Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lemak dan minyak adalah trigliserida yang berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan
antara suatu lemak adalah pada temperatur kamar, lemak akan berbentuk padat dan minyak
berbentuk cair dan minyak mengandung presentase asam tak jenuh lebih tinggi
menyebabkan titik didihnya lebih rendah dibandingkan lemak (Hart, 1983). Sebagian besar
gliserida pada hewan merupakan lemak yang biasa disebut lemak hewani. Sedangkan
gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak dan disebut sebagai minyak nabati.
Pohon jarak (Ricinus communis) merupakan salah satu jenis tanaman penghasil
nonedible oil. Hasil utama dari pohon jarak adalah bijinya, apabila dikeringkan biji jarak
akan menghasilkan minyak jarak. Hidrolisa minyak jarak menjadi asam lemak dan gliserol
dilakukan dengan cara memanaskan campuran minyak jarak dan sedikit asam sulfat. Asam
lemak yang diperoleh dari hidrolisis suatu minyak atau lemak umumnya mempunyai rantai
karbon panjang dan tidak bercabang. Penggunaan langsung minyak jarak terbatas pada
industri genteng, obatobatan, minyak rem, dan minyak lincir.
Dalam praktikum ini menggunakan metode hidrolisa karena metodenya sederhana.
Selain itu reagen yang dibutuhkan murah yaitu air/aquadest. Aplikasi gliserol yaitu sebagai
bahan kosmetik, industri makanan dan minuman, sabun (Nufa, 2012). Sabun cair dibuat
melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak jarak serta menggunakan alkali
(KOH). Untuk meningkatkan kejernihan sabun, dapat ditambahkan gliserin atau alkohol
(Rheea, 2011).

1.2. Rumusan Masalah


Hidrolisa merupakan pengikatan gugus hidroksil (-OH) oleh suatu senyawa. Gugus
(-OH) dapat diperolah dari air. Hidrolisa dapat dilakukan pada minyak nabati seperti minyak
jarak. Untuk hidrolisa minyak nabati dapat dilakukan pada tekanan rendah akan tetapi reaksi
berlangsung lambat sehingga diperlukan katalisator, misalnya HCl.
Hidrolisa minyak jarak menjadi asam lemak dan gliserol dilakukan dengan cara
memanaskan campuran minyak jarak dan sedikit asam klorida (HCl) di dalam labu leher
tiga. Pemanasan dilakukan sampai suhu yang diinginkan sebelum air dengan suhu yang
sama dimasukkan. Pada praktikum ini, akan dilakukan hidrolisa minyak jarak untuk
mengetahui pengaruh perbandingan mol pereaktan (minyak jarak : air 1:5 ; 1:7,5 ; 1:10)
terhadap konversi, konstanta kecepatan reaksi, dan arah kesetimbangan reaksi yang
dihasilkan dari hidrolisa.

1
1.3. Tujuan Percobaan
1. Pengaruh konsentrasi katalis minyak jarak dan air terhadap konversi hidrolisa minyak
jarak.
2. Konsentrasi katalis minyak jarak dan air terhadap nilai konsatanta kecepatan reaksi
hidrolisa minyak jarak (k).
3. Pengaruh konsentrasi katalis minyak jarak dan air terhadap arah kesetimbangan reaksi
hidrolisa minyak jarak (K).
4. Mekanisme hidrolisis minyak jarak.

1.4. Manfaat Percobaan


1. Mampu memahami pengaruh konsentrasi katalis minyak jarak dan air terhadap konversi
hidrolisa minyak jarak.
2. Mampu memahami pengaruh konsentrasi katalis minyak jarak dan air terhadap nilai
konsatanta kecepatan reaksi hidrolisa minyak jarak (k).
3. Mampu memahami pengaruh konsentrasi katalis minyak jarak dan air terhadap arah
kesetimbangan reaksi hidrolisa minyak jarak (K).
4. Mengetahui mekanisme hidrolisis minyak jarak.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

