Anda di halaman 1dari 22

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SW
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : Sekolah Menengah Akhir
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Ratu Jaya, Citayam

II. SUBJEKTIF
Keluhan Utama

Nyeri punggung bawah sejak 1 bulan SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 1 bulan SMRS, pasien menderita nyeri punggung bawah. Rasanya seperti
menusuk-nusuk. Sifatnya hilang timbul. Nyeri timbul saat bangun tidur, duduk, dan berdiri.
Nyeri berkurang saat berjalan. Pasien telah berobat ke RS untuk keluhan ini dan masih diberikan
obat anti nyeri, namun tidak ada perbaikan. Nyeri punggung bawah tersebut menjalar ke paha
kiri.

Sejak 1 minggu SMRS, pasien menderita nyeri paha kiri. Rasanya seperti menusuk-
nusuk. Sifatnya hilang timbul. Nyeri timbul saat berjalan, berdiri, maupun duduk. Nyeri hilang
atau berkurang saat berbaring miring ke sebelah kanan. Pasien sulit untuk berjalan dan
melakukan pekerjaan rumah. Pasien mengatakan tidak ada perbaikan walaupun setelah minum
obat anti nyeri.

Pasien tidak memiliki riwayat trauma, karsinoma, penurunan berat badan tanpa penyebab
jelas, pemakaian obat-obatan imunosupresan/kortikosteroid sistemik, penyalahgunaan
obat/narkoba, maupun febris dan radang saluran kemih.

Riwayat Penyakit Dahulu


Trauma tulang belakang/terjatuh : Tidak ada
Operasi tulang belakang : Tidak ada
Diabetes melitus : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada

1
Alergi obat : Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga


Diabetes melitus : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada

Alergi obat : Tidak ada

Riwayat Sosial, Ekonomi, Pribadi


Status ekonomi menengah dan baik.
Nyeri dirasakan mengganggu pekerjaan rumah, seperti memasak dan mengepel.
Minum alkohol : Tidak

Merokok : Tidak

III. OBJEKTIF
Status Presens
Kesadaran : Compos mentis, GCS 15
Tekanan darah: 120/70 mm Hg
Nadi : 86 kali/menit
Pernafasan : 18 kali/menit
Suhu : 36,7 oC
Kepala : Normosefali
Leher : Pembesaran KGB (-)
Dada : Bentuk normal, simetris saat statis dan dinamis
Jantung : BJ III murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : Suara nafas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Perut : Datar, supel, bising usus (+) normoperistaltik, hepar dan lien tidak teraba

Alat kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan

Status Mental
Cara berpikir : Sesuai Usia
Perasaan hati : Cemas
Tingkah laku : Wajar, pasien sadar
Ingatan : Baik

Kecerdasan : Baik

Status Neurologis
Tanda Rangsang Meningeal
Kaku kuduk :-
Tanda Lasegue :-/-
Tanda Kernig :-/-

2
Tanda Brudzinski 1 :-/-

Tanda Brudzinski 2 :-/-

Saraf Kranial

N I. (Olfaktorius) Kanan Kiri

Subjektif Normosmia Normosmia

Dengan bahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N II. (Optikus)

Tajam penglihatan 6/6 (bedsite) 6/6 (bedsite)

Lapangan penglihatan Normal Normal

Melihat warna Normal Normal

Fundus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N III. (Okulomotorius)

Celah mata Ptosis (-) Ptosis (-)

Pergerakan bola mata Baik Baik

Strabismus - -

Nistagmus - -

Eksoftalmus - -

Besar pupil 3 mm 3 mm

Bentuk pupil Bulat Bulat

Reflex terhadap sinar + +

Diplopia - -

N IV. (Troklearis)

Pergerakan mata + +
( kebawah-dalam )

Sikap bola mata Ortoforia Ortoforia

Diplopia - -

3
N V. (Trigeminus)

Membuka mulut Normal Normal

Mengunyah Normal Normal

Menggigit Normal Normal

Refleks kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Sensibilitas + +

N VI. (Abduscens)

