SKRIPSI
Disusun Oleh :
E1A111083
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2016
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
masyarakat diatur dan diperintah oleh hukum, bukan diperintah oleh manusia.
kepada hukum.
sebagai benteng terakhir (the last resort) dalam upaya penegakan kebenaran
dan keadilan. Dalam hal ini tidak ada badan lain yang berkedudukan sebagai
tempat mencari penegakan kebenaran dan keadilan (to enforce the truth and
1
M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Sistem Peradilan Dan Penyelesaian Sengketa,
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hal. 34.
2
Tata Usaha Negara yang diundangkan pada tanggal 29 Desember 1986 dan
yang timbul antara Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dengan orang atau
2
R. Wiyono, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Edisi Ketiga, Sinar Grafika,
Jakarta, 2013, hlm. 2.
3
Negara (KTUN) oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
bersangkutan.
Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang
Tata Usaha Negara antara Orang atau Badan Hukum perdata dengan Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara baik di Pusat maupun di Daerah, sebagai
2. Sengketa tersebut antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan
Usaha Negara.3
yang lain tentang apa yang dimaksud dengan keputusan Tata Usaha Negara,
akan berakibat memberikan pengertian yang salah tentang apa yang dimaksud
tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
diajukannya surat gugatan oleh penggugat atau oleh kuasanya dalam daerah
sengketa itu terdapat dua subjek sengketa atau para pihak yang bersengketa di
dan tergugat.5
bahwa Tergugat merupakan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
dilimpahkan kepadanya yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata.
Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, namun demikian dari ketentuan
yang terdapat dalam Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
dapat kita ketahui yang dimaksud dengan Penggugat adalah orang atau badan
Legal standing atau hak gugat secara materiil diatur dalam diatur Pasal
53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 yaitu mengenai hak gugat
5 Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Acara Pengadilan Tata Usaha Negara Dan UU
yang dimiliki orang atau badan hukum perdata yang menentukan bahwa Orang
atau Badan Hukum Perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu
Pengadilan yang berwenang, yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha
Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau
2 arti, yaitu :
itu bersifat pribadi dan langsung serta kepentingan itu secara objektif dapat
gugatan apabila ada hubungan kausal (sebab akibat) antara Keputusan Tata
6
Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
Buku II, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2005, hlm. 37.
7
Philipus M Hadjon dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Penerbit Gajah
Mada University Press, Yogyakarta, 1995, hlm. 324.
6
yang dirugikan tersebut adalah akibat langsung dari terbitnya Keputusan Tata
Sengketa Tata Usaha Negara (TUN) muncul jikalau seorang atau badan hukum
memeriksa, mengadili dan memutus sengketa antara para Calon Kepala Desa,
dan Pemerintahan Desa Kabupaten Musi Banyuasin Nomor : 097 Tahun 2014
Siburian, Marudut Halomoan Panjaitan, dan Yanto sebagai para Calon Kepala
Desa oleh objek sengketa tersebut. Kemudian Jawinner Siburian, Sugito, dan
masih menjabat sebagai Plt Kepala Desa yang berstatus Pegawai Negeri Sipil
(PNS), selain itu Penggugat juga mendalilkan bahwa Surat Keputusan yang
tidak ada kepentingan hukum Penggugat atau Penggugat tidak mempunyai hak
Onvankelijkverklaard).
persoalan hukum mengenai hak gugat (legal standing) Penggugat. Oleh karena
itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan dituangkan dalam bentuk
B. Perumusan Masalah
Undangan ?
C. Kerangka Teori
8
Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011,
hlm. 1.
9
Kontinental.9
peradilan guna menegakan hukum dan keadilan, ayat (2) kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara. Mengenai susunan dari
Pertama.
Tingkat Banding.10
9
Slamet Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Cetakan X, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1994, hlm. 21.
10
R. Wiyono, Op.Cit., hlm. 2.
10
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, kemudian terdapat beberapa
Usaha Negara, setelah itu pada tahun 2009 terjadi perubahan yaitu Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Adanya
Peradilan Tata Usaha Negara atau disebut dengan Hukum Acara Peradilan Tata
Usaha Negara.
Negara dapat juga disebut sebagai hukum yang mengatur berbagai tata cara
Begitupun dengan hukum material dari Hukum Acara Peradilan Tata Usaha
Negara yang merupakan unsur terpenting karena tanpa adanya hukum material
maka peradilan akan lumpuh. Sebaliknya tanpa hukum formal maka peradilan
11
Rozali Abdullah, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1994, hlm.1.
11
akan menjadi liar karena tidak ada batasan yang jelas dalam penerapan
wewenang.12
yaitu sengketa yang timbul akibat dari adanya tindakan-tindakan Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara yang dianggap melanggar hak-hak warga negara
menimbulkan akibat hukum serta merugikan orang atau badan hukum perdata.
iustae causa).
gugatan tidak menunda pelaksanaan KTUN yang digugat (Pasal 67 ayat (1)
ketentuan Pasal 1865 BW (KUH Perdata). Asas ini dianut dalam Pasal 107
UU No. 5 Tahun 1986 dan dibatasi oleh Pasal 100 UU No. 5 Tahun 1986.