A. Hidrolisa Minyak secara Umum


Hidrolisa merupakan pengikatan gugus hidroksil (-OH) oleh suatu senyawa. Gugus
OH dapat diperoleh dari air. Hidrolisis dapat digolongkan menjadi hidrolisis murni,
hidrolisis katalis asam, hidrolisis katalis basa, gabungan alkali dengan air dan hidrolisis
dengan katalis enzim. Berdasarkan fase reaksi hidrolisis dikelompokkan menjadi
hidrolisis fase cair dan fase uap.
Hidrolisa minyak nabati dapat dilakukan pada tekanan rendah akan tetapi reaksinya
berlangsung lambat sehingga diperlukan katalisator, misalnya H2SO4 (Agra dan
Warnijati, 1972). Katalisator tidak diperlukan, jika hidrolisis dilakukan pada tekanan
sangat tinggi yaitu 700 psia dan 485 0F (Groggins, 1985) dan konversi yang dicapai >
90%. Pada proses hidrolisis, air memecah gugus alkil dalam trigliserida minyak menjadi
asam lemak dan gliserol.
Pada reaksi dengan air reaksi dimungkinkan terjadi pada fase cair dan fase minyak
(Lewkowitsch, 1903), akan tetapi menurut Lascaray (1949) reaksi pada fase minyaklah
yang dominan sehingga kinetika reaksi ditentukan oleh kecepatan difusi air ke dalam fase
minyak dan reaksi antara air dan minyak di fase minyak yang dapat disajikan ke dalam
persamaan matematik
- Kecepatan difusi air ke fase minyak:
-rA = k1a (CA* - CA1) mgrek/gminyak/menit (1)
Dengan :
CA = konsentrasi air di fase minyak yang seimbang dengan
konsentrasi air difase air atau CA* = k CA2
CA1 = konsentrasi air di fase minyak , mgrek / g
minyak CA2 = konsentrasi air di fase air
k1a = konstanta kecepatan difusi air ke fase minyak, menit-1

- Kecepatan reaksi di fase minyak:


rA = rB = kr CA1 CB (2)
Dengan :
CA1 = konsentrasi air di fase minyak CB = konsentrasi minyak / trigliserida

Untuk mencari langkah yang mengontrol pada kinetika reaksi, disusun neraca massa air
dan neraca massa minyak di fase minyak sebagai berikut :

3
Neraca massa air dalam fase minyak :
dCA 1
dt = k1a (CA* - CA1) kr CA1 CB (3)

Asumsi : dengan adanya pengadukan, kecepatan transfer massa padapersamaan di atas


[k1a (CA* - CA1)] dianggap jauh lebih besar daripada kecepatan reaksi kimia [k r CA1 CB] maka
dianggap hanya kecepatan reaksi kimia saja yang menentukan kecepatan reaksi keseluruhan.

Neraca massa minyak dalam fase minyak :


dCB
dt = kr CA1 CB (4)

Bila jumlah air berlebihan dan transfer massa air ke fase minyak sangat cepat, maka
fase minyak dianggap selalu jenuh dengan air, maka CA1 = CA* yang bernilai konstan
pada suhu tertentu sehingga :
rB k ' C B
dCA1 dCB
k ' CB
dt dt
CB t
dCB
CB 0 CB k ' 0 dt
...(5)
CB
ln k ' t
CB 0
...(6)
dimana :
CB0 = banyaknya trigliserida mula mula , mgrek/gr minyak
CB = banyaknya trigliserida suatu saat = C B0 banyaknya asam lemak bebas yang
terjadi, mgrek/gr minyak
banyaknya asambebas yang terbentuk
Bila X = banyaknya trigliserida mulamula , maka :

CB 0 C B
X
CB 0
(7)
CB CB 0 (CB 0 CB )
(1 X )
CB 0 CB 0
(8)
ln (1-X) = - k t (9)
dimana:
k = konstanta kecepatan reaksi tingkat satu, menit-1
t = waktu reaksi, menit

4
Nilai konstanta kecepatan reaksi kimia sebagai fungsi suhu dapat dinyatakan dengan
persamaan Arrhenius :

k = Ae-Ea/RT
dimana :
k = konstanta kecepatan reaksi, menit-1
T = suhu, K
R = tetapan gas, (0,082 L.atm.K-1.mol-1)
Ea = energi aktivasi, (kJ/mol)

