JURNAL
OLEH:
Mahyi Saputra
NPM : 1609200010033
serta keamanan pangan dengan melibatkan peran serta masyarakat yang terkoordinasi dan
terpadu.
Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan.
Berawal dari krisis moneter dimana kemampuan Indonesia masih terkendala dalam
memenuhi kebutuhan pangan bagi 237,6 juta penduduknya sejak Tahun 2010 sampai
dengan Tahun 2014 dimana permintaan impor beras terus meningkat ini meski keadaan
yang didapat dari produksi beras di Indonesia mengalami keadaan surplus namun belm juga
dapat memenhuhi kebutuhan akan pangan. Jumlah impor beras yang terus mengalami
1
Tabel 1. Data impor beras Indonesia
Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai
Komoditas Impor Impor Impor Impor Impor Impor Impor Impor Impor Impor
(Ton) (US$) (Ton) (US$) (Ton) (US$) (Ton) (US$) (Ton) (US$)
Beras 2010 2011 2012 2013 2014
687.682 360,764 2.750.476 1.513 1.810.372 945,623 472.664 246,002 844.163 388,178
Peningkatan impor beras ini meski disingkapi dengan peran dari pemerintah yang
padi yang baik yang dibagikan kepada petani lebih baik dan telah teruji jangan sampai
setelah petani melakukan penanaman namun hasil yang didapat kurang dari bibit padi yang
yang digunakan sendiri oleh petani. Demikian juga untuk ketersediaan dari sarana produksi
selalu menjadi masalah yang dihadapi oleh petani. Permasalahan klasik yang selalu
dihadapi oleh petani sehingga dapat menurunkan laju produktivitas hasil panen, ketiadaan
irigasi yang juga menjadi masalah bagi peningkatan produksi hasil panen padi yang
diharapkan dapat melakukan penanaman dua kali dalam setahun namun dengan ketiaadaan
jaringan irigasi yang baik maka apa yang diharapkan untuk peningkatan produksi padi
untuk menjaga ketahanan pangan terkadang hanya berupa slogan. Namun sebenarnya
pemerintah telah berbuat banyak akan tetapi mungkin adanya keterbatasan dari anggaran
sehingga pemerintah tidak bisa memaksimalkan prasarana dan sarana untuk pertanian
penduduk yang mana hal ini membuat pemerintah mengambil kebijakan untuk melakukan
2
impor beras. Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya terus bertambah dan
pertahunnya. Hal ini tidak sesuai dengan target pemerintah yang hanya menargetkan
Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi tidak selaras dengan peningkatan jumlah
sebagai makanan pokoknya. Akibat dari tingginya tingkat pertumbuhan penduduk hal ini
merupakan permasalahan dimana tingkat kelahiran tidak bisa ditekan yang menyebabkan
bakal banyaknya penduduk usia muda menjadi lebih besar, yang diprediksikan akan
bertambah pada tahun 2035 yang akan menjadi kekuatiran pemerintah. Hal ini bisa
menyebabkan terjadinya ledakan penduduk. Jumlah penduduk Indonesia yang pada tahun
2010 mencapai 237,6 juta yang berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik membutuhkan kebutuhan pangan berupa beras sebesar kira-kira
33.026.400.000 kilogram (33.026 juta ton) per tahun pada tahun 2010 atau pada tahun 2014
dalam survey pertanian terhitung 56 juta ton pertahun kebutuhan beras untuk masyarakat
Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa produksi padi 2014
mencapai 70,83 juta ton gabah kering giling (GKG), angka ini turun 450 ribu ton atau 0,63
3
persen dibanding 2013. Penurunan produksi padi paling besar terjadi di Pulau Jawa hingga
830 ribu ton, sedangkan di luar Jawa mengalami penurunan 390 ribu ton. Produksi padi
menyusut susut karena terjadi penurunan luas panen 41,61 ribu hektare (ha) atau 0,30
persen dan penurunan produktivitas sebesar 0,17 kuintal atau ha (0,33 persen).
lahan pertanian yang peruntukan untuk permukiman dan peruntukan yang lainnya. Hal ini
juga dampak dari pertumbuhan penduduk yang tinggi. Menurut Thomas R. Malthus dalam
Penurunan luas lahan pertanian juga berdampak pada jumlah tenaga kerja dibidang
pertanian yang sudah pasti mengalami penurunan dikarenakan fungsi lahan yang berubah
yang mengakibatkan tenaga kerja di sektor pertanian juga berangsur menurun karena
beralihnya tenaga kerja sektor pertanian ke sektor yang lainnya seperti jasa, industri dan
keuangan. Minat generasi muda untuk menekuni bidang pertanian juga berkurang meski
tingkat pendidikan mereka bertambah namun karena keinginan untuk meneruskan usaha
pertanian dari orang tuanya dianggap kurang menarik bagi mereka sehingga generasi muda
lebih memilih jenis pekerjaan yang lain selain usaha pertanian terutama usaha pertanian
bidang pangan.
