Anda di halaman 1dari 32

Asuransi Tanaman

Apa saja yang bisa diasuransikan?


Tanaman perkebunan yang dikelola secara profesional oleh Perkebunan Besar Swasta
Nasional (PBSN), berupa kelapa sawit, karet, kelapa, kopi dan kakao yang masih produktif /
menghasilkan.

Risiko-risiko apa saja yang dijamin?


Kami menjamin kerugian yang dialami oleh tanaman perkebunan di atas terhadap akibat dari
kebakaran atau yang dipersamakan dengan kebakaran seperti petir, peledakan, kejatuhan
pesawat terbang. Risiko-risiko yang dapat diperluas antara lain : kerusakan akibat hewan
ternak atau hewan liar, banjir, angin topan, kerusuhan/akibat dari perbuatan jahat, pengaruh
panas dan kekeringan.

EKSTRA JAMINAN ASURANSI


Untuk menyesuaikan jenis resiko yang biasa terjadi pada Hutan Tanaman Industri, maka Polis
Asuransi Kebakaran ini telah diperluas dengan Jaminan Asuransi atas kerugian dan kerusakan
tanaman hutan sebagai akibat langsung dari :
1. Perbuatan jahat orang lain
2. Pemogokan karyawan
3. Kerusuhan
4. Huru-hara

EKSTRA JAMINAN ASURANSI KHUSUS


A. AKIBAT KEBAKARAN GULMA / SEMAK BELUKAR
Polis Asuransi Kebakaran Hutan Tanaman Industri telah diperluas secara khusus untuk
menjamin kerugian akibat kebakaran / menjalarnya kebakaran gulma / semak belukar, dengan
limit US$. 2,500,000 per kejadian.
B. BIAYA PEMADAMAN
Terdapat ekstra jaminan untuk biaya-biaya yang timbul saat berusaha untuk memadamkan api
/ kebakaran, biaya yang telah dikeluarkan misalnya untuk memanggil Pemadam Kebakaran,
Penggunaan Tabung Pemadam dan lain-lain. Besarnya penggantian biaya pemadaman adalah
hingga Rp. 250,000,000 per kejadian.

Risiko-risiko apa saja yang tidak dijamin?


1. Pembakaran atas perintah pemerintah
2. Kebakaran bawah tanah
3. Pencemaran bahan kimia atau asap
4. Kesalahan pemakaian bahan kima
5. Perusakan yang disengaja
6. Penyuburan tanah yang kurang tepat
7. Pencurian
8. Tanah Longsor
9. Perang, pemberontakan, perampokan, huru-hara dan sejenisnya
10. Senjata nuklir, kimia, ionisasi, radiasi, kontaminasi radioaktif

Faktor apa saja yang mempengaruhi suku premi?


1. Jenis tanaman
2. Tahun tanam
3. Lokasi perkebunan
4. Kondisi dan manajemen perkebunan
5. Catatan kerugian
6. Kondisi di sekitar kebun
7. Luas jaminan yang diinginkan

ILUSTRASI PERHITUNGAN PREMI DAN GANTI RUGI KLAIM


1. DATA PERUSAHAAN
Nama Perusahaan : PT. AGRO HUTAN MANDIRI
Luas izin IUPHHK-HT : 15.000 Ha. Jenis Tanaman : Albania
Harga Pertanggungan : Rp.12,000,000 / Ha.

2. KETENTUAN ASURANSI
Maksimum Klaim : 10% dari Total Nilai Pertanggungan, maksimum US$.10,000,000
per perusahaan, maksimum kerugian untuk sekali kejadian
untuk beberapa perusahaan US$. 20,000,000
Resiko sendiri : 15% dari nilai klaim, minimum US$. 50,000 per kejadian
Rate premi : 0.200% hingga 0.235% (tergantung penilaian tingkat resiko)

3. ILUSTRASI PERHITUNGAN PREMI


Rate premi : 0.200%
Premi Tahunan : Rp. 12,000,000 x 0.200% x 15,000 = Rp. 360,000,000
4. ILUSTRASI PERHITUNGAN KLAIM
a) Contoh Kebakaran pada luasan : 3,000 Ha.
Jumlah Kerugian : 3,000 x 12,000,000 = Rp. 36,000,000,000
Kerugian di proses : 10% x Rp.12,000,000 x 15,000 = Rp.18,000,000,000
(jumlah Kerugian yang dapat diproses maksimum 10% dari nilai total pertanggungan)
Resiko Sendiri : 15% x Rp. 18,000,000,000 = Rp.2,700,000,000
Pembayaran Klaim : Rp.18,000,000,000 Rp.2,700,000,000 = Rp.15,300,000,000
b) Contoh Kebakaran pada luasan : 1,000 Ha.
Jumlah Kerugian : 1,000 x 12,000,000 = Rp.12,000,000,000
Kerugian di proses : Rp.12,000,000,000
Resiko Sendiri : 15% x Rp.12,000,000,000 = Rp.1,800,000,000
Pembayaran Klaim : Rp.12,000,000,000 Rp.1,800,000,000 = Rp.10,200,000,000

Kementerian Pertanian
Badan Penyuluhan dan Pengembangan
Sumber Daya manusia Pertanian

Beranda

Organisasi

Kebijakan Penyuluhan

Materi Penyuluhan

Materi Spesifik Lokalita

Diseminasi Teknologi Pertanian

Materi Penyuluhan >> Sumber Daya Manusia

Kelembagaan Ekonomi Koperasi bagi petani Kakao


Sumber Gambar: dokumen pribadi

Pembinaan dan pemberdayaan pelaku utama dan pelaku usaha dilakukan melalui pendekatan
kelompok sebagai organisasi non formal yang merupakan kelas belajar, wahana kerjasama
dan unit produksi. Pemberdayaan dilakukan agar pelaku utama dan pelaku usaha yang
umumnya memiliki skala usaha kecil dapat bekerjasama meningkatkan usahanya menjadi
lebih besar dan menjadi efisien. Bentuk organisasi pelaku utama dan pelaku usaha didorong
menjadi organisasi formal yang berbadan hukum. Bentuk organisasi dapat berupa
kelembagaan usaha yang berbentuk korporasi antara lain koperasi pertanian (Koptan) dan
perseroan terbatas (PT). Organisasi pelaku utama dan pelaku usaha yang berbadan hukum
akan meningkatkan kepercayaan pihak lain selaku mitra usaha dan meningkatkan akses
terhadap lembaga keuangan/perbankan, lembaga penyedia layanan agribisnis lainnya.

Manfaat Koperasi bagi Petani KakaoKeberadaan koperasi sebenarnya sangat


dibutuhkan oleh para petani, terutama yang berkaitan dengan penguatan modal usaha.
Usahatani kakao membutuhkan dana/modal yang tidak sedikit untuk pengelolaannya.
Dana tersebut darimana lagi kalau bukan berupa dana kredit atau dana bantuan dari
pemerintah yang dikucurkan melalui koperasi. Begitu pula dengan penyediaan sarana
produksi, beberapa koperasi menyediakan sarana produksi bagi anggotanya dimana
biayanya dapat diselesaikan setelah selesai musim giling/panen. Koperasi juga dapat
terlibat dalam pemasaran hasil kakao. Pasar kakao di tingkat petani ditandai dengan
banyaknya petani sebagai penjual menghadapi banyaknya pembeli (terutama pedagang
pengumpul) dengan jenis produk penjualan yang relatif homogen. Namun demikian
posisi tawar petani masih lemah dan ditentukan oleh pihak pembeli dengan demikian
struktur pasarnya tidak bersaing sempurna. Pasar demikian terjadi akibat kurangnya
kompetisi di antara pedagang karena dalam kegiatannya pedagang dikendalikan oleh
beberapa pedagang tertentu. Masih banyak petani kakao terikat pinjaman modal
kepada pelepas uang atau tengkulak yang umumnya adalah pedagang pengumpul, baik
untuk memenuhi kebutuhan usahatani kakao (pupuk dan obat-obatan) maupun
kebutuhan keluarga lainnya. Dengan demikian mereka secara tidak langsung harus
menjual hasil panen kepada tengkulak. Meskipun harga jual mengikuti harga pasar
tetapi ikatan ini dapat mengurangi kebebasan petani dalam memilih pembeli yang lebih
menguntungkan baik dari aspek lokasi maupun waktu penjualan. Untuk itu perlu
adanya koperasi petani kakao

Hal-hal yang perlu diperhatikanBeberapa hal yang perlu diperhatikan dalam


pengembangan koperasi agar lebih maju menghadapi tantangan ekonomi antara lain:
Kelembagaan. Kelembagaan koperasi secara garis besar terdiri dari fungsi pengurus,
fungsi pengawas, dan fungsi manajer serta karyawan koperasi. Namun dalam
pelaksanaannya fungsi-fungsi tersebut sering tumpang tindih. Ada hal yang tidak jelas
dan terkait satu sama lain dalam pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut. Akhirnya yang
terjadi adalah penyalahgunaan wewenang.Sumber daya Manusia. Sebagai badan usaha
yang berbasis masyarakat golongan ekonomi lemah, permasalahan umum yang terjadi
pada koperasi adalah keterbatasan dan kelemahan sumberdaya manusianya. Tenaga
pengelola biasanya hanya mengandalkan semangat pengabdian bukan profesionalisme.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan SDM perlu diadakan pelatihan intensif atau
kursus singkat bagi peningkatan profesionalitas pengelola koperasi.
Permodalan. Selama ini, koperasi menjadi anak tiri dalam perekonomian Indonesia.
Perbankan lebih mengutamakan pengucuran kredit untuk para pengusaha. Kedepan
diharapkan alokasi kredit bagi koperasi dapat diperbesar dan dipermudah memperoleh
pinjaman modal dari perbankan.

