Case Anstesi Reni Oke
Case Anstesi Reni Oke
PENDAHULUAN
Hernia inguinalis lateralis lebih sering terjadi daripada hernia inguinalis lateralis
dengan perbandingan 2 : 1 dan diantara seluruh pasien hernia ternyata pria lebih sering
menderita hernia dari pada wanita dengan angka 7 kali lipat lebih sering. Usia juga dapat
memepengaruhi kejadian hernia, dimana pada usia tua kemungkinan terjadinya hernia bisa
menjadi lebih besar dikarenakan melemahnya dinding otot perut.
Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah.
Hernia, atau sering kita kenal dengan istilah Turun Bero, merupakan penonjolan isi
suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
Kita ambil contoh hernia abdomen (perut). Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik (lapisan otot)
dinding perut.
Hernia terdiri atas jaringan lunak, kantong, dan isi hernia.Tujuh puluh lima persen
dari seluruh hernia abdominal terjadi diinguinal (lipat paha). Yang lainnya dapat terjadi di
umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia
inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis
mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis.
1
BAB II
STATUS PASIEN
Identitas Pasien
Nama : Tn. H
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 28 tahun
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Tgl masuk RS : 27 Oktober 2015 :
I. Anamnesis
KU : terdapat benjolan yang menetap di buah zakar sebelah kiri sejak 6 bulan
yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
RPS : pasien datang ke poli klinik bedah RSUD Bnagkinang dengan keluhan
terdapat benjolan menetap disekitar buah zakar sebelah kiri sejak 6 bulan
yang lalu. Benjolan tersebut berbentuk bulat, dengan permukaan yang
rata dan warna sama dengan warna kulit sekitarnya. Ukuran benjolan
sebesar telur ayam, awalnya benjolan tidak menetap di buah zakar kiri,
namun sejak 2 bulan terakhir menetap. Tidak ada demam, mual (-) ,
pusing dan muntah (-).
RPD : awalnya ada benjolan kecil dilipat paha kiri, terus semakin turun
sampai kebuah zakar kiri. Tidak memiliki riwayat penyakit prostat.
RPK : tidak terdapat riwayat keluarga yang berhubungan.
Kebiasaan: riwayat merokok (-), riwayat meminum alkohol (-).
Status Generalisata
2
IV. B Pemeriksaan kepala
3
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, tidak ditemukan nyeri tekan dan
nyeri lepas.
Inspeksi : terlihat benjolan, bentuk bulat warna sama dengan warna kulit
Palpasi : teraba masa didaerah buah zakar sebelah kiri, sebesar telur ayam, permukaan rata,
tidak nyeri, massa teraba lunak, testis teraba. Finger test didapatkan benjolan
berada pada ujung jari. Tidak ditemukan tanda- tanda radang.
I. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 27-10-2015
Pemeriksaan darah lengkap :
Hb : 13,1 g/dl
Leukosit : 12.000 ul
Ht : 34,2 %
Trombosit : 275.000/ul
Pemeriksaan ginjal
Creatinin : 0,5
Ureum : 6,9
Hemostatik
Masa pembekuan : 8 menit
Masa perdarahan : 3, 30 menit
Pemeriksaan lain gol darah A Rh (+)
II. DIAGNOSIS KLINIS
Diagnosis pre operasi: Hernia Scrotalis sinistra
4
ASA II (Pasien dengan gangguan sistemik ringan, perubahan anatomi dan
fisiologi)
IV. TINDAKAN
Dilakukan : Herniotomi dan hernioplasti
Tanggal : 28 Oktober 2015
V. LAPORAN ANESTESI
a. Persiapan Anestesi
- Informed concent
- Puasa
Pengosongan lambung, penting untuk mencegah aspirasi isi lambung
karena regurgitasi. Untuk dewasa dipuasakan 6-8 jam sebelum operasi
- Pemasangan IV line
Sudah terpasang jalur intravena menggunakan IV catheter ukuran 18 atau
menyesuaikan keadaan pasien dimana dipilih ukuran yang paling maksimal
bisa dipasang.
