Pendukung Kakao
Pendukung Kakao
2. KETENTUAN ASURANSI
Maksimum Klaim : 10% dari Total Nilai Pertanggungan, maksimum US$.10,000,000
per perusahaan, maksimum kerugian untuk sekali kejadian
untuk beberapa perusahaan US$. 20,000,000
Resiko sendiri : 15% dari nilai klaim, minimum US$. 50,000 per kejadian
Rate premi : 0.200% hingga 0.235% (tergantung penilaian tingkat resiko)
Kementerian Pertanian
Badan Penyuluhan dan Pengembangan
Sumber Daya manusia Pertanian
Beranda
Organisasi
Kebijakan Penyuluhan
Materi Penyuluhan
Pembinaan dan pemberdayaan pelaku utama dan pelaku usaha dilakukan melalui pendekatan
kelompok sebagai organisasi non formal yang merupakan kelas belajar, wahana kerjasama
dan unit produksi. Pemberdayaan dilakukan agar pelaku utama dan pelaku usaha yang
umumnya memiliki skala usaha kecil dapat bekerjasama meningkatkan usahanya menjadi
lebih besar dan menjadi efisien. Bentuk organisasi pelaku utama dan pelaku usaha didorong
menjadi organisasi formal yang berbadan hukum. Bentuk organisasi dapat berupa
kelembagaan usaha yang berbentuk korporasi antara lain koperasi pertanian (Koptan) dan
perseroan terbatas (PT). Organisasi pelaku utama dan pelaku usaha yang berbadan hukum
akan meningkatkan kepercayaan pihak lain selaku mitra usaha dan meningkatkan akses
terhadap lembaga keuangan/perbankan, lembaga penyedia layanan agribisnis lainnya.
Dibaca: x
Printer-friendly Version
Artikel Terkait
2014
Pusat Penyuluhan Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian
Jl. Harsono RM No.3 Pasar Minggu Jakarta Selatan, Telp/Fax:021-7804386
http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/9081/kelembagaan-
ekonomi-koperasi-bagi-petani-kakao
undefined
Disusun Oleh :
M Guruh Arif Zulfahmi (105040201111091)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a) Agar mahasiswa mengetahui tentang karakteristik usaha tani dan komoditi pertanian
b) Agar mahasiswa mengetahui tentang regulasi pemerintah dalam bidang pertanian
c) Agar mahasiswa mengetahui tentang macam-macam lembaga beserta fungsinya
BAB II
PEMBAHASAN
Lembaga pemasaran juga terlibat dalam mewujudkan peningkatan nilai guna pada
komoditi hasil pertanian. Di antara fungsi pemasaran yang dijalankan adalah :
1. Fungsi pertukaran (exchange function)
Fungsi ini dalam pemasaran hasil usaha tani meliputi fungsi penjualan dan fungsi pembelian.
Dalam melaksanakan fungsi penjualan (baik dari petani kepada kelompok tani atau dari
kelompok tani kepada distributor), selalu memperhatikan kualitas, kuantitas, bentuk, dan
waktu serta harga yang diinginkan konsumen atau lembaga pemasaran yang ada pada tantai
pemasaran berikutnya. Fungsi pembelian dalam pengalihan hak kepemilikan ini diperlukan
untuk memiliki komoditi pertanian yang akan dikonsumsi atau digunakan untuk proses
produksi berikutnya.
2. Fungsi fisik (physical function)
Fungsi fisik ini meliputi kegiatan-kegiatan yang secara langsung diperlukan oleh komoditi
usaha tani, sehingga komoditi ini akan memperoleh tambahan guna tempat dan guna waktu.
Fungsi fisik yang dijalankan dalam pemasaran komoditi adalah fungsi pengangkutan, yaitu
memindahkan komoditi dari daerah surplus (manfaat komoditi rendah) menuju daerah defisit
(manfaat tingg), atau dari produsen menjadi konsumen. Kegiatan dalam fungsi pengangkutan
meliputi perencanaan, pemilihan alat-alat transportasi dalam pemasaran, menghitung resiko
kerusakan, dan keadaan jalan.
