Anda di halaman 1dari 18

TUGAS UJIAN SEMESTER MATA KULIAH FARMAKOTERAPI 2

PILIHAN OBAT-OBAT TERAPI EPILEPSI FOKAL

disusun oleh:

Atvinda Prilya Afista


NPM

MAGISTER ILMU KEFARMASIAN


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
2016
DAFTAR ISI

i
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................

1.1 Latar Belakang...............................................................................


1.2 Tujuan..............................................................................................

BAB 2 ISI.......................................................................................................

2.1 Definisi.............................................................................................

2.2 Pilihan Obat-obat Terapi Epilepsi Parsial (Fokal)......................

BAB 3 PENUTUP..........................................................................................

Kesimpulan ..........................................................................................

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama. Pada


dasarnya epilepsi merupakan suatu penyakit Susunan Saraf Pusat (SSP) yang
timbul akibat adanya ketidak seimbangan polarisasi listrik di otak. Ketidak
seimbangan polarisasi listrik tersebut terjadi akibat adanya fokus-fokus iritatif
pada neuron sehingga menimbulkan letupan muatan listrik spontan yang
berlebihan dari sebagian atau seluruh daerah yang ada di dalam otak. Epilepsi
sering dihubungkan dengan disabilitas fisik, disabilitas mental, dan konsekuensi
psikososial yang berat bagi penyandangnya (pendidikan yang rendah,
pengangguran yang tinggi, stigma sosial, rasa rendah diri, kecenderungan tidak
menikah bagi penyandangnya).
Sebagian besar kasus epilepsi dimulai pada masa anak-anak. Pada tahun
2000, diperkirakan penyandang epilepsi di seluruh dunia berjumlah 50 juta orang,
37 juta orang di antaranya adalah epilepsi primer, dan 80% tinggal di negara
berkembang. Laporan WHO (2001) memperkirakan bahwa rata-rata terdapat 8,2
orang penyandang epilepsi aktif di antara 1000 orang penduduk, dengan angka
insidensi 50 per 100.000 penduduk. Angka prevalensi dan insidensi diperkirakan
lebih tinggi di negara-negara berkembang.
Epilepsi dihubungkan dengan angka cedera yang tinggi, angka kematian
yang tinggi, stigma sosial yang buruk, ketakutan, kecemasan, gangguan kognitif,
dan gangguan psikiatrik. Pada penyandang usia anak-anak dan remaja,
permasalahan yang terkait dengan epilepsi menjadi lebih kompleks. Dalam
makalah ini akan membahas khusus obat-obatan yang digunakan untuk kasus
epilepsy parsial (fokal), terkait regimen dosis, baik pada dewasa maupun
pediatrik.
1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk mengetahui pilihan obat-obat


antiepilepsi pada kasus epilepsy parsial (fokal)

ii
BAB 2
ISI

2.1 Definisi

Seizure adalah perubahan sementara pada perilaku akibat stimulasi populasi


neuron otak yang tidak teratur, sinkron, dan ritmis. Epilepsy menunjukkan
gangguan fungsi otak yang dikarakterisasi oleh kemunculan seizure secara
periodic dan tidak dapat diprediksi (Brunton et al, 2008). Penyakit ini merupakan
salah satu dari penyakit saraf yang paling umum, yang mempengaruhi lebih dari 3
juta orang di U.S (Epilepsy Foundation, 2010), dan sekitar 50 juta orang diseluruh
dunia (WHO, 2010).

Epilepsi istilah berasal dari kata Yunani epilambanein, yang berarti serangan
atau menyita. Dahulu orang berfikir bahwa individu yang terkena epilepsi sedang
dirasuki oleh setan atau dewa-dewa. Namun, pada 400 SM, Hippocrates
menyatakan bahwa epilepsi adalah gangguan otak.

Seizure epileptic telah diklasifikasikan menjadi Seizure partial (fokal), yang


dimulai berpusat di situs kortikal. Seizure tipe ini hanya terbatas pada daerah
diskrit dari korteks serebral, dan hanya melibatkan beberapa bagian tubuh
tertentu. Seizure partial menyebabkan gangguan motorik, sensorik, otonom, atau
gejala psikis tanpa perubahan yang jelas dalam keadaan kesadaran. Serangan ini
dapat juga digambarkan seperti sensasi somatik (misalnya, parestesia atau
kesemutan), keseimbangan, perubahan penciuman fungsi otonom, dan
pendengaran.