4
Usaha pemerintah untuk menangani permasalahan ketahanan pangan dengan cara
merupakan salah satu cara pemerintah dalam meningkatkan swasembada pangan yang
melakukan cetak sawah baru, perbaikan jaringan irigasi, melakukan diversifikasi bahan
Setelah adanya uraian diatas maka penulis mencoba untuk melakukan penelitian
tentang optimasi produksi pangan di tinjau dari permasalahan kenaikan impor beras, laju
pertumbuhan penduduk, luas konversi lahan khususnya lahan persawahan dan tenaga kerja
dibidang pertanian serta jumlah anggaran yang dialokasikan pemerintah terhadap bidang
tanaman pangan. Penelitian ini dilakukan dengan melihat pengaruh dari permasalahan yang
Identifikasi Masaalah
Dengan adanya anggaran pertanian sub sektor tanaman pangan, jumlah petani yang
semakin berkurang dan adanya konversi lahan dapat dipertanyakan seberapa besar optimasi
5
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar anggaran pertanian sub
sektor tanaman pangan khususnya padi, jumlah petani yang dibutuhkan dan pengaruh
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini untuk dapat memproyeksi
kebutuhan anggaran belanja sub sektor pertanian, jumlah petani dan luas tanam yang
Batasan Penelitian
Batasan dari penelitian ini membatasi pada input belanja sub sektor tanaman
pangan, jumlah petani, tingkat impor beras indonesia dan luasan konversi lahan.
Kerangka Pemikiran
Jumlah Impor
Beras
Jumlah Konversi
Lahan Padi
6
BAB I
TINJAUAN LITERATUR
Ketahanan Pangan
tersedia bagi setiap individu setiap saat dimana saja baik secara fisik, maupun ekonomi.
Ada tiga aspek yang menjadi indikator ketahanan pangan suatu wilayah, yaitu sektor
ketersediaan pangan, stabilitas ekonomi (harga) pangan, dan akses fisik maupun ekonomi
bagi setiap individu untuk mendapatkan pangan. Definisi mengenai ketahanan pangan
(food security) memiliki perbedaan dalam tiap konteks waktu dan tempat. Istilah ketahanan
pangan sebagai sebuah kebijakan ini pertama kali dikenal pada saat World Food Summit
tahun 1974 .
Setelah itu, ada banyak sekali perkembangan definisi konseptual maupun teoritis
dari ketahanan pangan dan hal-hal yang terkait dengan ketahanan pangan. Diantaranya,
sejak World Food Summit tahun 1974 hingga pertengahan dekade 1990-an. Menurutnya,
perubahan yang terjadi yang menjelaskan mengenai konsep ketahanan pangan, dapat terjadi
pada level global, nasional, skala rumah tangga, dan bahkan individu. Perkembangannya
terlihat dari perspektif pangan sebagai kebutuhan dasar (food first perspective) hingga pada
7
Maxwell dan Slatter pun turut menganalisis diskursus mengenai definisi ketahanan
keperspektif hak dan akses (entitlements). Sejak tahun 1980-an, diskursus global ketahanan
pangan didominasi oleh hak atas pangan (food entitlements), resiko dan kerentanan
(vulnerability).
Secara formal, setidaknya ada lima organisasi internasional yang memberikan definisi
mengenai ketahanan pangan. Definisi tersebut dianggap saling melengkapi satu sama lain,
diantaranya:
a. First World Conference 1974, United Nations, 1975 Ketahanan pangan adalah
ketersediaan pangan dunia yang cukup dalam segala waktu untuk menjaga
harga.
