Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL KEGIATAN PENYULUHAN

JIWA SEHAT DENGAN SENYUMAN


PADA MASYARAKAT DESA BANDUNGREJO
KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG

Oleh :
EKA FITRI CAHYANI
NIM. 140070300011103

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL KEGIATAN PENYULUHAN
JIWA SEHAT DENGAN SENYUMAN
PADA MASYARAKAT DESA SUMBERBENING
KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Jiwa


di Desa Bandungrejo, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang

Oleh :
Eka Fitri Cahyani
NIM. 140070300011103

Telah diperiksa kelengkapannya pada :


Hari :
Tanggal :
Dan dinyatakan memenuhi kompetensi

Perseptor Akademik Perseptor Klinik

(Ns. Retno Lestari S.Kep, MN) (Ns. Soebagijono, S.Kep, M.MKes)


NIP. 198009142005022001 NIP. 1968109 1999003 1003
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Jiwa Sehat Dengan SENYUMAN


Sasaran : Posyandu Lansia/arisan ibu-ibu
Tempat : menyusul
Hari/Tanggal : ????
Waktu : 1 x 30 menit
Penyuluh : Eka Fitri Cahyani

A. Latar Belakang
Orang yang sehat secara jiwa adalah orang yang merasa sehat dan
bahagia, mampu menghadapi tantangan kehidupan, menerima orang lain
sebagaimana adanya, dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain (WHO, 2011 dalam Nasir 2011). Dalam kenyataannya, di masyarakat
yang semakin berkembang baik masyarakat urban di perkotaan ataupun
masyarakat di pedesaan, semakin banyak orang yang memiliki jiwa yang tidak
sehat walaupun belum mencapai taraf gangguan jiwa. Jika dibiarkan dan tidak
diintervensi dengan baik, maka jiwa yang tidak sehat akan menimbulkan
gangguan jiwa dalam jangka waktu yang signifikan.
Proses globalisasi, pesatnya kemajuan teknologi informasi dan tingkat
ekonomi masyarakat memberi dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya
masyarakat. Sementara tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama
untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan tersebut. Akibatnya, gangguan
jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global. Sayangnya, banyak orang
yang tidak menyadari jika mereka mungkin mengalami masalah kesehatan jiwa,
karena masalah kesehatan jiwa bukan hanya gangguan jiwa berat saja. Justru
gejala seperti depresi dan cemas kurang dikenali masyarakat sebagai masalah
kesehatan jiwa.
Tekanan hidup yang menghimpit dan kegelapan masa depan
menyebabkan banyak masyarakat menderita sakit jiwa mulai dari ringan sampai
berat. Walaupun gangguan jiwa tidak langsung menyebabkan kematian, namun
akan menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu dan beban berat
bagi keluarga, baik mental maupun materi karena penderita menjadi kronis dan
tidak lagi produktif.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2010, prevalensi
gangguan jiwa di Indonesia 264 orang per 1000 penduduk terbagi atas psikosis
(3/1000), demensia (4/1000), mental (5/1000), emosional usia 15 tahun ke atas
(140/1000) dan emosional usia 5-14 tahun (114/1000) (Survei Kesehatan Rumah
Tangga 2010 dalam Nasir 2011). Sementara, prevalensi gangguan jiwa di
Kecamatan Bantur yang berhasil tercatat di lima desa, yaitu Desa Bantur,
Wonorejo, Srigonco, Bandungrejo dan Sumberbening adalah sebesar 142 orang.
Di Desa Sumberbening sendiri tercatat penderita gangguan jiwa sebesar 17
orang.
Keadaan gangguan jiwa di masyarakat diperparah dengan stigma yang
dialami oleh si penderitanya. Berbagai istilah banyak ditemukan di masyarakat
dan digunakan dalam pemberitaan media massa, misalnya orang gila, sakit gila,
sakit jiwa, semua ini bukan istilah psikiatri dan sebaiknya dibiasakan untuk tidak
menggunakannya.
Stigmatisasi gangguan jiwa sebenarnya merugikan masyarakat sendiri,
karena mereka menjadi cenderung menghindar dari segala sesuatu yang
berurusan dengan gangguan jiwa. Seakan-akan mereka yang terganggu jiwanya
tergolong kelompok manusia lain yang lebih rendah martabatnya, yang dapat
dijadikan bahan olok-olokan. Hal tersebut akan menghambat seseorang untuk
mau menerima atau mengakui bahwa dirinya mengalami gangguan mental.
Akibatnya pertolongan atau terapi yang mungkin dapat dilakukan secara dini
menjadi terlambat. Kita lupa atau tidak ingin menerima kenyataan sebenarnya
bahwa semua orang dapat mengalami gangguan jiwa dalam berbagai taraf,
misal keadaan depresi akibat stres berkepanjangan sampai pada kekacauan
pikiran.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk memberikan
penyuluhan kepada masyarakat di Desa Sumberbening dalam upaya mencegah
terjadinya peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa dengan cara
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengaruh lingkungan atau
stigma terhadap kesehatan jiwa. Dengan demikian, diharapkan masyarakat
sadar akan pentingnya kepedulian terhadap sesama sehingga angka kejadian
gangguan jiwa tidak bertambah dan penderita gangguan jiwa dapat
disembuhkan.
B. Tujuan Instruksional
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 30 menit diharapkan sasaran
mampu mengetahui tentang pengaruh lingkungan terhadap kesehatan
jiwa dan mencegah terjadinya gangguan jiwa.