Jenis Seizure yang kedua adalam Seizure umum, yang melibatkan kedua
heisfer secara luas dari awal. Manifestasi seizure ditentukan dengan fungsi yang
biasanya diberikan oleh situs kortikal, tempat seizure mulai terjadi (Brunton et al,
2008). Seizure jenis ini berupa penyimpangan singkat kesadaran tanpa kehilangan
kontrol postural. kejang biasanya berlangsung selama beberapa detik, selanjutnya
kesadaran kembali tiba-tiba, dan tidak ada kebingungan postictal (Marvin, 2010).

ii
Seizure tidak terklasifikasi, merupakan jenis Seizure yang tidak termasuk
pada jenis parsial atau umum. Hal ini biasnya terjadi pada neonatus dan infants
(Lowenstein, 2008) Beberapa kejang yang terjadi pada neonatus dan bayi
kemungkinan hasil, sebagian, dari perbedaan fungsi neuronal (Marvin, 2010).

2.2 Pilihan Obat-obat Terapi Epilepsi Parsial (Fokal)


Pada terapi epilepsy parsial, terdapat dua jenis obat yaitu First-line agents
sebagai obat-obat terapi utama dan Alternative agents sebagai alternative & terapi
tambahan (tabel 2.1)
Tabel 2.1 Pembagian obat first-line dan alternative pada epilepsy fokal
First-line agents Alternative agents
Carbamazepine Levetiracetam*
Phenytoin Topiramate
Oxcarbazepine Tiagabine*
Valproic Acid Zonisamide*
Gabapentin
Phenobarbital
Primidone
Felbamate
Eslicarbazepine
Vigabatrin
Lacosamide
Pregabalin
Rufinamide
*sebagai terapi tambahan
Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, eds. Harrisons Principles of Internal Medicine, 17th ed.
New York: McGraw-Hill; 2008;24982512.5

ii
2.2.1 First-line agents
Carbamazepine (Tegretol, Novartis)
Untuk orang dewasa dan anak di atas 12 tahun, carbamazepine tablet
dimulai dengan 200 mg dua kali sehari atau sebagai extended- release (XR) atau
satu sendok teh empat kali sehari untuk sediaan suspensi dengan dosis 400
mg/hari. dosis harus meningkat pada interval mingguan dengan total 200 mg / hari
dengan dua dosis terbagi XR carbamazepine atau dengan formulasi lain yang
diberikan tiga atau empat kali sehari sampai respon yang optimal diperoleh.
Untuk anak-anak 12 sampai 15 tahun, umumnya dosis tidak boleh melebihi
1.000 mg per hari. Untuk pasien diatas 15 tahun, dosis tidak melebihi 1.200 mg
per hari. Untuk terapi pemeliharaan, dosis disesuaikan dengan minimum
Tingkat efektif, biasanya 800 untuk 1.200 mg per hari.
Untuk anak-anak 6 sampai 12 tahun, dosis awal untuk tablet atau tablet XR
adalah 100 mg dua kali sehari atau suspensi dari 200 mg / hari menggunakan 0,5
sendok teh empat kali sehari. dosis meningkat pada interval mingguan dengan
total 100 mg/hari dalam rejimen dua kali sehari XR carbamazepine, atau
formulasi lain diberikan tiga atau empat kali sehari sampai Tanggapan optimal
diperoleh. Secara umum, dosis tidak boleh melebihi 1.000 mg per hari. Untuk
terapi pemeliharaan, dosis harus disesuaikan dengan tingkat efektif minimum,
biasanya 400-800 mg setiap hari.
Untuk anak-anak di bawah usia enam tahun, dosis awal adalah 10 sampai 20
mg / kg per hari dua kali atau tiga kali sehari sebagai tablet atau empat kali sehari
sebagai suspensi. Untuk mencapai respon klinis optimal, dapat ditingkatkan
jumlah administrasi untuk tiga atau empat kali sehari. Jika respon yang
memuaskan tidak tercapai, konsentrasi plasma harus diukur untuk menentukan
apakah obat berada pada range terapi (Marvin, 2010).

