapur. Sampah jenis ini
sangat mudah terurai secara alami. Sementara itu sampah anorganik adalah
sampah yang tidak dapat terurai seperti plastic dan kelereng.

Pengumpulan sampah organik yang mudah mengurai oleh mikroba dan


membusuk yang dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kompos akan tetapi tidak
semua jenis sampah bisa dijadikan bahan dalam pembuatan kompos. Jenis yang
dipakai ialah sampah organik yang mudah sekali membusuk. Pemilahan dan
penyelesaian sampah merupakan tahapan penting dalam pengolahan sampah
menjadi kompos.

MENGENAL KOMPOS
Menurut Dalzell (1991) kompos adalah hasil penguraian bahan organik oleh
sejumlah mikroorganisme dalam lingkungan yang hangat, basah dan berudara
dengan hasil akhir sebagai humus.

Menurut Indriani (2005) kompos merupakan semua bahan organik yang telah
mengalami penguraian sehingga bentuk dan sudah tidak dikenali bentuk aslinya,
berwarna kehitam-hitaman dan tidak berbau.

Menurut Murbandono (2006) kompos adalah bahan organik yang telah


mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme yang
bekerja di dalamnya, bahan-bahan organik tersebut seperti dedaunan, rumput
jerami, sisa-sisa ranting dan dahan.

Menurut Hadiwiyoto (2000). Kadar unsure hara dalam kompleks sangat rendah,
sehingga penggunaannya lebih bersifat sebagai pengubah sifat tanah. Kompos
mengandung unsure N sebanyak 2%, unsure P sebanyak 0,1-1% dan unsure K
sebanyak 1-2%.

Menurut Murbandono (2006) kompos dikatakan sudah matang apabila bahan


berwarna coklat kehitam-hitaman dan tidak berbau busuk, berstruktur remah dan
gembur (bahan menjadi rapuh dan lapuk, menyusut dan tidak menggumpal),
mempunyai kandungan C/N rasio rendah. Dibawah 20, tidak berbau ( kalau berbau,
baunya seperti tanah ), suhu ruangan kurang lebih 30C, kelembapan dibawah 40
%.

Di dalam timbunan bahan-bahan organik. Pada pembuatan kompos, terjadi aneka


perubahan hayati dilakukan oleh jasad-jasad renik. Hal-hal yang perlu diperhatikan
yaitu penguraian hidratarong, selulosa menjadi CO 2 dan air,terjadi pengikatan
beberapa jenis unsure hara di dalam jasad-jasad renik, terutama nitrogen, fosfor
dan kalium. Unsure-unsure tersebut akan terlepas kembali bila jasad-jasad tersebut
mati.

Banyaknya perubahan yang terjadi dalam timbunan bahan kompos,oleh karena


itu perlu diperhatikan hal-hal dalam pembuatan kompos yaitu persenyawaan zat
arang (C ) yang mudah diubah harus secepat mungkin diubah secara menyeluruh.
Untuk itu, diperlukan banyak udara dalam timbunan bahan kompos. Proses ini dapat
dipercepat dengan campuran kapur dan fosfat atau campuran zat lemas
secukupnya. Zat lemas yang digunakan harus mempunyai perbandingan C/N kecil.
Persenyawaan zat lemas sebagian besar harus diubah menjadi persenyawaan
amoniak, tidak hanya terikat sebagai putih telur di tubuh bakteri. Oleh karena itu
dibutuhkan perbandingan C/N yang baik. Jika perbandingan C/N kecil, akan banyak
amoniak yang dibebaskan oleh bakteri. Nitrat di dalam tanah segera diubah
menjadi niat yang mudah diserap tanaman. Pengomposan dikatakan bagus apabila
zat lemas yang hilang tidak terlalu banyak.

Sisa pupuk sebagai bunga tanah harus diusahakan sebanyak mungkin. Agar
kadar bunga tanah bertambah, diperlukan bahan baku kompos yang banyak
mengandung lignin, misalnya jerami yang berkadar 16-18%. Selain itu
persenyawaan kalium dan fosfor yang berubah menjadi zat yang mudah diserap
oleh tanaman merupakan proses yang baik dalam pengomposan. Dalam proses
pengomposan, sebagian besar kalium. Kalium mudah diserap tanaman. Selain itu
fosfor sebanyak 50-60% yang berbentuk larutan akan mudah diserap tanaman.