Peran Penyuluh Pertanian


Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian, maka pembinaan petani pekebun
khususnya petani kakao sebaiknya tetap dilakukan dengan pendekatan kelompok baik dari
segi teknis maupun non teknis. Secara teknis petani kakao yang tergabung dalam
keanggotaan koperasi diharapkan melaksanakan teknis budidaya secara taat azas. Mereka
diharapkan tidak mengalami kendala dalam memperoleh modal dan sarana produksi untuk
pertanamannya.
Segi non teknis yang dapat dilakukan dalam pendampingan bagi petani kakao yang menjadi
pengurus koperasi, adalah menghimbau agar mempunyai komitmen dan tanggung jawab
dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Untuk meraih sukses dalam menyalurkan kredit dan
sarana produksi, juga memerlukan kerja keras dan komitmen dari anggota koperasi untuk
tetap berjalan pada relnya. Perjuangan dan keseriusan dari pihak pengurus koperasi dalam
menemukan inovasi dan terobosan agar anggotanya mempunyai komitmen, kedisiplinan
dalam mengembalikan dana yang dipinjam adalah salah satu kunci sukses yang bisa
membangkitkan peran koperasi terhadap masyarakat, khususnya petani kakao.

Sumber: Muslimin Nasution, Koperasi Menjawab Kondisi Ekonomi Nasional, Pusat


Informasi Perkoperasian, 2008; (Shalimar Andaya Nia)

Tanggal Artikel : 08-09-2014

Dibaca: x

Printer-friendly Version

Artikel Terkait

1. Kemitraan Usaha Dalam Agribisnis Hortikultura

2. Mekanisme Pengajuan Perjalanan Dinas Di Pusat Penyuluhan Pertanian


3. Mekanisme Dan Kewajiban Pembuatan Laporan

4. Membangun Kerjasama Dalam Negeri

2014
Pusat Penyuluhan Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian
Jl. Harsono RM No.3 Pasar Minggu Jakarta Selatan, Telp/Fax:021-7804386

http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/9081/kelembagaan-
ekonomi-koperasi-bagi-petani-kakao

undefined

Kelembagaan Usaha Tani

MAKALAH PENGANTAR USAHA TANI


KELEMBAGAAN PENDUKUNG USAHA TANI

Disusun Oleh :
M Guruh Arif Zulfahmi (105040201111091)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejauh ini, upaya peningkatan produksi dan produktivitas sektor pertanian
nasional sangat dipengaruhi oleh penerapan teknologi, yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan target produksi dalam konteks ruang dan waktu. Akan tetapi, dalam waktu yang
bersamaan, teknologi mampu meningkatkan produksi sektor pertanian, sekaligus
menyingkirkan kelompok yang tidak memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
finansial untuk mengadopsi dan menerapkannya. Dari sisi kelembagaan pertanian, teknologi
telah berperan sebagai salah satu pemaksa untuk mengubah dan membentuk kelembagaan
yang disesuaikan dengan arah dan tujuan program tertentu.
Pembangunan pertanian nasional selama ini memanfaatkan teknologi sebagai
pemaksa untuk menghimpun petani dalam kelompok atau kelembagaan yang mendukung
program pembangunan sektor. Pemaksa lembaga-lembaga pembangunan sektor dilaksanakan
sejalan dengan komitmen politik pemerintah, termasuk pembentukan dan pengembangan
kelembagaan baru, seperti lembaga organisasi kelompok tani, BUUD dan KUD, serta
lembaga kebijakan Kredit Usaha Tani (KUT), dan lain-lain. Lembaga-lembaga tersebut
difungsikan sebagai distributor, membantu proses pemasaran, dan pembinaan petani. Di
tingkat nasional, disusun kebijakan pembangunan pertanian nasional sebagai kelembagaan
tata pengaturan dan dasar hukum bagi implementasi dan operasionalisasi program
pengembangan pertanian di berbagai hierarki.
Strategi di atas diterapkan dengan pertimbangan bahwa pengetahuan dan
keterampilan teknis, dan penguasaan teknologi di kalangan petani masih rendah. Pemahaman
petani akan pentingnya peran kelembagaan produksi juga masih lemah. Sebagian besar
masyarakat petani saat itu belum memiliki platform sosial untuk mengembangkan inisiatif
kelembagaan berdasar kebutuhan komunal. Lebih jauh lagi, pihak penyusun kebijakan
cenderung mengabaikan potensi kelembagaan kemasyarakatan lokal, sehingga sering terjadi
kesulitan dalam implementasi kebijakan dan operasionalisasinya di tingkat pelaksanaan.
Kondisi demikian turut mempengaruhi kinerja kelembagaan pertanian di berbagai hierarki,
baik kelembagaan organisasi maupun kelembagaan norma dan tata peraturan. Pada
hakekatnya, kinerja kelembagaan atau organisasi pertanian tidak terpisahkan dari konteks
sejarah dan budaya bertani di berbagai hierarki, terutama dalam kaitannya dengan lingkungan
sosial para pengguna teknologi dan konteks kebijakan pembangunan sektor. Lingkungan
sosial dan kebijakan demikian merupakan suatu ekologi kultural yang akan menentukan
karakteristik strategi pembangunan dan kinerja kelembagaan pembangunan sektor tertentu.

1.2 Tujuan
a) Agar mahasiswa mengetahui tentang karakteristik usaha tani dan komoditi pertanian
b) Agar mahasiswa mengetahui tentang regulasi pemerintah dalam bidang pertanian
c) Agar mahasiswa mengetahui tentang macam-macam lembaga beserta fungsinya

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Usaha Tani dan Komoditi Pertanian


Kedudukan usaha tani pada sistem agribisnis adalah memanfaatkan input untuk kemudian
ditransformasi menjadi output yang mempunyai nilai guna. Karakteristik usaha tani dapat
disebutkan sebagai berikut :
a) Harga jual
Bila panennya sukses, belum tentu untung, karena akan dihadapkan pada harga saat itu.
Hambatan untuk bisa panen saja sudah sangat luar biasa, setelah panen belum tentu
mendapatkan harga yang baik. Hal ini banyak terjadi di hampir 100% komoditi, misalnya
cabe, bawang merah, jagung, sawit, kakao, cengkeh, tebu, dll. Yang lolos dalam kekhawatiran
akan jatuhnya harga cuma komoditi padi (beras). Harga beras sudah dipatok karena adanya
lembaga penyeimbang, yaitu bulog.
b) Melihat musim
Menanam tanaman, khususnya di Indonesia, harus memperhatikan faktor musim, kapan
musim penghujan, musim pancaroba, dan musim kemarau. Dari situ nanti bisa diatur strategi
budidayanya, misalnya menanam bawang merah di musim kemarai sangat mudah, tetapi
biasanya harga jualnya jatuh. Kalau ingin harga jualnya tinggi, menanamnya harus di sekitar
musim hujan, tetapi budidaya penyelamatan tanaman amat sulit dan perlu perhatian ekstra.
c) Melihat resiko
Ada beberapa tanaman yang resiko kegagalannya besar, ada juga tanaman yang resiko
kegagalannya kecil. Ini harus benar-benar diperhatikan, karena menjadi pengusaha tani ini
diibaratkan sebagai berjudi yang halal.
d) Melihat potensi keuntungan
Ada beberapa tanaman yang keuntungannya sedikit, seperti padi dan mentimun. Namun ada
juga tanaman yang keuntungannya besar, seperti cabe dan bawang merah.
e) Melihat modal
Ada tanaman yang budidayanya tidak membutuhkan modal sedikit, ada pula yang
membutuhkan banyak modal, tetapi faktor ini juga dipengaruhi oleh skala budidayanya.
f) Melihat lamanya masa budidaya
Ada tanaman yang masa tanamnya sebentar (3-4 bulan) seperti padi dan jagung, namun ada
pula yang masa tanamnya panjang seperti tebu dan ketela,
g) Melihat tingkat kesulitan
Ada tanaman yang tingkat kesulitannya tinggi seperti cabe, melon, dan semangka, namun ada
pula yang rendah seperti jagung dan ketela.