12
Sjachran Basah, Hukum Acara Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Administrasi
(HAPLA), Rajawali Pers, Jakarta, 1989, hal.1.
13
W Riawan Tjandra, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Universitas Atma
Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, 2005, hlm. 9.
12
pihak, karena Tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara,
asas ini terdapat dalam ketentuan Pasal 58, Pasal 63 ayat (1) ayat (2), Pasal
demikian putusan Pengadilan Tata Usaha Negara berlaku bagi siapa saja,
untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara, yaitu dapat dilihat
Tata Usaha Negara. Sengketa Tata Usaha Negara yang dimaksud dalam pasal
14
Philipus M Hadjon dkk., Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Gajah
Mada Universiy Press, Yogyakarta, 1993, hal. 30-31.
13
tersebut ialah sengketa yang timbul antara Orang atau Badan Hukum Perdata
dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara sebagai akibat dikeluarkannya
Tahun 1986 menyebutkan bahwa sesuai dengan asas Actor Sequitor Forum Rei
Pengadilan yang berwenang mengadili dalam sengketa TUN ialah PTUN yang
Objek sengketa Tata Usaha Negara adalah suatu Keputusan Tata Usaha
maksud dengan Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis
yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi
Pada prinsipnya istilah standing dapat diartikan secara luas yaitu akses orang
Secara konvensional hak gugat hanya bersumber pada prinsip tiada gugatan
material berupa kerugian yang dialami secara langsung (injury in fact).15 Legal
standing merupakan hak gugat yang dimiliki oleh seseorang atau lebih
dimaksudkan untuk dinyatakan batal atau tidak sah suatu Keputusan Tata
Usaha Negara yang menjadi objek sengketa itu oleh Majelis Hakim. Setelah
pokok perkara maupun bukan pokok perkara. Isi dari Jawaban Tergugat itu
dapat berupa jawaban dalam eksepsi maupun jawaban dalam pokok perkara.
15
Erna Herlinda, Tinjauan Tentang Gugatan Class Actions Dan Legal standing Di
Peradilan Tata Usaha Negara, e-USU Repository 2004, Universitas Sumatera Utara, 2004,
hlm. 3-4.
16
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2015, hlm. 418.
15
ialah suatu sanggahan atau bantahan dari pihak tergugat terhadap gugatan
penggugat yang tidak langsung mengenai pokok perkara, yang berisi tuntutan
surat gugatan.18
D. Tujuan Penelitian
maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :
17
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2009,
hlm. 124.
18
Lilik Mulyadi, Hukum Acara Perdata Menurut Teori Dan Praktik Peradilan Di
Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1999, hlm. 137.
19
M. Yahya harahap, Op. Cit., 2015, hlm. 418-419.
20
Martiman Prodjohamidjojo, Op. Cit., hlm. 50.
16
E. Kegunaan Penelitian
gugatan serta dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi peneliti lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kontinental.22
berdasarkan hukum yang terdapat pada rakyat.23 Konsep Negara Hukum lahir
revolusioner.
Konsep negara hukum sangat terkait dengan sistem hukum yang dianut
oleh suatu negara. Pada dasarnya sistem hukum dibedakan menjadi dua
21
Ridwan H.R., Loc. Cit.
22
Slamet Prajudi Atmosudirjo, Loc. Cit.
23
Ridwan, Juniarso dkk, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik,
Nuansa Cendekia, Bandung, 2009, hlm. 24.
18
kelompok besar, yaitu sistem hukum kontinental dan sistem hukum anglo
sebagai berikut:
kontinental dan tradisi hukum anglo saxon, atau gabungan antara tradisi
2. Terdapat sistem hukum yang tidak dapat dapat digolongkan ke dalam salah
Plato, ketika ia menulis Nomoi, sebagai karya tulis ketiganya yang dibuat
diusianya yang sudah tua, sementara dua tulisan pertama, Politeia dan
yaitu Aristoteles yang menyatakan suatu negara yang baik adalah negara yang
dilaksanakan atas kehendak rakyat, bukan berupa paksaan atau tekanan yang
dan apa akhir dari setiap masyarakat, konstitusi merupakan aturan-aturan dan
Kontinental itu. Konsep rechtstaat menurut Philipus M. Hadjon lahir dari suatu
adalah:
26
Azhary, Negara Hukum Indonesia, UI-Press, Jakarta, 1995, hlm. 20-21.
27
Philipus M Hadjon. Op. Cit, hlm. 72.
28
SF. Marbun, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, 2001, hlm.7.