Menurut Yuwono ( 2002 ) proses pengomposan dapat berjalan dengan baik


apabila perbandingan antara komposisi C dengan N berkisar antara 25:1 sampai
30:1

PERMASALAHAN SAMPAH

Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu
proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas
manusia. Bagi setiap orang sampah memiliki pengertian yang relative berbeda dan
bersifat subjektif. Bagi beberapa kalangan masyarakat sampah bisa menjadi barang
kaya manfaat. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki standar hidup dan
kebutuhan yang tidak sama.

Namun pada prinsipnya, sampah adalah suatu bahan yang dibuang atau
terbuang dari hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai
ekonomis. Berdasarkan sifatnya sampah dipilah menjadi sampah organik dan
sampah anorganik.
Oleh sebab itu sampah selalu menjadi persoalan rumit terutama masyarakat
yang kurang memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Sampah tidak hanya terdapat
di perkotaan yang padat penduduk, pedesaan lokasi lain pun tidak akan terlepas
dari masalah-masalah sampah.

Sumber permasalahan sampah selalu hadir bukan saja di tempat pembuangan


sampah sementara (TPS) selain itu di tempat pembuangan akhir pun juga (TPA).
Penyebab penumpukan sampah dipengaruhi oleh:

1. Volume Sampah yang sangat besar dan tidak diimbangi oleh daya tampung
tempat pembuangan akhir sehingga melebihi kapasitasnya.

2. Lahan pembuangan akhir menjadi semakin sempit akibat tergusur untuk


penggunaan lain

3. Jarak pembuangan akhir dan pusat sampah relative jauh hingga waktu untuk
mengangkut sampah kurang efektif.

4. Fasilitas pengangkutan sampah terbatas dan tidak mampu mengangkut seluruh


sampah. Sisa sampah di pembuangan sementara akan berpotensi menjadi
tumpukan sampah

5. Teknologi pengolahan sampah tidak optimal sehingga lambat membusuk

6. Sampah yang telah matang dan berubah menjadi kompos, tidak segera
dikeluarkan dari tempat penampungan. Sehingga semakin menggunung

7. Tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah masyarakat sering


membuang sampah di sembarangan tempat sebagai jalan pintas.

8. Kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai pengelolaan dan


pengolahan sampah serta produknya

9. Minimnya pengolahan ataupun edukasi mengenai sampah secara tepat.

10. Manajemen sampah yang tidak efektif yang dapat menimbulkan kesalahpahaman,
terutama bagi masyarakat sekitar.
Berdasarkan jenisnya sampah dibagi menjadi dua jenis, yaitu sampah
anorganik, yaitu sampah yang berasal dari sumber daya alam tak diperbarui seperti
mineral dan minyak bumi. Beberapa dari lahan ini tidak terdapat di alam seperti
plastic dan alumunium. Sebagai zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat
diuraikan oleh alam, sedangkan yang lainnya hanya dapat diuraikan melalui proses
yang cukup lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol kaca,
botol plastik, tas plastik dan kaleng. Kertas, koran dan karton termasuk sampah
organik. Tetapi karena kertas, koran dan karton dapat di daur ulang seperti sampah
anorganik lainnya, maka dimasukkan ke dalam kelompok-kelompok sampah
anorganik.

Sampah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun timbunan dan hewan yang
berasal dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan,rumah tangga.
Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga
sebagian besar merupakan bahan organik. Yang termasuk sampah organik,
misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah dan daun. Sampah
organik tersebut apabila telah mengalami proses pelapukan karena adanya
interaksi mikroorganisme akan menjadi pupuk

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN KOMPOS

Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan


manfaat antara lain menyediakan unsure hara mikro bagi tanaman,
menggemburkan tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah,meningkatkan
daya ikat tanah terhadap air, memudahkan pertumbuhan akar tanaman,
menyimpan air tanah lebih lama, mencegah lapisan kering pada tanah, mencegah
beberapa penyakit akar menjadi salah satu alternative pengganti pupuk kimia
karena harganya lebih murah, berkualitas dan ramah lingkungan, menjadi pupuk
masa depan karena pemakaiannya lebih hemat, bersifat multi lahan karena bisa
digunakan di lahan pertanian, perkebunan dan reklamasi lahan kritis.

