Anda di halaman 1dari 2

BAB 2.

KAJIAN LITERATUR

2.1 Sistem Geotermal


Suatu sistem geotermal dapat didefinisikan sebagai transfer energi panas alami di dalam
batuan pada lapisan kulit atau kerak bumi secara konduksi dan konveksi dimana energi panas
dialirkan dari sumber panas menuju ke permukaan. DiPippo (2007) menjelaskan bahwa syarat
esensial terbentuknya sistem geotermal diantaranya adalah:
a. Sumber panas
b. Reservoir permeabel
c. Suplai fluida reservoir
d. Batuan impermeabel (cap rock)
e. Mekanisme recharge yang baik (pada sistem hidrotermal).

2.2 Metode Geofisika MT (Magnetotellurik)


Aplikasi metode MT (magnetotellurik) digunakan di area dimana sulit untuk melakukan
survei seismik karena topografi ekstrem atau karena adanya keberadaan batuan vulkanik
impedansi tinggi dekat permukaan (Daud, 2010). Metode MT memiliki kemampuan untuk
mendeteksi kondisi di bawah permukaan dengan kedalaman penetrasi gelombang elektromagnetik
yang cukup dalam. Hal tersebut dikarenakan metode ini dapat mengukur gelombang EM dengan
frekuensi rendah.
Pengukuran MT dalam eksplorasi geotermal memungkinkan deteksi anomali resistivitas
yang berasosiasi dengan struktur geotermal yang produktif, termasuk sesar-sesar dan keberadaan
batuan penudung (cap rock), serta memungkinkan untuk estimasi temperatur reservoir geotermal
di berbagai kedalaman. Pengukuran resistivitas dapat digunakan sebagai termometer bawah
permukaan (Arnasson, 2000). Korelasi antara resistivitas dan temperatur berasosiasi dengan
derajat alterasi hidrotermal. Sebagian besar sistem hidrotermal temperatur tinggi berasosiasi
dengan lapisan resistivitas rendah pada reservoir geotermal yang diakibatkan alterasi mineral
lempung (Arnasson et al., 2000 dan Flovenz et al., 2005). Resistivitas juga sebagai indikator
adanya konten fluida pada rekahan-rekahan. Karena metode resistivitas dapat digunakan untuk
menginterpretasi temperatur, alterasi hidrotermal, dan permeabilitas, maka geometri, kedalaman,
serta distribusi zona rekahan (area produktif) dapat ditentukan. Variasi resistivitas berkorelasi
terhadap salinitas, saturasi air, porositas, dan kapasitas perubahan kation pada mineral lempung
terhidrasi (Cumming, 2000, Ussher et al., 2002, Flvenz et al., 2005).

2.2.1 Prinsip Metode MT


Batuan, sedimen, struktur geologi, dan fluida memiliki rentang konduktivitas listrik yang
berbeda. Oleh karena itu, pengukuran resistivitas listrik dapat digunakan untuk memperoleh
informasi mengenai tipe konten fluida dan distribusinya, konten lempung, tektonik, dan struktur
geologi. Gelombang elektromagnetik yang merambat di bawah permukaan dapat mencitrakan
kondisi bawah permukaan. Coppo et al. (2015) menjelaskan bahwa metode MT merupakan teknik
geofisika pasif yang digunakan untuk penggambaran konduktivitas listrik dan struktur dari
permukaan bumi hingga puluhan kilometer di bawah permukaan (Vozoff, 1991).
Prinsipnya yaitu pengukuran dan perekaman secara simultan dari variasi natural medan
listrik dan magnet pada permukaan bumi yang memiliki kekuatan dan geometri yang dipengaruhi
oleh distribusi resistivitas bawah permukaan.

2.2.2 Sumber Gelombang Elektormagnetik pada MT

Anda mungkin juga menyukai