20
Pada saat yang hampir bersamaan muncul pula konsep negara hukum
(rule of law) dari A. V. Dicey, yang lahir dalam naungan sistem anglo saxon.
Istilah rule of law yang juga diartikan sama dengan negara hukum, Sunaryati
berjudul The Rule Of Law. Sunaryati menyatakan, agar tercipta suatu negara
penegakan the rule of law itu harus diartikan dalam arti yang materiil.29 Tipe
negara hukum dalam arti materiil ini sering juga disebut negara hukum
modern. Negara dalam pengertian ini bukan saja menjaga keamanan semata-
mata tetapi secara aktif turut serta dalam urusan kemasyarakatan demi
kesejahteraan rakyat. Oleh sebab itu pengertian negara hukum dalam arti
Konsep negara hukum (rule of law) dari A. V. Dicey, yang lahir dalam
hukum;
law). Dalil ini berlaku baik untuk orang dewasa maupun untuk pejabat;
29
Sunaryati Hartono, The Rule Of Law, Alumni, Bandung, 1976, hlm. 35.
30
SF. Marbun, Op. Cit., hlm. 13.
31
Ridwan HR, Op. Cit., hlm. 3-4.
21
mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang sejahtera, aman dan tertib.
dan salah satu sarana pendukung tersebut adalah hukum. Salah satu sarana
Dasar peradilan dalam UUD NRI 1945 dapat ditemukan dalam pasal 24
menegakkan hukum dan keadlian. Sementara pada Pasal 24 ayat (2), Peradilan
terdapat dalam batang tubuh UUD NRI 1945, terutama sebagaimana telah
ditetapkan dalam pasal-pasal 27, 28, 29, 30 dan 34. Berarti Negara Hukum
terhadap rakyat atas tindak pemerintahan tidak dapat ditampung oleh peradilan
umum yang ada. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu peradilan khusus
dengan rakyat. Peradilan ini dalam tradisi rechtsstaat disebut dengan peradilan
34
Sjachran Basah, Op. Cit., hlm. 150.
23
pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara. Mengenai susunan dari
Pertama.
Tingkat Banding.35
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, kemudian terdapat beberapa
Usaha Negara, setelah itu pada tahun 2009 terjadi perubahan yaitu Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Adanya
Peradilan Tata Usaha Negara atau disebut dengan Hukum Acara Peradilan Tata
Usaha Negara.
35
R. Wiyono, Loc. Cit.
24
Negara dapat juga disebut sebagai hukum yang mengatur berbagai tata cara
Begitupun dengan hukum material dari Hukum Acara Peradilan Tata Usaha
Negara yang merupakan unsur terpenting karena tanpa adanya hukum material
maka peradilan akan lumpuh. Sebaliknya tanpa hukum formal maka peradilan
akan menjadi liar karena tidak ada batasan yang jelas dalam penerapan
wewenang.37
yaitu sengketa yang timbul akibat dari adanya tindakan-tindakan Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara yang dianggap melanggar hak-hak warga negara
menimbulkan akibat hukum serta merugikan orang atau badan hukum perdata.
adalah:
36
Rozali Abdullah, Loc. Cit.
37
Sjachran Basah, Loc. Cit.
25
sengketa antara Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dengan warga
pembangunan nasional.38
Mahkamah Agung, dalam hal ini pembentukan Peradilan Tata Usaha Negara
juga mengandung beberapa asas yang pada hakekatnya merupakan suatu dasar
bangunan tanpa suatu pondasi maka akan rapuh. Sesuatu aturan tanpa ada
38 Philipus M. Hadjon dkk, Loc. Cit.
39
Suparto Wijoyo, Hukum Acara Peradilan Administrasi (Peradilan Tata Usaha
Negara), Airlangga University Press, Surabaya, 2005, hlm. 51.
26
40
Rahardjo berpendapat, bahwa asas hukum merupakan jantungnya
landasan, asas hukum ini layak disebut sebagai alasan lahirnya peraturan
kata lain telah dinyatakan batal atau tidak sah. Dengan adanya asas ini,
(Pasal 67 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1986). Konsekuensi dari asas ini
yaitu:
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Penerbit Alumni, Bandung, 1986, hlm. 85.
40
41
W Riawan Tjandra, Loc. Cit.
27
4) KTUN yang digugat hanya dapat dibatalkan dan bukan batal demi
hukum.42
1865 BW (KUH Perdata). Asas ini dianut dalam Pasal 107 UU No. 5
Tahun 1986 dan dibatasi oleh Pasal 100 UU No. 5 Tahun 1986.
para pihak yang dinilai tidak seimbang, karena Tergugat adalah Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara, sedangkan Penggugat adalah Orang atau
42
Weda Kupita, Materi Kuliah Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Fakultas
Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, 2010, hlm 9.
43
Ibid.