Pergerakan mata ke lateral Baik Baik

Sikap bola mata Ortoforia Ortoforia

Diplopia - -

N VII. (Fascialis)

Mengerutkan dahi + +

Menutup mata + +

Menyeringai + +

Menggembungkan pipi + +

Perasaan lidah bagian 2/3 Tidak dilakukan Tidak dilakukan


depan

NVIII. (Vestibulokoklear)

Suara berisik + +

Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N IX. (Glossofaringeus)

Perasaan bagian lidah Tidak dilakukan Tidak dilakukan


belakang

Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Faring Tidak dilakukan Tidak dilakukan

4
N X. (Vagus)

Arkus faring Simetris Simetris

Bicara + +

Menelan Normal Normal

N XI. (Aksesorius)

Mengangkat bahu Normal Normal

Memalingkan kepala Normal Normal

N XII. (Hypoglossus)

Pergerakan lidah Normal Normal

Tremor lidah - -

Artikulasi Normal Normal

Badan
Motorik
Respirasi : Spontan, simetris dlm keadaan statis dan dinamis
Duduk : Pasien dapat duduk tetapi harus perlahan-lahan karena
nyeri
Bentuk kolumna vertebralis : Normal

Pergerakan kolumna vertebralis : Tidak dilakukan

Sensibilitas
Taktil : +/+
Nyeri : Tidak dilakukan
Thermi : Tidak dilakukan

Diskriminasi : Tidak dilakukan

Anggota Gerak Atas

Kanan Kiri

5
Pergerakan Tidak ditemukan kelainan Tidak ditemukan kelainan

Kekuatan 5555 5555

Tonus Normotonus Normotonus

Atrofi - -

Sensibilitas

Kanan Kiri

Taktil + +

Nyeri + +

Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Diskriminasi + +

Lokalisasi + +

Anggota Gerak Bawah


Motorik

Kanan Kiri

Pergerakan Terbatas Terbatas

Kekuatan 5555 5555

Tonus Normotonus Normotonus

Atrofi - -

Sensibilitas

Kanan Kiri

Taktil + +

Nyeri + +

Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Diskriminasi + +

6
Lokalisasi nyeri + +

Refleks Fisiologis

Kanan Kiri

Biceps + +
+ +
Triceps

KPR - -

APR - -

Refleks Patologis

Kanan Kiri

Hoffman-Tromner - -

Babinski - -

Chaddock - -

Tes Khusus yang Lain

Kanan Kiri

Tes Patrick - -

Tes kontra Patrick - -

Alat Vegetatif
Miksi : Normal

Defekasi : Normal

Foto Rontgen Lumbosakral AP/Lateral


Soft tissue swelling di paravertebra tidak tampak.
Struktur tulang tidak tampak osteoporotik.
Alignment tidak tampak listhesis.

7
Diskus intervertebralis tampak menyempit di L III-IV.
Tampak destruksi korpus lumbalis L III-IV anterior.
Tidak tampak dislokasi.
Sudut Ferguson kecil, weight bearing pars di belakang promontorium.

Kesan: Sesuai gambaran fraktur kompresi korpus L III-IV anterior, suspek HNP L III-IV, LIV-V
dan L V-S I, unstable lumbosakral, tidak tampak listhesis.

IV. RINGKASAN
Subjektif

Nyeri punggung bawah yang kemudiannya menjalar ke paha kiri. Nyeri dirasakan mengganggu
pekerjaan rumah. Nyeri timbul saat beraktivitas. Nyeri berkurang saat baring miring ke sebelah
kanan. Pasien sudah minum obat anti nyeri namun tidak ada perbaikan. Pasien tidak memiliki
red flags.

Objektif

Terdapat keterbatasan gerak anggota gerak bawah. Refleks biseps +/+ , refleks triseps +/+,
KPR -/- , APR -/- , foto Rontgen lumbosakral AP/lateral sesuai gambaran fraktur kompresi
korpus L III-IV anterior, suspek HNP L III-IV, LIV-V dan LV-S I.

V. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinik : Low back pain (LBP) et causa herniasi nukleus pulposus (HNP)
Diagnosis Topis : Radiks saraf lumbosakral LIII-IV, L IV-V, dan LV-SI.
Diagnosis Etiologik : Fraktur kompresi korpus vertebra lumbal L III-IV anterior dan suspek
HNP

Diagnosis Patologik : Kompresi radiks saraf

VI. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa

Tramadol 25 mg

Non medikamentosa

Korset lumbal
Terapi latihan

8
Akupuntur
Terapi CBT
Edukasi pencegahan dan pertimbangan bedah

Prognosis

Quo ad vitam : Bonam


Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

9
TINJAUAN PUSTAKA: NYERI PUNGGUNG BAWAH (NPB) / LOW BACK PAIN (LBP)

Definisi

Nyeri punggung bawah (NPB) atau low back pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan di
daerah punggung bawah, di antara sudut iga paling bawah dan sakrum. Distribusi nyerinya dapat
bersifat lokal, radikuler, lokal dan radikuler atau nyeri rujuk (referred pain). LBP akut
didefinisikan sebagai LBP yang terjadi selama kurang dari 4 minggu, sedangkan LBP kronik
didefinisikan sebagai LBP yang terjadi selama lebih dari 12 minggu. LBP yang terjadi selama 4
sampai 12 minggu digolongkan sebagai LBP subakut.1

Epidemiologi dan Klasifikasi

Walaupun data epidemiologi mengenai NPB di Indonesia belum ada, diperkirakan 40%
penduduk Jawa Tengah berusia antara 20-65 tahun pernah menderita nyeri punggung dan
prevalensinya pada laki 18,2% dan pada perempuan 13,6%. Pada penelitian multi senter di 14
rumah sakit pendidikan di Indonesia yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI) tahun 2002, diketahui bahwa dari 4.456 penderita nyeri (25% dari total
kunjungan), 819 orang (18,37%) adalah penderita NPB.2

Pembagian NPB diantaranya adalah pembagian berdasarkan durasi dari gejala NPB, yaitu
dibagi tiga:

1. NPB akut, jika durasi nyeri kurang dari 4 minggu.


2. NPB subakut dengan durasi gejala antara 4 hingga 12 minggu.
3. NPB kronik jika durasinya lebih dari 12 minggu.2

Untuk tujuan diagnosis dan penatalaksanaan lebih lanjut (triage), NPB dibagi menjadi 3
kelompok besar:

1. NPB non-spesifik (85%).


2. NPB yang disertai radikulopati (4%) atau stenosis spinalis (3%).
3. NPB dengan penyebab yang spesifik, seperti kanker (0,7%), fraktur kompresi (4%),
sindroma kauda equina (0,04%), dan infeksi spinal (0,01%).1,2

Sekitar 90% NPB akut adalah benigna dan sembuh spontan dalam 4-6 minggu tetapi
cenderung berulang dengan insidensi sekitar 15-20%. NPB dengan sindrom radikuler sembuh

10
spontan dalam 2 minggu, sebagian kecil dalam 6-12 minggu, dan yang membutuhkan tindakan
bedah hanya 1-2%.1

Anatomi

Cedera pada radiks (akar) saraf, atau lebih dikenali sebagai radikulopati, adalah penyebab
tersering nyeri pada leher, lengan, punggung bawah, bokong, dan tungkai. Radiks saraf keluar
pada tingkat di atas korpus vertebra masing-masing pada daerah servikal (misalnya radiks saraf
C7 keluar pada tingkat C6-C7), dan di bawah korpus vertebra masing-masing pada daerah
torakal dan lumbal (misalnya radiks saraf T1 keluar pada tingkat T1-T2). Disebabkan medula
spinalis berakhir pada vertebra L1 atau L2, radiks saraf lumbal melalui perjalanan intraspinal
yang panjang dan dapat mengalami cedera sepanjang perjalanan tersebut, yaitu dari vertebra
lumbal atas sampai tempat keluarnya di foramen vertebralis. Sebagai contoh, herniasi diskus
lumbalis pada tingkat L4-L5 bukan hanya dapat menyebabkan kompresi radiks saraf L5, tetapi
dapat juga menyebabkan kompresi radiks saraf S1 (Gambar 1).3