2. Tujuan khusus
Setelah mendapat penyuluhan tentang Jiwa Sehat Dengan
SENYUMAN, diharapkan peserta mampu:
a. Mengetahui pengertian kesehatan jiwa
b. Mengetahui faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan
jiwa
c. Mengetahui ciri-ciri sehat jiwa dan gangguan jiwa
d. Mengetahui cara mengolah perasaan dan bantuan untuk mereka
yang sudah mengalami gangguan jiwa
e. Mengetahui cara mencegah gangguan jiwa

C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian kesehatan jiwa
2. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan jiwa
3. Ciri-ciri sehat jiwa dan gangguan jiwa
4. Cara mengolah perasaan dan bantuan untuk mereka yang sudah
mengalami gangguan jiwa
5. Cara mencegah gangguan jiwa

D. Sasaran
Sasaran penyuluhan adalah ibu-ibu pengajian RT.10 RW.02 Desa
Sumberbening

E. Metode
Metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab

F. Media
Media yang digunakan adalah leafleat

G. Pengorganisasian
Moderator : I Wayan Gede Saraswasta
Penyuluh : Eka Fitri Cahyani
Fasilitator : Elmi Alfia M
Observer : Khonaah Toyyibah

H. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
Tahap Waktu Kegiatan Peserta Metode media
Penyuluhan
Pembukaan 5 - Membukakegiatan Menjawab salam Ceramah, -
menit dengan Mendengarkan Tanya
Memperhatikan
mengucapkan jawab
Menjawab
salam
pertanyaan pre
- Memperkenalkan
test
diri
- Menjelaskan
maksud dan
tujuan dari
penyuluhan
- Kontrak waktu
- Menggali
pengetahuan
peserta sebelum
diberi kegiatan
penyuluhan

Penyajian 15 Menjelaskan Mendengarkan dan Ceramah, Leaflet


menit tentang : memperhatikan Tanya
1. Pengertian Memberikan jawab
kesehatan jiwa tanggapan dan
2. Faktor-faktor pertanyaan
lingkungan yang mengenai hal
mempengaruhi yang kurang
kesehatan jiwa dimengerti
3. Ciri-ciri sehat
jiwa dan
gangguan jiwa
4. Cara mencegah
gangguan jiwa
5. Cara mengolah
perasaan dan
bantuan untuk
mereka yang
sudah
mengalami
gangguan jiwa
6. Memberi
kesempatan
bertanya/diskusi
kepada peserta
penyuluhan
Penutup 10 - Menggali - Menjawab Ceramah, Leaflet
menit pengetahuan pertanyaan Tanya
- Memberikan
peserta setelah jawab
tanggapan balik
dilakukan
penyuluhan
- Meyimpulkan hasil
kegiatan
penyuluhan
- Menutup dengan
salam

I. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Melakukan perizinan kepada kader desa dan perawat desa mengenai
kegiatan penyuluhan satu minggu sebelum acara
b. Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan
penyuluhan
c. Persiapan materi penyuluhan dan pemateri oleh Reny Rudy Asista
d. Pelaksanaan penyuluhan sesuai dengan yang dirumuskan di SAP