3. Fungsi penyediaan fasilitas (facilitating function)
Fungsi penyediaan fasilitas pada hakekatnya adalah untuk memperlancar fungsi pertukaran
dan fisik. Fungsi ini merupakan usaha perbaikan sisten pemasaran guna meningkatkan
efisiensi operasional dan efisiensi penetapan harga. Fungsi ini meliputi standarisasi,
penggunaan resiko, informasi harga, dan penyediaan dana. Standarisasi merupakan salah satu
fungsi penyediaan fasilitas untuk menetapkan grade kriteria kualitas komoditi. Penetapan ini
didasarkan pada karakteristik atau atribut komoditi sehingga kepuasan konsumen dan
efisiensi pemasaran dapat ditingkatkan
c) Koperasi
Koperasi merupakan suatu badan usaha yang tunduk kepada hukum badan usaha atau
perusahaan. Walaupun koperasi merupakan suatu badan usaha, tetapi tidak sama dengan
badan usaha yang berorientasi pada keuntungan atau laba. Dalam koperasi, petani termasuk
ke dalam bagian anggota koperasi kaum produsen, terutama di dalam koperasi usaha tani.
Dalam koperasi usaha tani, kelompok masyarakat yang umum ditemui pada tingkat
pedesaan adalah petani. Petani termasuk kelompok kaum produsen oleh karena pekerjaannya
antara lain membudidayakan tanaman seperti padi, jagung, buah-buah, sayuran, dsb. Bagi
petani, yang menjadi perhatiannya untuk dikoperasikan adalah bagaimana mendapatkan
sarana produksi tepat waktu, lalu bagaimana menjual hasilnya dengan harga yang pantas pada
waktu musim panen.
Begitu pula selanjutnya, bagaimana caranya agar mereka tidak menjadi korban
lintah darat yang setiap peminjaman selalu dibebani bunga yang berat. Untuk memenuhi
keperluan ini, maka jenis koperasi serba usaha adalah jenis usaha yang paling sesuai untuk
petani. Oleh karena itu, pengembangan koperasi unit desa (KUD) baik sekali untuk
dihidupkan di lingkungan ekonominya. Sebagai koperasi ganda usaha, diharapkan agar
koperasi di pedesaan akan dapat melayani berbagai keperluan petani produsen setempat.
Koperasi pertanian beranggotakan petani pemilik tanah, buruh tani, dan orang-orang
yang berkepentingan serta bermata pencaharian yang berhubungan dengan usaha-usaha
pertanian. Tujuan utama dari koperasi ini adalah melakukan kegiatan usaha ekonomi
pertanian. Untuk itu, kegiatan yang dilakukan koperasi pertanian antara lain memberikan
pinjaman modal, menyediakan pupuk, menyediakan pestisida, menyediakan benih dan
peralatan pertanian, memberi penyuluhan teknik pertanian, dan membantu penjualan
penjualan hasil pertanian anggotanya.
d) Lembaga Pendidikan
Sebatas menjadi petani, sesungguhnya tidak terlalu perlu melewati sebuah
pendidikan formal tertentu, apalagi bagi petani kecil di pedesaan yang hidup hanya dengan
lahan terbatas. Para petani di pedesaan, belajar pertanian biasanya melalui cara-cara yang
praktis dan sederhana, meniru orang tua atau para tetangga yang bekerja menjadi petani.
Sementara lainnya, ada orang belajar tentang pertanian melalui sekolah dan universitas, yang
dilaksanakan secara sistematis, mengikuti kurikulum, cara belajar, serta evaluasi.
Budaya bertani, dapat dibangun melalui kedekatan seseorang dengan dunia pertanian
itu sendiri. Selama ini lembaga pendidikan, termasuk lembaga pendidikan tinggi sekalipun,
belum banyak yang mengembangkan usaha ke arah itu. Lembaga pendidikan pertanian atau
fakultas pertanian semestinya tidak berlokasi di tengah kota, melainkan di desa yang
lahannya masih luas. Dengan begitu para siswa atau mahasiswa tidak hanya berwacana atau
membayangkan dunia pertanian, melainkan secara langsung belajar tentang pertanian
sebagaimana anak desa dalam belajar bertani, sehingga selain belajar tentang prinsip, konsep,
dan teori tentang pertanian, mereka juga akan akan belajar dari pengalaman. Akhirnya, selain
mereka akan berhasil mengembangkan ilmu dan keahliannya, maka sekaligus akan
membangun kultur, budaya, atau kecintaan terhadap pertanian. Jika demikian, bidang
pertanian akan menarik, dan sebagai akibatnya, peminat ilmu pertanian di negeri agraris yang
tanahnya luas dan subur ini akan selalu bertambah, sehingga tidak sebagaimana saat ini,
Indonesia sebagai negeri agraris, tapi rakyatnya tidak menyukai pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Angelsen, Brokhaus. 2010. Mewujudkan REDD+ : Strategi Nasional dan Berbagai Pilihan
Kebijakan. Bogor. CIFOR
Bahri, Sjaiful. 2005. Aplikasi Policy Analysis pada Pertanian Indonesia. Jakarta. Yayasan Obor
Indonesia
Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta. Penerbit ANDI
Li, Tania Murray. 1999. Transformin the Indonesian Uplands : Marginality, Power, and Production.
