Oleh: Kelompok B5
1. Agnes Melinda Wong 021511133078
2. Sheila Amalia Balamash 021511133079
3. Astila Fitriana 021511133080
4. Alfanny Ramadhani Putri 021511133081
5. Ryan Andika Pratama 021511133082
6. Ridha Rasyida Arif 021511133083
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya, yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul Efek Radiasi Ionisasi terhadap Sistem Biologi.
Ungkapan tulus dan ucapan terimakasih yang mendalam penulis sampaikan
kepada Dr. Eha Renwi Astuti, drg., M.Kes., SpRKG(K) selaku Dosen pembimbing
mata kuliah Radiologi Kedokteran Gigi I yang telah mempercayakan tugas ini
kepada penulis.
Penulis sangat berharap makalah ini berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan mahasiswa mengenai Efek Radiasi Ionisasi terhadap
Sistem Biologi. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
masih terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan usulan
dari pembaca.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi pembaca. Penulis
memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Akhir
kata semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Kelompok B5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................1
1.3 Manfaat.........................................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kimia Radiasi................................................................................................2
2.1.1 Efek Langsung.......................................................................................2
2.1.2 Efek Tidak Langsung.............................................................................3
2.1.3 Perubahan DNA....................................................................................4
2.2 Efek Deterministik dan Stokastik.................................................................5
2.3 Efek Deterministik pada Sel.........................................................................7
2.3.1 Struktur Intraseluler...............................................................................7
2.3.2 Replikasi Sel..........................................................................................8
2.4 Efek Deterministik pada Jaringan dan Organ...............................................9
2.4.1 Efek Jangka Pendek...............................................................................9
2.4.2 Efek Jangka Panjang.............................................................................10
2.4.3 Faktor yang dapat dimodifikasi.............................................................11
2.5 Radioterapi pada Rongga Mulut...................................................................12
2.5.1 Efek pada Jaringan Mulut......................................................................12
2.6 Efek Deterministik Iradiasi pada Tubuh.......................................................18
2.6.1 Sindrom Radiasi Akut...........................................................................18
2.6.2 Efek Radiasi pada Embrio dan Fetus....................................................20
2.6.3 Efek Lambat..........................................................................................21
2.7 Efek Stokastik...............................................................................................22
2.7.1 Karsinogenesis.......................................................................................22
2.7.2 Efek yang dapat diwariskan..................................................................25
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................27
DAFTAR GAMBAR
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memahami efek radiasi
ionisasi terhadap sistem biologis tubuh manusia mulai dari tingkat molekuler
sampai tingkat jaringan.
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini adalah
pemahaman efek radiasi ionisasi terhadap sistem biologis tubuh manusia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Radiasi Kimia
Radiasi bereaksi pada lingkungan hidup dapat menimbulkan efek secara
langsung maupun tidak langsung. Ketika energi foton atau elektron sekunder
mengionisasi makromolekul biologis, hal tersebut termasuk efek yang secara
langsung. Cara lainnya, foton dapat diserap oleh air di suatu organisme,
mengionisasi beberapa molekul airnya. Ion yang dihasilkan membentuk radikal
bebas yang berinteraksi dan menghasilkan perubahan molekul biologis. Karena
perubahan yang melibatkan molekul air diperlukan untuk mengubah molekul
biologis, rangkaian hal tersebut merupakan efek secara tidak langsung (White &
Pharoah, 2014, pp. 16).
RH + OH R + H2O
RH + H R + H2
Radikal-radikal H, OH dan HO2 yang dibentuk oleh radiasi pada
molekul air dapat menimbulan bermacam-macam efek pada molekul
lainnya terdapat pada sistem biologis. Radikal H merupakan suatu
reduktan yang sangat kuat dan dengan mudah melepaskan elektron
yang tidak berpasangan. Radikal H lebih kuat sebagai reduktan dari
pada radikal OH sebagai suatu oksidan. Oksidan-oksidan yang lebih
kuat yaitu radikal OH dan HO2 yang berasal dari interaksi O2 dengan
radikal H. Radikal H dapat menyebabkan polimerisasi atau
menghilangkan atom H dari molekul organik (White & Pharoah, 2014,
pp. 17).