B. Minyak Jarak
Minyak jarak merupakan minyak nabati yang diperoleh dengan cara pemerasan dari
tanaman Ricinus communis, kegunaan langsung minyak jarak terbatas pada industry
genteng, obat obatan , minyak rem, minyak lincir.
Sifat fisik dari minyak jarak adalah cairan tidak berwarna atau berwarna kuning
pucat, bau lemak, rasa sedikit menggigit, viscositas tinggi dan bilangan asam akan tinggi
sesuai dengan waktu yang ditandai dengan biji rusak dan cara pemerasan yang tidak baik.
Sifat kimia dari minyak jarak adalah mengandung 46 53% minyak. Minyak jarak
mengandung 80% gliserida, asam asinolat, stearat isoresinolat, dihidroksi stearat dan
palmiat. Minyak jarak juga mengandung 20% protein, 0,2 alkaloid piridin beracun,
risinin serta enzim lipase minyak jarak mengandungzat toksin risin.
Dalam praktikum kali ini digunakan minyak jarak karena untuk menghindari
penggunaan bahan baku dari bahan pangan agar tidak terjadi krisis pangan. Sifat dari
minyak jarak sendiri yaitu non adible. Sedangkan minyak biasanya yang dijual di pasar
itu untuk kebutuhan pangan. Agar tidak menggunakan bahan pangan sebagai bahan baku
maka digunakan minyak jarak.

C. Hidrolisa Minyak Jarak


Hidrolisa minyak jarak menjadi asam asam lemak dan gliserol dilakukan
dengan cara memanaskan campuran minyak jarak dan sedikit asam sulfat di dalam
sebuah labu leher tiga. Pemanasan dilangsungkan sampai suhu yang diinginkan sebelum
air panas dimasukkan. Contoh diambil setiap waktu tertentu (10 menit) untuk dianalisa
asam bebasnya, kecepatan hidrolisis terutama ditentukan oleh kecepatan reaksi antara air
dan trigliserida di fase minyak. Penggunaan air yang berlebihan memungkinkan fase
minyak selalu jenuh dengan air sehingga reaksi hidrolisis bertingkat satu semu terhadap
konsentrasi gliserida. Umumnya asam lemak hasil hidrolisa merupakan rantai tak
bercabang dan jumlah atom karbonnya selalu genap. Jika terdapat ikatan ganda-dua,
biasanya berkonfigurasi cis (atau Z) dan tidak terkonjugasi (Hart, 1983).

5
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hidrolisa Minyak Jarak

1. Suhu
Kenaikan suhu akan memperbesar nilai konstanta kecepatan reaksiSuhu yang
semakin tinggi akan memperbesar kelarutan air di dalam fase minyak, sehingga makin
banyak pula trigliserida yang bereaksi. Menurut Rahayu (1999) hubungan antara
konstanta kecepatan reaksi dengan suhu dapat dinyatakan dengan persamaan :

k = Ae-Ea/RT
k = 1,2515 . 108 e-8002/T = 1,2515 e-15939/T
Dengan:
k = konstanta kecepatan reaksi, menit-1
T = suhu absolut, K
R = tetapan gas = 1,987 cal/gmol K

2. Katalisator
Katalisator yang dipakai dapat berupa enzim atau asam. Katalisator pada
percobaan ini dipilih katalisator asam. Semakin banyak katalis asam yang
ditambahkan, konversi akan semakin besar demikian juga terhadap konstanta
kecepatan reaksinya. Bila katalisator makin banyak, makin banyak pula molekul
molekul trigliserida yang teraktifkan.
Menurut Rahayu (1999) hubungan antara konstanta kecepatan reaksi (K c)
dengan konsentrasi asam (c) mgmol H2SO4/ gr minyak dapat dinyatakan dengan
persamaan :
Kc = 0,14525 c13
Dengan c = mgmol H2SO4/ grminya

3. Pencampuran
Agar zat dapat saling bertumbukan dengan baik, maka perlu adanya
pencampuran. Untuk proses batch, hal ini dapat dicapai dengan bantuan pengaduk.
Apabila prosesnya kontinyu maka pengadukan dilakukan dengan cara mengatur aliran
dalam reaktor agar terjadi olakan. Reaksi dapat berjalan baik apabila dilakukan
pencampuran dengan baik. Pengadukan dapat menurunkan tahanan perpindahan
massa dan mempercepat difusi zat reaksi (Fogler, 1999).

6
4. Perbandingan Zat Pereaksi
Bila salah satu zat pereaksi berlebihan jumlahnya, maka kesetimbangan
dapat bergeser ke sebelah kanan dengan baik, begitu pula sebaliknya, jika produk
diambil, maka reaksi akan bergeser ke kanan sehingga memperbesar frekuensi
tumbukan, sehingga konstanta kecepatan reaksi bertambah (Kirk and Othmer, 1980).