Phenytoin (Dilantin, Pfizer)


Pasien yang belum menerima pengobatan sebelumnya mungkin mulai
dengan 100 mg tiga kali sehari. Dosis tersebut kemudian disesuaikan untuk
memenuhi kebutuhan individu. Bagi kebanyakan orang dewasa, pemeliharaan

ii
optimal pada dosis satu kapsul tiga sampai empat kali sehari. Jika perlu, Dosis
dapat ditingkatkan sampai dua kapsul tiga kali per hari.

Pada orang dewasa, kontrol kejang diberikan dengan dosis terbagi tiga
kapsul fenitoin 100 mg sehari, dosis sekali sehari 300 mg. Sebuah studi yang
membandingkan dosis 300 mg dalam tiga dosis terbagi dengan harian tunggal
dosis kuantitas ini menunjukkan penyerapan, tingkat puncak plasma, waktu paruh,
perbedaan antara nilai-nilai puncak dan minimum dan ekskresi semuanya
menunjukkan hasil yag setara. Direkomendasikan fenitoin natrium kapsul dosis
sekali sehari.

Beberapa penulis telah menganjurkan penggunaan dosis fenitoin pada orang


dewasa dengan onset cepat secara intravena (IV). Regimen dosis ini hanya
digunakan untuk pasien di klinik atau rumah sakit di mana konsentrasi fenitoin
serum dapat dimonitor. Misalnya pada pasien dengan riwayat ginjal atau penyakit
hepar yang tidak memungkinkan untuk menerima rejimen oral.

Pada pasien anak, pemberian awal yang dianjurkan adalah 5 mg/kg per hari
dalam dua atau tiga dosis terbagi, dengan dosis berikutnya disesuaikan untuk
setiap pasien dengan maksimum 300 mg setiap hari. Dosis pemeliharaan harian
yang direkomendasikan adalah biasanya 4 sampai 8 mg/kg. Remaja dan anak-
anak >6 tahun mungkin memerlukan dosis minimum dewasa, 300 mg/hari
(Marvin, 2010).

Oxcarbazepine (Trileptal, Novartis)

Oxcarbazepine tersedia sebagai 150, 300, dan 600-mg filmcoated tablet


untuk pemberian oral. Hal ini juga tersedia sebagai 300-mg / 5 mL (60 mg / mL)
suspensi oral.

Pasien Dewasa
Terapi ajuvan. Dosis awal adalah 600 mg/hari dalam dua dosis terbagi. Jika
perlu, dosis dapat ditingkatkan dengan maksimal 600 mg/hari pada interval
mingguan, dosis harian yang direkomendasikan 1.200 mg/hari. Dalam uji coba

ii
terkontrol, dosis di atas 1.200 mg/hari agak lebih efektif. Namun, sebagian besar
pasien tidak dapat mentolerir 2.400 mg dosis/hari, terutama karena efek CNS.

Beralih ke monoterapi. Pasien yang menggunakan oxcarbazepine dengan


AED lain dapat beralih ke monoterapi dengan memulai dosis 600 mg/hari dua kali
sehari (1.200 mg/hari) sementara secara bersamaan mulai mengurangi dosis dari
AED yang lain. AED lain bisa dihentikan dengan interval tiga sampai enam
minggu, dan dosis maksimum oxcarbazepine harus dicapai dalam waktu sekitar
dua sampai empat minggu.

Dosis oxcarbazepine dapat ditingkatkan, jika perlu, dengan maksimum 600


mg/hari dengan interval mingguan untuk mencapai dosis yang dianjurkan yaitu
2.400 mg/hari. Dalam sebuah penelitian, dosis 1.200 mg/hari efektif untuk
memulai oxcarbazepine sebagai monoterapi.

Memulai monoterapi. Pasien yang belum menggunakan AED sama sekali,


dapat memulai monoterapi oxcarbazepine dengan dosis awal 600 mg/hari dua kali
sehari. Dosis harus meningkat sebesar 300 mg/hari setiap hari ketiga dengan total
1.200 mg/hari. Sebuah dosis 2.400 mg/hari efektif pada pasien yang beralih dari
AED lain untuk menggunakan oxcarbazepine sebagai monoterapi. Hal ini pernah
dikaji dalam sebuah penelitian multicenter, double-blind, clinical trial, dosis 2.400
mg/hari untuk kasus epilepsy parsial (fokal) lebih aman dan efektif sebagai
monoterapi dibandingkan dengan AED lain (Beydoun, et al. 2012).