Yang paling penting dari jenis kerusakan ini adalah kerusakan pada
untai tunggal dan untai ganda. Kebanyakan kerusakan untai tunggal
adalah konsekuensi biologis karena untai yang rusak tersebut mudah
diperbaiki dengan menggunakan untai kedua utuh sebagai templat.
Radiasi juga dapat menyebabkan gugus kerusakan untai ganda pada
DNA. Cluster didefinisikan sebagai dua atau lebih untai ganda dalam
dua putaran DNA. Kerusakan untai ganda seperti ini dipercaya
bertanggung jawab atas banyak pembunuhan sel, sangat baik untuk
membunuh sel tumor. Namun, bila tidak ada cukup banyak kelompok
penyebab pembunuhan sel, ada risiko bahwa mereka akan menginduksi
mutasi yang dapat menyebabkan kanker (White & Pharoah, 2014, pp.
17).
Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek
radiasi dibedakan atas efek stokastik dan efek deterministik (non-stokastik).
Efek Stokastik adalah efek yang penyebab timbulnya merupakan fungsi dosis
radiasi dan diperkirakan tidak mengenal dosis ambang. Efek ini terjadi sebagai
akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan
pada sel. Radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk
menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul
maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi
mengubah sel, sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini
mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha
untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau
transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek
stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah masa
laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang
terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh
jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel
genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada
turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah
sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama,
ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan
tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker.
Maka dari itu dapat disimpulkan ciri-ciri efek stokastik antara lain:
Efek ini meliputi : luka bakar, sterilitas atau kemandulan, katarak (efek
somatik).
8. Kepekaan Gigi
Peningkatan kepekaan gigi biasanya terjadi selama dan pasca
radioterapi. Aplikasi topical fluoride mungkin dapat bermanfaat untuk
mengurangi gejala.
9. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi selama radioterapi, disebabkan karena
trombositopenia dan atau koagulopati. Pada gigi dengan kelainan
periodontal dapat terjadi perdarahan hanya karena akibat trauma yang
minimal. Tanda adanya perdarahan yang bersifat ringan dalam mulut
tampak sebagai petechiae di daerah bibir, palatum lunak, dasar mulut.
Perdarahan yang lebih parah dapat terjadi pada daerah gusi.
10. Osteoradionecrosis
Sel jaringan tulang yang bersifat sensitive terhadap radiasi adalah
endotel pembuluh darah dan osteosit. Pada orang dewasa, aktivitas
mitosis jaringan tulang menurun, sehingga nekrosisi tulang hanya dapat
terjadi bila ada trauma dan radiasi dosis tinggi.
Osteroradionekrosis didefinisikan sebagai kematian tulang akibat
radiasi. Secara klinis, kematian tulang akibat hilangnya permukaan
tulang yang menyebabkan tulang terbuka. Osteroradionekrosis adalah
komplikasi yang jarang terjadi, biasanya terjadi beberapa tahun pasca
radioterapi, umumnya tergantung pada dosis radiasi, dan lebih sering
terjadi pada rahang bawah dibandingkan dengan rahang atas.
Osteroradionekrosis merupakan komplikasi yang paling serius yang
dapat terjadi berbulan-bulan sampai bertahun-tahun pascaradioterapi.
Osteroradionekrosis berhubungan dengan dosis, daerah yang teradiasi,
kondisi tulang, dan mukosa sebelum radiasi. Gejala klinis berawal
dengan adanya rasa sakit, eksfolasi bagian tulang, dan akhirnya
pernanahan yang terus menerus.
11. Nekrosis jaringan lunak
Nekrosis jaringan lunak pascaradioterapi bermanifestasi sebagai
ulser radionekrotik yang berbentuk datar dengan sedikit pengerasan di
sekelilingnya.