Gambar 1. Kompresi radiks saraf L5 dan S1 disebabkan oleh herniasi diskus lumbalis pada
tingkat L4-L5.3

Struktur yang sensitif terhadap nyeri pada tulang belakang termasuklah periosteum
vertebrae, dura, permukaan sendi vertebra, annulus fibrosus dari diskus intervertebralis, arteri
dan vena epidural, serta ligamentum posterior longitudinalis. Penyakit pada struktur-struktur
tersebut dapat menyebabkan nyeri punggung tanpa kompresi radiks saraf. Nukleus pulposus pada

11
diskus intervertebralis tidak sensitif terhadap nyeri dalam keadaan normal. Sensasi nyeri dari
dalam kanalis spinalis disampaikan sebagian melalui saraf sinuvertebralis.3

Etiopatofisiologi dan Manifestasi Klinis

1. LBP Mekanik

LBP mekanik merupakan keluhan yang disebabkan proses mekanik atau yang melibatkan
struktur-struktur anatomi punggung bawah, antara lain peregangan (strain) daerah lumbal,
herniasi nukleus pulposus (HNP), spondilolistesis, stenosis kanalis spinal, dan fraktur kompresi
spinalis. Ciri khas dari LBP mekanik ini berupa nyeri yang muncul saat melakukan gerakan atau
aktifitas yang melibatkan punggung bawah, dan nyeri akan berkurang saat istirahat atau tidak
melakukan gerakan punggung bawah.4

a. Herniasi nukleus pulposus (HNP)

Topis tersering pada penderita HNP adalah di antara vertebra lumbal 4 dan 5 (L4-5)
serta vertebra lumbal 5 dan sakral 1 (L5-S1). Pasien dengan radikulopati L5 (L4-5)
mengeluh nyeri di daerah punggung bawah, pinggang, bagian lateral paha dan kaki,
serta dapat dijumpai kelemahan saat dorsifleksi pada daerah kaki dan jari kaki.
Pasien dengan kompresi pada radiks sakral 1 (S1) akibat HNP L5-S1 ditandai dengan
nyeri radikuler di posterior paha, lateral betis, dan kaki, serta terdapat kelemahan
gerakan eversi dan plantarfleksi kaki dengan penurunan refleks tendon Achilles
(APR). Pasien dengan HNP merasakan nyeri saat fleksi ke depan (membungkuk),
sedangkan pasien dengan stenosis spinal merasakan nyeri saat ekstensi. Pasien
dengan sindrom kauda equina mengeluh ischialgia bilateral dengan defisit sensoris
pada daerah perineal (saddle anesthesia). Sindrom kauda equina dapat disebabkan
oleh herniasi diskus intervertebralis midline yang masif.4

12
Gambar 2. Herniasi nukleus pulposus.4

Tabel 1. Manifestasi neurologis radikulopati lumbosakral.5

Radiks saraf Distribusi nyeri Kelemahan Perubahan Straight-leg sign


lumbosakral refleks (tanda Lasegue)

L3 Anterior paha, lutut Adduktor paha, KPR negatif atau -


quadriseps berkurang

L4 Anterolateral paha, Anterior tibia, kadang- KPR negatif atau -


medial betis kadang dengan foot normal
drop parsial

L5 Posterolateral paha, Ekstensor hallucis Tidak ada +


anterolateral betis, longus dan ekstensor
dorsum pedis, digitorum brevis,
maleolus lateral, anterior tibia dengan
ibu jari kaki, jari II foot drop
dan III kaki

