BAB I
PENDAHULUAN
sakit kuning sejak usia + 7 bulan. Sering kambuh jika sakit. Riwayat
Hipertensi, Diabetes, Asma dan penyakit jantung disangkal.
2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang sakit seperti ini.
Hipertensi, Diabetes, Asma dan penyakit jantung disangkal.
2.2.5 Riwayat Obat
Alergi obat ataupun makanan disangkal Suka minum jamu-
jamuan racikan jika badan capek.
2.2.6 Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien sehari-hari bekerja berjualan gorengan. Suka makan
makanan gorengan. Perokok + 4 tahun yang lalu. Minuman alkohol
disangkal.
o Sianosis (-)
o Ulcus (-)
Leher:
o Simetris
o Pembesaran KGB (-)
o Peningkatan JVP (-)
o Pembesaran Kelenjar tyroid (-)
2.3.4 Thoraks :
Paru:
o I : Bentuk normal, gerakan dada simetris, scar (-)
o P : Frem. vocal + | +
+|+
+|+
o P : sonor | sonor
sonor | sonor
sonor | sonor
o A : ves | ves Rhon- | - Whez - | -
ves | ves -|- -|-
ves | ves -|- -|-
Jantung:
o I : Bentuk normal, gerakan dada simetris, scar (-)
o P : Ictus cordis di ICS V midclavicula line
sinistra
o P : Batas kanan atas ICS II parasternal dextra
Batas kanan bawah ICS IV parasternal dextra
Batas kiri atas ICS II parasternal sinistra
Batas kiri bawah ICS IV midclavicula sinistra
o A : S1S2 tunggal reguler, Murmur (-), Gallop (-)
2.3.5 Abdomen :
o Inspeksi : Distended (-) scar (-) ,caput
nedusa (-), spider
nevi (-), vena kontralateral (-)
o Auskultasi : Bising usus (+) Normal
o Palpasi :
o Hepar tidak teraba
o Lien teraba pada titik schuffner 4 dan hackett 3
o Murphy sign (+)
o Renal tidak teraba
o Massa (-)
o Nyeri tekan epigastrium
Perkusi:
o Metoerismus (-)
5
2.5 ASSESMENT
Kolelitiasis
Diagnosis banding :
Gastritis erosiva
Anemia defisiensi besi
Diagnosis banding :
Anemia hemolitik
2.6 PLANNING
2.6.1 Planning Diagnosis
1. Laboratorium: Darah lengkap, LED, Faal hati, Faal ginjal, Serum
elektrolit
Indeks eritrosit
Hapusan darah tepi
Pemeriksaan tes antiglobulin (combs test)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
9
9
3.4 Epidemiologi
Angka kejadian batu empedu di tiap negara berbeda-beda.
Banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan batu empedu di
antaranya ras, pola hidup, genetik dan infeksi. Prevalensi batu empedu di
beberapa negara Barat hampir sama dengan di Amerika Serikat,tetapi di
negara-negara Asia lebih rendah. Di Indonesia belum ada penelitian
epidemiologis,diduga insidensi batu empedu masih lebih rendah bila
dibandingkan dengan di negara Barat. Tetapi dengan adanya kecenderungan
pola hidup modem maka mungkin batu empedu diIndonesia pada masa
mendatang akan merupakan suatu masalah kesehatan yang perlu mendapat
perhatian.8,9
Di Amerika Serikat, sekitar 10-15 % penduduk dewasa mendertia
batu empedu,dengan angka kejadian pada pasien wanita tiga kali lebih
banyak dari pada pria. Setiap tahun,sekitar 1 juta pasien batu empedu
ditemukan dan 500.000 600.000 pasien kolesistektomi,dengan total biaya
sekitar US$4 trilyun. 8,9
Dari hasil otopsi diperkirakan sekitar 12% laki-laki dan 24%
perempuan dari segala umur memiliki batu empedu. Prevalensi kelainan ini di
Amerika Utara mirip dengan keadaandi Inggris, dan diduga 10-30% batu
empedu menjadi simptomatis. Terdapat prevalensi yangtinggi pada penduduk
asli Amerika, yaitu 50% pada laki-laki dan 75% pada wanita denganusia
antara 25-44 tahun dengan peran faktor genetik yang jelas.5
Di Inggris lebih dari 40.000 kolesistektomi dilakukan setiap
tahun. Insidensi batupada CBD yang ditemukan sebelum atau pada saat
kolesistektomi sekitar 12% - 15%, menunjukkan bahwa di Inggris saja lebih
12
kandung empedu. Dengan pola diet yang rendah serat ini menambah resiko
terjadinya penyakit batu kandung empedu.12
Tabel 1. Karakteristik perbedaan dari tipe batu empedu dan faktor risiko dari
batu empedu.13
pigmen hitam umumnya dijumpai pada pasien sirosis atau penyakit hemolitik
kronik seperti talasemia dan anemia sel sickle. Batu pigmen coklat sering
dihubungkan dengan kejadian infeksi.14
disebabkan oleh radikal bebas atau singlet oksigen yang diproduksi oleh
hepar atau oleh makrofag atau neutrofil dalam mukosa kandung empedu.14
Pada manusia peningkatan kadar bilirubin tak terkonjugasi merupakan
akibat dari peningkatan kadar hemoglobin. Peningkatan bilirubin tak
terkonjugasi dapat juga timbul akibat peningkatan proses hidrolisis enzimatik
(beta glukoronidase) dari bilirubin terkonjugasi atau penurunan jumlah
inhibitor beta glukoronidase yaitu asam glutarat.14
Musin glikoprotein merupakan kerangka terbentuknya batu pigmen.