2.2 Regulasi Pemerintah dalam Bidang Pertanian


Regulasi dalam bidang pertanian yang di keluarkan oleh pemerintah di kelompokan
menjadi :
1. Regulasi untuk menjamin lingkungan bisnis yang kompetitif
Pemerintah mengeluarkan kebijakan perlindungan hak paten,mendorong perkembangan
agroindrustri yang membutuhkan bahan-bahan pertanian,dan sebagainya.
2. Regulasi untuk control monopoli
Peran dan campur tangan pemerintah sangat di perlukan dalam mengontrol
monopoli,mengingat pasar monopoli sangat rentan mengeksploitasi sumberdaya dan
konsumen.
3. Regulasi untuk vasilitas perdagangan
Ketersediaan sarana dan prasarana perdagangan yang memadai akan menunjang keberhasilan
pemasaran produk pertanian tidak hanya di pasar local tetapi di juga dipasar internasional.
4. Regulasi untuk penyediaan fasilitas public
Adanya fasilitas public seperti pasar,bursa komoditas,lembaga penyedia informasi, dan
sebagainya akan sangat membantu kemajuan pertannian di Indonesia.
5. Regulasi untuk proteksi produsen dan konsumen
Hal ini terkait dengan kebijakan pemerintah terkait dengan di bentuknya lembaga
perlindungan konsumen,menetapan kuota impor,penetapan pajak baik untuk perdagangan
domestic dan internasional, dan sebagainya.
6. Regulasi untuk harga
Penetapan harga terendah (dasar)mproduk pertanian untuk melindungi produsen agar tidak
rugi dan penetapan harga atap (tertinggi) produk pertanian untuk melindungi konsumen agar
tetap terjankau,sangat di perlukan untuk menjamin kelancaran dalam usaha dan pemenuhan
kebutuhan hidup.
7. Regulasi untuk pertumbuhan ekonomi dan social
Pemberalihan konsep pertanian lama menjadi agribisnis mendorong tidak hanya
perkembangan dan kenaikan kontribusi sector pertanian dan agroindrustri dalam pendapatan
nasional
8. Regulasi untuk system pembiayaan pertanian
Pemerintah banyak mengeluarkan kebijakan yang terkait dengan kredit ringan untuk kegiatan
pertanian yang mudah diakses oleh pelaku usahatani.
9. Regulasi untuk system penanggung resiko
Pemerintah memfasilitasi munculnya lembaga-lembaga penanggung resiko,seperti asuransi
pertanian yang masih belum popular di Indonesia sebagai salah satu lembaga yang bias di
manfaatkan oleh pelaku usahatani untuk menanggulangi resiko yang terjadi mengingat
usahatani adalah usaha yang rentan terhadap terjadinuya resiko terutama karena terkait
dengan alam yang sulit di prediksi.

2.3 Kelembagaan yang Terkait dengan Pertanian


a) Lembaga Pembiayaan
Keuangan pertanian dimana pembiayaan perusahaan agribisnis di dalamnya
berhubungan dengan soal-soal keuangan disektor pertanian. Sektor terakhir ini pada
gilirannya termasuk sektor ekonomi yang bersama-sama dengan sektor industri dan sektor
jasa di suatu negara, merupakan sektor ekonomi nasional negara tersebut. Keuangan
pertanian berhubungan dengan permintaan, penawaran, pengaturan dan permohonan modal di
sektor pertanian, sedangkan pembiayaan perusahaan agribisnis berhubungan dengan semua
keperluan dan pengaturan serta pengontrolan keuangan untuk membiayai status
perusahaan/kegiatan di sektor pertanian. Perusahaan di sektor pertanian disebut usahatani,
selama semua hasil usahatani tersebut ditujukan untuk pasaran, walaupun peringkat usahanya
masih tradisional dan sederhana, masih subsisten, maupun sudah moderan dan komersil.
Keuangan pertanian adalah suatu studi makro tentang usaha untuk mendapatkan
modal, memakai modal tersebut dan terakhir mengontrolnya di bidang pertanian dalam arti
agregatif, apakah itu bidang pertanian dalam arti genetif termasuk kehutanan dan perkebunan,
atau di bidang peternakan, perikanan dan di bidang lainnya yang hasilnya bersumber dari
alam dan sekitarnya. Pembiayaan perusahaan agribisnis merupakan bagian dari studi
keuangan pertanian. Sektor pertanian, terutama di negara-negara yang sedang berkembang
mempunyai kedudukan yang sangat penting, bahkan yang paling penting dalam sektor
ekonomi secara keseluruhan. Pembiayaan perusahaan agribisnis adalah studi mikro tentang
bagaimana menyediakan modal, kemudian memakai, dan akhirnya mengontrolnya di dalam
suatu perusahaan agribisnis.
Salah satu lembaga pembiayaan dalam usaha tani adalah kredit usaha tani (KUT).
Kredit Usaha Tani adalah kredit modal kerja yang disalurkan melalui lembaga keuangan
(bank), koperasi atau KUD (Koperasi Unit Desa) dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
yang digunakan untuk membiayai usahatani dalam intensifikasi tanaman padi, palawija dan
hortikultura. Kredit yang dimaksud merupakan tambahan modal sebagaimana yang dijelaskan
dalam Undang-undang pokok perbankan; bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan
atau yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan tujuan pinjam meminjam antara pihak
bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan atau ditetapkan
sebelumnya.
Kredit yang diberikan oleh pihak atau lembaga pemberi kredit tersebut didasarkan
atas azas keercayaan sehingga dapat dikatakan secara eksplisit bahwa pemberian kredit
tersebut merupakan pemberian kepercayaan. Atas dasar itulah maka pihak pemberi kredit
akan memberikan kredit bila ia betul-betul yakin bahwa si penerima kredit atau dalam hal ini
petani akan mampu untuk mengembalikan kredit yang diterima sesuai dengan jangka waktu
dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Selain unsur kepercayaan,
terdapat unsur lain yaitu unsur waktu yang dalam hal ini mempunyai kaitan yang sangat erat
dengan kegiatan kredit dimana waktu merupakan suatu masa atau tempo yang memisahkan
antara pemberian kredit di waktu awal dengan masa yang akan datang.

b) Lembaga Pemasaran dan Distribusi


Lembaga pemasaran dalam distribusi hasil pertanian dalam usaha tani merupakan
badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan
komoditi pertanian dari produsen kepada konsumen akhir serta memiliki hubungan dengan
badan usaha atau individu lainnya.
Keberadaan lembaga pemasaran dikarenakan oleh dorongan atau keinginan
konsumen untuk mendapatkan komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat, dan bentuk yang
diinginkan. Keterlibatan lembaga pemasaran adalan menjalankan fungsi-fungsi pemasaran
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Timbal balik dari konsumen adalah
memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran berupa margin pemasaran.
Bentuk keterlibatan lembaga pemasaran hasil usata tani dibagi menjadi ke dalam tiga
kelompok, yaitu :
(i) Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditi hasil usaha tani, tetapi
menguasai akses pasar, contoh : Greend Hearth di perumahan Griya Santha, kios buah
(ii) Lembaga pemasaran yang memiliki dan menguasai hasil komoditi pertanian untuk diperjual
belikan, contoh : kelompok tani, yang langsung berhubungan dengan petani, mulai dari
pembinaan kelompok, usahha tani, sampai dengan penjualan produknya
(iii) Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai hasil komoditi usaha tani yang
diperjual belikan, contoh usaha jasa transportasi