E. Mekanisme Hidrolisa Minyak Jarak


Hidrolisa adalah suatu proses menggunakan air untuk memecah senyawa.
Minyak jarak merupakan trigliserida dari lemak, yang apabila dihidrolisa oleh air akan
menghasilkan asam lemak bebas dan gliserin. Dengan rumus bangun seperti gambar di
bawah ini (Kirk dan Othmer, 1953) :

7
O
H2C O C R1 H2C OH
O O
HC O C R2 + 3H2O 3RCOH + HC OH
O
H2C O C R1 H2C OH
Trigliserida Air Asam Lemak Gliserol

Gambar 2.1 Reaksi Hidrolisa Trigliserida

Mekanisme hidrolisa minyak jarak dengan katalis mengikuti pemecahan ester.


Radikal asam lemak bebas dipindahkan dari molekul gliserida, sehingga pemecahan
lemak tidak berjalan sempurna. Pemecahan terjadi antara permukaan minyak dan lemak
yang merupak reaksi homogen melalui oksidasi air yang dilarutkan dalam fase minyak
(Fessenden. 1984).

F. Pengaruh Surfaktan
Pada hidrolisa minyak jarak surfaktan yang digunakan ialah emulsifier berupa sabun.
Molekul surfaktan memiliki gugus yang bersifat hidrofilik dan lipofilik sehingga dapat
mempersatukan campuran minyak dan air. Molekul yang bersifat hidrofilik (suka air) dan
molekul yang bersifat lipofilik (suka minyak). Umumnya bagian nonpolar (lipofilik)
merupakan rantai alkil panjang dan bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus
hidroksil (Hart, 1983).
CH3CH2CH2CH2CH2CH2CH2CH2CH2CH2CH2CH2CH2CH2CH2CH2CH2-C=O
O-
Na+ Gambar 2.2 Rumus Bangun Surfaktan

Di dalam molekul surfaktan salah satu gugus harus dominan jumlahnya. Bila gugus
polar lebih dominan maka molekul surfaktan akan di absorpsi lebih kuat ke air dibanding
minyak. Akibatnya tegangan permukaan menurun sehingga kedua fase mudah menyebar
dan menjadi fase kontinyu. Demikian pula sebaliknya bila gugus non polar lebih
dominan maka molekul surfaktan akan diabsorpsi lebih kuat oleh minyak dibanding air
(Zuhrina, 2010).

8
BAB III

PELAKSANAAN PERCOBAAN

3.1 Skema Percobaan


Menganalisa
Menyiapkan Menghitung kadar asam
bahan dan alat densitas minyak lemak dalam
yang akan jarak dan katalis bahan baku
digunakan HCl

Mengambil
minyak hasil Melakukan
hidrolisa untuk hidrolisa minyak
dianalisa kadar dengan suhu
asam lemak operasi 70
bebas hasil derajat celsius
hidrolisa setiap 5
menit sampai 15
menit

3.1 Skema percobaan

3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan


1. Bahan yang Digunakan
a. Minyak jarak 280 ml
b. Aquadest
c. Katalis
Katalis yang digunakan adalah katalis asam di antaranya HCl dengan kemurnian
25% yaitu dengan kosentrasi (0,1;0,12;0,14)N
d. NaOH
Menggunakan NaOH teknis berbentuk kristal dan berwarna putih, 2,55
gram.
e. Surfaktan
Menggunakan Sunlight yang diproduksi oleh PT. UNILEVER Tbk 15 ml.
f. Indikator titrasi
Menggunakan PP 3 tetes.

9
2. Alat Percobaan
a. Labu leher tiga
b. Statif
c. Klem
d. Buret
e. Heater, magnetic stirrer
f. Termometer
g. Pendingin balik
h. Waterbath
i. Erlenmeyer

3.3 Gambar Alat

Gambar 3.2 Rangkaian Alat Hidrolisa


Keterangan :
1. Magnetic Stirer dan heater
2. Waterbath
3. Labu leher tiga
4. Termometer
5. Pendingin balik
6. Klem
7. Statif

10
Gambar 3.3 Rangkaian Alat Titrasi
Keterangan :
1. Statif
2. Klem
3. Buret
4. Erlenmeyer

3.4 Variabel Operasi

a. Variabel tetap
Basis campuran total : 280 ml
Volume emulsifier : 15 ml
Interval waktu : 0 15 menit
Konsentrasi NaOH : 0,13 N
Suhu titrasi : 62 0C

b. Variabel berubah
Jenis katalis : HCl
Konsentrasi katalis : 0,1 N, 0,12 N, dan 0,14 N
Perbandingan mol minyak jarak dan air : 1:10

3.5 Respon Uji Hasil


Respon yang diambil berupa kadar asam lemak bebas yang terbentuk sebagai hasil
dari hidrolisa minyak jarak, sehingga besarnya konversi, konstanta kecepatan reaksi dan
konstanta kesetimbangan dapat ditentukan dengan persamaann.