Pasien Pediatric
Terapi ajuvan. Untuk anak-anak 4-16 tahun, dosis harian awal
oxcarbazepine adalah 8 sampai 10 mg/kg dua kali sehari, umumnya tidak
melebihi 600 mg/hari. Pemeliharaan Target dosis harus dicapai selama dua
minggu dan tergantung pada berat badan pasien.

Untuk pasien antara 2 dan 4 tahun, dosis awal/hari adalah 8-10 mg/kg dua
kali sehari. Umumnya, dosis ini tidak boleh melebihi 600 mg/hari. Untuk pasien
dengan berat badan kurang dari 20 kg, dosis awal 16-20 mg/kg. Dosis

ii
pemeliharaan maksimum harus dicapai selama dua sampai empat minggu dan
tidak melebihi 60 mg/kg dua kali sehari.

Beralih ke monoterapi. Pasien yang menggunakan oxcarbazepine


bersamaan dengan AED lain dapat beralih ke monoterapi dengan oxcarbazepine
dengan dosis awal 8-10 mg/kg per hari dua kali sehari sementara secara
bersamaan mulai mengurangi dosis AED yang lain. AED yang lain dapat benar-
benar dihentikan selama periode dari tiga sampai enam minggu.

Memulai monoterapi. Pasien yang saat ini tidak menerima AED lain dapat
mencoba monoterapi. Inisial Dosis oxcarbazepine terbatas pada 8 sampai 10
mg/kg per hari dalam rejimen dua kali sehari (Marvin, 2010).

Secara keseluruhan Oxcarbazepine merupakan antikonvulsan yang efektif


untuk pengobatan kejang parsial pada orang dewasa, remaja, dan anak-anak.
Oxcarbazepine (Dan turunan farmakologi aktif MHD) memiliki profil
farmakokinetik yang baik serta penyerapan cepat, dan sedikit interaksi dengan
AED lainnya. Hasil 10 besar uji klinis oxcarbazepine menunjukkan bahwa
sebagai monoterapi oxcarbazepine relative aman, efektif, dan ditoleransi dengan
baik pada orang dewasa, remaja, dan anak-anak pada kasus kejang parsial. Uji
komparatif juga menunjukkan sebagai monoterapi oxcarbazepine memiliki
khasiat mirip dengan fenitoin, asam valproat, dan carbamazepine pada kejang
parsial dan kejang general tonik-klonik pada orang dewasa, remaja, dan anak-
anak. Di antara AED baru, oxcarbazepine adalah lebih cocok digunakan sebagai
monoterapi lini pertama pada orang dewasa dengan kejang parsial, dan juga cocok
untuk terapi lini pertama untuk anak-anak dengan kejang parsial (Glauser, 2001).

Valproic Acid and Valproate Injection (Depakene, Depacon, Abbott)


Monoterapi. Dosis awal adalah 10 sampai 15 mg/kg per hari. Dosis harus
meningkat 5-10 mg/kg per minggu untuk mencapai respon klinis yang optimal.
Kapsul asam valproik harus ditelan utuh; jika dikunyah akan mengiritasi mulut
dan tenggorokan. Biasanya respon klinis yang optimal dicapai pada dosis harian
di bawah 60 mg/kg per hari. Jika respon klinis tidak memuaskan, konsentrasi