S1 Posterior paha, Fleksor plantaris dan APR negatif atau +


posterolateral gastroknemius normal
tungkai bawah,
lateral pedis, lateral
pedis, lateral jari
kaki

b. Stenosis kanalis spinal

13
Stenosis spinal terjadi apabila medula spinalis dikompresi atau dijepit, akibat
penyempitan kanalis spinalis. Kondisi ini harus dicurigai pada pasien dengan LBP
yang diperberat oleh gerakan berjalan dan hiperekstensi punggung, serta berkurang
saat istirahat atau fleksi punggung. Gejala nyeri berkurang pada pasien stenosis spinal
apabila ia berjalan ke atas dibandingkan ke bawah dikarenakan volume kanalis
spinalis meningkat dengan fleksi punggung dan berkurang dengan ekstensi. Pasien
juga dapat mengeluh pseudoklaudikasio (klaudikasio neurogenik) dan ischialgia.
Pseudoklaudikasio atau nyeri kaki bilateral dapat terjadi saat berjalan atau berdiri
lama.4

c. Spondilolistesis
Spondilolistesis terjadi apabila adanya pergeseran satu atau lebih verterbra lumbal ke
depan. Spondilolistesis spondilitik adalah tipe tersering yang terjadi dikarenakan
defek pada pars interarticularis. Pergeseran yang sering terjadi adalah pergeseran L5
atas S1 ke arah anterior. Spondilolistesis ini lebih sering terjadi pada pasien yang
sering mengangkat berat, yang dapat meregang pars interarticularis. Pasien sering
mengeluh nyeri punggung bawah yang diperberat oleh aktivitas dan ekstensi
punggung, dan berkurang apabila fleksi.4

Gambar 3. Spondilolistesis (Fibrous tissue = pars interarticularis).4

d. Fraktur kompresi spinalis

14
Fraktur kompresi spinalis sering terjadi pada pasien dengan usia lebih dari 70 tahun
dengan riwayat osteoporosis. Pasien dengan riwayat penggunaan kortikosteroid
jangka panjang juga berisiko terkena fraktur kompresi spinalis ini. Sebagian besar
pasien dengan fraktur kompresi spinalis tidak mempunyai riwayat trauma. Pada
pasien ini dapat ditemukan nyeri ketok (perkusi) pada vertebra yang terkena.4

2. LBP Non Mekanik

Penyebab LBP non mekanik termasuklah ankylosing spondylitis, neoplasia


(keganasan), dan infeksi. Biasanya pasien dengan LBP non mekanik mengeluh nyeri
punggung bawah saat istirahat dan kurang dipengaruhi oleh pergerakan.4

a. Ankylosing spondylitis
Ankylosing spondilitis merupakan artropati inflamatorik yang menyerang tulang
punggung dan panggul. Pasien biasanya mengeluh tulang punggung terasa kaku di
pagi hari yang berkurang dengan aktivitas. Kondisi ini mempunyai onset yang
tersembunyi, biasanya dimulai saat pasien berumur kurang dari 40 tahun. Pasien yang
terkena mengeluh penurunan lingkup gerak sendi (range of motion, ROM) lumbal
dan sakroiliaka. Tes Schober dapat digunakan untuk mengukur tingkat keparahan
ROM.4

Gambar 4. Tes Schober.4

b. Keganasan

15
Keganasan yang menyebabkan keluhan LBP berkisar 1% dari kasus-kasus LBP yang
ada. Namun, kanker yang metastatik harus dipertimbangkan sebagai etiologi potensial
pada pasien dengan riwayat kanker, sehingga dibuktikan tidak. Fokus primer tersering
adalah payudara, paru, atau prostat. Gejala yang khas adalah nyeri punggung bawah
yang tidak berkurang dengan tirah baring dan memberat di malam hari. Onset
biasanya lambat dan progresif.4

c. Infeksi
Etiologi infeksi dari LBP akut termasuklah osteomielitis, diskitis septik, abses
paraspinal atau epidural. Sedangkan etiologi infeksi dari LBP kronik termasuklah
infeksi jamur atau tuberkulosis. Pasien memiliki riwayat demam dan nyeri tajam
fokal di daerah lumbal. Pada pemeriksaan fisik didapakan nyeri ketok (perkusi).4