28
Pasal 58, Pasal 63 ayat (1) ayat (2), Pasal 80 dan Pasal 85 UU No. 5
pada hakim;
menjadi dimungkinkan;
dengan demikian putusan Pengadilan TUN berlaku bagi siapa saja, tidak
bersangkutan;
relatif.47
45
Ibid.
46
Zairin Harahap, Op.Cit., hlm. 29.
47
Ibid., hlm. 30-31.
48
Philipus M. Hadjon dkk., Op. Cit., 1993, hlm. 313.
30
Keputusan Tata Usaha Negara itu sendiri, sebagaimana yang terdapat pada
Negara adalah ketentuan yang terdapat pada Pasal 3. Para sarjana hukum
menyebut hal ini dengan Keputusan Tata Usaha Negara Fiktif-Negatif yaitu
sebagai berikut:
a. Kompetensi Absolut
dalam bidang Tata Usaha Negara antara seseorang atau badan hukum
49
Indroharto, Op. Cit., 1993, hlm. 35.
31
sedangkan hal itu merupakan kewajiban badan atau pejabat Tata Usaha
Pasal 48: (1) Dalam hal suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
berlaku;
berlaku.
b. Kompetensi Relatif
nisbi), ialah bahwa sesuai dengan asas Actor Sequuitor Forum Rei ( yang
tergugat.
(2) Apabila tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat Tata Usaha
(3) Dalam hal tempat kedudukan tergugat tidak berada dalam daerah
(4) Dalam hal-hal tertentu sesuai dengan sifat sengketa Tata Usaha
Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 jo. Undang-
Undang Nomor 51 Tahun 2009 bahwa sengketa Tata Usaha Negara itu
Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 adalah sangat penting
untuk dipahami, karena dengan memberikan pengertian yang lain tentang apa
yang dimaksud dengan Keputusan Tata Usaha Negara, akan mempunyai akibat
keputusan yang bersifat tertulis, konkret, individual dan final. Hal ini telah
penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara
yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan
yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
52
Zairin Harahap, Op. Cit., hlm. 17.
35
Tata Usaha Negara, yang dimaksud sengketa Tata Usaha Negara diatur dalam
timbul dalam bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata
dengan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di pusat maupun di daerah,
berlaku.
beberapa unsur dari suatu Keputusan Tata Usaha Negara sebagai objek
sengketa Tata Usaha Negara. Jika diuraikan apa yang dimaksud dengan
yaitu:
1) Penetapan Tertulis
Negeri Sipil, tetapi kepada isi (materi) yang menunjuk kepada hubungan
hukum. Oleh karena itu memo atau nota tertulis, asalkan maksudnya jelas
dan terang, sudah dianggap memenuhi syarat keputusan Badan atau Pejabat
bahwa semua Keputusan Tata Usaha Negara harus dengan bentuk tertulis,
tertulis, tetapi disamakan dan di anggap sama dengan Keputusan Tata Usaha
2009. Dari penjelasan pasal tersebut dapat diketahui bahwa bentuk formal
dari suatu penetapan tertulis tidak menjadi syarat mutlak agar suatu
Negara.54
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara. 55 Unsur ini
2009, yang dimaksud dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah
Pejabat Tata Usaha Negara adalah badan atau pejabat yang berdasarkan
agar suatu badan atau pejabat dapat disebut sebagai Badan atau Pejabat Tata
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dapat dipertoleh dengan cara
Perundang-Undangan
bahwa yang dimaksud dengan tindakan hukum Tata Usaha Negara adalah
perbuatan hukum Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang bersumber
pada ketentuan hukum Tata Usaha Negara yang dapat menimbulkan hak
atau kewajiban pada orang lain. Dengan kata lain, tindakan hukum Tata
Usaha Negara adalah tindakan dari Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
56
R. Wiyono, Op. Cit., hlm. 20.
38
Karena tindakan hukum dari Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
hukum dari Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara itu selalu merupakan
tindakan hukum publik sepihak. Perlu untuk diperhatikan bahwa tidak selalu
tindakan hukum dari Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara merupakan
tindakan hukum Tata Usaha Negara, tetapi hanya tindakan hukum dari
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang menimbulkan akibat hukum
Usaha Negara.
hal yang dituju. Kalau yang dituju itu lebih dari seorang, maka
39
Dengan kata lain tidak ada lagi tindakan, upaya hukum alternatif
40
Usaha Negara, karena penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau
Pejabat Tata Usaha yang menimbulkan akibat hukum tersebut adalah berisi
tindakan hukum Tata Usaha Negara. Akibat hukum Tata Usaha Negara
terjadi jual beli tanah atau surat keterangan dari Kepala Desa yang
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, Orang atau Badan Hukum Perdata itu
standing).
Pada prinsipnya istilah standing dapat diartikan secara luas yaitu akses
fact).58 Legal standing merupakan hak gugat yang dimiliki oleh seseorang atau
57
Ibid, hlm. 27-30.
58
Erna Herlinda, Loc. Cit.
