Oleh :
EKA FITRI CAHYANI
NIM. 140070300011103
Oleh :
Eka Fitri Cahyani
NIM. 140070300011103
A. Latar Belakang
Orang yang sehat secara jiwa adalah orang yang merasa sehat dan
bahagia, mampu menghadapi tantangan kehidupan, menerima orang lain
sebagaimana adanya, dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain (WHO, 2011 dalam Nasir 2011). Dalam kenyataannya, di masyarakat
yang semakin berkembang baik masyarakat urban di perkotaan ataupun
masyarakat di pedesaan, semakin banyak orang yang memiliki jiwa yang tidak
sehat walaupun belum mencapai taraf gangguan jiwa. Jika dibiarkan dan tidak
diintervensi dengan baik, maka jiwa yang tidak sehat akan menimbulkan
gangguan jiwa dalam jangka waktu yang signifikan.
Proses globalisasi, pesatnya kemajuan teknologi informasi dan tingkat
ekonomi masyarakat memberi dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya
masyarakat. Sementara tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama
untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan tersebut. Akibatnya, gangguan
jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global. Sayangnya, banyak orang
yang tidak menyadari jika mereka mungkin mengalami masalah kesehatan jiwa,
karena masalah kesehatan jiwa bukan hanya gangguan jiwa berat saja. Justru
gejala seperti depresi dan cemas kurang dikenali masyarakat sebagai masalah
kesehatan jiwa.
Tekanan hidup yang menghimpit dan kegelapan masa depan
menyebabkan banyak masyarakat menderita sakit jiwa mulai dari ringan sampai
berat. Walaupun gangguan jiwa tidak langsung menyebabkan kematian, namun
akan menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu dan beban berat
bagi keluarga, baik mental maupun materi karena penderita menjadi kronis dan
tidak lagi produktif.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2010, prevalensi
gangguan jiwa di Indonesia 264 orang per 1000 penduduk terbagi atas psikosis
(3/1000), demensia (4/1000), mental (5/1000), emosional usia 15 tahun ke atas
(140/1000) dan emosional usia 5-14 tahun (114/1000) (Survei Kesehatan Rumah
Tangga 2010 dalam Nasir 2011). Sementara, prevalensi gangguan jiwa di
Kecamatan Bantur yang berhasil tercatat di lima desa, yaitu Desa Bantur,
Wonorejo, Srigonco, Bandungrejo dan Sumberbening adalah sebesar 142 orang.
Di Desa Sumberbening sendiri tercatat penderita gangguan jiwa sebesar 17
orang.
Keadaan gangguan jiwa di masyarakat diperparah dengan stigma yang
dialami oleh si penderitanya. Berbagai istilah banyak ditemukan di masyarakat
dan digunakan dalam pemberitaan media massa, misalnya orang gila, sakit gila,
sakit jiwa, semua ini bukan istilah psikiatri dan sebaiknya dibiasakan untuk tidak
menggunakannya.
Stigmatisasi gangguan jiwa sebenarnya merugikan masyarakat sendiri,
karena mereka menjadi cenderung menghindar dari segala sesuatu yang
berurusan dengan gangguan jiwa. Seakan-akan mereka yang terganggu jiwanya
tergolong kelompok manusia lain yang lebih rendah martabatnya, yang dapat
dijadikan bahan olok-olokan. Hal tersebut akan menghambat seseorang untuk
mau menerima atau mengakui bahwa dirinya mengalami gangguan mental.
Akibatnya pertolongan atau terapi yang mungkin dapat dilakukan secara dini
menjadi terlambat. Kita lupa atau tidak ingin menerima kenyataan sebenarnya
bahwa semua orang dapat mengalami gangguan jiwa dalam berbagai taraf,
misal keadaan depresi akibat stres berkepanjangan sampai pada kekacauan
pikiran.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk memberikan
penyuluhan kepada masyarakat di Desa Sumberbening dalam upaya mencegah
terjadinya peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa dengan cara
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengaruh lingkungan atau
stigma terhadap kesehatan jiwa. Dengan demikian, diharapkan masyarakat
sadar akan pentingnya kepedulian terhadap sesama sehingga angka kejadian
gangguan jiwa tidak bertambah dan penderita gangguan jiwa dapat
disembuhkan.