11
3.6 Prosedur Percobaan
A. Menghitung densitas
Densitas Minyak Jarak
Timbang picnometer kosong (m1), masukkan minyak jarak kedalam picnometer
yang telah diketahui volumenya (V), timbang beratnya (m2). Hitung densitas

minyak jarak.
2 1
=

Densitas Katalis
Timbang picnometer kosong (m1), masukkan HCl teknis dilaboratorium kedalam
picnometer yang telah diketahui volumenya (V), timbang beratnya (m2). Hitung
densitas katalis HCl. Lakukan hal yang sama untuk H2SO4.

B. Analisa Kadar Asam Lemak dalam Bahan Baku


1. Masukkan 10 mL minyak jarak ke dalam Erlenmeyer.
2. Menambahkan 15 mL etanol 96% dan memanaskannya sambil diaduk pada suhu
600C.
3. Menambahkan 3 tetes indicator PP dan menitrasi dengan NaOH sampai warna
berubah menjadi merah muda.
4. Mencatat kebutuhan titran.
C. Hidrolisa Minyak Jarak
1. Memasukkan minyak jarak ke dalam labu leher tiga.
2. Memasukkan katalis HCl ke dalam labu leher tiga.
3. Mengalirkan air pendingin selama proses hidrolisa.
4. Memanaskan campuran tersebut sampai suhu 620C kemudian menambahkan
aquadest yang telah dipanaskan ke dalam labu leher tiga,dan emulsifier (sunlight)
15 ml.
5. Mengambil sampel dalam selang waktu 5 menit untuk dianalisa asam lemak dan
asam total selama 15 menit.
D. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas
1. Memasukkan 10 mL minyak jarak yang telah dihidrolisa ke dalam Erlenmeyer
2. Menambahkan etanol 96% 15 mL dan dipanaskan sambil diaduk pada suhu 600C
3. Menitrasi dengan NaOH : penambahan 3 tetes indicator PP, kemudian dititrasi
sampai warna merah muda.
4. Mencatat kebutuhan titran.

12
5. Ulangi langkah hidrolisa dan kadar asam lemak bebas hasil hidrolisa dengan jenis
katalis.

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Konsentrasi Katalis Terhadap Konversi Reaksi Hidrolisa Minyak


Jarak

variabel 1 variabel 2 variabel 3

Gambar 4.1 Grafik hubungan waktu terhadap konversi minyak jarak

` Berdasarkan grafik pada gambar 4.1, data yang diperoleh


menunjukan bahwa semakin lama waktu reaksi (t) maka konversi minyak jarak
(X A) yang diperoleh juga semakin besar. Terlihat pada kedua variabel
konsentrasi katalis, pada HCl 0,1 N, konversi saat t0 sebesar 0,0595
kemudian meningkat menjadi 0,078, 0,085, 0,0892 pada setiap kelipatan 5 menit
hingga t15. Pada HCl 0,12 N, konversi pada saat t0 sebesar 0,0892 kemudian
meningkat menjadi 0,1004, 0,1078, 0,1226 setiap kelipatan 5 menit hingga t15.
Dan pada HCl 0,14 N, konversi saat t0 sebesar 0,115 kemudian meningkat
menjadi 0,123, 0,130, 0,149 pada setiap kelipatan 5 menit hingga t15. Hal ini
disebabkan karena waktu reaksi hidrolisa yang semakin lama akan memperbesar
kesempatan zat-zat reaktan untuk saling berinteraksi sehingga minyak yang
terhidrolisa relatif bertambah. Selain itu perbedaan konsentrasi 0,1; 0,12 dan 0,14
terlihat signifikan melalui kenaikan volume yang diperlukan dalam penambahan
katalis sebagai variable berubah yaitu 3,55 ml, 4,3 ml dan 4,97 ml.
Dari gambar 4.1 di atas juga dapat dilihat semakin besar konsentrasi
katalis yang digunakan dalam hidrolisa minyak, nilai konversi yang dihasilkan
semakin besar, dimana nilai konversi yang dihasilkan pada reaksi hidrolisa
dengan penambahan konsentrasi katalis HCl 0,14 N lebih besar daripada
menggunakan katalis 0,12 N dan 0,1 N. Penambahan katalisator berfungsi untuk