Lembaga pemasaran juga terlibat dalam mewujudkan peningkatan nilai guna pada
komoditi hasil pertanian. Di antara fungsi pemasaran yang dijalankan adalah :
1. Fungsi pertukaran (exchange function)
Fungsi ini dalam pemasaran hasil usaha tani meliputi fungsi penjualan dan fungsi pembelian.
Dalam melaksanakan fungsi penjualan (baik dari petani kepada kelompok tani atau dari
kelompok tani kepada distributor), selalu memperhatikan kualitas, kuantitas, bentuk, dan
waktu serta harga yang diinginkan konsumen atau lembaga pemasaran yang ada pada tantai
pemasaran berikutnya. Fungsi pembelian dalam pengalihan hak kepemilikan ini diperlukan
untuk memiliki komoditi pertanian yang akan dikonsumsi atau digunakan untuk proses
produksi berikutnya.
2. Fungsi fisik (physical function)
Fungsi fisik ini meliputi kegiatan-kegiatan yang secara langsung diperlukan oleh komoditi
usaha tani, sehingga komoditi ini akan memperoleh tambahan guna tempat dan guna waktu.
Fungsi fisik yang dijalankan dalam pemasaran komoditi adalah fungsi pengangkutan, yaitu
memindahkan komoditi dari daerah surplus (manfaat komoditi rendah) menuju daerah defisit
(manfaat tingg), atau dari produsen menjadi konsumen. Kegiatan dalam fungsi pengangkutan
meliputi perencanaan, pemilihan alat-alat transportasi dalam pemasaran, menghitung resiko
kerusakan, dan keadaan jalan.
3. Fungsi penyediaan fasilitas (facilitating function)
Fungsi penyediaan fasilitas pada hakekatnya adalah untuk memperlancar fungsi pertukaran
dan fisik. Fungsi ini merupakan usaha perbaikan sisten pemasaran guna meningkatkan
efisiensi operasional dan efisiensi penetapan harga. Fungsi ini meliputi standarisasi,
penggunaan resiko, informasi harga, dan penyediaan dana. Standarisasi merupakan salah satu
fungsi penyediaan fasilitas untuk menetapkan grade kriteria kualitas komoditi. Penetapan ini
didasarkan pada karakteristik atau atribut komoditi sehingga kepuasan konsumen dan
efisiensi pemasaran dapat ditingkatkan

c) Koperasi
Koperasi merupakan suatu badan usaha yang tunduk kepada hukum badan usaha atau
perusahaan. Walaupun koperasi merupakan suatu badan usaha, tetapi tidak sama dengan
badan usaha yang berorientasi pada keuntungan atau laba. Dalam koperasi, petani termasuk
ke dalam bagian anggota koperasi kaum produsen, terutama di dalam koperasi usaha tani.
Dalam koperasi usaha tani, kelompok masyarakat yang umum ditemui pada tingkat
pedesaan adalah petani. Petani termasuk kelompok kaum produsen oleh karena pekerjaannya
antara lain membudidayakan tanaman seperti padi, jagung, buah-buah, sayuran, dsb. Bagi
petani, yang menjadi perhatiannya untuk dikoperasikan adalah bagaimana mendapatkan
sarana produksi tepat waktu, lalu bagaimana menjual hasilnya dengan harga yang pantas pada
waktu musim panen.
Begitu pula selanjutnya, bagaimana caranya agar mereka tidak menjadi korban
lintah darat yang setiap peminjaman selalu dibebani bunga yang berat. Untuk memenuhi
keperluan ini, maka jenis koperasi serba usaha adalah jenis usaha yang paling sesuai untuk
petani. Oleh karena itu, pengembangan koperasi unit desa (KUD) baik sekali untuk
dihidupkan di lingkungan ekonominya. Sebagai koperasi ganda usaha, diharapkan agar
koperasi di pedesaan akan dapat melayani berbagai keperluan petani produsen setempat.
Koperasi pertanian beranggotakan petani pemilik tanah, buruh tani, dan orang-orang
yang berkepentingan serta bermata pencaharian yang berhubungan dengan usaha-usaha
pertanian. Tujuan utama dari koperasi ini adalah melakukan kegiatan usaha ekonomi
pertanian. Untuk itu, kegiatan yang dilakukan koperasi pertanian antara lain memberikan
pinjaman modal, menyediakan pupuk, menyediakan pestisida, menyediakan benih dan
peralatan pertanian, memberi penyuluhan teknik pertanian, dan membantu penjualan
penjualan hasil pertanian anggotanya.

d) Lembaga Pendidikan
Sebatas menjadi petani, sesungguhnya tidak terlalu perlu melewati sebuah
pendidikan formal tertentu, apalagi bagi petani kecil di pedesaan yang hidup hanya dengan
lahan terbatas. Para petani di pedesaan, belajar pertanian biasanya melalui cara-cara yang
praktis dan sederhana, meniru orang tua atau para tetangga yang bekerja menjadi petani.
Sementara lainnya, ada orang belajar tentang pertanian melalui sekolah dan universitas, yang
dilaksanakan secara sistematis, mengikuti kurikulum, cara belajar, serta evaluasi.
Budaya bertani, dapat dibangun melalui kedekatan seseorang dengan dunia pertanian
itu sendiri. Selama ini lembaga pendidikan, termasuk lembaga pendidikan tinggi sekalipun,
belum banyak yang mengembangkan usaha ke arah itu. Lembaga pendidikan pertanian atau
fakultas pertanian semestinya tidak berlokasi di tengah kota, melainkan di desa yang
lahannya masih luas. Dengan begitu para siswa atau mahasiswa tidak hanya berwacana atau
membayangkan dunia pertanian, melainkan secara langsung belajar tentang pertanian
sebagaimana anak desa dalam belajar bertani, sehingga selain belajar tentang prinsip, konsep,
dan teori tentang pertanian, mereka juga akan akan belajar dari pengalaman. Akhirnya, selain
mereka akan berhasil mengembangkan ilmu dan keahliannya, maka sekaligus akan
membangun kultur, budaya, atau kecintaan terhadap pertanian. Jika demikian, bidang
pertanian akan menarik, dan sebagai akibatnya, peminat ilmu pertanian di negeri agraris yang
tanahnya luas dan subur ini akan selalu bertambah, sehingga tidak sebagaimana saat ini,
Indonesia sebagai negeri agraris, tapi rakyatnya tidak menyukai pertanian.

e) Lembaga Penyuluh Pertanian


Kelembagaan penyuluhan pertanian merupakan salah satu organisasi yang terdapat
dalam dinas pertanian. Fungsi utama kelembagaan ini adalah sebagai wadah dan organisasi
pengembangan sumber daya manusia pertanian serta menyelenggaran penyuluhan. Di antara
beberapa fungsi lembaga ini adalah :
(i) Fungsi perencanaan dan penyusunan program penyuluhan
(ii) Fungsi penyediaan dan penyebaran informasi teknologi, serta model usaha agrobisnis dan
pasar bagi petani di pedesaan
(iii) Fungsi pengembangan SDM pertanian, untuk meningkatkan produksi, produktivitas, dan
pendapatan
(iv) Penataan administrasi dan peningkatan kinerja penyuluh pertanian yang berdasarkan
kompetensi dan profesionalisme
(v) Kegiatan partisipasi petani, penyuluh, dan peneliti.

Sedangkan peran kelembagaan di tingkat kabupaten, kota, kecamatan, dan tingkat


kelembagaan petani antara lain :
1) Sebagai sentra pelayanan pendidikan non formal dan pembelajaran petani dan kelompoknya
dalam usaha agrobisnis
2) Sebagai sentra komunikasi, informasi, dan promosi teknologi, sarana produksi, pengolahan
hasil peralatan dan model-model agrobisnis
3) Sebagai sentral pengembangan SDM pertanian dan penyuluhan berbasis kerakyatan, sesuai
kebutuhan petani dan profesionalisme penyuluhan pertanian
4) Sebagai sentra pengembangan kelembagaan sosial ekonomi petani
5) Sebagai sentra pengembangan kompetensi dan profesionalisme penyuluh pertanian
6) Sebagai sentra pengembangan kemitraan dengan dunia usaha agrobisnis

Kelembagaan penyuluhan pertanian di pusat berbentuk badan yang menangani


penyuluhan, bertanggung jawab kepada menteri. Untuk melaksanakan koordinasi, integrasi,
sinkronisasi, dan optimalisasi kinerja penyuluhan pada tingkat pusat diperlukan wadah
koordinasi penyuluhan nasional, yaitu Badan Penyuluhan Nasional.
Kelembagaan penyuluhan pertanian di tingkat provinsi berbentuk Badan Koordinasi
Penyuluhan yang diketuai oleh gubernur. Untuk menunjang kegiatannya dibentuk sekretariat
yang dipimpin oleh seorang pejabat setingkat Eselon II-a
Kelembagaan penyuluhan di tingkat kabupaten berbentuk Badan Pelaksana
Penyuluhan, yang dipimpin oleh pejabat setingkat Eselon II dan bertanggung jawab kepada
bupati.
Kelembagaan penyuluhan di tingkat kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan
Pertanian (BPP). BPP merupakan lembaga penyuluhan structural yang berfungsi sebagai
tempat pertemuan para penyuluh, pelaku utama, dan pelaku usaha.
Kelembagaan penyuluhan di tingkat desa, ditetapkan adanya pos penyuluhan yang
merupakan lembaga terdepan dengan petani atau kelompok tani. Pos penyuluhan merupakan
lembaga yang mengkoordinasikan kegiatan kelompok tani atau gapoktan.