Dalam pembentukan kompos ada beberapa faktor yang hanya dipahami yaitu
mulai dari pemilihan sampah organik yang dapat dimanfaatkan akan tetapi tidak
semua sampah organik yang dapat digunakan dalam pembuatan kompos, sebab
bisa menimbulkan bau busuk dan menimbulkan bibit penyakit, oleh karena itu perlu
diperhatikan hal-hal yang harus dihindari seperti daging, tulang, duri-duri ikan,
produk-produk yang berasal dari susu, sisa-sisa makanan berlemak, kulit-kulit keras
biji kenari, kotoran hewan dan rumput liar dengan biji yang matang, namun jika
akan memanfaatkannya juga, maka biji-biji tersebut harus dimatikan dahulu melalui
pemanasan.

Kecepatan suatu bahan menjadi kompos dipengaruhi oleh kandungan C/N,


semakin mendekati C/N tanah maka bahan tersebut akan lebih cepat menjadi
kompos. Tanah pertanian yang baik mengandung perbandingan unsure C dan N
yang seimbang. Bahan-bahan organik tersebut harus dikomposkan terlebih dahulu
sebelum digunakan agar C/N bahan itu menjadi lebih rendah atau mendekati C/N
tanah. Itulah sebabnya bahan-bahan organik tidak bisa langsung dibenamkan dan
membiarkannya terbenam sendiri karena struktur bahan organik tersebut kasar,
daya ikatnya terhadap air amat lemah, sehingga bila langsung dibenamkan ke
tanah, tanah akan menjadi berderai. Hal ini dapat dilakukan bagi tanah yang berat,
akan tetapi akan berakibat buruk bagi tanah yang ringan(pasir) dan akan lebih
buruk lagi pada kawasan tanah yang terbuka. Penimbunan bahan organik begitu
saja di tanah yang kaya udara dan air tidaklah baik karena penguraian terjadi amat
cepat. Akibatnya, jumlah CO2 dalam tanah akan meningkat cepat. Kondisi seperti ini
akan sangat menganggu pertumbuhan tanaman.

Selain kandungan C/N dalam bahan, permukaan bahan juga mempengaruhi


kecepatan pengomposan. Makin halus dan kecil bahan baku kompos maka
peruraiannya akan makin cepat dan hasilnya lebih banyak. Dengan semakin
kecilnya bahan, bidang permukaan bahan yang terkena bakteri pengurai akan
semakin kuat sehingga proses pengomposan dapat lebih cepat. Sebaliknya bila
bahan baku berukuran besar, permukaan yang terkena bakteri lebih sempit
sehingga proses pengomposan lebih lama. Itulah sebabnya bahan baku tersebut
harus dipotong-potong.

Selain itu dalam pembuatan kompos perlu dijaga kestabilan suhu


( mempertahankan panas ) pada suhu ideal (40-50C). Untuk mempertahankan
panas dapat dilakukan dengan menimbun bahan sampai pada ketinggian tertentu,
idealnya 1,25-2m. Timbunan yang terlalu pendek atau rendah akan menyebabkan
panas mudah menguap. Hal ini dikarenakan tidak adanya bahan material yang
digunakan.
Untuk menahan panas dan menghindari pelepasan panas. Suhu yang kurang
akan menyebabkan bakteri pengurai tidak dapat berkembang. Sebaliknya,
timbunan bahan terlalu tinggi bisa membunuh bakteri pengurai. Adapun kondisi
yang kekurangan udara dapat memacu pertumbuhan bakteri anaerob yang
menimbulkan bau tidak enak.

Nitrogen salah satu faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan kompos,


sebab nitrogen dibutuhkan oleh bakteri penghancur untuk tumbuh dan berkembang
baik. Timbunan bahan kompos yang kandungan nitrogennya rendah tidak
menghasilkan panas, sehingga pembusukan bahan-bahan akan terhambat. Oleh
karena itu, semua bahan dengan kadar C/N yang tinggi, misalnya kayu, biji-bijian
yang keras dan tanaman menjalar harus dicampur dengan bahan-bahan yang
berair, pangkasan daun dari kebun dan sampah-sampah lunak dari dapur amat
tepat digunakan sebagai bahan pencampur. Apabila bahan-bahan yang
mengandung nitrogen tidak tersedia bahan kompos bisa ditambah dengan berbagai
pupuk organik (pupuk kandang).