Musin diproduksi oleh kripta kandung empedu. Hipersekresi musin juga
memainkan peranan penting dalam pembentukan batu pigmen.14
dalam plasma atau penurunan jumlah zat pengikat kalsium di dalam cairan
empedu seperti garam empedu micellar dan vesikel lesitin kolesterol.14
BAB IV
PEMBAHASAN
sejak kemarin malam, nyeri di ulu hati, nyeri muncul setelah makan pepaya
dan tahu rebus. Nyeri seperti ditusuk-tusuk, dirasakan terus menerus. Nyeri
tidak berkurang sama sekali sebelum MRS dan mendapat obat. Pasien juga
mengeluh demam sejak kemarin malam bersamaan dengan nyeri ulu hati
muncul. Demam hilang timbul. Pasien mengeluh kulit di seluruh badan dan
mata kuning sejak + 1 bulan yang lalu, kuning terus menerus. Kuning tidak
berkurang sampai saat ini. Buang air besar hitam sejak + 9 hari yang lalu.
Buang air besar hitam seperti petis, lembek. Buang air besar hitam selama 3
hari, setiap hari sebanyak 1 x. Kemudian tidak dapat buang air besar 6 hari ini.
Makan berkurang sejak 1 bulan yang lalu, setiap makan sedikit perut terasa
penuh dan terasa mual setiap makan. Minum + 600 cc/24 jam. Buang air kecil
seperti teh.
Sejak 9 hari yang lalu pasien pernah dirawat d RSUD Bojonegoro
karena sakit kuning, pucat, dan lemas, pasien diberikan transfusi darah
sebanyak 4 kantong. Pasien dirawat selama 8 hari, kemudian pasien sempat
pulang hanya sehari dirumah dengan kondisi membaik. Riwayat sakit kuning
sejak usia + 7 bulan. Sering kambuh jika sakit. Riwayat Hipertensi, Diabetes,
Asma dan penyakit jantung disangkal.
Berdasarkan anamnesis pasien ini didapatkan gejala, nyeri perut diulu
hati, kulit diseluruh badan dan mata kuning, demam, serta mual merupakan
gejala-gejala kolelitiasis. Menurut Nurhadi (2010), gejala kolelitiasis yaitu :
Gejala nyeri akut episodik akibat kolesistitis akut, kolik bilier, rasa tidak
nyaman pada perut yang berulang dan kronik akibat episode berulang dari
kolik bilier ringan atau gejala-gejala dyspepsia. Gambaran klinik berupa
demam hilang timbul. Adanya ikterus menunjukkan koledokolitiasis, walaupun
kemungkinan Mirizzis syndrome, yaitu akibat kandung empedu yang
membengkak, akibat adanya kompresi
23 dari kandung yang disebabkan oleh batu
ke duktus koledokus.
Pada pemeriksaan fisiknya didapatkan keadaan umum pasien lemah.
Tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 87x/menit (reguler), pernapasan
20x/menit dan suhu 36 C. Pada kepala leher didapatkan anemia dan ikterus,
tidak ada dispnea, tidak ditemukan pembesaran KGB ataupun pembesaran
tiroid. Pada thorax pulmo dan cor dalam batas normal. Pada abdomen
ditemukan pembesaran lien pada titik schuffner 4, hackett 3 dan nyeri tekan
22
f) pica keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim, seperti : tanah
liat, es, lem dan lain-lain.
Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala penyakit yang
menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut. Misalnya pada anemia
akibat penyakit cacing tambang dijumpai dyspepsia, parotis membengkak dan
kulit telapak tangan warna kuning seperti jerami. Pada anemia karena
perdarahan kronik akibat kanker kolon dijumpai gejala gangguan kebiasaan
buang air besar atau gejala lain tergantung dari lokasi kanker tersebut
(Rinaldi, 2007).
Dari laboratorium didapatkan anemia hipokromik mikrositer pada
hapusan darah tepi atau MCV < 80 fl dan MCHC < 31% dengan salah satu:
a) Dua atau tiga parameter dibawah ini
a. Besi serum <50 mg/dl
b. TIBC > 350 mg/dl
c. Saturasi transferin < 15%
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
28
1. Chang YR , Jang JY, et al. Changes in Demographic features of gallstone
diseases: 30years of surgically treated patients. Gut liver. 2013 7(6) : 719-724
2. Sjamsuhidajat, dan Wim de Jong. Kolelitiasis dalam Buku Ajar Ilmu Bedah.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1997.p.767
6. Shwartz, Shires spencer, MC Graw Hill. Intisari Prinsip Prinsip Ilmu Bedah, 6
ed.Jakarta : EGC, 1995
7. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC,
2007
12. Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit
DalamJilid I Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
14. Gustawan IW dkk, Kolelitiasis pada Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RS Sanglah Denpasar, Majalah
Kedokteran Indonesia, Volume: 57, Nomor: 10, Oktober 2007.
15. Nuhadi, M. Perbedaan Komposisi Batu Kandung Empedu Dengan Batu Saluran
Empedu Pada Penderita yang Dilakukan Eksplorasi Saluran Empedu di RSHS
Bandung. Progam Pendidikan Dokter Spesialis ll Bedah Digestif RS DR Hasan
Sadikin Bandung 2010-2011. 29