f) Lembaga Penjamin dan Penanggung Resiko


Dalam usaha tani, peran usaha besar dan menengah sangat diharapkan dapat
membantu permodalan yang dibutuhkan usaha kecil dan mengembangkan usahanya. Dalam
upaya mengembangkan kemitraan usaha agrobisnis terdapat beberapa kendala yang dapat
menghambat kesinambungan dan kemajuan sisten agrobisnis. Salah satu solusinya adalah
dengan memanfaatkan lembaga asuransi sebagai lembaga proteksi apabila terjadi resiko
dalam menjalankan praktek kemitraan usaha agrobisnis.
Asuransi merupakan salah satu aspek yang penting dalam agrobisnis, karena bidang
pertanian merupakan satu bidang yang berkaitan dengan masalah resiko. Peristiwa alam,
seperti bencana alam, dapat menimbulkan kerugian yang banyak kepada hasil pertanian. Oleh
karena itu untuk mengalihkan resiko dari bahaya-bahaya tersebut supaya terhindar dari
kerugian yang cukup besar, seharusnya petani mengasuransikan hasil pertanian yang belum
dipanennya kepada perusahaan asuransi.
Usaha asuransi merupakan suatu lembaga pengalihan dan pembagian resiko yang
banyak manfaatnya dalam kehidupan petani, di antaranya dapat menggalang suatu tujuan
yang lebih besar sehingga melahitkan rasa optimisme dalam meningkatkan usaha, yang
berakibat pula menaikkan efisiensi dan kegiatan perusahaan.
BAB III
KESIMPULAN

Upaya peningkatan produksi dan produktivitas sektor pertanian nasional


sangat dipengaruhi oleh penerapan teknologi, yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan
target produksi dalam konteks ruang dan waktu. Akan tetapi, dalam waktu yang bersamaan,
teknologi mampu meningkatkan produksi sektor pertanian, sekaligus menyingkirkan
kelompok yang tidak memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan finansial untuk
mengadopsi dan menerapkannya. Dari sisi kelembagaan pertanian, teknologi telah berperan
sebagai salah satu pemaksa untuk mengubah dan membentuk kelembagaan yang disesuaikan
dengan arah dan tujuan program tertentu. Karakteristik Usaha Tani dan Komoditi Pertanian
merupakan salahsatunya. Kedudukan usaha tani pada sistem agribisnis adalah memanfaatkan
input untuk kemudian ditransformasi menjadi output yang mempunyai nilai guna.
Karakteristik usaha tani dapat disebutkan sebagai berikut :
a) Harga jual
b) Melihat musim
c) Melihat resiko
d) Melihat potensi keuntungan
e) Melihat modal
f) Melihat lamanya masa budidaya
g) Melihat tingkat kesulitan
Dan untuk lembaga yang mendukung di antaranya :
a) Lembaga pembiaayaan
b) Lembaga pemasaran & distribusi
c) Koperasi
d) Lembaga pendidikan
e) Lembaga penyuluh pertanian
f) Lembaga penjamin & penanggung resiko

DAFTAR PUSTAKA

Angelsen, Brokhaus. 2010. Mewujudkan REDD+ : Strategi Nasional dan Berbagai Pilihan
Kebijakan. Bogor. CIFOR
Bahri, Sjaiful. 2005. Aplikasi Policy Analysis pada Pertanian Indonesia. Jakarta. Yayasan Obor
Indonesia
Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta. Penerbit ANDI
Li, Tania Murray. 1999. Transformin the Indonesian Uplands : Marginality, Power, and Production.
Canada. Overseas Publishers Association
P.H., Sutrisno. 1992. Kapita Selekta Ekonomi Indonesia. Yogyakarta. ANDI
Rahardi, F. 2003. Cerdas Beragrobisnis : Mengubah Rintangan Menjadi Peluang Berinvestasi.
Jakarta. Agromedia Pustaka
Rahoyo, Stefanus. 2007. Laporan Pembangunan Dunia 2008 : Pertanian untuk Pembangunan.
Jakarta. Salemba Empat
SA, Awang., et al. 2008. Panduan Pemberdayaan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).
Jakarta. Harapan Prima
Suharto, Imam. 2009. Komunikasi untuk Inovasi Pedesaan. Yogyakarta. Kanisius
Suyatno, Thomas., et al. 1999. Kelembagaan Perbankan. Jakarta. Gramedia
Todaro, Michael P. 2006. Economic Development. Jakarta. PT Gelora Aksara Pratama
Van Den Ban, A.W., H.S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta. Kanisius

IGNATIUS

Facebook Fans

Selasa, 05 Juli 2011


KELEMBAGAAN PENDUKUNG AGRIBISNIS
BAB I

KELEMBAGAAN PENDUKUNG AGRIBISNIS

A. LEMBAGA-LEMBAGA PENDUKUNG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS

Keberdaan kelembagaan pendukung pengembangan agribisnis nasional sangat


penting untuk menciptakan agribisnis Indonesia yang tangguh dan kompetitif.
Lembaga-lembaga pendukung tersebut sangat menentukan dalam upaya
menjamin terciptanya integrasi agribisnis dalam mewujudkan tujuan
pengembangan agribisnis. Beberapa lembaga pendukung pengembangan
agribisnis adalah:
(1) pemerintah
(2) lembaga pembiyataan
(3) lembaga pemasaran dan dsitribusi
(4) koperasi
(5) lembaga pendidikan formal dan informal
(6) lembaga penyuluhan
(7) lembaga Riset Agribisnis
(8) lembaga penjamin dan penanggungan resiko.

B. PERANAN LEMBAGA-LEMBAGA PENDUKUNG PENGEMBANGAN


AGRIBISNIS

(1) Pemerintah
Lembaga pemerintah mulai tingkat pusat sampai tingkat daerah, memiliki
wewenang, regulasi dalam menciptakan lingkungan agribinis yang kompetitif
dan adil.
(2) Lembaga pembiayaan
Lembaga pembiayaan memegang peranan yang sangat penting dalam
penyediaan modal investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu sampai hilir.
Penataan lembaga ini segera dilakukan, terutama dalam membuka akses yang
seluas-luasnya bagi pelaku agribisnis kecil dan menengah yang tidak memilki
aset yang cukup untuk digunkan guna memperoleh pembiayaan usaha.
(3) Lembaga pemasaran dan disitribusi
Peranan lembaga ini sebagai ujung tombak keberhasilan pengembangan
agribinis, karena fungsinya sebagai fasilitator yang menghubungkan antara
deficit unit (konsumen pengguna yang membutuhkan produk) dan surplus unit
( produsen yang menghasilkan produk.
(4) Koperasi
Peranan lembaga ini dapat dilihat dari fungsinya sebagai penyalur input-input
dan hasil pertanian. Namun di Indonesia perkembangan KUD terhambat karena
KUD dibentuk hanya untuk memenuhi keinginan pemerintah, modal terbatas,
pengurus dan pegawai KUD kurang profesional.
(5) Lembaga pendidikan formal dan informal
Tertinggalnya Indonesia dibandingkan dengan negara lain, misalnya Malaysia,
lemabaga ini sangat berperan sangat besar dalam pengembagan agribisnis
dampaknya Malaysia sebagai raja komoditas sawit. Demikian juga Universitas
Kasetsart di Thailand telah berhasil melahirkan tenaga-tenaga terdidik di bidang
agribisnis, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya agribisnis buah-buhan dan
hortikultura yang sangat pesat. Oleh karena itu, ke depan pemerintah hanyalah
sebagai fasilitator bukan sebagai pengatur dan penentu meknisme sistem
pendidikan. Dengan demikian diharapkan lembaga pendidikan tinggi akan
mampu menata diri dan memiliki ruang gerak yang luas tanpa terbelenggu oleh
aturan main yang berbelit-belit.