Diagnosis

Diagnosis didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan untuk tujuan
penatalaksanaan lebih lanjut (triage) NPB dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu :

1. NPB non-spesifik.
Pada umumnya terdapat ciri-ciri sebagai berikut :
a. Umur 20-55 tahun.
b. Keadaan umum baik.
c. Nyeri pada daerah paha, bokong, dan lumbosakral.

d. Nyeri mekanik.1

2. NPB dikarenakan gangguan neurologis (radikulopati dan stenosis spinalis).


a. Adanya nyeri radikuler/ischialgia.
b. Nyeri menyebar sampai di bawah lutut, tidak hanya paha bagian belakang.
c. Riwayat nyeri/kesemutan yang lama.
d. Tanda Lasegue positif.
e. Riwayat gangguan miksi/defekasi/fungsi seksual.
f. Adanya saddle back anestesia/hipestesia.

g. Adanya kelemahan tungkai dan gangguan gaya jalan.1

3. NPB yang disebabkan oleh penyakit spinal yang serius (red flags).
Bendera merah atau red flags adalah gejala pada nyeri punggung yang memberi indikasi
akan adanya kondisi serius. Kelainan patologik spinal yang serius antara lain keganasan

16
tulang vertebra, radang spinal, dan sindrom kauda equina. Anamnesis yang perlu diajukan
antara lain adalah sebagai berikut :
a. Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 55 tahun.
b. Riwayat trauma : kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian.
c. Riwayat adanya karsinoma.
d. Adanya penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas.
e. Pemakaian obat-obatan imunosupresan/kortikosteroid sistemik.
f. Penyalahgunaan obat/narkoba.
g. Riwayat febris dan radang saluran kemih.1

Anamnesis sebaiknya juga meliputi asesmen faktor risiko psikososial dikarenakan faktor
psikososial dan stres merupakan prediktor yang kuat yang dapat dipakai untuk memprediksikan
kemungkinan risiko terjadinya NPB kronik. Hal ini disebut sebagai bendera kuning atau yellow
flags.1

Tabel 2. Bendera kuning atau yellow flags LBP.6

Faktor Kejadian (occurrence) Kronisitas


Individu Usia, kesehatan fisik, Obesitas, tingkat pendidikan
kekuatan otot punggung dan rendah, nyeri dan disabilitas
abdomen, merokok berat

Psikososial Stres, ansietas, suasana Distres, suasana perasaan


perasaan/emosi, fungsi depresif, somatisasi
kognitif, tingkah laku terhadap
nyeri
Okupasional Melakukan pekerjaan secara Ketidakpuasan hati terhadap
manual, membungkuk dan pekerjaan, ketidaksediaan
memutar badan, getaran pekerjaan yang ringan
seluruh badan, ketidakpuasan sewaktu kembali ke tempat
hati terhadap pekerjaan, tugas kerja, pekerjaan mengangkat
monoton, dukungan sosial dan beban sebanyak hari
hubungan pekerjaan, kontrol

Pemeriksaan Penunjang

1. Neuroimaging

17
Pemeriksaan pencitraan (imaging) dan penunjang diagnostik yang lain dilakukan menurut
indikasi, tidak perlu dilakukan secara rutin. Seringkali kelainan radiografi berkorelasi
negatif dengan gejala klinik sehingga dapat mengarahkan pada intervensi yang tidak
perlu.1
a. Foto polos

Pemeriksaan foto polos vertebra untuk evaluasi awal disarankan pada pasien
dengan risiko tinggi terjadinya fraktur kompresi seperti riwayat trauma vertebra,
osteoporosis, dan penggunaan steroid.1

b. MRI / CT scan

Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien dengan gejala defisit neurologis yang
progresif atau dicurigai menderita penyakit spinal yang serius dimana
keterlambatan diagnosis dapat berakibat fatal. MRI lebih unggul daripada CT
scan. Pada pasien dengan LBP persisten dan gejala radikulopati atau stenosis
spinal, pemeriksaan MRI atau CT scan spinal hanya disarankan pada pasien yang
merupakan kandidat untuk tindakan operasi.1