Ketahanan pangan adalah situasi dimana semua orang dalam segala waktu
memiliki kecukupan jumlah atas pangan yang aman dan bergizi demi kehidupan
c. Bank Dunia (World Bank), 1996 Ketahanan pangan adalah akses oleh semua orang
pada segala waktu atas pangan yang cukup untuk kehidupan yang sehat dan aktif.
d. OXFAM, 2001 Ketahanan pangan adalah kondisi ketika setiap orang dalam segala
waktu memiliki akses dan kontrol atas jumlah pangan yang cukup dan kualitas yang
baik demi hidup yang sehat dan aktif. Ada dua kandungan makna yang tercantum
8
disini, yakni ketersediaan dalam artian kualitas dan kuantitas, dan akses dalam
2005Ketahanan pangan adalah kondisi ketika semua orang pada segala waktu
secara fisik, sosial, dan ekonomi, memiliki akses atas pangan yang cukup, aman,
dan bergizi, untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi (dietary needs) dan pilihan
Konversi Lahan
Lahan merupakan sumberdaya alam yang memiliki fungsi penting dalam
pembangunan suatu negara. Dalam pembangunan, hampir semua sektor memerlukan lahan
seperti sektor pertanian, industri, perdagangan, dan infrastruktur. Di sektor pertanian, lahan
merupakan sumberdaya yang sangat penting, baik bagi petani maupun bagi pembangunan
pertanian, hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa di Indonesia sebagai negara agraris
semua kegiatan pertanian masih bertumpu pada lahan karena lahan berperan penting dalam
kegiatan produksi yang dapat menghasilkan kebutuhan pangan yang dibutuhkan oleh setiap
manusia.
Terjadinya konversi lahan pada suatu wilayah dapat disebabkan oleh faktor sosial,
ekonomi, dan kebijakan pemerintah. Selain aspek sosial dan ekonomi, aspek peraturan atau
pertanian saat ini juga tidak mampu membendung terjadinya konversi lahan pertanian ke
9
Dampak dari pertumbuhan penduduk yang tinggi memberikan dampak negatif
terhadap tata guna lahan dimana lahan yang sebelumnya tersedia bagi pertanian,
permukiman dan lain sebagainya dapat beralih fungsi menjadi satu atau lainnya. Adanya
berbagai kepentingan dapat menjadikan alasan dari konversi lahan pertanian yang
dilakukan.
penduduk. Pertumbuhan penduduk kota yang semakin padat ternyata mendorong para
penduduk untuk beralih ke wilayah sekitar kota. Kepentingan lain diwarnai oleh pihak-
pihak pengembang yang semakin gencar mencari lahan untuk melakukan pembangunan
perumahan untuk menampung para penduduk pendatang. Kepentingan ini tidak akan
berjalan jika pemerintah tidak memberikan ijin untuk mengadakan pembebasan lahan untuk
perumahan. Pemerintah dinilai terus menerus memberikan ijin kepada PT untuk melakukan
pembangunan perumahan secara kontinyu. Sementara disisi lain terdapat pihak yang
dirugikan terhadap adanya konversi lahan menjadi perumahan. Mereka adalah para petani
yang terpaksa melakukan alih fungsi lahan secara tidak langsung. Posisi sawah mereka
terancam kekeringan dan tidak produktif jika tidak diserahkan kepada PT. Namun ada pula
pihak yang berusaha keluar dari kehidupan bertani dan mencoba berusaha di bidang lain.
Mereka adalah para petani yang jenuh dengan pekerjaan tani karena tidak mengalami
berusaha untuk merubah nasib dengan menjual sawah dan beralih ke usaha lain.
10
Utomo (1992) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi
lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula
(seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah)
terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian
garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah
jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan struktur perekonomian. Alih fungsi
lahan pertanian sulit dihindari akibat kecenderungan tersebut. Beberapa kasus menunjukkan
jika di suatu lokasi terjadi alih fungsi lahan, maka dalam waktu yang tidak lama lahan di
Alih fungsi lahan biasanya terkait dengan proses perkembangan wilayah, bahkan dapat
dikatakan bahwa alih fungsi lahan merupakan konsekuensi dari perkembangan wilayah.
Sebagian besar alih fungsi lahan yang terjadi, menunjukkan adanya ketimpangan dalam
penguasaan lahan yang lebih didominasi oleh pihak kapitalis dengan mengantongi izin
11
Tenaga Kerja
Menurut Mulyadi (2006:59), tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja
(berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat
memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka
Sedangkan menurut Arfida (2003:19), tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja
(working-age population) yang mampu menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Dalam ekonomi tenaga kerja (labor economics) diasumsikan bahwa tenaga kerja
mempunyai tujuan untuk memaksimumkan nilai guna (utility maximization), yaitu bahwa
orang diasumsikan untuk berupaya mencapai tujuan untuk membuat dirinya sebahagia
mungkin pada tingkat sumber daya yang terbatas (Ehrenberg dan Smith, 2012).