Kelembapan dalam timbunan kompos harus diperhatikan dan dijaga


keseimbangannya. Kelembapan yang tinggi (bahan dalam keadaan becek)akan
mengakibatkan volume udara menjadi berkurang. Makin basah timbunan bahan
maka kegiatan mengaduk harus makin sering dilakukan. Dengan demikian volume
udara terjaga stabilitasnya.

Sampah-sampah hijau umumnya tidak membutuhkan air sama sekali pada awal
pembuatan kompos. Namun pada dahan dan ranting kering serta rumput-rumputan
harus diberi air pada saat membuat timbunan kompos. Secara menyeluruh
kelembapan timbunan harus mencapai 40-60%.

Timbunan kompos akan mulai berasap pada saat panas mulai timbul. Pada saat itu,
bagian tengah akan menjadi kering setelah itu proses pembusukan bisa berhenti
secara mendadak. Untuk mencegahnya, panas dan kelembapan dalam timbunan
bahan perlu dikontrol. Caranya dengan menusukkan tongkat ke dalam timbunan.
Jika tongkat itu hangat dan basah, serta tidak tercium bau busuk berarti proses
pengomposan telah berjalan baik.
Di daerah yang bercuaca kering, timbunan bahan kompos dapat diairi tiap 4-5
hari sekali. Sebaliknya, di daerah yang banyak curah hujannya, timbunan kompos
harus dijaga agar tidak terlalu becek. Usaha yang dapat dilakukan yakni dengan
membuat puncak timbunan menyerupai atap dan agak membulat agar dapat
mengalirkan airnya. Namun, bila hujan tak ada hentinya dan amat deras, timbunan
kompos masih tetap terlalu basah atau becek sehingga bakteri anaerob mulai
tumbuh, maka perlu dilakukan pengadukan setiap hari. Hal ini dapat
mengembalikan keadaan yang normal.

MENGOLAH SAMPAH ORGANIK MENJADI KOMPOS

Dalam pembuatan kompos, hal pertama yang dilakukan yaitu persiapan, baik
bahan maupun tempatnya. Langkah pertama yang harus dipersiapkan yaitu bahan-
bahan organik yang akan dikomposkan dipotong-potong atau dicacah agar proses
pengomposan berlingsung cepat. Selain itu untuk mempercepat pengomposan,
diperlukan dedak halus,gula pasir,mikroorganisme berupa bakteri (EM4),dan
air.Karena bahan-bahan ini akan ditumpuk maka perlu dipersiapkan tempatnya.

Tempat yang sederhana di tanah (bahan ditanam di dalam tanah yang sudah
diisi dalam karung). Untuk menjaga agar tidak tergenang sewaktu hujan, perlu
dibuat bendungan dengan ukuran sesuai kondisi lahan, misal panjang 3 m, lebar1 m
dan tinggi 25-30 cm. Untuk menghindari curah hujan, dapat dibuat naungan dengan
atap dari genting, rumbia atau bahan lainnya

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan pelaksanaan ini yaitu :

Hari/Tanggal : Senin/17 Januari 2011

Waktu : 09.00 wita

Tempat : Kebun percobaan Biologi


3.2 Alat dan Bahan

Alat :

1. Karung

2. Cangkul

3. Ember

Bahan :

1. sampah organik (daun tanaman)

2. dedak halus

3. gula pair

4. bakteri (EM4)

5. air

3.3 Prosedur Kerja

1. Mengumpulkan sampah organik (daun tanaman)kemudian sampah ini dipotong


kecil-kecil

2. Menyiapkan karung plastik yang sudah dilubangi

3. Mencampurkan deak halus dengan cincangan sampah

4. Mencairkan gula pasir serta memasukkan baktei ke dalam air (mencampurkan


cairan gula pasir dan cairan bakteri)