42
Ketentuan mengenai hak gugat diatur dalam Pasal 53 ayat (1) Undang-
diselenggarakannya hak gugat bagi orang atau badan hukum perdata yang
(natuurlijke persoon). Tetapi apa yang dimaksud Badan Hukum Perdata (BHP)
kita harus merujuk pada ketentuan dalam KUH Perdata. Ia berpendapat yang
dimaksud BHP dalam rumusan itu adalah murni badan yang menurut
pengertian hukum perdata berstatus sebagai badan hukum seperti CV, PT,
59
Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
Buku I: Beberapa Pengertian Dasar Hukum Tata Usaha Negara, Sinar Harapan, 2004, hlm. 117.
60
Zairin Harahap, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Edisi revisi, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hlm 87.
61
R. Wiyono, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Edisi kedua, Sinar Grafika,
Jakarta, 2009, hlm 63-64.
43
Selain itu ada pula gugatan Citizen Lawsuit, Gugatan Citizen Lawsuit
(CLS) pada intinya adalah mekanisme bagi Warga Negara untuk menggugat
Hukum, sehingga CLS diajukan pada lingkup peradilan umum dalam hal ini
perkara Perdata. Oleh karena itu Atas kelalaiannya, dalam petitum gugatan,
umum (regeling) agar kelalaian tersebut tidak terjadi lagi di kemudian hari.62
Popularis diantaranya63:
acuan bahwa setiap warga negara tanpa kecuali mempunyai hak membela
kepentingan umum;
- Citizen law suit adalah akses orang perorangan warga Negara untuk
kerugian public yang terjadi, Pada dasarnya Citizen law suit merupakan
- Actio popularis adalah gugatan yang dapat diajukan oleh setiap warga
Tahun 1986 sifatnya adalah kepentingan yang bersifat pribadi yang secara
individual atau telah lebih condong kepentingan publik atau masyarakat orang
banyak, apalagi misi kepentingan dalam kepastian hak gugat organisasi (legal
yang menurut visi anggaran dasar atau rumah tangganya mengatur untuk itu.
surat keputusan tata usaha negara, dalam kapasitas gugatan organisasi, sudah
64
Erna Herlinda, Op. Cit., hlm. 5.
45
barang tentu kepentingan yang dirugikan itu tidak langsung dialami oleh
organisasi itu.
Selain itu, jika ada pihak lain yang dirugikan akibat dikeluarkannya
suatu KTUN, pihak itu dapat masuk dalam pemeriksaan perkara yang sedang
Usaha Negara adalah ikut serta atau diikutsertakannya pihak ketiga berupa
perorangan atau badan hukum perdata yang berada di luar pihak berperkara
pembuktian (paling lambat saat duplik). Dengan kata lain bilamana intervensi
pihak ketiga ini (intervensi) diatur dalam pasal 83 UU No. 5 tahun 1986.
sedang berjalan, maka pihak ketiga tersebut sebagai pihak yang mandiri
tergugat. Untuk dapat ikut serta dalam perkara atau proses pemeriksaan
perkara, karena atas prakarsa sendiri, maka pihak ketiga tersebut harus
perkara.
dicantumkan dalam berita acara sidang. Isi putusan sela tersebut bisa
yang dimaksud. Alternatif lain, pihak ketiga tersebut bisa pula mengajukan
gugatan di luar proses yang sedang berjalan hanya saja bila ia bisa
Negara yang menjadi objek gugatan bisa pula berhubungan dengan pihak
ketiga. Bertitik tolak bahwa gugatan diajukan oleh perorangan atau badan
penguatan terhadap posisi hukum para pihak yang bersengketa. Cara ini
dalam acara perdata disebut voeging. Bila yang menarik adalah pihak
pihak ketiga dalam perkara, maka kedudukan pihak ketiga tersebut adalah
dan dikabulkan oleh pengadilan. Syarat utama dalam hal ini adalah adanya
Masuknya pihak ketiga dalam proses, baik atas prakarsa sendiri atau
permintaan hakim hanya ditempatkan pada pihak penggugat saja, dan tidak
diperlukan sebab karakter putusan PTUN berlaku erga Omnes dan sangat
berbeda dalam acara perdata yang mana putusan hanya berlaku bagi pihak
E. Eksepsi
65
M. Yahya Harahap, Loc. Cit.
49
ialah suatu sanggahan atau bantahan dari pihak tergugat terhadap gugatan
penggugat yang tidak langsung mengenai pokok perkara, yang berisi tuntutan
surat gugatan.67
66
Sudikno Mertokusumo, Loc. Cit.
67
Lilik Mulyadi, Loc. Cit.
68
M. Yahya harahap, Op. Cit., hlm. 418-419.
69
Martiman Prodjohamidjojo, Op. Cit., hlm. 50.