2. Proses :
a. Jumlah peserta penyuluhan minimal 5 peserta
b. Media yang digunakan adalah leaflet
c. Waktu penyuluhan adalah 30 menit
d. Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat kegiatan
penyuluhan berlangsung
e. Peserta aktif dan antusias dalam megikuti kegiatan penyuluhan

3. Hasil
a. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta diharapkan mengerti
dan memahami tentang pengertian kesehatan jiwa, faktor-faktor
lingkungan yang mempengaruhi kesehatan jiwa, ciri-ciri sehat jiwa
dan gangguan jiwa, serta cara mencegah terjadinya gangguan jiwa.
b. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ada perubahan
perilaku kesehatan, yaitu tidak memendam perasaan/pikiran yang
mengganggu dengan cara bercerita kepada orang lain untuk mencari
solusinya dan tidak mendiskriminasi penderita yang mengalami
gangguan jiwa.

J. Materi Penyuluhan (lampiran 1)


K. Daftar pustaka (lampiran 2)
L. Pretest dan Post-test penyuluhan (lampiran 3)

Lampiran 1
Materi Penyuluhan

Konsep Sehat dan Sakit


A. Pengertian Sehat
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit
akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek
fisik, jiwa, fikiran, emosi, sosial dan spiritual. Sehat merupakan keadaan
seseorang yang dapat memenuhi kebutuhan pokoknya sesuai dengan derajatnya
masing-masing sebagai umat manusia. Menurut WHO (2010), Sehat itu sendiri
dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental
dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat
meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle, 2009):
1) Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2) Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3) Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan
harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik,
mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral
kesehatan.
Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang
dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal
(lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.
Sementara yang dimaksud dengan kesehatan jiwa menurut Johnson, 2009
dalam Nasir 2011, yaitu suatu kondisi sehat, emosional, psikologis, dan sosial
yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping
yang efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional.

B. Pengertian Sakit
Ada beberapa batasan tentang sakit yaitu :
1. Menurut Perkins, sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang
menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari
baik jasmani, rohani dan sosial.
2. Menurut Websters New Collegiate Dictionary, sakit adalah suatu kondisi
dimana kesehatan tubuh lemah.
3. Sakit adalah keadaan yang tidak seimbang antara fisik, jiwa dan fikiran yang
disebabkan oleh beberapa faktor.
Sementara, sakit jiwa atau gangguan jiwa adalah gangguan dalam: cara
berfikir, kemauan, emosi dan tindakan. Gangguan jiwa ada yang ringan dan ada
yang berat. Gangguan jiwa ringan, yaitu penderita masih mampu menjalani
fungsi perannya di masyarakat. Sedangkan, gangguan jiwa berat, yaitu apabila
penderita sudah muncul gangguan dalam menilai realitas. Mereka sudah tidak
mampu berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di
sekolah, di tempat kerja maupun di lingkungan sosial lainnya. Gangguan jiwa
tidak menular, tapi bila dalam suatu rumah atau lingkungan ada yang mengalami
gangguan jiwa, maka yang lain akan merasakan dampaknya.
Proses perjalanan penyakit gangguan jiwa akan melalui beberapa fase yaitu:
1. Fase awal
- Berlangsung sekitar 6 bulan sampai 1 tahun.
- Mulai muncul penurunan kemampuan dalam perawatan diri, penurunan
prestasi di sekolah, di bidang pekerjaan, di bidang sosialisasi dengan
teman / saudara, cara berfikirnya mulai agak aneh.
2. Fase aktif
- Berlangsung kurang lebih 1 bulan.
- Muncul gangguan gejala psikotik seperti mendengar / melihat dan
merasakan sesuatu yang tidak nyata, mempercayai dan meyakini sesuatu
yang tidak dikoreksi, proses berfikirnya menjadi kacau, perilaku aneh,
disertai adanya kelainan neurokimiawi di otak.
3. Fase residual
- Biasanya berlangsung lama.
- Minimal muncul 2 gejala yaitu kehilangan minat dan motivasi, kehilangan
spontanitas, banyak menarik diri dan fungsi perannya menurun.

