Anda di halaman 1dari 5

PERUBAHAN IKLIM DAN KEBENCANAAN

PERENCANAAN WILAYAH KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA

ANDIANA MARJAYANTI D1091151033

CONFERENCE OF PARTIES (COP) 21

Conference of Parties (COP) 21 atau CMP 21 adalah Konferensi Para Pihak ke 21


yang merupakan koferensi tahunan ke 21 para anggota Konvensi Kerangka Kerja
Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFCC). Konferensi berlokasi di Le
Bourget, Paris, Perancis pada tanggal 30 November 12 Desember 2015. Perancis akan
memainkan peran internasional terkemuka dalam menyelenggarakan konferensi mani ini,
dan COP21 akan menjadi salah satu konferensi internasional terbesar yang pernah
diadakan di negara ini.
Tujuan utama Konferensi Para Pihak (COP) tahunan adalah untuk meninjau
pelaksanaan Konvensi. COP pertama berlangsung di Berlin pada tahun 1995 dan
pertemuan penting sejak saat itu termasuk COP 3 dimana Protokol Kyoto diadopsi, COP
11 dimana Montreal Action Plan diproduksi, COP 15 di Kopenhagen di mana
kesepakatan untuk sukses Protokol Kyoto sayangnya tidak disadari dan COP 17 di
Durban dimana Green Climate Fund diciptakan. Pada tahun 2015 COP 21, juga dikenal
sebagai Konferensi Iklim Paris 2015, untuk pertama kalinya dalam 20 tahun perundingan
PBB, bertujuan untuk mencapai kesepakatan yang mengikat secara hukum dan universal
mengenai iklim, dengan tujuan untuk menjaga pemanasan global di bawah 2oC.

A. Hasil dari COP 21


Negara-negara yang hadir dalam COP 21 yang diwakili 196 kepala
negara sepakat untuk bersama-sama mengurangi emisi gas rumah kaca secepat
mungkin. Setiap negara diharapkan untuk memasukkan angka yang pasti
terhadap angka kontribusi penurunan emisi karbon dioksida yang disebut
dengan Intended Nationally Determined Contribution (INDC). Indonesia telah
menyampaikan target penurunan emisi pada tahun 2030 sebesar 29% dengan
upaya sendiri, dan 41% dengan bantuan internasional. Selain itu, disepakati
bahwa kenaikan iklim dipertahankan di bawah 2oC dan menempuh upaya-
upaya untuk membatasinya menjadi 1,5 oC.
PERUBAHAN IKLIM DAN KEBENCANAAN
PERENCANAAN WILAYAH KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA

ANDIANA MARJAYANTI D1091151033

Hasil dari COP 21 juga menjadi senjata tersendiri bagi beberapa kalangan
masyarakat dan swasta di beberapa negara untuk mendesak pemerintah melakukan
tindakan nyata bagi negara mereka. Sebagi contoh, pemerintah di Italy, Netherlands,
Spain, dan Sweden yang mengumumkan dan mendeklarasikan negara bebas dari
bahan bakar fosil.

B. Pokok-Pokok Perjanjian Paris


Secara Umum, pokok-pokok Perjanjian Paris mencakup;
1. Tujuan Perjanjian Paris adalah untuk membatasi kenaikan suhu global di
bawah 2 oC dari tingkat pre-industri dan melakukan upaya membatasinya
hingga di bawah 1,5oC.
2. Dalam rangka pencegahan kenaikan suhu global tersebut masing-masing
negara berupaya untuk mencapai tingkat emisi 23 tertinggi (peaking)
global secepatnya. Masing-masing negara menyampaikan kontribusi
penurunan emisi yang dituangkan dalam NDC. Kontribusi penurunan
tersebut harus meningkat setiap periode, dan negara berkembang perlu
mendapatkan dukungan Auntuk meningkatkan ambisi tersebut.
3. Setiap negara didorong untuk mendukung pendekatan kebijakan dan
insentif positif untuk aktivitas penurunan emisi dari deforestasi dan
degradasi hutan serta pengelolaan hutan berkelanjutan, konservasi dan
peningkatan cadangan karbon hutan (REDD+) termasuk melalui result-
based payments.
4. Mekanisme market dan non market yang dapat digunakan oleh negara-
negara dalam rangka penurunan emisi.
5. Telah ditetapkan tujuan global untuk meningkatkan kapasitas adaptasi,
memperkuat ketahanan serta mengurangi kerentanan terhadap perubahan
iklim. Negara-negara diharapkan menyampaikan dan melakukan update
secara periodik mengenai prioritas, implementasi dan kebutuhan dukungan
untuk aksi adaptasi.
6. Diakui pentingnya minimalisasi dan mengatasi loss and damage akibat
dampak buruk perubahan iklim.
7. Negara maju harus menyediakan dukungan pendanaan kepada negara
berkembang dan memimpin dalam mobilisasi pendanaan dari berbagai
PERUBAHAN IKLIM DAN KEBENCANAAN
PERENCANAAN WILAYAH KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA

ANDIANA MARJAYANTI D1091151033

sumber. Selain itu, negara berkembang dapat pula memberikan dukungan


secara sukarela.
8. Seluruh negara akan meningkatkan aksi kerjasama di bidang
pengembangan dan transfer teknologi. Selain itu, peningkatan kapasitas
akan dilakukan untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan negara
berkembang.
9. Dalam rangka membangun kepercayaan dan meningkatkan efektivitas
implementasi, kerangka transparansi yang lebih kuat dibentuk meliputi
aksi maupun dukungan dengan fleksibilitas bagi negara berkembang.
Kerangka ini merupakan pengembangan dari yang sudah ada di bawah
Konvensi.
10. Global stocktake untuk implementasi aksi dalam rangka mencapai tujuan
Perjanjian Paris akan dilakukan pada tahun 2023 dan selanjutnya secara
rutin setiap lima tahun.
11. Perjanjian Paris akan mulai berlaku sebulan setelah 55 negara yang
mencerminkan 55% emisi global bergabung (double steshold).

C. Elemen Perjanjian Paris dan Kepentingan Indonesia


Pada acara High-level Signature Ceremony, Pemerintah Indonesia yang
diwakili oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menyampaikan
keinginan Indonesia untuk meratifikasi Perjanjian Paris pada tahun 2016.
Beberapa hal yang melatarbelakangi keputusan tersebut diantaranya,
Indonesia merupakan negara kepulauan yang rentan terhadap dampak dari
perubahan iklim, sementara berdasarkan mandat Undang-undang Nomor 32
Tahun 1999, Negara wajib menjamin ketersediaan lingkungan hidup yang baik
dan sehat bagi warga negaranya. Selanjutnya dalam konteks internasional,
adanya indikasi Perjanjian Paris akan enter into force (diberlakukan) lebih
awal, mengingat adanya komitmen beberapa negara pengemisi terbesar seperti
Amerika Serikat, China dan Negara Uni Eropa yang akan meratifikasi PA pada
tahun 2016. Sesuai dengan Artikel 21 para 1, Perjanjian Paris akan entry into
force jika 26 ada setidaknya 55 negara pihak yang mewakili 55% dari total
emisi global yang telah meratifikasi Perjanjian Paris.
PERUBAHAN IKLIM DAN KEBENCANAAN
PERENCANAAN WILAYAH KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA

ANDIANA MARJAYANTI D1091151033

Jika Perjanjian Paris sudah enter into force, maka persidangan yang untuk
membangun instrumen pelaksanaan Perjanjian Paris akan dilakukan dibawah
CMA, dimana hanya negara pihak (parties) yang sudah meratifikasi PA saja
yang berhak ikut dalam persidangan tersebut, sehingga kalau Indonesia ingin
menjaga kepentingan nasionalnya maka Indonesia harus menjadi bagian dari
negara pihak yang meratifikasi Perjanjian Paris pada kesempatan pertama.
PERUBAHAN IKLIM DAN KEBENCANAAN
PERENCANAAN WILAYAH KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA

ANDIANA MARJAYANTI D1091151033

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. 2016. Perubahan Iklim, Perjanjian


Paris, dan Nationally Determined Contribution. Jakarta : Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan.

Sustainable Development Goals. 2015. Konferensi Perubahan Iklim PBB Paris 2015.
Dalam (http://www.un.org/sustainabledevelopment/cop21/). Diunduh 8 Mei 2017.

Sustainable Innovation Forum 2015. 2015. Cari Tahu Lebih Lanjut Tentang COP 21.
Dalam (http://www.cop21paris.org/about/cop21&prev=search). Diunduh 8 Mei 2017.

Wikipedia. 2015. Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2015. Dalam


(https://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Perubahan_Iklim_Perserikatan_Bangsa-
Bangsa_2015#Hasil_Konferensi). Diunduh 8 Mei 2017.

Anda mungkin juga menyukai