50
disampaikan jawaban atas pokok sengketa dan eksepsi tersebut harus diputus
dalam sengketa Tata Usaha Negara oleh tergugat dapat diklasifikasikan atas 2
kelompok yaitu:
2) Eksepsi perkara oleh telah diputus oleh majelis hakim dan mempunyai
consortium).
braad).
73
Ibid.
74
M. Yahya Harahap. Op. Cit., hlm. 457.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan
hukum identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh
lembaga atau pejabat yang berwenang. Konsep ini memandang hukum sebagai
suatu sistem normatif yang bersifat mandiri, tertutup dan lepas dari kehidupan
B. Spesifikasi Penelitian
dilakukan analisis terhadap berbagai aspek yang akan diteliti dengan asas
C. Lokasi Penelitian
Universitas Jenderal Soedirman, dan tempat lain yang berkaitan erat dengan
75
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1985,
hlm.15.
53
Bahan Hukum Primer yakni bahan hukum yang bersifat autoratif artinya
F. Metode Analisis
G. Metode Penyajian
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Banyuasin;
Banyuasin ;
Selatan.
2. Objek Sengketa
Banyuasin.
nama calon kepala Desa Muara Medak yaitu pada nomor urut 4
orang,yakni :
1. Sugito.
2. Jasmin.
3. Jawinner Siburian.
5. Yanto.
yang isinya:
59
Desa aktif ;
POLRES MUBA.
kepada Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa Muara Medak. Isi surat
antara lain :
61
3.8. Dengan telah terbitnya objek sengketa maka secara hukum tindakan
tentang Desa) ;
Objek Sengketa;
calon kepala Desa paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak
Kabupaten MUBA.
67
Pemilihan.;
kepegawaian dan tidak ada izin cuti dari Bupati MUBA. Dalam
Desa;
4. Jawaban Tergugat
1. Tahap Persiapan;
2. Tahap Pencalonan;
Asasi Manusia untuk memilih dan dipilih, hal ini dijamin dalam,
dapat diterima.;
usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah,
yang digugat;
82
desa.;
1. SUGITO;
84
2. JASMIN;
3. JAWINNER SIBURIAN;
5. YANTO;
1=T-1);
Sipil (PNS);
November 2014;
Desember 2014;
85
6). Bahwa Surat Perintah Camat Bayung Lencir No. 01 tahun 2015
kepala desa yang berhak ikut dalam pemilihan kepala desa Muara
Medak;
yang sama untuk tetap menjadi calon kepala desa Muara Medak;
ditetapkan sebagai kepala desa terpilih (vide bukti T-9), maka hal
Penggugat dalam hal perolehan suara pemilih, oleh karena tidak akan
dilaksanakan;
kepala desa terpilih oleh BPD Muara Medak, oleh karena adanya
88
dipertimbangkan;
biaya perkara yang besarnya akan ditetapkan dalam amar putusan ini;
penjelasannya dan Pasal 109 ayat (1) UU No. 5 tahun 1986 yang
bukti yang relevan dan terhadap alat bukti yang selebihnya tetap
onvankelijk verklaaard);
Rupiah) ;
B. Pembahasan
dan diperintah oleh hukum, bukan diperintah oleh manusia. Hukum berada di
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang diundangkan
Negara dapat juga disebut sebagai hukum yang mengatur berbagai tata cara
76
R. Wiyono, Loc. Cit.
77
Rozali Abdullah, Loc. Cit.
91
iustae causa).
asas ini, gugatan tidak menunda pelaksanaan KTUN yang digugat (Pasal
dengan ketentuan Pasal 1865 BW (KUH Perdata). Asas ini dianut dalam
Pasal 107 UU No. 5 Tahun 1986 dan dibatasi oleh Pasal 100 UU No. 5
Tahun 1986.
para pihak, karena Tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha
Penerapan asas ini terdapat dalam ketentuan Pasal 58, Pasal 63 ayat (1)
78
W Riawan Tjandra, Loc. Cit.
92
siapa saja, tidak hanya berlaku bagi pihak yang berperkara saja.
untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara, yaitu dapat dilihat
Kewenangan dari Peradilan Tata Usaha Negara yang diatur dalam Pasal
menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara yang timbul antara Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara dengan orang atau Badan Hukum Perdata sebagai
akibat diterbitkannya Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) oleh Badan atau
Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang
Tata Usaha Negara antara Orang atau Badan Hukum perdata dengan Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara baik di Pusat maupun di Daerah, sebagai
79
Philipus M Hadjon dkk., Loc. Cit., hlm. 30-31.
93
2. Sengketa tersebut antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan
Usaha Negara.80
yang lain tentang apa yang dimaksud dengan keputusan Tata Usaha Negara,
akan berakibat memberikan pengertian yang salah tentang apa yang dimaksud
Undang Nomor 51 Tahun 2009 yang dimaksud dengan Keputusan Tata Usaha
Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara
konkret, individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi orang atau
diajukannya surat gugatan oleh penggugat atau oleh kuasanya dalam daerah
sengketa itu terdapat dua subjek sengketa atau para pihak yang bersengketa di
80
Ibid., hlm. 6.