(6) Lembaga penyuluhan


Keberhasilan Indonesia berswasembada beras selama kurun waktu 10 tahun
(1983-1992) merupakan hasil dari kerja keras lembaga ini yang konsisiten
memperkenalkan berbagai program, seperti Bimas, Inmas, Insus, dan Supra
Insus. Peranan lembaga ini akhir-akhir ini menurun sehingga perlu penataan dan
upaya pemberdayaan kembali dengan deskripsi yang terbaik. P peranannanya
bukan lagi sebagai penyuluh penuh, melainkan lebih kepada fasilitator dan
konsultan pertanian rakyat.
(7) Lembaga Riset Agribinis
Lembaga ini jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan negara lain yang
dahulunya berkiblat ke Indonesia. Semua lembaga riset yang terkait dengan
agribinis harus diperdayakan dan menjadikan ujung tombak untuk
mengahasilkan komoditas yang unggul dan daya saing tinggi. Misalnya Meksiko
dapat memproduksi buah avokad yang warna daging buahnya kuning kehijau-
hijauan, kulit buah bersih dan halus, dan bentuk buah yang besar dengan biji
yang kecil.
(8) Lembaga penjamin dan penanggungan resiko.
Resiko dalam agribisnis tergolong besar, namun hampir semuanya dapat diatasi
dengan teknologi dan manajemen yang handal. Instrumen heading dalam bursa
komoditas juga perlu dikembangkan guna memberikan sarana penjaminan
bebagai resiko dalam agribisnis dan industri pengolahannya.
KESIMPULAN (KOMENTAR)

Proses yang melibatkan kelembagaan, baik dalam bentuk lembaga organisasi


maupun kelembagaan norma dan tata pengaturan, pada umumnya masih
terpusat pada proses pengumpulan dan pemasaran dalam skala tertentu. Bagi
sebagian besar wilayah eksistensi kelembagaan pertanian dan petani belum
terlihat perannya. Padahal fungsi kelembagaan pertanian sangat beragam,
antara lain adalah:

sebagai penggerak
penghimpun
penyalur sarana produksi
pembangkit minat dan sikap
dan lain-lain.

Elemen kelembagaan yang berperan adalah kelembagaan dalam bentuk


lembaga organisasi dan kelembagaan norma. Salah satu penampilan
(manifestasi) kelembagaan pertanian lokal yang mampu menjangkau petani kecil
di wilayah pedesaan Indonesia adalah lembaga penyalur sarana produksi
informal dalam bentuk penjaja kredit keliling. Lembaga ini merupakan lembaga
non-organisasi dan dioperasikan oleh individuindividu yang mampu menjalin
kepercayaan pengambil kredit dengan berbagi norma dan perilaku yang diterima
secara sosial. Kondisi saling mempercayai ini merupakan jaminan akan
kelancaran penyaluran kredit, pembayaran kembali, penjualan hasil pertanian
dan proses alih informasi dan teknologi.
Elemen kelembagaan sebagai salah satu elemen penting dalam upaya
peningkatan keterampilan dan perbaikan kemampuan produksi petani sering
terlupakan karena peran nyatanya dalam proses produksi sering berada dalam
posisi marginal. Sejauh ini upaya peningkatan produksi pertanian senantiasa
dikaitkan dengan penerapan dan jenis teknologi yang dinilai sesuai dengan
tujuan produksi, padahal peran kelembagaan dan lembaga pertanian dalam
proses penyebaran dan adopsi-inovasi teknologi pertanian masih sangat kuat.
Lebih jauh lagi pada hierarki sosial tertentu, proses penyaluran informasi dan
teknologi tidak dapat dilepaskan dari eksistensi dan peran kelembagaan dan
situasi sosial tertentu. Dengan demikian upaya penelitian dan pengamatan
elemen kelembagaan dan perannya dalam proses pengembangan dan
perkembangan produksi pertanian diharapkan mampu meningkatkan input untuk
penyusunan program dan kebijakan regional dan nasional.

BAB II
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS

1. Pengembangan Agribisnis Nasional


Pengembangan agribisnis merupakan salah satu andalan utama Indonesia untuk
keluar dari krisis, memulihkan ekonomi yang tengah dilanda krisis, sekaligus
mengarahkan pembangunan ekonomi untuk membentuk struktur ekonomi
Indonesia yang baru. Agribisnis memiliki potensi untuk menjawab tantangan-
tantangan, dalam hal ini pengembangan agribisnis perlu memadukan
pengembangan agribisnis sebagai:
(1) pengembangan unit-unit bisnis, yang mengusahakan kegiatan bisnis dalam
sistem agribinis petani, pedagang pengumpul, pedagang eceran, perusahaan
eksportir, perusahaan industri, perkebuanan, koperasi dll.
(2) pengembangan unit-unit bisnis dalam satu sistem agribinis: petani,
pedagang, pabrik, eksportir, bank, penyuluhan, angkutan dll.
(3) pengembangan kumpulan unit bisnis dan atau kumpulan sistem agribinis
dalam satu wilayah regional atau nasional.
Untuk mengembangkan sektor agribisnis nasioanal perlu langkah-langah:
(1) reformasi strategi dan kebijakan industrialisasi.
(2) kebijakan bahan pangan murah yang dipaksakan.
(3) reformasi pengelolaan sektor agribinis yang integratif.
(4) pengembangan agribinis yang interasi vertical.
Cara yang efektif dan efisien untuk memperdayakan ekonomi rakyat adalah
mengembangkan kegiatan ekonomi yang menjadi tumpuan kehidupan ekonomi
sebagaian besar rakyat yaitu agribisnis.Upaya pembenahan sektor agrisbisnis
nasional, akan berhasil dengan bertumpu pada enam strategi :
(1) pengembangan agroindustri sebagai motor penggerak.
(2) pemasaran.
(3) pengembagnan sumber daya agribisnis.
(4) pemantapan dan pengembangan struktur sistem agribinis sendiri.
(5) pengembagnan pusat-pusat pertumbuhan sektor agribinis daerah.
(6) pengembangan infrastruktur agribis yang sesuai.
2. Pengembangan Agribinis Daerah
Dilihat dari kepentingan invesatasi, maka pengembangan agribinis
mengharapkan beberapa hal yang bersifat mendasar:
adanya kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah yang kondusif, dalam
arti kebijakan yang ada memiliki sinkronisasi satu dengan lainnya serta
transparansi.
menghilangkan ekonomi biaya tinggi, yang disebabkan oleh berbagai pungutan
dan hambatan birokras.
pengembangan infrastruktur yang sesuai dengan potensi agribisins wilayah.
adanya informasi yang lebih lengkap dan terbuka mengenai potensi dan
kondisi agribis yang ada.
3. Pengelolaan Sunberdaya Agribisnis
Penerapan pola strategi pengembangan memberikan beberapa indikasi strategis
yang perlu diperhatikan:
(a) kesejahteraan yaitu kemampuan memenuhi kebutuhan hidup yang
merupakan hak azazi yang harus dihormati dan dijunjung tinggi. Dalam hal ini
daya beli dan kondisi kehidupan petani, seperti kondisi rumah, tingkat
kesehatan, pendidikan, harus menjadi parameter kinerja pembngunan pertanian.
(b) Pemenuhan kebutuhan hidup tidak dapat dilakukan dengan pengadaan
komoditas, tetapi melalui pengadaan produk bermutu. Oleh karena itu harus
dilakukan dengan pendekatan sistem agribisnis yang utuh dan komprehensif.
Tantangan pembangunan agribinis adalah membangun keunggulan komparatif
pertanian berbasis keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif dapat dicapai
jika faktor pendorong adalah inovasi dan kreativitas (inovation driven) yang
sejalan dengan peran tenaga kerja berbasis pengetahuanm (knowledge based
labour) yang lebih dominan.

KESIMPULAN (KOMENTAR)
Pembangunan pertanian khususnya untuk pengembangan agribisnis masih
berhadapan dengan banyak kendala. Diantaranya adalah :

pertama, belum tampak secara riel usaha pemerintah untuk mengembangkan


industri pertanian secara sungguh-sungguh. Kebijaksanaan pertanian masih
mengutamakan hanya peningkatan produksi tanaman pangan, belum banyak
menyentuh jenis komoditas pertanian lainnya seperti palawija ataupun tanaman
perkebunan.

Kedua, kurangnya iklim usaha yang dapat merangsang investor untuk


mengembangkan bidang ini, seperti masih terbatasnya sarana pemasaran
seperti transportasi jalan, listrik dan fasilitas pascapanen, demikian pula
keterbatasan prasarana permodalan dan perkreditan, tenaga ahli yang mampu
melayani kegiatan-kegiatan sektor ini setelah pascapanen beserta
pengolahannya, serta ketidakteraturan penyediaan bahan baku sehubungan
dengan masalah jumlah dan mutu sesuai kebutuhan.

Ketiga, masih relatif besarnya resiko bagi sektor ini, sebagai akibat musim, hama
penyakit dan ketidakpastian pasar, yang mana tidak dibarengi oleh
kebijaksanaan-kebijaksanaan perlindungan dan bantuan yang sesuai dan pantas
untuk menghadapi resiko-resiko tersebut.

Oleh karena itu, pengembangan sektor agribisnis diperlukan beberapa langkah


strategi yang bersifat umum dan spesifik. Strategi yang bersifat umum
diantaranya : penentuan prioritas daerah atau wilayah dan komoditas yang
harus dikembangkan; penentuan dan perencanaan secara rinci sejak produksi,
penggunaan hasil, hingga pemasaran; serta penyediaan informasi tentang
potensi daerah terutama diperuntukkan bagi para investor.