14
mengaktifkan zat-zat pereaksi sehingga energi aktivitas (Ea) semakin kecil dan
proses hidrolisa dapat terjadi semakin cepat (Setyadji dkk., 2006). Semakin
besar konsentrasi katalis asam yang ditambahkan, maka semakin banyak
molekul-molekul trigliserida yang teraktifkan dan kecepatan reaksi hidrolisa
menjadi lebih cepat. Peningkatan kecepatan reaksi hidrolisa menyebabkan
semakin banyak minyak yang terhidrolisis menjadi asam lemak bebas,
sehingga nilai konversi hidrolisa semakin meningkat (Suwandari dkk., 2013).

4.2 Pengaruh Konsentrasi Katalis Terhadap Konstanta Kecepatan Reaksi


Hidrolisa Minyak Jarak

f(x) = 0.05x

f(x) = 0.04x
variabel 1 Linear (variabel 1)

f(x) = 0.03x

variabel 2 Linear (variabel 2)

variabel 3 Linear (variabel 3)

Gambar 4.2 Grafik hubungan waktu terhadap konversi minyak jarak


Berdasarkan grafik pada gambar 4.2, data yang diperoleh menunjukkan
semakin besar konsentrasi katalis HCl yang digunakan maka nilai konstanta
kecepatan reaksinya semakin besar. Berdasarkan data yang didapat pada
konsentrasi HCl 0,1 N memiliki harga k 0,0482 sedangkan pada HCl 0,12 N
memiliki harga k 0,039 dan pada konsentrasi HCl 0,14 N memiliki harga k
0,0287. Katalisator yang dipakai dalam reaksi hidrolisa ini adalah katalis HCl
yang memiliki ion H+ yang akan mengaktifkan trigliserida(minyak) dengan
membentuk suatu kompleks. Kompleks yang terbentuk ini bersifat reaktif
sehingga dapat menurunkan energi aktivasi yang diperlukan dalam reaksi
hidrolisa. Katalis tidak mengalami perubahan pada akhir reaksi, tetapi memberi
energi pengaktifan yang lebih rendah sehingga dapat meningkatkan laju reaksi
(Endang, 2005). Berdasarkan persamaan Arrhenius berikut ini :

dengan k = konstanta laju reaksi, Ea = energi aktivasi, A = frekuensi tumbukan,


R = konstanta gas ideal dan T = suhu dalam Kelvin, menyatakan bahwa

15
penurunan energi aktivasi menyebabkan nilai konstanta kecepatan reaksi menjadi
bertambah besar. Hal ini dapat ditunjukkan dari data yang diperoleh dalam
praktikum ini. Katalis HCl memiliki bentuk reaksi seperti berikut ini :

dimana semakin besar konsentrasi HCl maka semakin besar jumlah mol HCl dan
semakin besar jumlah mol H+ yang menandakan semakin banyak ion H+ yang
dimiliki oleh katalis tersebut, maka energi aktivasi mengalami penurunan.
Penurunan energi aktivasi ini dapat disebabkan oleh meningkatnya
kereaktifan zat-zat pereaksi untuk saling bertumbukan karena adanya
penambahan katalis (Setyadji dkk.,2006). Oleh karena itu, semakin besar
konsentrasi katalis yang digunakan maka semakin banyak ion H+ yang
mengaktifkan trigliserida menjadi senyawa kompleks yang reaktif yang
menyebabkan energi aktivasi untuk reaksi hidrolisa semakin turun dan nilai
konstanta kecepatan reaksi menjadi semakin besar.

4.3 Pengaruh Konsentrasi Katalis Terhadap Arah Kesetimbangan Rekasi


Hidrolisa Minyak Jarak

Konsentrasi HCl (N)

Gambar 4.3 Grafik hubungan konsentrasi HCl terhadap arah


kesetimbangan hidolisa minyak jarak

16
Berdasarkan grafik pada gambar 4.3, data yang diperoleh menunjukkan
semakin besar konsentrasi katalis HCl yang digunakan pada reaksi hidrolisa
minyak, konstanta kesetimbangan reaksi yang diperoleh juga semakin besar.
Konstanta kesetimbangan reaksi pada konsentrasi katalis HCl 0,1 N
-8
yang diperoleh yaitu sebesar 3,581x10 , pada konsentrasi katalis HCl 0,12 N
-7
diperoleh konstanta kesetimbangan reaksi sebesar 1,159x10 dan pada HCl 0,14
7
N yang diperoleh yaitu sebesar 2,137x 10 . Reaksi hidrolisa minyak jarak

dapat ditulis dalam bentuk sederhana menjadi persamaan reaksi berikut ini :

sehingga nilai konstanta kesetimbangan yang diperoleh menggunakan


rumus :