- Dilakukan pemasangan monitor tekanan darah, nadi dan saturasi O2
b. Penatalaksanaan Anestesi
Jenis anestesi : Regional Anestesi (RA) spinal anestesi
Premedikasi :
- Ondansetron IV 4 mg
- Midazolam IV 2 mg
Medikasi intra operatif:
- Bupivacain spinal IV 2,5 cc (12,5 mg)
Medikasi post operatif:
- Tramadol 100 mg
- Ketorolac IV 30 mg
Teknik anestesi :
Pasien dalam posisi duduk tegak dan kepala menunduk, dilakukan desinfeksi di
sekitar daerah tusukan yaitu di regio vertebra lumbal 4-5. Dilakukan Sub
arakhnoid blok dengan jarum spinal no. 27 pada regio vertebra lumbal 4-5 dengan
tusukan paramedian.
LCS keluar (+) jernih
Respirasi : Spontan
Posisi : Supine
Jumlah cairan yang masuk :
Kristaloid = 1500 cc (RL 1 + RL 2 + RL 3 )
Perdarahan selama operasi : 100 cc
Pemantauan selama anestesi :
Mulai anestesi : 12.45 WIB
Mulai operasi : 12.50 WIB
5
Selesai operasi : 13.25 WIB
Tekanan darah dan frekuensi nadi :
Pukul (WIB) Tekanan Darah (mmHg) Nadi (kali/menit)
12.45 120 / 70 99
12.50 109 / 60 96
12.55 110/ 70 98
13.00 118/ 70 87
13.15 130 / 70 78
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi
6
Berikut adalah pembagian hernia yang terjadi secara congenital dan didapat
(acquired) :
1. Kongenital
Kanalis inguinalis normal pada fetus :
Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis, yaitu masuknya testis dari
abdomen ke scrotum melalui canalis inguinalis, sehingga terjadi penarikan
peritoneum ke daerah scrotum, dan terjadi penonjolan (prosesus vaginalis
peritonei). Pada bayi yang sudah lahir akan mengalami obliterasi sehingga isi
perut tidak dapat masuk melalui kanal.
Karena testis kiri turun lebih dahulu daripada kanan, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis inguinalis menutup pada
usia 2 tahun. Bila prosesus terbuka terus (tidak mengalami obliterasi)
menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis kongenital.
2. Acquired / didapat
Disebabkan oleh :
B. Hernia Inguinalis
7
Gbr 1. Dinding Abdomen
Gbr 2. Kanalis
Inguinalis
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar
melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan bila cukup panjang
keluar di annulus inguinalis eksternus. Jika berlanjut, tonjolan akan sampai ke
skrotum dan disebut hernia skrotalis. Kantong hernia terletak di dalam m. kremaster,
anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam funiculus spermaticus.1
Sementara itu hernia inguinalis direk atau disebut juga medial menonjol
langsung ke depan melalui trigonum hasselbach. Daerah yang dibatasi ligamentum
inguinal di inferior, a/v. epigastrika inferior di lateral dan tepi otot rektus di bagian
medial. Dasar segitiga hasselbach ini dibentuk oleh fascial transversal yang diperkuat
oleh aponeurosis m. transverses abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna,
8
sehingga potensial untuk menjadi lemah. Karena hernia medialis ini tidak melalui
kanalis umumnya tidak mengalami strangulasi karena cincinnya cenderung longgar.1
Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab lain yang
didapat (missal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak
pada lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena annulus inguinalis
eksternus pada pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu juga karena perjalanan
embriologisnya dimana testis pada pria turun dari rongga abdomen melalui kanalis
inguinalis. Seringkali kanalis tidak menutup sempurna setelahnya. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang
cukup lebar sehingga bisa dimasuki oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan
9
juga faktor yang bisa mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup
lebar itu.1,3,4,5
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen keluar melalui celah tersebut.1,3
Patofisiologi
Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus
intenus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya jika otot dinding perut berkontraksi,
kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga
mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.