12. Iskemia dan fibrosis
Sel endotel pembuluh darah sensitive terhadap radiasi. Dilatasi vena
bermanifestasi sebagai telangiectasia. Proses ini dimulai beberapa bulan
sampai beberapa tahun setelah radiasi. Devaskularisasi yang terjadi
tergantung pada dosis radiasi dan jumlah jaringan yang terkena radiasi.
Sel nekrosis pada jaringan penyokong akan menginduksi fibroblast
untuk beregenerasi menjadi kolagen yang bermanifestasi sebagai
fibrosis.
13. Tulang
Pengobatan kanker di daerah mulut sering melibatkan penyinaran
pada daerah mandibula ataupun maksila. Kerusakan utama pada tulang
dewasa dihasilkan dari radiasi terhadap pembuluh darah periosteum dan
tulang kortikal, biasanya sudah jarang terjadi. Radiasi juga
menghancurkan osteoblas dan osteoklas. Selain itu, endosteum
mengalami atrofi, dilihat dari aktivitas osteoblas dan osteoklas yang
menurun. Derajat mineralisasi dapat dikurangi, yang dapat menyebabkan
kekasaran. Biasanya, mukosa rongga mulut hancur dengan paparan
tulang yang mendasarinya. Kondisi ini disebut dengan
osteoradionekrosis. Kondisi ini merupakan komplikasi klinis paling
berat yang terjadi pada tulang setelah terkena penyinaran. Penurunan
pembuluh darah pada mandibula membuatnya mudah terinfeksi oleh
mikroorganisme dari rongga mulut. Infeksi tulang ini mungkin terjadi
karena hasil dari kerusakan akibat radiasi dari membran mukus rongga
mulut, dari kerusakan mekanis pada membran mukus rongga mulut yang
lemah oleh karena gigi tiruan atau ekstraksi gigi, melalui lesi
periodontal, ataupun dari karies radiasi. Infeksi ini dapat menyebabkan
luka yang tidak dapat sembuh pada tulang yang terkena penyinaran yang
diobat dengan pembenahan yang mempunyai berbagai tingkat
keberhasilan. Kondisi ini lebih sering terjadi pada mandibular daripada
maksila, kemungkinan karena pasokan pembuluh darah yang lebih pada
maksila dan mandibula lebih sering terkena penyinaran. Semakin tinggi
dosis radiasi yang diserap oleh tulang, terutama dengan dosis lebih dari
60 Gy, maka semakin tinggi pula resiko osteoradionekrosis. Resiko
tersebut juga dapat diperbesar dengan adanya penyakit odontogen atau
periodontal dan pada individu dengan oral hygiene yang buruk. Pasien
dengan osteoradionekrosis biasanya mempunyai komplikasi lain seperti
trismus, kehilangan rasa pengecap, kesulitan menelan, dan xerostomia.
14. Otot
Radiasi dapat menyebabkan inflamasi dan fibrosis yang akan
menghasilkan kontraktur dan trismus pada otot mastikasi. Otot masseter
atau pterygoid biasanya terlibat. Hambatan dalam membuka mulut
biasanya dimulai sekitar 2 bulan setelah radioterapi selesai dan akan
berkembang lebih lanjut. Program latihan akan sangat membantu dalam
meningkatkan jarak buka mulut.
Sindroma radiasi akut adalah beberapa tanda dan gejala yang dialami
individu setelah paparan tubuh secara keseluruhan terhadap radiasi.
Informasi tentang sindrom ini berasal dari eksperimen hewan dan
eksposur manusia dari radioterapi medis, ledakan bom atom pada tahun
1945, dan kecelakaan radiasi.
a. Periode Prodormal
Dalam menit pertama sampai beberapa jam setelah terpapar
iradiasi seluruh tubuh sekitar 1,5 Gy, seseorang mungkin mengalami
anoreksia, mual, muntah, diare, lemah, dan kelelahan. Gejala awal ini
merupakan periode prodromal dari sindroma radiasi akut. Semakin
tinggi dosisnya, onsetnya semakin cepat, dan semakin parah tingkat
keparahan gejala.
b. Periode Laten
Setelah reaksi prodromal terjadi periode laten, di mana orang
yang terpapar tidak menunjukkan tanda atau gejala penyakit radiasi.