Penderita gangguan jiwa harus dirawat di rumah sakit apabila :


1. Bila tindakannya membahayakan diri sendiri dan atau orang lain misalnya
bunuh diri atau melakukan kekerasan / ancaman pada orang lain.
2. Perilakunya sulit di kendalikan.
3. Sudah tidak lagi mampu merawat diri sendiri (tak mau makan, tak mau
mandi).
Penemuan baru di bidang pengobatan dan terapi jiwa menjadikan gangguan
jiwa bisa di sembuhkan. Mereka bisa hidup normal kembali serta sukses di
masyarakat apabila :
1. Sesegera mungkin di bawa ke sarana pelayanan kesehatan jiwa apa bila
ditemukan perubahan tingkah laku.
2. Rajin kontrol dan minum obat secara teratur. Pengobatan gangguan jiwa
membutuhkan waktu yang lama. Makin sering kambuh semakin lama
menggunakan obatnya. Obat untuk gangguan jiwa tidak menimbulkan
ketagihan asal dilakukan sesuai dosis anjuran dokter.
3. Mendapatkan terapi secara psikologis, sosiologis dan rehabilitatif.
4. Mendapat dukungan dan penerimaan dari keluarga dan lingkungan.

Tanda-tanda kekambuhan gangguan jiwa:


1. Menolak obat
2. Gelisah, takut dan khawatir tanpa alasan yang jelas
3. Menyendiri dan melamun
4. Lebih mudah marah dan tersinggung tidak melakukan aktivitas sehari-hari,
tidak mau mandi, tidak mau makan, tidak mau bekerja.

Penyebab kekambuhan gangguan jiwa adalah kurangnya dukungan keluarga


dan masyarakat tergadap penderita gangguan jiwa. Berdasarkan hasil penelitian:
1. Antara 25 50 % akan kambuh bila sekembaliaannya dari rumah sakit tidak
minum obat secara teratur
2. Bila ekspresi emosi keluarga tinggi ( bermusuhan, mengkritik, tidak ramah,
banyak menekan dan menyalahkan), maka 57% akan kembali di rawat di
RSJ.
3. Bila pasien tidak memiliki aktivitas / bekerja cenderung akan kembali di rawat.
Aktivitas / bekerja menurunkan kemungkinan kembali di rawat sebanyak 2,84
kali.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Seseorang
Ada tiga faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang baik secara fisik
maupun jiwa yaitu :
a) Penyebab penyakit (agent)
Penyebab penyakit dapat dibagi dalam dua golongan yaitu :
1) Golongan eksogen yaitu penyebab penyakit yang terdapat di luar tubuh
manusia yang dapat menyerang perorangan dan masyarakat. Terbagi
atas :
Yang nyata dan hidup
Penyebab penyakit ini sering disebut bibit penyakit seperti bakteri,
rickettsia, virus, cacing, protozoa, jamur, dan sebagainya.
Yang nyata dan tidak hidup terdiri dari
- Zat-zat kimia, seperti racun-racun, dan sebagainya.
- Trauma seperti trauma elektrik (kena arus listrik), trauma mekanik
(terpukul, tertabrak), trauma thermos (terbakar)
- Makanan ; kekurangan beberapa zat makanan seperti protein,
vitamin-vitamin, mineral atau kekurangan makanan secara
keseluruhan (kelaparan/gizi buruk).
Yang berbentuk abstrak
- Bidang ekonomi : kemiskinan
- Bidang sosial : sifat sosial (yaitu sifat orang yang tidak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga sering
melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan hukum yang
berlaku dalam masyarakat, orang ini terasing dari masyarakat)
ataupun anti sosial (yaitu sifat orang yang terang-terangan
tindakannya bertentangan dengan hukum yang berlaku dalam
masyarakat).
- Bidang mental : kebiadaban, asusila, tidak berperikemanusiaan dan
sebagainya.

2) Golongan endogen yaitu sifat seseorang yang dasarnya sudah ditentukan


sejak lahir, yang memudahkan timbulnya penyakit tertentu.

b) Manusia sebagai tuan rumah (host)


Manusia sebagai tuan rumah, yaitu manusia yang dihinggapi penyakit,
merupakan faktor yang sangat penting. Bila seseorang ditulari bibit penyakit,
maka belum tentu orang tersebut menderita sakit karena masih tergantung dari
beberapa hal. Salah satu diantaranya adalah daya tahan tubuh orang tersebut.
Daya tahan tubuh yang tinggi, baik badan, jiwa maupun sosialnya dapat
menghindarkan manusia dari berbagai jenis penyakit baik fisik maupun jiwa.
Daya tahan tubuh ini dapat ditingkatkan dengan berbagai cara antara lain
digolongkan menjadi :
- Pola makan
- Pola fikir
- Pola hidup
Daya tahan masyarakat tergantung pada daya tahan perorangan yang
membentuk masyarakat itu. Makin tinggi daya tahan perorangan dan makin
banyak orang yang meningkatkan daya tahan tubuhnya maka semakin tinggi
pula daya tahan masyarakat, sehingga kesehatan masyarakat semakin terjamin.