B. Tujuan Instruksional
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 30 menit diharapkan sasaran
mampu mengetahui tentang pengaruh lingkungan terhadap kesehatan
jiwa dan mencegah terjadinya gangguan jiwa.
2. Tujuan khusus
Setelah mendapat penyuluhan tentang Jiwa Sehat Dengan
SENYUMAN, diharapkan peserta mampu:
a. Mengetahui pengertian kesehatan jiwa
b. Mengetahui faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan
jiwa
c. Mengetahui ciri-ciri sehat jiwa dan gangguan jiwa
d. Mengetahui cara mengolah perasaan dan bantuan untuk mereka
yang sudah mengalami gangguan jiwa
e. Mengetahui cara mencegah gangguan jiwa
C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian kesehatan jiwa
2. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan jiwa
3. Ciri-ciri sehat jiwa dan gangguan jiwa
4. Cara mengolah perasaan dan bantuan untuk mereka yang sudah
mengalami gangguan jiwa
5. Cara mencegah gangguan jiwa
D. Sasaran
Sasaran penyuluhan adalah ibu-ibu pengajian RT.10 RW.02 Desa
Sumberbening
E. Metode
Metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab
F. Media
Media yang digunakan adalah leafleat
G. Pengorganisasian
Moderator : I Wayan Gede Saraswasta
Penyuluh : Eka Fitri Cahyani
Fasilitator : Elmi Alfia M
Observer : Khonaah Toyyibah
H. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
Tahap Waktu Kegiatan Peserta Metode media
Penyuluhan
Pembukaan 5 - Membukakegiatan Menjawab salam Ceramah, -
menit dengan Mendengarkan Tanya
Memperhatikan
mengucapkan jawab
Menjawab
salam
pertanyaan pre
- Memperkenalkan
test
diri
- Menjelaskan
maksud dan
tujuan dari
penyuluhan
- Kontrak waktu
- Menggali
pengetahuan
peserta sebelum
diberi kegiatan
penyuluhan
I. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Melakukan perizinan kepada kader desa dan perawat desa mengenai
kegiatan penyuluhan satu minggu sebelum acara
b. Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan
penyuluhan
c. Persiapan materi penyuluhan dan pemateri oleh Reny Rudy Asista
d. Pelaksanaan penyuluhan sesuai dengan yang dirumuskan di SAP
2. Proses :
a. Jumlah peserta penyuluhan minimal 5 peserta
b. Media yang digunakan adalah leaflet
c. Waktu penyuluhan adalah 30 menit
d. Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat kegiatan
penyuluhan berlangsung
e. Peserta aktif dan antusias dalam megikuti kegiatan penyuluhan
3. Hasil
a. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta diharapkan mengerti
dan memahami tentang pengertian kesehatan jiwa, faktor-faktor
lingkungan yang mempengaruhi kesehatan jiwa, ciri-ciri sehat jiwa
dan gangguan jiwa, serta cara mencegah terjadinya gangguan jiwa.
b. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ada perubahan
perilaku kesehatan, yaitu tidak memendam perasaan/pikiran yang
mengganggu dengan cara bercerita kepada orang lain untuk mencari
solusinya dan tidak mendiskriminasi penderita yang mengalami
gangguan jiwa.
Lampiran 1
Materi Penyuluhan
B. Pengertian Sakit
Ada beberapa batasan tentang sakit yaitu :
1. Menurut Perkins, sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang
menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari
baik jasmani, rohani dan sosial.