ii
plasma harus diukur untuk menentukan apakah kadar obat berada di kisaran 50
sampai 100 mcg/mL. Tidak ada refrensi yang rekomendasi tentang keamanan
pada dosis di atas 60 mg / kg per hari.
Probabilitas trombositopenia meningkat secara signifikan di konsentrasi
total plasma valproate di atas 110 mcg/mL pada wanita dan di atas 135 mcg/mL
pada laki-laki. Keuntungan ditingkatkan kontrol kejang dengan dosis yang lebih
tinggi harus ditimbang terhadap kemungkinan insiden lebih besar dari dampak
buruk.
Terapi ajuvan. Asam valproik dapat ditambahkan ke rejimen pasien dengan
dosis 10 sampai 15 mg/kg per hari, yang dapat ditingkatkan sampai 5-10 mg/kg
per minggu untuk mencapai respon optimal. Respon optimal biasanya dicapai
pada dosis harian di bawah 60 mg/kg per hari. Jika respon tidak memuaskan,
konsentrasi plasma harus diukur untuk menentukan apakah kadar obat berada di
kisaran terapi yang diterima. Tidak ada rekomendasi mengenai keamanan
valproate jika digunakan pada dosis di atas 60 mg/kg per hari. Jika total harian
dosis melebihi 250 mg, obat harus diberikan dalam dosis terbagi (Marvin, 2010).
2.2.2 Alternative agents
Zonisamide (Zonegran, Elan/Eisai)
Dosis awal harus 100 mg setiap hari. Setelah dua minggu, dosis dapat
ditingkatkan sampai 200 mg/hari selama dua minggu. Juga dapat ditingkatkan
menjadi 300 mg/hari dan 400 mg/hari, dengan dosis terus stabil selama minimal
dua minggu untuk mencapai steady state pada setiap tingkat. Bukti dari percobaan
terkontrol menunjukkan zonisamide yang dosis 100 sampai 600 mg/hari telah
terbukti efektif, namun peningkatan Tanggapan atas 400 mg / hari belum
dilaporkan (Marvin, 2010).

Phenobarbital (Luminal, Bayer, various)


Konsentrasi anti kejang terapi fenobarbital dalam plasma adalah 10 sampai
25 mcg/mL. Untuk mencapai kadar jendela terapi pada anak-anak, pada umumnya
digunakan dosis per-kilogram. Pada anak-anak dan bayi, fenobarbital dengan

ii
dosis pemuatan 15 sampai 20 mg/kg menghasilkan konsentrasi darah dari sekitar
20 mcg/mL tak lama setelah pemberian.

Dalam kasus epileptikus, sangat penting untuk mencapai terapi kadar


fenobarbital secepat mungkin, karena senyawa barbiturat dapat menyebabkan
depresi setelah kejang terkendali. Oleh karena itu penting untuk menggunakan
jumlah minimal obat yang dibutuhkan dan menunggu efek anti kejang sebelum
dosis kedua diberikan.

Untuk orang dewasa, sebagai obat penenang siang hari, 30 sampai 120 mg
diberikan oral sehari-hari dalam dua atau tiga dosis terbagi. Sebagai hypnotic
agen, dosisnya adalah 100-320 mg. Sebagai AED, dosisnya 50 sampai 100 mg
dua sampai tiga kali sehari (Marvin, 2010).

Primidone (Mysoline, Valeant/Xcel)


Pasien >8 tahun yang telah menerima pengobatan sebelumnya mungkin
baiknya dimulai dengan 50-mg atau 250 mg tablet primidone; dari hari 1 sampai
3, 100 sampai 125 mg pada waktu tidur; dari hari 4 sampai 6, 100 sampai 125 mg
dua kali sehari; dari hari 79, 100 sampai 125 mg tiga kali sehari; dan dari hari ke
10 dosis pemeliharaan, 250 mg tiga kali sehari.

Bagi kebanyakan orang dewasa dan anak-anak >8 tahun, dosis pemeliharaan
yang lazim adalah tiga atau empat primidone 250-mg tablet sehari dalam dosis
terbagi, diambil sebagai 250 mg tiga atau empat kali sehari. Jika perlu, dosis dapat
ditingkatkan sampai lima atau enam tablet 250 mg per hari, tetapi dosis harian
tidak boleh melebihi 500 mg empat kali sehari.

Untuk pasien yang sudah menerima AED lain, primidone harus dimulai pada
100 sampai 125 mg pada waktu tidur dan secara bertahap ditingkatkan menjadi
konsentrasi dosis terapi dan dosis obat lainnya secara bertahap diturunkan.
Rejimen ini harus dilanjutkan sampai tingkat dosis yang memuaskan tercapai
untuk kombinasi atau sampai obat lain benar-benar tidak digunakan.

ii
Anak-anak < 8 tahun dapat menerima 50 mg pada waktu tidur dari hari 1
sampai 3; 50 mg dua kali sehari dari hari 4 sampai 6; 100 mg dua kali sehari dari
hari 7-9; dan 125 mg sampai 250 mg tiga kali sehari pada hari 10 dengan dosis
pemeliharaan. Dosis pemeliharaan yang lazim adalah 125 sampai 250 mg tiga kali
sehari atau 10 sampai 25 mg/kg per hari dalam dosis terbagi (Marvin, 2010).