5. Cairan bakteri dan gula pasir disiramkan pada campuran sampah dan dedak
halus.aduk sampai rata,kemudian dimasukkan ke dalam karung dengan kondisi
yang terlindung dari hujan dan sengatan sinar matahari. atau di tanan dalam tanah
dan di tutup hingga rata

6. Dalam waktu 5-8 hari pupuk sudah bisa digunakan


BAB IV

PEMBAHASAN

Sampah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun timbunan dan hewan yang
berasal dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan,rumah tangga.
Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga
sebagian besar merupakan bahan organik. Yang termasuk sampah organik,
misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah dan daun. Sampah
organik tersebut apabila telah mengalami proses pelapukan karena adanya
interaksi mikroorganisme akan menjadi pupuk. Dalam pembuatan kompos, hal
pertama yang dilakukan yaitu persiapan, baik bahan maupun tempatnya. Langkah
pertama yang harus dipersiapkan yaitu bahan-bahan organik yang akan
dikomposkan dipotong-potong atau dicacah agar proses pengomposan berlingsung
cepat. Selain itu untuk mempercepat pengomposan, diperlukan dedak halus,gula
pasir,mikroorganisme berupa bakteri (EM4),dan air.Karena bahan-bahan ini akan
ditumpuk maka perlu dipersiapkan tempatnya.Untuk mendapatkan kompos yang
lebih terjamin keberhasilannya dibutuhkan beberapa langkah yang perlu yaitu
penyusunan pembuatan kompos. Langkah yang pertama yaitu penyusunan
tumpukan bahan kompos. Langkah yang kedua yaitu pemantauan suhu dan
kelembapan tumpukan dari hari keempat hingga hari ke empat puluh, tumpukan
dijaga agar suhunya 45-65C. Dan kelembapannya sekitar 50%. Kelembapan ideal
ditandai dengan bahan yang basah, tetapi tidak ada air yang menetes. Langkah
ketiga yaitu pembalikkan dan penyiraman, pembalikkan tumpukan dilakukan jika
terjadi suhu tumpukkan diatas 65C atau dibawah 45C tumpukkan terlalu basah
atau dibawah 45C tumpukan terlalu basah atau terlalu kering. Apabila suhu masih
45-60C dan kelembapannya 50% tumpukan kompos belum waktunya dibalik.
Langkah keempat yaitu pematangan. Kompos yang matang ditandai dengan suhu
tumpukan yang menurun mendekati suhu ruang, tidak berbau busuk, bentuk fisik
menyerupai tanah dan berwarna kehitam-hitaman. Pemotongan berlangsung
selama 14 hari. Langkah kelima yaitu pengayakan kompos, tujuan dilakukan
pengayakan yaitu agar memperoleh ukuran kompos sesuai yang dikhendaki,
memilah bahan yang belum terkomposkan secara sempurna dan mengendalikan
mutu kompos. Langkah terakhir yaitu pengemasan dan penyimpanan kompos yang
sudah disaring, dikemas kedalam kantung atau karung. Setelah itu disimpan
ditempat yang kering atau diletakan diatas papan.

KESIMPULAN

Setelah dilakukan kajian teori terhadap pokok permasalahan sebagaimana


dikemukakan sebelumnya, dapat diambil suatu kesimpulan:

Upaya menjaga lingkungan sehat bebas dimasalah sampah dimulai dengan


mengubah kebiasaan membuang sampah menjadi mengolah sampah
menjadi kompos. Mengolah sampah organik kompos merupakan proses alami
yang disebabkan oleh mikroorganisme yang ada didalam sampah. Tidak
semua sampah organic bisa diolah menjadi kompos, penting dilakukan
tahapan pemisahan sampah organic supaya dihindari dari sisa daging,
tulang, duri-duri ikan, produk-produk yang berasal dari susu, sisa makanan
berlemak, agar diperoleh hasil olahan kompos kualitas baik yang tidak
berbau.
Pentingnya memperhatikan faktor yang mempengaruhi pembentukan
kompos seperti bahan baku, suhu, nitrogen, kelembapan.

Proses pembuatan kompas sampah rumah tangga di perlukan alat yang


biasanya disebut komposter. Hasil olahan kompos sampah rumah tangga
bermanfaat sebagai pupuk organic bagi tananaman.