c) Lingkungan (enviroment)
Lingkungan hidup adalah segala sesuatu baik benda maupun keadaan yang
berada di sekitar manusia yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia dan
masyarakat.
Lingkungan hidup dapat dibagi dalam 4 golongan dan masing-masing ada
yang berguna dan ada yang merugikan serta yang satu mempengaruhi yang
lainnya secara timbal balik. Golongan tersebut antara lain :
1. Lingkungan Biologik, terdiri atas organisme yang berada di sekitar manusia.
Yang merugikan :
- Bibit penyakit seperti bakteri, virus, rickettsia, jamur, protozoa, cacing dan
sebagainya.
- Binatang penyebar penyakit seperti lalat, tikus, nyamuk dan sebagainya.
- Organisme sebagai hama tanaman atau pembunuh ternak.
Yang berguna :
- Tumbuhan dan hewan sebagai bahan makanan
- Organisme yang berguna untuk industri seperti obat antibiotika, ragi,
bahan obat-obatan lainya.
2. Lingkungan Fisik, terdiri atas benda-benda tak hidup yang berada disekitar
manusia. Termasuk di dalamnya udara, sinar matahari, air, perumahan,
sampah dan lainnya.
Yang merugikan :
- Udara berdebu mengandung gas beracun, baik dari kendaraan bermotor
maupun dari pabrik.
- Iklim yang buruk, tanah yang tandus, air yang kotor dan tercemar,
pembuangan sampah, kotoran, dan limbah.
Yang berguna :
Udara yang bersih, tanah yang subur dengan iklim, perumahan yang sehat
makanan yang cukup dan sehat, dan sebagainya.

3. Lingkungan Ekonomi, merupakan lingkungan yang abstrak.


a) Yang merugikan :
Kemiskinan merupakan lingkungan hidup yang sangat membahayakan
kesehatan manusia baik secara fisik maupun jiwa. Karena orang miskin
tidak dapat memenuhi kebutuhan akan makanan yang sehat, yang akan
melemahkan daya tahan tubuhnya sehingga mudah diserang penyakit, dan
karena faktor kemiskinan dapat memicu meningkatnya gangguan jiwa.
b) Yang menguntungkan :
Kemakmuran yang merata pada setiap anggota masyarakat.

4. Lingkungan Mental Sosial, merupakan lingkungan hidup abstrak contohnya


hubungan pertemanan, hubungan kerja, dan lain sebagainya. Lingkungan ini
sangat erat kaitannya juga dengan kesehatan manusia baik secara fisik
maupun jiwa. Jika lingkungan sosial baik maka akan tercipta hubungan yang
harmonis pula dalam masyarakat.
a) Yang merugikan : Sifat anti-sosial, asusila, egoistis dan lain sebagainya.
b) Yang menguntungkan : Sifat saling membantu (gotong royong), toleransi,
sadar dan patuh pada hukum dan peraturan yang berlaku di masyarakat.
Dalam hal hubungan manusia dengan lingkungan yang mengandung
bahaya baginya, ada dua tindakan yang dapat diambil agar tetap sehat,
yaitu:
a) Tindakan yang ditujukan kepada manusia sendiri agar mempunyai daya
tahan tubuh yang tinggi serta menghindari kontak dengan bibit penyakit
dan penyebab penyakit lainnya.
b) Tindakan yang ditunjukan kepada lingkungan hidup manusia dengan
maksud mengubah lingkungan hidup, sehingga faktor yang buruk dapat
diatasi dan tidak membahayakan kesehatan manusia.