Felbamate (Felbatol, Wallace)


Felbamate telah dipelajari sebagai monoterapi dan sebagai ajuvan terapi
pada orang dewasa dan sebagai terapi tambahan pada anak-anak dengan kejang
yang berhubungan dengan sindrom Lennox-Gastaut. Ketika felbamate
ditambahkan atau diganti dengan AED yang ada, sangat disarankan dosis AED
yang ada dikurangi pada kisaran 20% sampai 33% untuk meminimalkan efek
samping.

Dalam uji klinis, kebanyakan pasien (dewasa >14 tahun) menerima 3.600
mg/hari. Felbamate belum sistematis dievaluasi sebagai monoterapi awal. Dosis
awal dari felbamate adalah 1.200 mg/hari dalam dosis terbagi tiga atau empat kali
sehari. Dosis harus dititrasi di bawah supervisi klinis, dengan penambahan 600-
mg setiap dua minggu untuk 2.400 mg / hari, tergantung pada respon klinis, dan
setelah itu untuk 3.600 mg/hari.

Untuk pasien yang beralih ke monoterapi, dosis awal adalah 1.200 mg/hari
dalam tiga atau empat dosis terbagi. Dosis AED yang lain dapat dikurangi
sepertiga ketika terapi felbamate dimulai. Pada minggu ke-2, dosis felbamate
meningkat 2.400 mg/hari; dosis AED lainnya diturunkan untuk setiap
penambahan sepertiga dari dosis aslinya. Pada minggu 3, Dosis felbamate
meningkat hingga 3.600 mg/hari; dosis setiap AED lainnya berkurang seperti
yang ditunjukkan.

Sebagai terapi tambahan, felbamate ditambahkan pada 1.200 mg/hari dalam


tiga atau empat dosis terbagi; setiap AED yang ada dikurangi sebesar 20% untuk
mengontrol kadar plasma fenitoin, asam valproik, fenobarbital, dan
carbamazepine. Pengurangan lebih lanjut dari dosis AED diperlukan untuk

ii
meminimalkan efek samping yang dihasilkan dari interaksi obat. Dosis felbamate
dapat ditambahkan sebesar 1.200 mg/hari pada interval mingguan untuk 3.600
mg/hari (Marvin, 2010).

Levetiracetam (Keppra, UCB Pharma)


Untuk kejang parsial-onset pada orang dewasa usia >16 tahun, dosis awal
adalah 1.000 mg/hari, diberikan sebagai 500 mg dua kali sehari. peningkatan dosis
tambahan dapat diberikan 1.000 mg/hari setiap dua minggu untuk
memaksimalkan dosis harian yang direkomendasikan yaitu 3.000 mg. Dosis yang
lebih tinggi dari 3.000 mg/hari pernah di kaji dalam sebuah dalam Studi label
terbuka untuk jangka waktu enam bulan dan lebih lama. Hasilnya tidak terbukti
bahwa dosis lebih dari 3.000 mg / hari mempunyai manfaat tambahan.

Untuk pasien anak antara 4-16 tahun, dosis awal adalah 20 mg/kg sehari
dalam dua dosis terbagi (10 mg/kg dua kali sehari). Dosis harian harus ditambah
setiap dua minggu dengan penambahan sebesar 20 mg/kg untuk mencapai dosis
yang direkomendasikan yaitu 60 mg kg (30 mg/kg dua kali sehari). Jika pasien
tidak bisa mentolerir dosis harian 60 mg/kg, dosis ini dapat dikurangi (Marvin,
2010).

Tiagabine (Gabitril, Cephalon)


Obat ini diberikan secara oral dan dikonsumsi dengan makanan. Loading-
dose, eskalasi cepat, dan penambahan dosis besar tiagabine tidak boleh dilakukan.
Penyesuaian dosis harus dipertimbangkan jika perubahan status enzim-inducing
pasien terjadi sebagai akibat dari penambahan, penghentian, atau dosis perubahan
agen enzim-inducing.