81
Indroharto, Loc. Cit. hlm. 162.
94
dan tergugat.82
bahwa Tergugat merupakan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
dilimpahkan kepadanya yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata.
Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, namun demikian dari ketentuan
yang terdapat dalam Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
dapat kita ketahui yang dimaksud dengan Penggugat adalah orang atau badan
Legal standing atau hak gugat secara materiil diatur dalam diatur Pasal
53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 yaitu mengenai hak gugat
yang dimiliki orang atau badan hukum perdata yang menentukan bahwa Orang
atau Badan Hukum Perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu
Pengadilan yang berwenang, yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha
Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau
Pada prinsipnya istilah legal standing dapat diartikan secara luas yaitu
82
Martiman Prodjohamidjojo, Loc. Cit.
95
fact).83 Legal standing merupakan hak gugat yang dimiliki oleh seseorang atau
Usaha Negara.
Pertama.
Tingkat Banding.84
tentang Peradilan Tata Usaha Negara, setelah itu pada tahun 2009 terjadi
pedoman beracara dalam Peradilan Tata Usaha Negara atau disebut dengan
Begitupun dengan hukum material dari Hukum Acara Peradilan Tata Usaha
maka peradilan akan menjadi liar karena tidak ada batasan yang jelas dalam
penerapan wewenang.85
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang dianggap melanggar hak-hak
warga negara karena adanya Keputusan Tata Usaha Negara yang ditujukan
atau menimbulkan akibat hukum serta merugikan orang atau badan hukum
perdata.
85
Sjachran Basah, Loc. Cit, hlm.1.
97
bidang Tata Usaha Negara antara Orang atau Badan Hukum perdata dengan
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara baik di Pusat maupun di Daerah,
Tahun 2009.
diajukannya surat gugatan oleh penggugat atau oleh kuasanya dalam daerah
sengketa itu terdapat dua subjek sengketa atau para pihak yang bersengketa
padanya atau yang dilimpahkan kepadanya yang digugat oleh orang atau
namun demikian dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal 53 ayat (1)
dengan Penggugat adalah orang atau badan hukum perdata yang merasa
86 Martiman Prodjohamidjojo, Loc. Cit., hlm. 16.
98
Usaha Negara
hukum;
kepentingan itu bersifat pribadi dan langsung serta kepentingan itu secara
adalah akibat langsung dari terbitnya Keputusan Tata Usaha Negara yang
digugat.
87
Indroharto, Loc. Cit., hlm. 37.
88
Philipus M Hadjon dkk, Loc. Cit., hlm. 324.
99
agar Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat dinyatakan batal atau tidak
sah. Agar tujuan dari tuntutan tersebut dapat tercapai, maka gugatan yang
diajukan oleh orang atau badan hukum perdata harus memuat dasar-dasar
Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang
hukum perdata yang dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara,
persoalan itu kita harus merujuk pada ketentuan dalam KUH Perdata. Ia
89
Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
Buku I: Beberapa Pengertian Dasar Hukum Tata Usaha Negara, Sinar Harapan, 2004, hlm. 117.
100
berpendapat yang dimaksud BHP dalam rumusan itu adalah murni badan
Selain itu ada pula gugatan Citizen Lawsuit, Gugatan Citizen Lawsuit
(CLS) pada intinya adalah mekanisme bagi Warga Negara untuk menggugat
dalam hal ini perkara Perdata. Oleh karena itu Atas kelalaiannya, dalam
yang bersifat mengatur umum (regeling) agar kelalaian tersebut tidak terjadi
Popularis diantaranya93:
90
Zairin Harahap, Loc. Cit.
91
R. Wiyono, Loc. Cit.
92
https://masalahukum.wordpress.com/2013/08/25/citizen-law-suit Loc. Cit.
93
Ibid.
101
- Citizen law suit adalah akses orang perorangan warga Negara untuk
kerugian public yang terjadi, Pada dasarnya Citizen law suit merupakan
- Actio popularis adalah gugatan yang dapat diajukan oleh setiap warga
yang secara langsung diderita atau dirugikan atas penerbitan surat keputusan
derefatif. 94
94
Erna Herlinda, Loc. Cit., hlm. 5.