D. Ciri-Ciri Sehat Jiwa dan Gangguan Jiwa


1. Ciri-ciri Sehat Jiwa
Sehat jiwa adalah perilaku, pikiran, dan perasaan sehat dan bahagia serta
mampu menghadapi tantangan hidup. Ciri-ciri sehat jiwa menurut
KEMENKES RI (2011) adalah SENYUMAN, yaitu:
a. Santun dalam bersikap
b. Empati terhadap penderitaan orang lain
c. Nyaman saat bersama orang lain
d. Yakin akan kemampuan diri
e. Utamakan keseimbangan dalam semua aspek kehidupan
f. Mampu beradaptasi terhadap perubahan dan tekanan hidup
g. Aktif dan produktif dalam kehidupan sosial
h. Nyaman dengan apa yang ada pada dirinya

2. Ciri-ciri Gangguan jiwa


Ciri-ciri gangguan jiwa adalah sebagai berikut:
a. Mengamuk
b. Marah-marah tanpa sebab
c. Mengurung diri
d. Tidak mengenali orang
e. Bicara kacau
f. Bicara atau tertawa sendiri
g. Tidak mampu merawat diri

E. Cara Mengelola Perasaan dan Bantuan untuk Orang yang Sudah


Terkena Gangguan Jiwa :
a. Cara Mengelola Perasaan
1) Kenali perasaan Anda, seperti: marah, takut, sedih, iri, cemas,
senang, dan lain-lain pada setiap situasi
2) Coba untuk mengerti apa yang menyebabkan perasaan tersebut
3) Perhatikan apa yang Anda lakukan terhadap diri sendiri maupun
orang lain ketika timbul perasaan tidak enak tersebut
4) Ketahuilah kemampuan Anda dan keterbatasan Anda dalam
menghadapi situasi tersebut
5) Kenalilah cara Anda dalam mengatasi perasaan dan maslah tersebut;
apakah berhasil atau tidak
Tanyakan pada diri sendiri: Mengapa saya marah? Kepada siapa
saya marah? Apa yang biasa saya lakukan ketika marah? Apa saja
yang dapat saya lakukan untuk mengatasi rasa marah?
6) Pelajari cara baru yang dapat memuaskan dan memenuhi kebutuhan
dalam mengatasi perasaan tak enak tersebut, tanpa merugikan diri
sendiri maupun orang lain
7) Rencanakan cara yang positif untuk mengatasi perasaan ini,
selangkah demi selangkah
8) Lakukan rencana tersebut bila hasilnya tidak memuaskan, cari cara
lain

b. Bantuan untuk mereka yang sudah mengalami gangguan jiwa


1) Gangguan jiwa dapat diatasi/diobatii, bila diketahui sejak awal
2) Perhatikan perasaan, cara berpikir dan bertingkah laku anggota
keluarga. Bila terjadi perubahan, segera telusuri apa penyebabnya,
tanyakan apa yang dipikirkan dan dirasakannya
3) Apabila tidak dapat diatasi, segera minta bantuan dokter atau tenaga
kesehatan lainnya
4) Adanya perasaan/pikiran yang mengganggu dapat membebani
seseorang. Beban tersebut dapat berkurang bila ada yang
mendengarkan, berbagi rasa dan cerita, lalu membantu
menyelesaikan sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya
5) Perhatian dan kepedulian keluarga dan kerabat terdekat adalah
bantuan yang diperlukan untuk mereka yang mengalami gangguan
jiwa.

F.Cara Mencegah Gangguan Jiwa


Sikap dan perilaku orang tua yang dibutuhkan agar anak terhindar dari
gangguan jiwa :
1. Jangan terlalu memanjakan dan melindungi, sehingga anak tahan
menghadapi kekecewaan dan tidak suka menuntut pada orang lain.
2. Jangan terlalu berkuasa agar anak tidak menjadi pasif, gampang
menyerah.
3. Jangan menolak keberadaan anak misal membenci, menyingkirkan agar
anak merasa aman dan tenang.
4. Jangan menetapkan standar tuntutan yang terlalu tinggi, sesuai dengan
kemampuannya, agar anak tidak merasa bersalah dan tidak mampu / tidak
berarti.
5. Jangan bertindak dan bersikap yang berubah-ubah (kadang melarang,
kadang membolehkan) agar anak tidak bingung dan serba salah.

Kunci utama agar anak tetap sehat jiwa adalah:


1. Terimalah anak apa adanya baik kekurangannya maupun kelebihannya
tanpa syarat.
2. Beri pujian / penghargaan bila anak melakukan hal yang baik, dan bila
berbuat salah beritahu bagaimana yang benar tanpa harus mengkritik
secara pedas dan terus di ulang-ulang
3. Beri kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai dengan minat dan
bakatnya.
4. Ajari untuk berfikir positif terhadap masalah yang dihadapinya, yakinkan
bahwa setelah ada kesulitan pasti ada kemudahan, semua peristiwa pasti
ada hikmahnya.
5. Ajari dan bimbing mereka untuk selalu bersikap syukur pada nikmat yang
diberikan tuhan.