Cara Membuat Pupuk Kompos - Salah satu bentuk kepedulian sederhana kita
terhadap lingkungan dapat kita lakukan secara sederhana dengan mengelola
sampah organik rumah tangga menjadi kompos. Kompos dan pupuk kandang
merupakan salah satu pupuk alami yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kesuburan tanah. Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sampah organic
organik. Cara pembuatannya pun tidak terlalu rumit, murah, serta tidak perlu
banyak peralatan atau tempat luas. tidak memerlukan tempat luas dan tidak
memerlukan banyak peralatan dan biaya.

Dengan membuat kompos sendiri ternyata dapat mengurangi masalah


pembuangan sampah dan dapat membuat kompos yang dapat digunakan sendiri
tanpa harus membeli lagi. Kompos mempunyai manfaat untuk memperbaiki
struktur tanah sehingga zat-zat makanan yang diperlukan tumbuhan semakin
tersedia lebih banyak. Selain itu, mikroba yang ada dalam kompos akan membantu
penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman.

Sebelum membuat kompos, ada baiknya mengetahu bagaimana kompos bisa


terjadi? Sampah organik, pada prinsipnya akan mengalami peruraian oleh berbagai
jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur secara alamai. Proses
peruraian ini memerlukan kondisi tertentu yaitu suhu, udara dan kelembaban yang
tepat. Semakin cocok kondisinya, maka semakin cepat pembentukan kompos.
Bahkan hanya dalam kurun waktu 4 6 minggu sudah jadi. Agak sedikit berbeda
dengan penanganan jika sampah organik hanya ditimbun saja. Metode ini
membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menjadi kompos. Hal yang paling
penting dalam proses pengomposan adalah timbulnya panas karena aktivitas
mikroba. Hal ini menandakan bahwa mikroba mengunyah bahan organik dan
merubahnya menjadi kompos. Suhu yang optimal untuk proses pengomposan
adalah 45-65C. Adapun jika terlalu panas maka perlu dibolak-balik minimal setiap 7
hari.

Cara Membuat Pupuk Kompos


Berikut ini dijelaskan cara membuat kompos pada skala rumah tangga yang
dihimpun dari berbagai blog dan forum. Cara membuat ini lebih mengeksplorasi
kepada bagaimana membuat kompos bagi mereka yang tidak mempunyai lahan
yang luas.

1. Sediakan drum atau sejenisnya.


2. Lubangi kecil-kecil bagian dasar drum untuk rembesan air dari sampah.
Untuk menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau
anyaman bambu. Bak pengomposan tidak boleh kena air hujan sehingga sebaiknya
harus dibawah atap. Dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving block,
sehingga kelebihan air dapat merembes ke bawah jangan ditempatkan di tempat
yang kedap air.
3. Masukkan sampah organik ke dalam wadah (drum) setiap hari. Campur 1 bagian
sampah hijau dan 1 bagian sampah coklat.
4. Tambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan
dicampur. Tanah atau kompos ini diharapkan mengandung banyak mikroba aktif
yang bekerja mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak dari ayam
atau sapi dapat pula dicampurkan.
5. Pembuatan bisa dikukan secara sekaligus atau selapis demi selapis misalnya
setiap dua hari ditambah sampah baru. Untuk menghindari terlalu panas maka
setiap 7 hari perlu diaduk.
6. Pengomposan dinyatakan sudah selesai jika campuran menjadi kehitaman dan
tidak berbau sampah. Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja
menguraikan membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu
ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal dan kompos sudah jadi.

Faktor keberhasilan dari pengomposan terletak pada bagaimana cara


mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh
lingkungan yang optimal untuk berkembang biak. Kondisi yang optimal adalah
ketika makanan cukup (cukup tersedia bahan organik), kelembaban (30-50%) dan
udara segar (oksigen) untuk dapat bernapas. Untuk mempercepat pengomposan,
dapat ditambahkan bio-activator berupa larutan effective microorganism (EM) yang
dapat dibeli di toko pertanian.

Semoga artikel Cara Membuat Pupuk Kompos ini bermanfaat

Sumber:http://www.sekolahkampus.com/

Anda mungkin juga menyukai