Konstanta kesetimbangan reaksi yang diperoleh dalam percobaan ini


nilainya kurang dari satu (K << 1) sehingga reaksi hidrolisa minyak yang
terjadi merupakan reaksi reversibel atau dua arah. Reaksi dua arah ini
menyebabkan reaksi hidrolisa minyak memiliki reaksi kesetimbangan yang
berlangsung dalam dua tahap yaitu reaksi kesetimbangan hidrolisis trigliserida
menjadi asam lemak dan gliserol, dan reaksi esterifikasi minyak dari asam
lemak dan gliserol. Dalam reaksi hidrolisa minyak jarak, reaktan air dibuat
berlebihan dibandingkan reaktan minyak dengan perbandingan mol reaktan
minyak : air yaitu 1 : 10. Perbandingan mol air yang lebih banyak dari
minyak menyebabkan reaksi bergeser ke arah kanan yaitu pembentukan
asam lemak. Katalis bereaksi pada awal dan dihasilkan kembali pada akhir
reaksi, sehingga katalis tidak mempengaruhi harga tetapan kesetimbangan.
Katalis hanya berfungsi mempercepat baik reaksi irreversibel maupun reaksi
reversibel sehingga mempercepat tercapainya keadaan setimbang (Welly,
2012). Peningkatan nilai konstanta kesetimbangan dengan semakin besar
konsentrasi katalis HCl disebabkan karena dengan semakin besar konsentrasi
katalis HCl, maka semakin banyak reaktan yang teraktifkan dengan adanya
ion H+ dari katalis HCl sehingga semakin banyak produk yang terbentuk
dalam proses hidrolisa. Konsentrasi produk yang terbentuk mempengaruhi
nilai konstanta kesetimbangan reaksi hidrolisa yang diperoleh. Sehingga
semakin besar konsentrasi produk yang terbentuk, semakin besar juga nilai
konstanta kesetimbangan reaksi yang diperoleh.
17
4.4 Mekanisme Kerja Katalis
Katalis merupakan suatu zat atau substansi yang
dapat mempercepat reaksi (dan mengarahkan atau
mengendalikannya), t anpa terkonsumsi oleh reaksi, namun bukannya
tanpa bereaksi. Katalis bersifat mempengaruhi kecepatan reaksi, tanpa
mengalami perubahan secara kimiawi pada akhir reaksi. Peristiwa atau
proses yang dilakukan oleh katalis ini disebut katalisis. Katalis memiliki
beberapa komponen dalam proses reaksniya, yaitu :
a. Active site / komponen aktif
Komponen aktif merupakan komponen katalis yang bertanggung
jawab terhadapreaksi kimia yang utama. Fasa aktif berfungsi mempercepat
dan mengarahkan reaksi, dapatbersifat konduktor atau semi konduktor.
Reaktan yang akan bereaksi harus dapat kontakdengan zat ini. Pemilihan
komponen aktif adalah tahap pertama dalam mendesain katalis.Sementara
itu, pengetahuan tentang mekanisme katalitikadalah sangat saintifik,
sehinggametode pemilihan komponen aktif menjadi lebih saintifik
juga,

Walaupun kadang bersifat empirik.

b. Support / Penyangga
Support adalah zat padat yang porous dengan luas
permukaan dapat mencapai beberapa ratus meter persegi per gram
katalis.Fungsi yang paling penting adalah menjaga agar luas
permukaankomponen aktif tetap besar Penyangga sendiri harus
tahan terhadap perubahan termal,sehingga seharusnya
mempunyai titik leleh sedikit di ataskomponen aktif.
c. Promotor
Tujuan pemberian promotor ini adalah untukmenghasilkan
aktifitas, selektifitas, dan efek stabilitasyang diinginkan. Promotor
didesain untuk membantu penyangga ataukomponen aktif.Salah satu
peran penting dari promotor adalah dalampengendalian stabilitas
katalis.