Strategi yang bersifat spesifik berupa pentingnya penyusunan strategi


pengembangan agribisnis dalam kerangka konsep kemitraan dalam arti luas
antara kegiatan produksi dengan pemasarannya serta berbagai faktor
pendukung lainnya, yang direkat dengan legalitas hokum yang dinamis dan
aplikatif.

BAB III

AGRIBISNIS DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

1. Agribisnis dan Pilihan Strategi Pembangunan

Krisis multi dimensi yang tahun 1997-2000 yang melanda Indonesia merupakan
momentum yang sangat baik untuk mengkaji ulang atas strategi pembangunan
yang selama ini dilakukan. Penyebab utama krisis tersebut karena pembangunan
ekonomi tidak bertumpu dan menguatkan fundamen ekonomi Indonesia. Bagi
Indonesia kegiatan yang berbasis pada pemanfaatan sumberdaya hayati yang
dikuasai dan dikelola sebagian besar rakyatlah yang menjadi fundamen
ekonominya. Lebih 95 % pengusaha di Indonesia adalah pengusaha agribinis dan
sekitar 80 % dari jumlah penduduk menggantungkan kehidupan ekinomi pada
sektor ini.

2. Agribisnis dan Pembangunan Pertanian

Pentingnya pertanian dalam perekonomian nasional tidak dapat dilihat dan


dihutung hanya dengan menghitung kontribisi produk pertanikan primer dalam
GDP (Gross Domestik Produk) dan ekspor seperti selama ini, karena sebagian
besar produk pertanian primer diolah menjadi produk olahan pada indiustri.
3. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

Sebagai usaha yang memanfaatkan sumberdaya alam, pembangunan pertanian


adalah manifestasi dari proses modernisasi pertanian pertanina yang berdimensi
usahatani, komoditas, wilayah dan lingkungan hidup. Tidak hanya dalam
usahatani, komoditas dan kewilayahan berlangsung saling ketergantungan
berskala global, tetapi juga dalam aspek lingkunagan kemajuan peradaban
manuasia telah membawa umat maniusia kepada bahaya entropi yang perlu
diwaspadai.

1. Kepedulian Bersama Global (Global Common Concern)


Pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan suatu paradigma yang lahir
dari kesadaran bahwa pengelolaan sumberdaya alam yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan kerugian bagi manusia berupa rusaknya lingkungan karena
dorongan insentif ekonomi dan penggunaan teknologi yang menimbulkan
kerusakan linkungan serta mengancam keberadaan manusia di muka bumi
dalam perespektif jangka panjang.
Globalisasi ternyata tidak selalu menciptakan peluang tetapi juga menyebabkan
kendala akses seperti yang dialami oleh negara-negara yang belum siap
memasuki era globalisasi. Kondisi ini bertambah parah karena ternyata muncul
proteksi baru yang legal dalam aturan perdagangan internasional, tetapi
merupakan hambatan-hambtan teknis (technical barriens) bagi negara yang
sedang berkembang.Termologi yang biasa digunakan dalam peraturan suatu
negara bagi penerapan non tarif barrriens tersebut adalah ketentuan yang
menyangkut Sanitary and Phytosanitary Measures (SPM) Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP) dan Ecolabelling.
2. Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan

Pembangunan pertanian yang ramah lingkungan diartikan sebagai pembagnuan


yang tidak anatagonis dengan daya dukung (Iklim, tanah, air, dan semua biota
yang meliputi transmisi atau pendauran energi dan unsur hara, serta pengaruh
parasit, penyakit dan berbagai macam pemangsaan) yang menopang sebuah
komunitas.
Konsep pertanian yang berkelanjutan dengan masukan luar rendah yang
mempunyai prinsip pengelolaan ekosisitem sbb:

Menjamin kondisi tanah yang mendukung bagi pertumbuhan tanaman


Mengoptimalkan ketersediaan unsur hara, menyeimbangkan arus unsur hara
melalui pengikatan nitrogen, pemompaan unsur hara, daun ulang dan
pemanfaatan pupuk luar sebagai pelengkap

Meminimkan kerugian akibat sebagi akibat radiasi matahari, udara dan air
dengan cara penelolaan iklim mikro, pengelolaan air, dan pengendalian erosi.

Meminimkan serangan hama dan penyakit.

Saling melengkapi dan sinergi dalam pemggunaan sumberdaya genetik yang


mencakup penggabungan dalam sistem pertanian terpadu dengan tingkat
keanekaragaman fungsional yang tinggi.

KESIMPULAN (KOMENTAR)

Menurut teori ekonomi sederhana, nilai moneter dari suatu produk akan
terbagikan habis (exhausted) kepada pembayaran faktor-faktor produksi yang
terlibat dalam menghasilkan produk yang bersangkutan. Oleh karena itu, agar
manfaat ekonomi dari pembangunan ekonomi daerah dapat dinikmati secara
nyata oleh rakyat daerah yang bersangkutan, maka kegiatan ekonomi yang
dikembangkan dalam pembangunan ekonomi daerah haruslah kegiatan ekonomi
yang mendayagunakan sumber daya yang terdapat atau dikuasai/dimiliki daerah
yang bersangkutan.

Saat ini, sumber daya ekonomi yang dikuasai oleh rakyat di setiap daerah adalah
sumber daya agribisnis, yaitu sumber daya agribisnis berbasis tanaman pangan,
holtikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan. Oleh karena
itu, cara yang paling efektif untuk mengembangkan perekonomian daerah
adalah melalui pengembangan agribisnis. Pengembangan agribisnis yang
dimaksud bukan hanya pengembangan pertanian primer atau subsistem on farm
agribusiness, tetapi juga mencakup subsistem agribisnis hulu (up stream
agribusiness), yaitu industri-industri yang menghasilkan sarana produksi bagi
pertanian primer, seperti industri pembibitan/perbenihan, industri agro-otomotif,
industri agro-kimia, dan subsistem agribisnis hilir (down stream agribusiness),
yaitu industri-industri yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk
olahan beserta kegiatan perdagangannya.

Pengembangan agribisnis di setiap daerah harus juga disertai dengan


pengembanganorganisasi ekonomi, khususnya rakyat petani, agar manfaat
ekonomi yang dihasilkan dapat benar-benar dinikmati oleh rakyat dan daerah. Di
masa lalu, rakyat petani (bahkan daerah sentra-sentra agribisnis) hanya
menikmati nilai tambah dari subsistem on farm agribisnis yang umumnya relatif
kecil. Nilai tambah yang paling besar, yakni pada subsistem agribisnis hulu dan
hilir, dinikmati oleh para pedagang atau pengusaha luar daerah. Hal inilah yang
menyebabkan mengapa pendapatan petani tetap rendah dan ekonomi daerah
sentra-sentra agribisnis kurang berkembang.

Sumber: Materi ini diperoleh dari Bapak Ismail Rauf Dosen Fekon UNTAD

You might also like:

Potret Buram Pendidikan

Teori Struktur Modal

ISO 9000;2000

Linkwithin

Diposkan oleh prihatnalameindra di 7/05/2011 08:22:00 PM

Reaks
i:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan


ke Pinterest
Label: Manajemen agribisnis

2 komentar:

1.

mahasiswa manajemen FE UNTAD12 April 2012 22.45

neh hasil penelitian dosen fe-untad, di jadikan materi mata kuliah agribisnis oleh pak
ismail rauf,, berarti sama saja PLAGIAT

Balas

Balasan

1.

prihatnalameindra14 April 2012 11.43

maaf sblumnya,materi yg sy masukan di blog sy ini hanya tugas2 sy smua...


lagipula materi ini sdh sy cantumkan nama dosenya.
Trimakasih...

Balas

Muat yang lain...