2. Menurut Websters New Collegiate Dictionary, sakit adalah suatu kondisi
dimana kesehatan tubuh lemah.
3. Sakit adalah keadaan yang tidak seimbang antara fisik, jiwa dan fikiran yang
disebabkan oleh beberapa faktor.
Sementara, sakit jiwa atau gangguan jiwa adalah gangguan dalam: cara
berfikir, kemauan, emosi dan tindakan. Gangguan jiwa ada yang ringan dan ada
yang berat. Gangguan jiwa ringan, yaitu penderita masih mampu menjalani
fungsi perannya di masyarakat. Sedangkan, gangguan jiwa berat, yaitu apabila
penderita sudah muncul gangguan dalam menilai realitas. Mereka sudah tidak
mampu berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di
sekolah, di tempat kerja maupun di lingkungan sosial lainnya. Gangguan jiwa
tidak menular, tapi bila dalam suatu rumah atau lingkungan ada yang mengalami
gangguan jiwa, maka yang lain akan merasakan dampaknya.
Proses perjalanan penyakit gangguan jiwa akan melalui beberapa fase yaitu:
1. Fase awal
- Berlangsung sekitar 6 bulan sampai 1 tahun.
- Mulai muncul penurunan kemampuan dalam perawatan diri, penurunan
prestasi di sekolah, di bidang pekerjaan, di bidang sosialisasi dengan
teman / saudara, cara berfikirnya mulai agak aneh.
2. Fase aktif
- Berlangsung kurang lebih 1 bulan.
- Muncul gangguan gejala psikotik seperti mendengar / melihat dan
merasakan sesuatu yang tidak nyata, mempercayai dan meyakini sesuatu
yang tidak dikoreksi, proses berfikirnya menjadi kacau, perilaku aneh,
disertai adanya kelainan neurokimiawi di otak.
3. Fase residual
- Biasanya berlangsung lama.
- Minimal muncul 2 gejala yaitu kehilangan minat dan motivasi, kehilangan
spontanitas, banyak menarik diri dan fungsi perannya menurun.
c) Lingkungan (enviroment)
Lingkungan hidup adalah segala sesuatu baik benda maupun keadaan yang
berada di sekitar manusia yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia dan
masyarakat.
Lingkungan hidup dapat dibagi dalam 4 golongan dan masing-masing ada
yang berguna dan ada yang merugikan serta yang satu mempengaruhi yang
lainnya secara timbal balik. Golongan tersebut antara lain :
1. Lingkungan Biologik, terdiri atas organisme yang berada di sekitar manusia.
Yang merugikan :
- Bibit penyakit seperti bakteri, virus, rickettsia, jamur, protozoa, cacing dan
sebagainya.
- Binatang penyebar penyakit seperti lalat, tikus, nyamuk dan sebagainya.
- Organisme sebagai hama tanaman atau pembunuh ternak.
Yang berguna :
- Tumbuhan dan hewan sebagai bahan makanan
- Organisme yang berguna untuk industri seperti obat antibiotika, ragi,
bahan obat-obatan lainya.
2. Lingkungan Fisik, terdiri atas benda-benda tak hidup yang berada disekitar
manusia. Termasuk di dalamnya udara, sinar matahari, air, perumahan,
sampah dan lainnya.
Yang merugikan :
- Udara berdebu mengandung gas beracun, baik dari kendaraan bermotor
maupun dari pabrik.
- Iklim yang buruk, tanah yang tandus, air yang kotor dan tercemar,
pembuangan sampah, kotoran, dan limbah.
Yang berguna :
Udara yang bersih, tanah yang subur dengan iklim, perumahan yang sehat
makanan yang cukup dan sehat, dan sebagainya.
Lampiran 2
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Bina Kesehatan Jiwa KEMENKES RI. 2011. Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Kemenkes RI
Nasir, Abdul. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar dan Teori.
Jakarta: Salemba Medika
Stuart, Gail Wiscars. 2010. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Lampiran 3