Canada. Overseas Publishers Association
P.H., Sutrisno. 1992. Kapita Selekta Ekonomi Indonesia. Yogyakarta. ANDI
Rahardi, F. 2003. Cerdas Beragrobisnis : Mengubah Rintangan Menjadi Peluang Berinvestasi.
Jakarta. Agromedia Pustaka
Rahoyo, Stefanus. 2007. Laporan Pembangunan Dunia 2008 : Pertanian untuk Pembangunan.
Jakarta. Salemba Empat
SA, Awang., et al. 2008. Panduan Pemberdayaan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).
Jakarta. Harapan Prima
Suharto, Imam. 2009. Komunikasi untuk Inovasi Pedesaan. Yogyakarta. Kanisius
Suyatno, Thomas., et al. 1999. Kelembagaan Perbankan. Jakarta. Gramedia
Todaro, Michael P. 2006. Economic Development. Jakarta. PT Gelora Aksara Pratama
Van Den Ban, A.W., H.S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta. Kanisius
IGNATIUS
Facebook Fans
(1) Pemerintah
Lembaga pemerintah mulai tingkat pusat sampai tingkat daerah, memiliki
wewenang, regulasi dalam menciptakan lingkungan agribinis yang kompetitif
dan adil.
(2) Lembaga pembiayaan
Lembaga pembiayaan memegang peranan yang sangat penting dalam
penyediaan modal investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu sampai hilir.
Penataan lembaga ini segera dilakukan, terutama dalam membuka akses yang
seluas-luasnya bagi pelaku agribisnis kecil dan menengah yang tidak memilki
aset yang cukup untuk digunkan guna memperoleh pembiayaan usaha.
(3) Lembaga pemasaran dan disitribusi
Peranan lembaga ini sebagai ujung tombak keberhasilan pengembangan
agribinis, karena fungsinya sebagai fasilitator yang menghubungkan antara
deficit unit (konsumen pengguna yang membutuhkan produk) dan surplus unit
( produsen yang menghasilkan produk.
(4) Koperasi
Peranan lembaga ini dapat dilihat dari fungsinya sebagai penyalur input-input
dan hasil pertanian. Namun di Indonesia perkembangan KUD terhambat karena
KUD dibentuk hanya untuk memenuhi keinginan pemerintah, modal terbatas,
pengurus dan pegawai KUD kurang profesional.
(5) Lembaga pendidikan formal dan informal
Tertinggalnya Indonesia dibandingkan dengan negara lain, misalnya Malaysia,
lemabaga ini sangat berperan sangat besar dalam pengembagan agribisnis
dampaknya Malaysia sebagai raja komoditas sawit. Demikian juga Universitas
Kasetsart di Thailand telah berhasil melahirkan tenaga-tenaga terdidik di bidang
agribisnis, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya agribisnis buah-buhan dan
hortikultura yang sangat pesat. Oleh karena itu, ke depan pemerintah hanyalah
sebagai fasilitator bukan sebagai pengatur dan penentu meknisme sistem
pendidikan. Dengan demikian diharapkan lembaga pendidikan tinggi akan
mampu menata diri dan memiliki ruang gerak yang luas tanpa terbelenggu oleh
aturan main yang berbelit-belit.
sebagai penggerak
penghimpun
penyalur sarana produksi
pembangkit minat dan sikap
dan lain-lain.