2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laju endap darah (LED), darah tepi lengkap, C reactive protein (CRP),
faktor reumatoid, alkali fosfatase, dan kalsium dilakukan sesuai indikasi.1

Penatalaksanaan

1. Terapi farmakologis

Perlu pertimbangan yang matang antara manfaat dan efek samping obat-obatan LBP
sebelum memulai terapi.1

a. LBP akut

Parasetamol, OAINS selektif (misalnya selekoksib) dan non selektif (misalnya


diklofenak), relaksan otot, opioid (untuk nyeri hebat), injeksi titik picu (steroid +
lidokain) dan epidural untuk nyeri radikuler.1

b. LBP kronik

18
Pilihan analgesik dan relaksan otot seperti pada LBP akut. Anti konvulsan
(pregabalin, gabapentin, karbamazepin, okskarbamazepin, fenitoin), anti depresan
(amitriptilin, duloksetin, venlafaksin), penghambat reseptor alfa (klonidin,
prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan), dan kortikosteroid. Kombinasi
pregabalin dan selekoksib lebih efektif menurunkan skor nyeri pada LBP
dibandingkan dengan monoterapi pregabalin atau selekoksib.1

2. Terapi non farmakologis


a. LBP akut
Terapi latihan
Terapi latihan pada LBP akut manfaatnya tidak begitu besar.
Manipulasi spinal (khiropraktik)
Pada pasien dengan LBP akut tanpa radikulopati dapat dipertimbangkan
terapi manipulasi spinal yang telah terbukti bermanfaat.
Tirah baring
Lamanya tergantung kasus. Sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 3 hari
dan diusahakan untuk kembali ke aktivitas normal secepat mungkin
dikarenakan tirah baring yang lama dapat menimbulkan kelemahan otot
dan demineralisasi tulang.
Korset lumbal
Korset dan penopang lumbal yang lain terbukti tidak mengurangi nyeri
pada pasien LBP akut.
Kompres hangat

Kompres hangat dapat memberikan manfaat untuk mengurangi sakit pada


LBP akut.1

b. LBP kronik
Rehabilitatif
Pada LBP subakut dan kronik, rehabilitasi interdisiplin intensif termasuk terapi
latihan, akupuntur, manipulasi spinal, dan cognitive behavioral therapy (CBT)
dapat memperbaiki status fungsional dan mengurangi nyeri untuk jangka pendek
dan panjang.1
TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)
Manfaat TENS tidak jelas.
Korset lumbal

19
Korset lumbal mungkin bermanfaat untuk mencegah kambuhnya LBP dan
mengurangi nyeri pada LBP kronik.
Terapi latihan
Pada LBP kronik didapatkan bukti-bukti kuat bahwa terapi latihan
bermanfaat. Latihan memperkuat otot punggung dengan memakai alat
tidak terbukti lebih efektif daripada latihan tanpa alat.
Akupuntur
Akupuntur bermanfaat untuk LBP.
Intervensi psikologis
CBT dan progressive relaxation lebih efektif untuk LBP kronik dan
subakut dibandingkan plasebo dan sham therapy.
Pencegahan nyeri punggung
o Penjelasan pada pasien tentang penyakit yang dideritanya.

o Pemberian brosur-brosur yang berisi aktivitas yang harus dihindari,


dan petunjuk latihan untuk memperkuat otot punggung membantu
pasien untuk mencegah kekambuhannya.1

3. Terapi bedah

Terapi bedah memerlukan indikasi yang ketat untuk mencegah terjadinya failed back
syndrome (kegagalan dan kekambuhan setelah operasi). Terapi bedah perlu
dipertimbangkan pada keadaan sebagai berikut :

Setelah satu bulan dirawat konservatif tidak ada kemajuan.