Tingkat periode laten juga terkait dosis, jam atau hari setelah paparan
supralethal (kira-kira> 5 Gy) sampai beberapa minggu setelah
paparan sekitar 2 Gy.
c. Sindrom Hematopoietik
Eksposur seluruh tubuh dari 2 sampai 7 Gy menyebabkan luka
pada stem cell hematopoietik mitotik aktif di sumsum tulang dan
limpa. Dosis dalam kisaran ini menyebabkan penurunan jumlah
granulosit, platelet, dan pada akhirnya eritrosit dengan cepat.
Meskipun granulosit, platelet, dan eritrosit yang matang bersifat
radioresisten, sel yang tidak berreplikasi, kekurangannya pada darah
perifer setelah iradiasi mencerminkan radiosensitifitas prekursor
mereka. Granulosit, dengan waktu hidup pendek beredar di sirkulasi,
mati dalam beberapa hari, sedangkan sel darah merah, dengan umur
panjang yang beredar, mati perlahan.
Tanda klinis dari sindrom hematopoietik meliputi infeksi (dari
lymphopenia dan granulocytopenia), perdarahan (dari kehilangan
platelet), dan anemia (dari deplesi eritrosit). Probabilitas kematian
rendah setelah paparan pada ujung rendah kisaran ini namun jauh
lebih tinggi pada high end. Saat kematian diakibatkan oleh sindrom
hematopoietik, biasanya terjadi 10 sampai 30 hari setelah penyinaran.
d. Sindrom Gastrointestinal
Sindrom gastrointestinal disebabkan oleh eksposur seluruh tubuh
dari 7 sampai 15 Gy. Eksposur dalam rentang ini menyebabkan
kerusakan parah pada sistem gastrointestinal di samping kerusakan
hematopoietik yang dijelaskan sebelumnya. Paparan dalam kisaran
dosis ini menyebabkan luka yang cukup parah pada sel epitel basal
yang cepat berproliferasi pada villi usus dan menyebabkan hilangnya
lapisan epitel mukosa usus secara cepat. Karena permukaan mukosa
yang bergerigi, ada kehilangan plasma dan elektrolit, hilangnya
penyerapan usus yang efektif, dan ulserasi lapisan mukosa dengan
pendarahan ke dalam usus. Perubahan ini bertanggung jawab atas
diare, dehidrasi, dan penurunan berat badan. Bakteri usus endogen
mudah menyerang permukaan yang bergerigi, menyebabkan
septikemia.
Pada waktu perkembangan kerusakan pada sistem
gastrointestinal mencapai maksimum, efek depresi sumsum tulang
mulai terwujud. Hasilnya adalah penurunan pertahanan tubuh yang
terhadap infeksi bakteri dan penurunan efektivitas mekanisme
penggumpalan darah. Efek gabungan dari kerusakan pada sistem sel
induk hematopoietik dan gastrointestinal ini menyebabkan kematian
dalam waktu 2 minggu dari kehilangan cairan dan elektrolit, infeksi,
dan kemungkinan gangguan nutrisi. Dari staf pabrik dan petugas
pemadam kebakaran pada kecelakaan Chernobyl, 28 meninggal
dalam beberapa bulan pertama perkembangan sindrom hematopoietik
atau gastrointestinal.
Efek radiasi pada embrio manusia dan janin telah dipelajari pada
hewan, wanita terpapar radiasi diagnostik atau terapeutik selama
kehamilan, dan wanita yang terpapar radiasi dari bom atom terjatuh di
Hiroshima dan Nagasaki. Embrio dan janin jauh lebih radiosensitif
daripada orang dewasa karena kebanyakan sel embrio relatif tidak
berdiferensiasi dan cepat mengalami mitosis.