Pada remaja 12-18 tahun, dosis tiagabin awal adalah 4 mg sekali sehari.
Modifikasi dosis dari AED yang lain tidak diperlukan kecuali ada indikasi klinis.
Jumlah seluruhnya dosis harian dapat ditingkatkan dengan 4 mg pada awal
minggu ke-2. Setelah itu, dosis harian total dapat ditingkatkan dengan 4-8 mg
pada interval mingguan sampai respon klinis dicapai atau sampai dosis meningkat
menjadi 32 mg/hari. Total dosis harian harus diberikan dalam dua sampai empat

ii
dosis terbagi. Dosis di atas 32 mg/hari telah ditoleransi di sejumlah kecil remaja
untuk durasi yang relatif singkat.

Pada orang dewasa, dosis tiagabin awal adalah 4 mg sekali sehari. Dosis
penyesuaian dari AED yang tidak diperlukan kecuali klinis ditunjukkan. Total
dosis harian dari tiagabin mungkin meningkat sebesar 4-8 mg pada interval
mingguan sampai respon klinis tercapai atau sampai dosis mendekati 56 mg/hari.
Dosis harian total harus diberikan dalam dua sampai empat dibagi dosis (Marvin,
2010).

Gabapentin (Neurontin, Pfizer)


Pada pasien >12 tahun, dosis efektif gabapentin adalah 900 sampai 1.800
mg/hari, diberikan dalam dosis terbagi tiga kali per hari 300 mg atau 400 mg
kapsul atau sebagai 600-mg atau 800 mg tablet. Dosis awal adalah 300 mg tiga
kali per hari. Jika perlu, dosis dapat ditingkatkan dengan menggunakan 300-mg
atau 400 mg kapsul, atau 600 mg atau 800 mg tablet tiga kali hari, hingga 1.800
mg/hari.

Dosis sampai 2400 mg/hari bisa ditoleransi dalam sebuah studi klinis jangka
panjang. Dosis 3.600 mg/hari, bila diberikan untuk sejumlah kecil pasien untuk
durasi yang relatif singkat, juga bisa ditoleransi dengan baik. Waktu maksimum
antara dosis dalam jadwal tiga kali sehari seharusnya tidak melebihi 12 jam.

Pada pasien anak 3-12 tahun, gabapentin diawali dengan dosis berkisar dari
10-15 mg/kg per hari dalam tiga dosis terbagi. Dosis efektif dapat dicapai dengan
titrasi selama sekitar tiga hari. Dosis efektif pada pasien usia >5 tahun adalah 25
sampai 35 mg/kg per hari, diberikan dalam tiga dosis terbagi. Dosis efektif pada
pasien pediatric tiga dan empat tahun adalah 40 mg/kg per hari, diberikan dalam
tiga dosis terbagi (Marvin, 2010).

Vigabatrin (Sabril, Lundbeck)


Untuk refraktori kejang parsial kompleks pada orang dewasa, vigabatrin oral
tablet 500 mg dapat digunakan dua kali sehari dengan atau tanpa makanan. Terapi
harus dimulai pada 1 g/hari (500 mg dua kali sehari). Dosis harian total dapat

ii
ditingkatkan secara bertahap 500-mg pada interval mingguan, tergantung pada
respon pasien. Dosis yang dianjurkan pada orang dewasa adalah 3 g/hari (1,5 g
dua kali sehari). Dosis 6-g/hari belum terbukti memberikan manfaat tambahan
dibandingkan dengan dosis 3-g/hari dan berhubungan dengan peningkatan insiden
efek samping.
Vigabatrin diekskresi terutama melalui ginjal. Pada pasien dengan gangguan
ginjal ringan (kreatinin [CrCl], 50-80 mL / menit), dosis harus diturunkan 25%.
Dengan gangguan ginjal sedang (CrCl, 30-50 mL / menit), yang dosis harus
diturunkan 50%. Dengan gangguan ginjal berat (CrCl, 10-30 mL / menit), dosis
harus dikurangi sebesar 75% (Marvin, 2010).

Pregabalin (Lyrica, Pfizer)


Pada dosis 150 sampai 600 mg/hari, pregabalin terbukti efektif sebagai
terapi tambahan untuk orang dewasa dengan kejang parsial. Secara umum,
direkomendasikan yntuk memulai dosis harian tidak lebih besar dari 150 mg (75
mg dua kali per hari, atau 50 mg tiga kali per hari). Berdasarkan pada respon
pasien dan tolerabilitas, dosis bisa ditingkatkan menjadi maksimal 600 mg/hari

Karena pregabalin diekskresikan terutama melalui ginjal, dosis harus


disesuaikan pada pasien dengan mengurangi ginjal fungsi (Marvin, 2010).