12
Pembangunan ekonomi di Indonesia ditandai dengan penurunan pangsa sektor
pertanian terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja, serta peningkatan pangsa sektor
industri dan jasa dalam pembentukan PDB dan penyerapan tenaga kerja. Penurunan pangsa
tenaga kerja sektor pertanian berjalan lambat menandakan tidak berkembangnya sektor
industri dan jasa sehingga beban sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja menjadi
berat. Terjadinya penurunan pangsa pertanian terhadap PDB yang lebih cepat dari
dan pedesaan. Penyerapan tenaga kerja pertanian yang mempunyai keterampilan tinggi oleh
(Arifin, 2013).
Tenaga kerja dalam pertanian bisa dilakukan secara individual ataupun secara
kolektif, akan tetapi pada umumnya dilakukan secara individual. Secara kolektif dalam
bentuk kerjasama dengan cara bergiliran. Cooley dalam Soekanto (1982 : 67)
sama dan adanya organisasi merupakan bentuk kerja sama yang berguna. Kerjasama
merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk dan pola-pola kerjasama secara
Impor Beras
13
Menurut Ekananda (2015:11) impor adalah kegiatan dimana berbagai pihak,
perusahaan atau lembaga non pemerintahan yang membeli barang dari luar negeri untuk di jual
ke dalam negeri. Impor merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak swasta maupun
pemerintah guna memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Biasanya dilakukan oleh
Menurut Hamdani (2012:37) impor merupakan kegiatan guna membeli barang dari
luar negeri yang kemudian dijual ke dalam peredaran republik Indonesia dan barang yang
dibeli tersebut sebelumnya harus dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
pertambahan nilai, pajak barang mewah, pajak komoditi dan bea impor. Menurut
Ekananda (2015:11) keuntungan yang akan didapat melalui kegiatan impor yakni secara
masih rendah. Membantu mengurangi meningkatnya harga jual yang di karenakan kurangnya
sektor pertanian sebagai mata pencaharian. Akan tetapi, petani Indonesia bukanlah
yang masih miskin dan terpinggirkan. Mereka sering dirugikan oleh masalah kebijakan
perberasan yang dilakukan oleh pemerintah. Belum lagi masalah sosial ekonomi lain yang
14
Produksi beras Indonesia perlahan-lahan meningkat, namun belum mampu memenuhi
semua kebutuhan beras masyarakat Indonesia yang mencapai 237 juta jiwa. Tingkat
beras Indonesia pada tahun 2010 mencapai angka 66.469.394 ton menurun pada tahun 2011
menjadi 65.756.304 ton. Kemudian pada tahun 2012 meningkat menjadi 69.056.126 ton. Pada
tahun 2013 kembali meningkat menjadi 71.279.709 ton. Namun, pada tahun 2014 menurun
15
METODE PENELITIAN
Ruang lingkup dari penelitin yang dilakukan adalah melihat pengaruh luas lahan
pertanian (lahan sawah), jumlah tenaga kerja di bidang pertanian dan jumlah impor beras
Data yang digunakan berdasarkan dari sumber dan jenisnya, sumber data berasal
dari Badan Pusat Statistik Indonesia yaitu data skunder dengan jenis data berupa data
timeseries. Total data yang di gunakan adalah sebanyak 10 data dimulai dari tahun 2005
16
Model Analisis
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data time
series dengan model analisis regresi berganda (multiple regression), sehingga model
dituliskan sebagai berikut :
Y = + X + , ................................................................................................ (3.1)
Dengan fungsi matematis : KP = f (LL, IB, JTK ) ........................................ (3.2)
Kemudian model ditransformasikan dalam bentuk
KP = 0 + 1 LL + 2 IB + 3 JTK + ..............................................................(3.3)
Dimana :
KP : Ketahanan Pangan (ton)
LL : Luas Lahan (Ha)
IB : Impor Beras (Ton)
JTK : Jumlah Tenaga Kerja (orang)
0 : Konstanta
1 sampai 3 : Koefisien regresi.
: error term
BAB II
BAB III
17
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sesuai dengan apa yang dipermaklumkan maka dengan ini dapat dipertanggung
jawabkan bahwa
Saran
Sesuai dengan apa yang dipermaklumkan maka dengan ini dapat dipertanggung
jawabkan bahwa
18
DAFTAR PUSTAKA
Kinseng, Hilda Nurul Hidayati dan Rilus A. "Konversi Lahan Pertanian dan Sikap Petani di
Desa Cihideung Ilir Kabupaten Bogor." Jurnal Sosiologi Pedesaan (2013): 222-230.
Setiawan, Handoko Probo. "Alih Fungsi (Konversi) Lahan Pertanian ke Non Pertanian
Kasus di Kelurahan Simpang Pasir Kecamatan Palaran Kota Samarinda." eJournal
Sosiatri-Sosiologi (2016): 280-293.
19