Eksposur 1 sampai 3 Gy selama beberapa hari pertama setelah
pembuahan diduga menyebabkan kematian embrio yang tidak terdeteksi
karena embrio ini gagal menempel di dinding rahim. Periode
organogenesis, ketika sistem organ utama terbentuk, adalah 3 sampai 8
minggu setelah pembuahan. Kelainan yang paling umum di antara anak-
anak Jepang yang terpajan pada awal kehamilan adalah berkurangnya
pertumbuhan yang bertahan sepanjang kehidupan dan berkurangnya
ukuran otak (microcephaly), yang sering dikaitkan dengan retardasi
mental. Kelainan lain termasuk ukuran kelahiran kecil, katarak,
malformasi genital dan skeletal, dan mikropthalmia. Masa sensitivitas
maksimal otak adalah 8 sampai 15 minggu setelah pembuahan. Efek ini
bersifat deterministik dan dipercaya memiliki ambang batas sekitar 0,1
Gy. Dosis ambang ini 400 kali lebih tinggi daripada paparan janin dari
pemeriksaan gigi (0,25 mGy dari pemeriksaan mulut penuh saat apron
bertimbal digunakan). Sebagai perbandingan, dosis ke embrio dan janin
dari radiasi latar alami sekitar 2250 mGy selama 9 bulan masa kehamilan.
Radiasi telah terbukti meningkatkan kemungkinan leukemia dan
jenis kanker lainnya (lihat nanti) selama masa kanak-kanak pada individu
yang terpapar dalam rahim. Diasumsikan bahwa embrio dan janin
memiliki risiko yang hampir sama untuk efek karsinogenik seperti anak-
anak (sekitar tiga kali lipat dari populasi secara keseluruhan). Tidak
diketahui ambang batas untuk leukemia atau kanker lainnya. Karena
pertimbangan ini, penting untuk mempertimbangkan efek pada embrio
dan janin saat memesan radiograf gigi untuk pasien hamil. Dianjurkan
untuk menunda pencitraan opsional sampai akhir kehamilan (misal
Bitewing hanya ditunjukkan oleh lamanya waktu sejak pemeriksaan
sebelumnya) namun untuk membuat radiografi bila ada indikasi spesifik
berdasarkan riwayat pasien atau temu klinis.
b. Katarak
Ambang batas induksi katarak (kekeruhan pada lensa mata)
tidak jelas, namun sekarang diyakini berada pada kisaran 0,5 Gy.
Meskipun katarak ini terdeteksi secara klinis, individu yang
mengalami katarak tidak menyadari kehadirannya. Meskipun
paparan ke mata dari radiografi gigi cukup kecil, namun harus
dihindari bila memungkinkan selama pemeriksaan radiografi.
Efek stokastik diakibatkan oleh perubahan sublethal pada sel DNA individu.
Konsekuensi yang paling penting dari kerusakan tersebut adalah kanker. Tingkat
keparahan kanker akibat radiasi ini tidak mengenal dosis ambang, baik itu ada
maupun tidak. Banyak penelitian menunjukkan peningkatan kejadian kanker pada
manusia setelah terkena paparan radiasi. Paparan efek radiasi yang dapat
diwariskan meski jauh lebih kecil kemungkinannya, bisa juga terjadi.
2.7.1 Karsinogenesis
Radiasi menyebabkan kanker dengan memodifikasi DNA. Mekanisme
yang paling mungkin adalah proses multistep termasuk akumulasi mutasi gen
yang diinduksi radiasi. Mutasi ini biasanya merupakan substitusi dasar, insersi
dan delesi basa, penataan ulang yang disebabkan oleh kerusakan dan
abnormal bergabung kembali untai DNA, atau perubahan jumlah salinan
segmen DNA. Ketika mutasi melibatkan pertumbuhan yang mengatur
aktivasi gen onkogen atau inaktivasi gen supresor tumor, mereka dapat
melakukan deregulasi pertumbuhan sel atau diferensiasi atau keduanya dan
pada akhirnya menyebabkan perkembangan neoplastik. Pada prinsipnya,
bahkan satu foton radiasi pun bisa memulai pembentukan kanker.