Lampiran 2

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Kesehatan Jiwa KEMENKES RI. 2011. Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Kemenkes RI
Nasir, Abdul. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar dan Teori.
Jakarta: Salemba Medika
Stuart, Gail Wiscars. 2010. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Lampiran 3

Evaluasi PreTest Penyuluhan

1. Kesehatan jiwa adalah ...


1. Kondisi sehat baik emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari
hubungan interpersonal yang memuaskan serta mampu beradaptasi
terhadap perubahan dan tekanan hidup
2. Gangguan dalam cara berfikir, kemauan, emosi dan tindakan
2. Faktor-faktor lingkungan seperti apa yang dapat mempengaruhi kesehatan
jiwa?
a. Pola hidup yang baik bersama keluarga dan tetangga
b. Lingkungan biologik (bibit penyakit seperti bakteri, virus, cacing),
lingkungan fisik (air yang kotor dan tercemar, pembuangan sampah),
lingkungan ekonomi (kemiskinan), lingkungan mental sosial (hubungan
pertemanan yang tidak harmonis)
3. Bagaimana ciri-ciri orang yang sehat jiwa?
a. Santun dalam bersikap, empati terhadap penderitaan orang lain, nyaman
saat bersama orang lain, mampu beradaptasi terhadap perubahan dan
tekanan hidup
b. Mengurung diri di dalam kamar/rumah, bicara sendiri, tertawa sendiri,
mengamuk
4. Bagaimana sikap dan perilaku orang tua untuk mencegah terjadinya
gangguan jiwa pada anak?
a. Tidak terlalu memanjakan dan melindungi anak, sehingga anak tahan
menghadapi kekecewaan dan tidak suka menuntut pada orang lain.
b. Selalu memanjakan dan membentaki anak
5. Bantuan apa yang dapat diberikan pada orang yang sudah terkena
gangguan jiwa?
a. Mengejek, mengucilkan orang yang terkena gangguan jiwa
b. Keluarga/kerabat dekat memberikan perhatian dan kepedualian terhadap
penderita, misal dengan cara membantu menyelesaikan masalah sesuai
dengan keadaan dan kebutuhannya

Evaluasi Post-test Penyuluhan

1. Kesehatan jiwa adalah ...


a. Kondisi sehat baik emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari
hubungan interpersonal yang memuaskan serta mampu beradaptasi
terhadap perubahan dan tekanan hidup
b. Gangguan dalam cara berfikir, kemauan, emosi dan tindakan
2. Faktor-faktor lingkungan seperti apa yang dapat mempengaruhi kesehatan
jiwa?
a. Pola hidup yang baik bersama keluarga dan tetangga
b. Lingkungan biologik (bibit penyakit seperti bakteri, virus, cacing),
lingkungan fisik (air yang kotor dan tercemar, pembuangan sampah),
lingkungan ekonomi (kemiskinan), lingkungan mental sosial (hubungan
pertemanan yang tidak harmonis)
3. Bagaimana ciri-ciri orang yang sehat jiwa?
a. Santun dalam bersikap, empati terhadap penderitaan orang lain, nyaman
saat bersama orang lain, mampu beradaptasi terhadap perubahan dan
tekanan hidup
b. Mengurung diri di dalam kamar/rumah, bicara sendiri, tertawa sendiri,
mengamuk
4. Bagaimana sikap dan perilaku orang tua untuk mencegah terjadinya
gangguan jiwa pada anak?
a. Tidak terlalu memanjakan dan melindungi anak, sehingga anak tahan
menghadapi kekecewaan dan tidak suka menuntut pada orang lain.
b. Selalu memanjakan dan membentaki anak
5. Bantuan apa yang dapat diberikan pada orang yang sudah terkena
gangguan jiwa?
a. Mengejek, mengucilkan orang yang terkena gangguan jiwa
b. Keluarga/kerabat dekat memberikan perhatian dan kepedualian terhadap
penderita, misal dengan cara membantu menyelesaikan masalah sesuai
dengan keadaan dan kebutuhannya

Anda mungkin juga menyukai