Link ke posting ini


Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

MobGold

Connect With Us

Pages

Beranda

Iklan
Pages

Beranda
Gratisssss.........!!!!!!!!! Klik Iklan dibawah ya......
!
Iklan
Iklan

MobGold
Blog Archive

2015 (1)
digie club: peluang usaha gratis
2012 (2) http://m.digie.co.id/prihatnalameindra

2011 (14)
digie club: peluang usaha gratis
http://m.digie.co.id/prihatnalameindra
o Desember (4)
Popular Posts
o September (1)
Makalah Sistem Produksi
o Agustus (1)
BAB 1 PENDAHULUAN Organisasi industri
o Juli (2) merupakan salah satu mata rantai dari
sistem perekonomian, karena ia
o Mei (5) memproduksi dan mendist...

o April (1)

Label

AKUNTANSI MANAJEMEN
(1) MAKALAH USAHA WARUNG MAKAN

Gambar (1) Tugas Akuntansi Manajemen USAHA


WARUNG MAKAN SIGMA Disusun oleh:
Manajemen agribisnis (3)
Prihatnala meindra .k. c 201 09 027
FAKULTA...
Manajemen Industri (1)

Manajemen Keuangan KELEMBAGAAN PENDUKUNG AGRIBISNIS


(1)
BAB I KELEMBAGAAN PENDUKUNG
Manajemen Operasi (2) AGRIBISNIS A. LEMBAGA-LEMBAGA
PENDUKUNG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS
Manajemen Keberdaan kelembagaan pendukung pen...
Pengangkutan
(Transportasi) (1) Makalah Angkutan Laut

Pendidikan (2) BAB I PENDAHULUAN Transportasi laut


(Angkutan laut) berperan penting dalam
Perbankan (1) dunia perdagangan internasional maupun
domestik. Transpor...
PEREKONOMIAN
INDONESIA (1)

TUGAS PEREKONOMIAN INDONESIA

TUGAS PEREKONOMIAN INDONESIA


Disusun oleh: PRIHATNALA MEINDRA K.
C 201 09 027 ...

KELEMBAGAAN PENDUKUNG AGRIBISNIS

BAB I KELEMBAGAAN PENDUKUNG


AGRIBISNIS A. LEMBAGA-LEMBAGA
PENDUKUNG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS
Keberdaan...

(tanpa judul)

Add caption BAB I KELEMBAGAAN


PENDUKUNG AGRIBISNIS A.
LEMBAGA-LEMBAGA PENDUK...

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)

TQM (TOTAL QUALITY MANAGEMENT)


Manajemen Mutu Menyeluruh adalah
suatu konsep manajemen yang telah
dikembangkan sejak lima puluh tah...

ISO 9000;2000

INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR


STANDARDIZTION (ISO; 9001:2000) ISO
adalah standarisasi sistim manajemen
mutu untuk mengatur agar produk ...
Verification: Meta tag

Verification: Meta tag

Categories

AKUNTANSI MANAJEMEN (1)

Gambar (1)

Manajemen agribisnis (3)

Manajemen Industri (1)

Manajemen Keuangan (1)

Manajemen Operasi (2)

Manajemen Pengangkutan (Transportasi)


(1)

Pendidikan (2)

Perbankan (1)

PEREKONOMIAN INDONESIA (1)

Texts

Download

Free Blog Content

Arsip Blog

2015 (1)

2012 (2)

2011 (14)

o Desember (4)

o September (1)

o Agustus (1)
o Juli (2)

ISO 9000;2000

KELEMBAGAAN PENDUKUNG
AGRIBISNIS

o Mei (5)

o April (1)

LinkWithin

Blogger Tricks

Recent Posts

website Hit counter

Blogger Themes

MarketWatch.com - Top Stories


Ada kesalahan di dalam gadget ini

Total Tayangan Laman

68546

Ada kesalahan di dalam gadget ini

Ada kesalahan di dalam gadget ini

Ada kesalahan di dalam gadget ini

Ada kesalahan di dalam gadget ini

Pengikut

Mengenai Saya
prihatnalameindra

Mahasiswa di Universitas Tadulako (UNTAD) Fakultas Ekonomi Jurusan


Manajemen Angkatan 2009-Sekarang.....

Lihat profil lengkapku


Banner

Follow by Email

Ada kesalahan di dalam gadget ini

Amazon Deals
Ada kesalahan di dalam gadget ini

Pictures of Winnie The Pooh

Cari Blog Ini

Ada kesalahan di dalam gadget ini

Ada kesalahan di dalam gadget ini

Template Picture Window. Gambar template oleh konradlew. Diberdayakan oleh


Blogger.

5. Subsistem Penunjang
Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen
yang meliputi:

a. Sarana Tataniaga

b. Perbankan/perkreditan

c. Penyuluhan Agribisnis

d. Kelompok tani

e. Infrastruktur agribisnis

f. Koperasi Agribisnis

g. BUMN

h. Swasta
i. Penelitian dan Pengembangan

j. Pendidikan dan Pelatihan

k. Transportasi

l. Kebijakan Pemerintah

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) didirikan pada 1 Januari 1911
dengan nama waktu itu Besoekisch Proefstation. Setelah mengalami beberapa kali
perubahan baik nama maupun pengelola, saat ini secara fungsional Puslitkoka berada di
bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Republik
Indonesia, sedangkan secara struktural dikelola oleh Lembaga Riset Perkebunan Indonesia
Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (LRPI APPI).

Puslitkoka adalah lembaga non profit yang memperoleh mandat untuk melakukan penelitian
dan pengembangan komoditas kopi dan kakao secara nasional, sesuai dengan Keputusan
Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 786/Kpts/Org/9/1981 tanggal 20 Oktober 1981.
Juga sebagai penyedia data dan informasi yang berhubngan dengan kopi dan kakao.

Sejak berdiri pada tahun 1911, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia berkantor di Jl.
PB. Sudirman No. 90 Jember. Namun mulai 1987 seluruh kegiatan/operasional dipindahkan
ke kantor baru berlokasi di Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji, Jember berjarak + 20 km
arah Barat Daya dari Kota Jember. Pada tahun 2008 terakreditasi oleh Lembaga Sertfikasi
KNAPPP dengan Nomor Sertifikat: 006/Kp/KA-KNAPPP/I/2008;

STRUKTUR ORGANISASI

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan penelitian guna mendapatkan inovasi teknologi di bidang budidaya dan


pengolahan hasil kopi dan kakao

Melakukan kegiatan pelayanan kepada petani/pekebun kopi dan kakao di seluruh


wilayah Indonesia guna memecahkan masalah dan mempercepat alih teknologi

Membina kemampuan di bidang sumberdaya manusia, sarana dan prasarana guna


mendukung kegiatan penelitian dan pelayanan.

Visi dan Misi

Menjadi salah satu lembaga penelitian yang handal dan produktif dalam menciptakan
dan mengembangkan teknologi yang tekait dengan perkebunan kopi dan kakao

Menjadi pelopor kemajuan industri kopi dan kakao

Menjadi mitra pelaku usaha dengan pemerintah dalam mengembangkan inovasi


teknologi baru.
Menjadi pusat informasi dan pengembangan sumber daya manusia dalam
meningkatkan daya saing.

Rencana Strategis

Menentukan arah penelitian yang difokuskan pada isu strategis dengan


memperhatikan peluang, kendala dan sumberdana yang tersedia yang lebih lanjut
dijabarkan dalam Rencana Operasional Penelitian (ROP)

Menyatukan persepsi antara pengambil kebijakan, perencana, peneliti dan pengguna


teknologi dalam menentukan arah dan prioritas penelitian.

Menyatukan arah penelitian dalam rangka mendorong munculnya efek sinergik dalam
kegiatan ristek pada lingkup Puslitkoka, lingkup Badan Litbang Pertanian serta
lingkup Nasional dan Internasional

Sumberdaya Manusia:

Sumberdaya manusia Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia saat ini berjumlah 301
orang, yang terbagi dalam 3 bidang tugas, yaitu bidang penelitian dan pelayanan, bidang
usaha, dan bidang administrasi/penunjang. Peneliti berjumlah 34 orang, terdiri atas 11 orang
berijasah S3, 8 orang berijasah S2, dan 15 orang berijasah S1. Berdasarkan jabatan
fungsionalnya dapat dikelompokkan 11 orang Peneliti Utama, 12 orang Peneliti Madya, 1
orang Peneliti Muda, 1 orang Peneliti Pertama, dan 4 orang peneliti non kelas.

Sarana Penelitian:

Kebun Percobaan dan Areal Kantor seluas 380 ha, terdiri atas kebun percobaan kopi arabika
(KP. Andungsari ketinggian 100-1.200 m dpl.), kopi robusta dan kakao (KP. Kaliwining dan
KP. Sumberasin ketinggian 45-550 m dpl.). Laboratorium yang dipunyai seluas 2.365
m2 dengan peralatan sejumlah 850 unit. Terdiri dari Laboratorium Pemuliaan Tanaman,
Laboratorium Fisika Tanah, Kimia Tanah dan Biologi Tanah, Laboratorium Kultur Jaringan,
Laboratorium Mekanisasi Pertanian, Laboratorium Pengolahan Hasil, Laboratorium
Pengawasan Mutu, Pusat Informasi dan Pelatihan. Koleksi buku dan majalah di perpustakaan
sebanyak 38.706 judul dan 38.983 eksemplar, terdiri atas 7.622 judul artikel tentang kopi,
5.024 judul artikel kakao, dan lebih dari 15.677 judul artikel tentang karet, tembakau, dan
tanaman lainnya.

Anda mungkin juga menyukai