Bila cincin hernia sempit, kurang elastic atau lebih kaku maka akan terjadi
jepitan yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan
terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia
dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada
cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan
10
terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat
berupa cairan serosanguinus. 1
Gejala Klinis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang waktu
berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, bila ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri
yang disertai mual atau muntah, dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi inkarserasi
karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren. 1
Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang
muncul waktu berdiri, batuk, bersin, mengangkat benda berat atau mengedan, dan
menghilang saat berbaring. Pasien sering mengatakan sebagai turun berok, burut atau
kelingsir. Keluhan nyeri jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong. Nyeri yang
disertai mual dan muntah baru muncul kalau terjadi inkarserata karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis.1,2,6
Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri dapat dilihat
hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan
dari lateral atas ke medial bawah. Perlu diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi
lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien lalu diminta
mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan yang asimetri dapat dilihat. 1,2,4
Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan
dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila hernia dapat direposisi, waktu jari
masih berada di annulus internus, pasien diminta mengedan, kalau ujung jari
menyentuh hernia berarti hernia inguinalis lateral, sementara jika bagian sisi jari yang
menyentuh, berarti hernia inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong kadang
11
dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua kain sutera. Disebut tanda sarung tangan sutera.
Kalau kantong hernia berisi organ, palpasi mungkin meraba usus, omentum (seperti
karet) atau ovarium.1,2
Hernia direk tidak dikontrol oleh tekanan pada annulus internus, secara
khas mengakibatkan benjolan kedepan, tidak turun ke skrotum.3
12
Diagnosis banding1
a. Hernia inguinalis medial : benjolan dilipat paha, bentuk bulat, permukaan rata.
Finger test didapatkan benjolan dibagian sisi jari (tersingkir setelah
pemeriksaan fisik).
b. Hidrokel : penumpukan cairan didalam prosesus vaginalis. Biasanya pada
anak-anak dan bayi yang prosesus vaginalis nya belum tertutup sempurna.
Tidak nyeri, dan pemeriksaan Transiluminasi positif (pada kasus finger test
yang positif, diagnosa banding hidrokel sudah tersingkir )
Tatalaksana
Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan vitalitas
lebih jarang disbanding orang dewasa. Hal ini disebabkan cincin hernia yang lebih
elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan
pemberian sedative dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil,
anak disiapkan operasi hari berikutnya. Bila tidak berhasil, operasi segera.1
13
Langkah operatif adalah pengobatan satu-satunya yang rasional. Indikasi
operasi sudah ada sejak diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi terdiri dari
herniotomi dan hernioplasti.1
Kelemahan teknik Bassini dan teknik variasi lain adalah adanya regangan
berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Karena itu dipopulerkan metode penggunaan
prosthesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang menjadi dasar kanalis
inguinalis, tanpa menjahit otot-otot ke inguinal.1
14
Pada bedah darurat, misalnya sudah terjadi komplikasi, prinsipnya sama
dengan yang elektif. Cincin hernia dicari dan dipotong. Usus halus dinilai apakah vital
atau tidak. Bila vital direposisi, bila tidak dilakukan reseksi dan anastomosis.2
Teknik operasi
Teknik Bassini 7
Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia indirect
sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari hernia direct.
15
Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam rekontruksi, tetapi
semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia disekitarnya dan
memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis, kelemahannya yaitu tegangan yang tejadi
akibat jahitan tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi neckosis
otot yang akan menyebakan jahitan terlepas dan mengakibatkan kekambuhan
Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan membelah
lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke properitoneal
space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan
utama antara teknik ini dan teknik open anterior adakah rekonrtuksi dilakukan dari
bagian dalam. Posterior repair sering digunakan pada hernia dengan kekambuhan
karena menghindari jaringan parut dari operasi sebelumnya. Operasi ini biasanya
dilakukan dengan anastesi regional atau anastesi umum.
16
Kelompok 4: Laparoscopic 7
Operasi hernia Laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir, tetapi juga
menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini, hernia diperbaiki
dengan menempatkanpotongan mesh yang besar di region inguinal diatas
peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus dan
pembentuka fistel karena paparan usus terhadap mesh.