Prinsip kerja katalis adapun sebagai berikut :


Katalis dapat mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi
aktivasi reaksi atau fungsi utama dari katalis ini adalah menyediakan reaksi
alternatif yang membutuhkan energi aktivasi lebih rendah dalam suatu

18
reaksi kimia Energi aktivasi reaksi merupakan banyaknya energi minimum
yang dibutuhkan oleh reaksi agar reaksi dapat berlangsung.

Gambar 4.4 Hubungan antara energy of reacting particles versus reaction


path untuk kasus reaksi eksotermik

5.

Penurunan energi aktivasi reaksi disebabkan karena katalis mampu


membuat mekanisme alternatif , di mana tiap tahapan memiliki energi aktivasi
yang lebih rendah dibanding reaksi tanpa katalis sehingga mampu meningkatkan
laju reaksinya. Selain itu, katalis juga memperbesar terjadinya tumbukan efektif
antar molekul reaktan, karena molekul molekul reaktan akan teradsorbsi pada
permukaan aktif katalis sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif
antar molekul rektan semakin besar (Nurhayati, 2008).
Berdasarkan teori keadaan-transisi (atau teori kompleks aktif), katalis
mampu menurunkanhambatan energi potensial (potential energy barrier) yang
harus dilalui oleh reaktan-reaktan untukmembentuk produk-produk reaksi.

19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Semakin besar konsentrasi katalis HCl yang digunakan selama reaksi
hidrolisa maka konversi yang dihasilkan semakin besar.
2. Semakin besar konsentrasi katalis HCl yang digunakan selama reaksi
hidrolisa maka nilai konstanta kecepatan reaksi yang terjadi semakin
besar.
3. Semakin besar konsentrasi katalis HCl yang digunakan selama reaksi
hidrolisa maka semakin banyak produk yang terbentuk sehingga nilai
konstanta kesetimbangan reaksi semakin besar.
4. Mekanisme hidrolisa minyak jarak dengan katalis mengikuti pemecahan
ester. Radikal asam lemak bebas dipindahkan dari molekul gliserida,
sehingga pemecahan lemak tidak berjalan sempurna.
5.2 Saran
1. Sebaiknya memastikan heater yang digunakan dalam kondisi
baik sehingga tidak terjadi fluktuasi suhu terlalu jauh.
2. Suhu operasi dijaga konstan selama proses hidrolisa berlangsung
3. Sebaiknya memastikan indikator PP dalam kondisi yang tidak
terkontaminasi agar tepat dalam menentukan titik akhir titrasi.
4. Perubahasan TAT diamai dnegan cermat dan teliti

20
DAFTAR PUSTAKA

Adamson, A.W., 1982. Physical Chemistry of Surface. A wiley-Interscience


Publication, USA.
Agra, S. B. dan Warnijati S. 1972. Hidrolisis Minyak Kelapa Dengan Katalisator
Asam. Forum Teknik.2 (1). Hal 31 40.
Dwi, Ardiana. Kinetika Reaksi Esterifikasi Asam Formiat dengan Etanol pada
Varian Suhu dan Konsentrasi Katalis
Furi, Trievita A. dan Pamilia C., 2012. Pengaruh Perbedaan Ukuran
Partikel dari Ampas Tebu dan Konsentrasi Natrium Bisulfit (NaHSO3)
pada Proses Pembuatan Surfaktan. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya: Palembang
Griflin, R. C. 1927. Technical Method of Analysis. 2nd ed. P. 307 311. Mc Graw
Hill Book Company, Inc. New York. Persada,
Welly R. 2012. Pendekatan Kinetika terhadap Reaksi Kesetimbangan;
Studi Kasus pada Data Pustaka dan Reaksi Hidrolisis Metil Asetat.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Surakarta: Surakarta
Rahayu, S. 1999. Hidrolisis Minyak Jarak Dengan Katalisator Asam
Sulfat.Presiding Seminar Nasional Rekayasa Dan Proses.
Setyadji, Moch., Susiantini, Endang dan Sri Murniasih. 2013. Pengaruh Jumlah
Katalisator dan Kecepatan Pengadukan terhadap Konstanta Kecepatan
Reaksi dan Hasil Esterifikasi Minyak Jarak Pagar. Pusat Teknologi
Akselerator dan Proses BATAN
Suwandari, Juwita, Aziz, Isalmi dan Siti Nurbayti. 2013. Pembuatan
Gliserol dengan Reaksi Hidrolisis Minyak Goreng. Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta

21
Widjajanti, Endang. 2005. Pengaruh Katalisator terhadap Laju Reaksi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Yogyakarta:
Yogyakarta
.

22

Anda mungkin juga menyukai