102
atau kepentingan masyarakat yang menurut visi anggaran dasar atau rumah
sudah barang tentu kepentingan yang dirugikan itu tidak langsung dialami
Selain itu, jika ada pihak lain yang dirugikan akibat dikeluarkannya
suatu KTUN, pihak itu dapat masuk dalam pemeriksaan perkara yang
Peradilan Tata Usaha Negara adalah ikut serta atau diikutsertakannya pihak
ketiga berupa perorangan atau badan hukum perdata yang berada di luar
sedang berjalan, maka pihak ketiga tersebut sebagai pihak yang mandiri
tergugat. Untuk dapat ikut serta dalam perkara atau proses pemeriksaan
perkara, karena atas prakarsa sendiri, maka pihak ketiga tersebut harus
perkara.
dicantumkan dalam berita acara sidang. Isi putusan sela tersebut bisa
mengajukan gugatan di luar proses yang sedang berjalan hanya saja bila
Negara yang menjadi objek gugatan bisa pula berhubungan dengan pihak
ketiga. Bertitik tolak bahwa gugatan diajukan oleh perorangan atau badan
penguatan terhadap posisi hukum para pihak yang bersengketa. Cara ini
dalam acara perdata disebut voeging. Bila yang menarik adalah pihak
Masuknya pihak ketiga dalam proses, baik atas prakarsa sendiri atau
permintaan hakim hanya ditempatkan pada pihak penggugat saja, dan tidak
106
sangat diperlukan sebab karakter putusan PTUN berlaku erga Omnes dan
sangat berbeda dalam acara perdata yang mana putusan hanya berlaku bagi
Undangan.
memutus sengketa antara para Calon Kepala Desa yang meliputi Jawinner
sengketa yang berisi tentang penetapan Calon Kepala Desa Muara Medak
menjabat sebagai Plt Kepala Desa yang berstatus Pegawai Negeri Sipil
(PNS), selain itu Penggugat juga mendalilkan bahwa Surat Keputusan yang
suatu hak gugat yang dimiliki oleh penggugat selaku subjek hukum dalam
keputusan Tergugat dalam Surat Keputusan objek sengketa, oleh sebab itu
mereka adalah orang-orang atau subyek hokum yang disebut dalam surat
perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
114
menjadi calon kepala desa Muara Medak. Adapun masuknya calon atas
kemudian ditetapkan sebagai kepala desa terpilih, maka hal tersebut pun
hal perolehan suara pemilih, tidak akan dapat dibuktikan secara pasti
yang secara langsung diderita atau dirugikan atas penerbitan surat keputusan
derefatif. 95
hukum;
95
Erna Herlinda, Loc. Cit., hlm. 5.
96
Indroharto, Loc. Cit., hlm. 37.
115
kepentingan itu bersifat pribadi dan langsung serta kepentingan itu secara
adalah akibat langsung dari terbitnya Keputusan Tata Usaha Negara yang
digugat.
gugatan, karena memang ada kerugian yang secara langsung dialami oleh
97
Philipus M Hadjon dkk, Loc. Cit., hlm. 324.
116
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Negara.
nilai yang harus dilindungi oleh hukum dan kepentingan berproses artinya
sendiri, kepentingan itu bersifat pribadi dan langsung serta kepentingan itu
98
Indroharto, Loc. Cit., hlm. 37.
99
Philipus M Hadjon dkk, Loc. Cit., hlm. 324.
118
adalah akibat langsung dari terbitnya Keputusan Tata Usaha Negara yang
digugat.
calon kepala desa yang berhak ikut dalam pemilihan kepala desa Muara
perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
menjadi calon kepala desa Muara Medak. Adapun masuknya calon atas
kemudian ditetapkan sebagai kepala desa terpilih, hal tersebut pun secara
suara pemilih, meskipun tidak akan dapat dibuktikan secara pasti menurut
B. Saran
sebaiknya lebih cermat dan teliti dalam menentukan hak gugat seseorang yang
DAFTAR PUSTAKA
Literatur:
Abdullah, Rozali, 1994, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Zairin Harahap, 1997, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Edisi revisi,
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Harahap, Zairin, 2007, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Herlinda, Erna, 2004, Tinjauan Tentang Gugatan Class Actions Dan Legal
standing Di Peradilan Tata Usaha Negara, e-USU Repository 2004,
Universitas Sumatera utara.
Kupita, Weda, 2010, Materi Kuliah Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara,
Purwokerto: Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman.
Mulyadi, Lilik, 1999, Hukum Acara Perdata Menurut Teori Dan Praktik
Peradilan Di Indonesia, Jakarta: Djambatan.
Soemitro, Rony Hanitijo, 1988, Metode Penulisan dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia
Indah.
Wiyono, R, 2013, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Edisi Ketiga,
Jakarta: Sinar Grafika.
Peraturan Perundang-Undangan:
Peraturan Daerah Musi Banyuasin Nomor 1 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa
(Lembaran Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2007 Nomor 1).
Peraturan Daerah Musi Banyuasin Nomor 10 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2007 tentang Tata Cara Pencalonan,
Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah
Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2012 Nomor 10).
Peraturan Bupati Musi Banyuasin Nomor 26 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pencalonan dan pemilihan Kepala Desa (Berita Daerah Kabupaten Musi
Banyuasin Tahun 2013 Nomor 26).
Putusan Pengadilan:
April 2017.