Perkiraan jumlah kanker akibat radiasi sulit dilakukan. Kanker yang
diinduksi radiasi tidak dapat dibedakan dari kanker yang disebabkan oleh
penyebab lainnya. Dapat disimpulkan bahwa jumlah kanker hanya dapat
diperkirakan sebagai jumlah kasus yang berlebih ditemukan di kelompok
orang yang terpapar dibandingkan dengan jumlah kelompok orang yang tidak
terpapar. Kelompok individu yang dipelajari secara intensif untuk
memperkirakan resiko kanker akibat radiasi adalah korban bom atom jepang.
1. Leukimia
Kejadian leukemia (selain leukemia limfositik kronis) meningkat
setelah terpapar sumsum tulang terhadap radiasi. Korban bom atom dan
pasien ankylosing spondylitis ( peradangan kronis tulang belakang)
diiridiasi, menunjukkan gejala awal leukimia setelah terpapar,
Memuncak sekitar 7 tahun, dan berhenti setelah sekitar 30 tahun.
2. Kanker Thyroid
Kejadian karsinoma tiroid (timbul dari epitel folikel) meningkat
pada manusia setelah terpapar. Hanya sekitar kurang lebih 10%
individu menderita kanker ini meninggal karena penyakit tersebut.
Kerentanan terhadap radiasi akibat kanker tiroid lebih dini diusia anak-
anak di kemudian hari, dan anak-anak lebih rentan daripada orang
dewasa. Dan wanita lebih rentan terkena kanker tiroid dibandingkan
laki-laki.
3. Kanker Esofagus
Kebanyakan jumlah kanker esofagus ditemukan pada korban bom
atom di Jepang dan dijumpai pada pasien ankylosing spondylitis yang
diobati dengan radiasi sinar x.
4. Kanker Otak dan Sistem Saraf
Pasien yang terpapar pemeriksaan sinar-x diagnostik dalam rahim
dan dosis terapeutik pada masa anak-anak atau saat dewasa (dosis rata-
rata otak tengah sekitar 1 Gy) jumlah kelebihan menunjukkan tumor
otak ganas dan jinak. Selain itu, kontrol studi kasus telah menunjukkan
hubungan antara meningioma intrakranial dan radiografi gigi
sebelumnya. Jika asosiasi itu benar, kemungkinan besar bahwa sifat
asosiasi itu lebih banyak menggunakan gambar gigi dalam menanggapi
nyeri wajah yang disebabkan tumor dibandingkan radiasi yang lebih
banyakmenyebabkan meningioma.
5. Kanker Kelenjar Ludah
Kejadian tumor kelenjar ludah meningkat pada pasien yang diobati
dengan iradiasi untuk penyakit kepala dan leher, pada korban bom atom
Jepang, dan pada orang yang terpapar radiasi diagnostik. Hubungan
antara tumor kelenjar liur dan radiografi gigi telah ditunjukkan. Seperti
meningioma, kemungkinan besar asosisasi dijelaskan oleh radiograf
gigi yang dibuat sebagai respons terhadap kehadiran tumor.
6. Organ Lainnya
Organ lain, seperti kulit, sinus paranasal, dan sumsum tulang, juga
menunjukkan kelebihan neoplasia setelah terpapar. Namun, tingkat
mortalitas dan morbiditas yang diharapkan setelah paparan kepala dan
leher jauh lebih rendah daripada organ yang telah dijelaskan
sebelumnya.
2.7.2 Efek yang dapat diwariskan
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Radiasi memiliki beberapa efek samping yang dapat mengubah fungsi dan
struktural dari sel makhluk hidup. Keadaan tersebut dapat membuat sel dalam
makhluk hidup tidak dapat menjalankan fungsinya atau bahkan menyebabkan
kematian sel. Hubungan biologis dari tiap efek terhadap sel bergantung pada
jenis dan jumlah sel yang terkena radiasi, dosis radiasi, serta kemampuan
organisme untuk memperbaiki atau mengganti sel-sel yang terganggu.
DAFTAR PUSTAKA
Desouky, Omar, Nan Ding and Guangming Zhou. 2015. Targeted and non Targeted Effects of
Ionizing Radiation. Vol 8: 247-254.
White SC, Pharoah MJ. 2014. Oral Radiology Principles and Interpretation. 7 th ed.CV. Mosby Co.
St. Louis.