BAB II
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS
KESIMPULAN (KOMENTAR)
Pembangunan pertanian khususnya untuk pengembangan agribisnis masih
berhadapan dengan banyak kendala. Diantaranya adalah :
Ketiga, masih relatif besarnya resiko bagi sektor ini, sebagai akibat musim, hama
penyakit dan ketidakpastian pasar, yang mana tidak dibarengi oleh
kebijaksanaan-kebijaksanaan perlindungan dan bantuan yang sesuai dan pantas
untuk menghadapi resiko-resiko tersebut.
BAB III
Krisis multi dimensi yang tahun 1997-2000 yang melanda Indonesia merupakan
momentum yang sangat baik untuk mengkaji ulang atas strategi pembangunan
yang selama ini dilakukan. Penyebab utama krisis tersebut karena pembangunan
ekonomi tidak bertumpu dan menguatkan fundamen ekonomi Indonesia. Bagi
Indonesia kegiatan yang berbasis pada pemanfaatan sumberdaya hayati yang
dikuasai dan dikelola sebagian besar rakyatlah yang menjadi fundamen
ekonominya. Lebih 95 % pengusaha di Indonesia adalah pengusaha agribinis dan
sekitar 80 % dari jumlah penduduk menggantungkan kehidupan ekinomi pada
sektor ini.
Meminimkan kerugian akibat sebagi akibat radiasi matahari, udara dan air
dengan cara penelolaan iklim mikro, pengelolaan air, dan pengendalian erosi.
KESIMPULAN (KOMENTAR)
Menurut teori ekonomi sederhana, nilai moneter dari suatu produk akan
terbagikan habis (exhausted) kepada pembayaran faktor-faktor produksi yang
terlibat dalam menghasilkan produk yang bersangkutan. Oleh karena itu, agar
manfaat ekonomi dari pembangunan ekonomi daerah dapat dinikmati secara
nyata oleh rakyat daerah yang bersangkutan, maka kegiatan ekonomi yang
dikembangkan dalam pembangunan ekonomi daerah haruslah kegiatan ekonomi
yang mendayagunakan sumber daya yang terdapat atau dikuasai/dimiliki daerah
yang bersangkutan.
Saat ini, sumber daya ekonomi yang dikuasai oleh rakyat di setiap daerah adalah
sumber daya agribisnis, yaitu sumber daya agribisnis berbasis tanaman pangan,
holtikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan. Oleh karena
itu, cara yang paling efektif untuk mengembangkan perekonomian daerah
adalah melalui pengembangan agribisnis. Pengembangan agribisnis yang
dimaksud bukan hanya pengembangan pertanian primer atau subsistem on farm
agribusiness, tetapi juga mencakup subsistem agribisnis hulu (up stream
agribusiness), yaitu industri-industri yang menghasilkan sarana produksi bagi
pertanian primer, seperti industri pembibitan/perbenihan, industri agro-otomotif,
industri agro-kimia, dan subsistem agribisnis hilir (down stream agribusiness),
yaitu industri-industri yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk
olahan beserta kegiatan perdagangannya.
Sumber: Materi ini diperoleh dari Bapak Ismail Rauf Dosen Fekon UNTAD
ISO 9000;2000
Linkwithin
Reaks
i:
2 komentar:
1.
neh hasil penelitian dosen fe-untad, di jadikan materi mata kuliah agribisnis oleh pak
ismail rauf,, berarti sama saja PLAGIAT
Balas
Balasan
1.
Balas
MobGold
Connect With Us
Pages
Beranda
Iklan
Pages
Beranda
Gratisssss.........!!!!!!!!! Klik Iklan dibawah ya......
!
Iklan
Iklan
MobGold
Blog Archive
2015 (1)
digie club: peluang usaha gratis
2012 (2) http://m.digie.co.id/prihatnalameindra
2011 (14)
digie club: peluang usaha gratis
http://m.digie.co.id/prihatnalameindra
o Desember (4)
Popular Posts
o September (1)
Makalah Sistem Produksi
o Agustus (1)
BAB 1 PENDAHULUAN Organisasi industri
o Juli (2) merupakan salah satu mata rantai dari
sistem perekonomian, karena ia
o Mei (5) memproduksi dan mendist...