Ischialgia berat sehingga pasien tidak mampu menahan nyerinya.
Ischialgia menetap atau bertambah berat.
Adanya gangguan miksi/defekasi dan seksual.
Adanya bukti klinis terganggunya radiks.
Ada kelemahan otot tungkai bawah.1

20
PEMBAHASAN

Ny. SW datang dengan keluhan nyeri punggung bawah yang kemudiannya menjalar ke
paha kiri. Nyeri dirasakan mengganggu pekerjaan rumah. Nyeri timbul saat beraktivitas. Nyeri
berkurang saat baring miring ke sebelah kanan. Pasien sudah minum obat anti nyeri namun tidak
ada perbaikan. Pasien tidak mempunyai riwayat trauma. Dari pemeriksaan fisik tidak didapatkan
adanya refleks biseps, triseps, KPR, dan APR. Hal ini sesuai dengan diagnosis klinis low back
pain (LBP) et causa hernia nukleus pulposus (HNP). Ia juga sesuai dengan diagnosis topis yaitu
radiks saraf L3-L4 berdasarkan distribusi nyeri dan perubahan refleks. Diagnosis etiologiknya
dari pemeriksaan foto Rontgen lumbosakral didapatkan gambaran fraktur kompresi korpus L III-
IV anterior, suspek HNP L III-IV, LIV-V dan L V-S I. Diagnosis patologiknya kompresi radiks
saraf disebabkan gejala radikulopati dan hasil pemeriksaan foto Rontgen lumbosakral yang
tersebut. Pasien dianjurkan untuk diberikan obat Tramadol 25 mg dikarenakan nyeri pada pasien
sudah bersifat kronis. Untuk terapi non medika mentosa, pasien dianjurkan untuk menggunakan
korset lumbal untuk mencegah kekambuhan. Terapi latihan, akupuntur, dan terapi CBT juga
dianjurkan dikarenakan terbukti bermanfaat pada LBP kronis. Pada pasien ini dapat
dipertimbangkan terapi bedah dikarenakan adanya bukti klinis terganggunya radiks. Prognosis ad
vitam dan functionam pada pasien ini bonam dikarenakan LBP tidak menyebabkan kematian dan
fungsi tulang belakang pasien masih dapat dikembalikan fungsinya. Namun, prognosis ad
sanationam dubia ad bonam dikarenakan pasien menderita LBP kronis dan penyembuhan
tergantung kepada kepatuhan berobat pasien secara farmakologis dan non farmakologis.

21
Daftar Pustaka

1. Suryamiharja A, Purwata TE & Suharjanti I. Nyeri Neuropatik di Daerah Punggung


Bawah (Low Back Pain). In Suryamiharja A, Purwata TE, Suharjanti I, Yudivanta editor.
Konsensus Nasional 1 Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik. Jakarta:
Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI);
2011. pp.29-33.
2. Suharjanti I, Management of Acute Pain: Focus on Low Back Pain. In Suharjanti I,
Basuki M, Islamiyah WR editor. Rational Management in Neurological Practice.
Sidoarjo: Dwiputra Pustaka Jaya; 2016. pp.37-46.
3. Engstrom JW & Deyo RA. Back and Neck Pain. In Longo DL, Kasper DL, Jameson JL,
Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J editor. Harrisons Neurology in Clinical Medicine. New
York: McGraw-Hill Education; 2013. pp.71-85.
4. Clinical Signs of Low Back Pain, Karnath B. Clinical signs of low back pain. Hosp Phy.
2003:43,44,56.
5. Ropper AH, Samuels MA. Pain in the Back, Neck, and Extremities. In Ropper AH,
Sameuls MA editor. Adams and Victors Principles of Neurology. New York: The
McGraw-Hill Companies; 2009. pp.197.
6. Rubinstein SM, Tulder MV. A best-evidence review of diagnostic procedures for neck
and low-back pain. Best Pract & Res Cl Rh. 2008;22(3):474.

22

Anda mungkin juga menyukai