Lacosamide (Vimpat, UCB Pharma)


Lacosamide dapat diawali secara oral atau intra vena (IV). Dosis awal
adalah 50 mg dua kali sehari (100 mg/hari). Dosis dapat ditingkatkan pada
interval mingguan dengan 100 mg/hari, diberikan sebagai dua dosis terbagi
hingga pemeliharaan direkomendasikan dosis 200-400 mg/hari, disesuaikan
dengan respond dan tolerabilitas pasien. Dalam sebuah uji klinis, 600 mg setiap
hari tidak lebih efektif jika dibandingkan 400 mg setiap hari dan dikaitkan dengan
tingkat substansial efek samping yang lebih tinggi.

Ketika pasien beralih dari oral ke rute IV, total dosis awal IV harian harus
setara dengan total harian dosis dan frekuensi lacosamide oral dan harus diinfus

ii
selama periode 30 sampai 60 menit. infus IV dua kali sehari dilakukan sampai
lima hari (Marvin, 2010).

Rufinamide (Banzel, Eisai)


Untuk anak-anak usia >4 tahun yang memiliki Lennox-sindrom Gastaut,
dosis harian awal adalah sekitar 10 mg/kg per hari, diberikan dalam dua dosis
terbagi. Dosis harus dititrasi sekitar 10-mg/kg bertahap setiap hari dengan dosis
target 45 mg/kg per hari atau 3.200 mg/hari, diberikan dalam dua sama dosis
terbagi.

Untuk orang dewasa dengan sindrom Lennox-Gastaut, dosis awal harian


400-800 mg/hari, diberikan dalam dua dosis terbagi. dosis harus ditingkatkan
sebanyak 400 sampai 800 mg/hari setiap dua hari sampai dosis harian maksimum
3.200 mg, diberikan dalam dua dosis terbagi. Belum diketahui apakah dosis yang
dibawah dari 3.200 mg/hari efektif atau tidak (Marvin, 2010).

ii
BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan

Dalam kasus epilepsy parsial, obat-obatan yang digunakan antara lain


Carbamazepine, Phenytoin, Oxcarbazepine, Valproic Acid dan beberapa obat
untuk terapi tambahan seperti Levetiracetam, Tiagabine dan Zonisamide. Namun
berdasarkan penelitian yang ada oxcarbazepine lebih cocok digunakan sebagai
monoterapi lini pertama pada orang dewasa dengan kejang parsial, dan juga cocok
untuk terapi lini pertama untuk anak-anak dengan kejang parsial.

ii
DAFTAR PUSTAKA

Beydoun, MD. Sachdeo, MD. Rosenfeld, W.E. Krauss, G.L. Sessler, N. P.


Mesenbrink. Kramer, L. DSouza, J. 2012. Oxcarbazepine monotherapy for
partialonset seizures, A multicenter, double-blind, clinical trial. University
of Michigan Medical Center. Copyright 2000 by the American Academy
of Neurology. 2000;54:22452251

Brunton Leurence, L. Parker Keith, L. Donald K. Goodman & Gilman Manual


Farmakologi dan Terapi. Original language published by The McGraw-Hill
Companies, Inc. Hak cipta terjemahan Indonesia, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2008

Epilepsy Foundation. About epilepsy and seizures. Available at:www.


epilepsyfoundation.org/about/statistics.cfm. Accessed January 10, 2010.

Glauser, Tracy A. 2001. Reviews of Therapeutics Oxcarbazepine in the Treatment


of Epilepsy. Department of Neurology, OSB-5, Childrens Hospital Medical
Center.

Lowenstein DH. Seizures and epilepsy. In: Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, eds.
2008. Harrisons Principles of Internal Medicine, 17th ed. Section 2:
Diseases of the Central Nervous System. New York: McGraw-Hill;2498
2512.

Marvin M. Goldenberg, 2010. Overview of Drugs Used For Epilepsy and


Seizures. P&T, Vol. 35 No. 7

World Health Organization. Epilepsy: Key facts. Available at:www.who.int/


mediacentre/factsheets/fs999/en. Accessed June 7, 2010

ii

Anda mungkin juga menyukai