o April (1)
Label
AKUNTANSI MANAJEMEN
(1) MAKALAH USAHA WARUNG MAKAN
(tanpa judul)
ISO 9000;2000
Categories
Gambar (1)
Pendidikan (2)
Perbankan (1)
Texts
Download
Arsip Blog
2015 (1)
2012 (2)
2011 (14)
o Desember (4)
o September (1)
o Agustus (1)
o Juli (2)
ISO 9000;2000
KELEMBAGAAN PENDUKUNG
AGRIBISNIS
o Mei (5)
o April (1)
LinkWithin
Blogger Tricks
Recent Posts
Blogger Themes
68546
Pengikut
Mengenai Saya
prihatnalameindra
Follow by Email
Amazon Deals
Ada kesalahan di dalam gadget ini
5. Subsistem Penunjang
Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen
yang meliputi:
a. Sarana Tataniaga
b. Perbankan/perkreditan
c. Penyuluhan Agribisnis
d. Kelompok tani
e. Infrastruktur agribisnis
f. Koperasi Agribisnis
g. BUMN
h. Swasta
i. Penelitian dan Pengembangan
k. Transportasi
l. Kebijakan Pemerintah
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) didirikan pada 1 Januari 1911
dengan nama waktu itu Besoekisch Proefstation. Setelah mengalami beberapa kali
perubahan baik nama maupun pengelola, saat ini secara fungsional Puslitkoka berada di
bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Republik
Indonesia, sedangkan secara struktural dikelola oleh Lembaga Riset Perkebunan Indonesia
Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (LRPI APPI).
Puslitkoka adalah lembaga non profit yang memperoleh mandat untuk melakukan penelitian
dan pengembangan komoditas kopi dan kakao secara nasional, sesuai dengan Keputusan
Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 786/Kpts/Org/9/1981 tanggal 20 Oktober 1981.
Juga sebagai penyedia data dan informasi yang berhubngan dengan kopi dan kakao.
Sejak berdiri pada tahun 1911, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia berkantor di Jl.
PB. Sudirman No. 90 Jember. Namun mulai 1987 seluruh kegiatan/operasional dipindahkan
ke kantor baru berlokasi di Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji, Jember berjarak + 20 km
arah Barat Daya dari Kota Jember. Pada tahun 2008 terakreditasi oleh Lembaga Sertfikasi
KNAPPP dengan Nomor Sertifikat: 006/Kp/KA-KNAPPP/I/2008;
STRUKTUR ORGANISASI
Menjadi salah satu lembaga penelitian yang handal dan produktif dalam menciptakan
dan mengembangkan teknologi yang tekait dengan perkebunan kopi dan kakao
Rencana Strategis
Menyatukan arah penelitian dalam rangka mendorong munculnya efek sinergik dalam
kegiatan ristek pada lingkup Puslitkoka, lingkup Badan Litbang Pertanian serta
lingkup Nasional dan Internasional
Sumberdaya Manusia:
Sumberdaya manusia Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia saat ini berjumlah 301
orang, yang terbagi dalam 3 bidang tugas, yaitu bidang penelitian dan pelayanan, bidang
usaha, dan bidang administrasi/penunjang. Peneliti berjumlah 34 orang, terdiri atas 11 orang
berijasah S3, 8 orang berijasah S2, dan 15 orang berijasah S1. Berdasarkan jabatan
fungsionalnya dapat dikelompokkan 11 orang Peneliti Utama, 12 orang Peneliti Madya, 1
orang Peneliti Muda, 1 orang Peneliti Pertama, dan 4 orang peneliti non kelas.
Sarana Penelitian:
Kebun Percobaan dan Areal Kantor seluas 380 ha, terdiri atas kebun percobaan kopi arabika
(KP. Andungsari ketinggian 100-1.200 m dpl.), kopi robusta dan kakao (KP. Kaliwining dan
KP. Sumberasin ketinggian 45-550 m dpl.). Laboratorium yang dipunyai seluas 2.365
m2 dengan peralatan sejumlah 850 unit. Terdiri dari Laboratorium Pemuliaan Tanaman,
Laboratorium Fisika Tanah, Kimia Tanah dan Biologi Tanah, Laboratorium Kultur Jaringan,
Laboratorium Mekanisasi Pertanian, Laboratorium Pengolahan Hasil, Laboratorium
Pengawasan Mutu, Pusat Informasi dan Pelatihan. Koleksi buku dan majalah di perpustakaan
sebanyak 38.706 judul dan 38.983 eksemplar, terdiri atas 7.622 judul artikel tentang kopi,
5.024 judul artikel kakao, dan lebih dari 15.677 judul artikel tentang karet, tembakau, dan
tanaman lainnya.