Komplikasi
Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel; ini dapat terjadi
kalau isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan. Dalam kasus ini tidak ada gejala klinis.1
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi
strangulasi yang menimbulkan gejala obstruksi sederhana. Sumbatan dapat terjadi
parsial atau total seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis
atau kaku, sering terjadi jepitan parsial.1
17
basa. Bila telah strangulasi, bisa terjadi toksik akibat gangrene dan gambaran menjadi
sangat serius. Penderita akan mengeluh nyeri hebat di tempat hernia dan akan
menetap karena rangsang peroitoneal.1
BAB III
PEMBAHASAN
4.1 Pre Operatif
Persiapan anestesi dan pembedahan harus selengkap mungkin karena dalam pemberian
anestesi dan operasi selalu ada risiko. Persiapan yang dilakukan meliputi persiapan alat,
penilaian dan persiapan pasien, dan persiapan obat anestesi yang diperlukan. Penilaian dan
persiapan penderita diantaranya meliputi :
- informasi penyakit
- anamnesis: kejadian penyakit
- riwayat alergi, hipertensi, diabetes melitus, operasi sebelumnya, asma, komplikasi
transfusi darah (apabila pernah mendapatkan transfusi)
- Persiapan operasi yang tidak kalah penting yaitu informed consent, suatu persetujuan
medis untuk mendapatkan izin dari pasien sendiri dan keluarga pasien untuk melakukan
18
tindakan anestesi dan operasi, sebelumnya pasien dan keluarga pasien diberikan
penjelasan mengenai risiko yang mungkin terjadi selama operasi dan post operasi.
Setelah dilakukan pemeriksaan pada pasien, maka pasien termasuk dalam klasifikasi ASA
II.
Salah satu komplikasi anestesi spinal adalah mual-muntah. Pada pasien ini diberikan
premedikasi ondansentron sebanyak 4 mg secara intravena. Pemberian obat anti mual dan
muntah ini sangat diperlukan dalam operasi dengan anestesi spinal dimana merupakan usaha
untuk mencegah adanya aspirasi dari asam lambung.
Untuk menenangkan pasien dari rasa cemas pada saat operasi, seringkali diberikan obat-
obatan sedatif, pada pasien ini diberikan midazolam 2 mg.
19
- Jumlah darah selama operasi:
100cc x 3 = 300 ml
- Jumlah terapi cairan:
BAB IV
KESIMPULAN
Seorang laki-laki dengan usia 28 tahun datang ke poliklinik bedah dengan keluhan
benjolan dibuah zakar sebelah kiri sejak 6 bulan yang lalu, awalnya benjolan tidak menetap
di buah zakar, namun 2 bulan terakhir benjolan menetap dibuah zakar sebelah kiri.
Selanjutnya dilakukan tindakan operasi Herniorraphy pada tanggal 28 Oktober 2015 di
ruangan operasi RSUD Bangkinang. Teknik anestesi adalah dengan spinal anestesi
(subarchnoid block) merupakan teknik anestesi sederhana dan efektif untuk operasi pada
regio genital. Induksi anestesi dengan menggunakan Bupivacain spinal 2,5 cc (12,5 mg) dan
maintenance dengan midazolam 2 mg, oksigen 2-3 liter/menit. Untuk mengatasi nyeri
digunakan ketorolac sebanyak 30 mg. Perawatan post operatif dilakukan dibangsal dan
dengan diawasi vital sign, tanda-tanda perdarahan.
20
Daftar Pustaka
1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta :
EGC
2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006. Jakarta :
Erlangga Medical Series
4. Inguinal Hernia. Wikipedia the free encyclopedia. Last Updated : Agust 24th 2014.
(Available from http://en.wikipedia.org/wiki/Inguinal_hernia, cited on January 7th
2015)
5. Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse. Last
Updated December 2008.
(Available from http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia. cited on
January 7th 2015)
6. Balentine, Jerry R. dan Stoppler, Melissa Conrad. Hernia. eMedicine Health.
(Available from http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm cited on
January 7th 2015)
7. She Warts, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Alih Bahasa Laniyati
Celal, editor Linda Chandranata Jakarta, EGC, 2000, hal 509-515
8. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR.Petunjuk Praktis
Anestesiologi.Ed.2.Cet.V.Jakarta:Bagian Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.2010.
21