Anda di halaman 1dari 8

LI 1.

Memahami dan Menjelaskan Cairan dalam Tubuh


LO 1.1. Klasifikasi Cairan
Pada seorang pria dewasa muda rata-rata 18% berat badannya terdiri atas protein dan zat-
zat terkait, 7% adalah mineral, dan 15% adalah lemak. Sisa 60% adalah air. Komponen intrasel
air tubuh membentuk sekitar 40% berat badan, dan komponen ekstrasel membentuk sekitar 20%.
Sekitar 25% komponen ekstrasel terletak di dalam sistem vaskular (plasma = 5% berat badan)
dan 75% di luar pembuluh darah (cairan interstisial = 15% berat badan). Volume darah total
adalah sekitar 8% berat badan. (Ganong, W.F. 2012)

Cairan Intrasel
Cairan Intrasel adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh. Volumenya lebih kurang
33% berat badan (dua pertiga dari air tubuh total / 60% air tubuh total). Kandungan air intrasel
lebih banyak dibanding ekstrasel. Dalam CIS, kation utama adalah kalium, sedangkan anion
utama adalah fosfat dan protein. Ion K+, Mg2+, dan PO42- merupakan solut yang dominan untuk
menimbulkan efek osmotic pada CIS. Ion K+ juga penting dalam proses biolistrik. Konsentrasi
ion Ca2+ CIS sangat rendah.

Cairan Ekstrasel
Cairan ekstrasel adalah cairan yang terdapat di luar sel tubuh. Cairan ekstrasel terdiri
dari:
Cairan interstisium atau cairan antar-sel, yang berada di antara sel-sel
Cairan intra-vaskular, yang berada di dalam pembuluh darah yang merupakan bagian air
dari plasma darah
Cairan trans-sel, yang berada pada rongga-rongga khusus, misalnya cairan otak (likuor
serebrospinal), bola mata, sendi, getah pencernaan*. Jumlah cairan trans-sel relatif sedikit
Limfe adalah cairan yang dikembalikan dari cairan interstisium ke plasma melalui sistem
limfe, tempat cairan tersebut disaring melalui kelenjar limfe untuk kepentingan pertahanan
imun* (*Sherwood, L, 2001, dan UPK-PKB FKUI. 2008)
LO 1.2. Fungsi Cairan
Cairan intrasel berperan pada proses menghasilkan, menyimpan, dan penggunaan energi
serta proses perbaikan sel. Selain itu, CIS juga berperan dalam proses replikasi dan berbagai
fungsi khusus antara lain sebagai cadangan air untuk mempertahankan volume dan osmolalitas
CES.
Sedangkan CES berperan sebagai:
Pengantar semua keperluan sel (nutrient, oksigen, berbagai ion, trace minerals, dan
regulator hormon / molekul)
Pengangkut CO2, sisa metabolisme, bahan toksik atau bahan yang telah mengalami
detoksifikasi dari sekitar lingkungan sel
LI 2. Memahami dan menjelaskan Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh (Dehidrasi)
LO 2.1. Definisi Dehidrasi
Dehidrasi adalah keadaan dimana volume air berkurang tanpa disertai berkurangnya
elektrolit (natrium) atau berkurangnya jauh melebihi berkurangnya natrium di CES. Akibat dari
keadaan ini akan terjadi peningkatan natrium dalam CES sehingga CIS akan masuk ke CES
(volume CIS berkurang). Dengan kata lain, dehidrasi melibatkan pengurangan CIS dan CES
secara bersamaan (pengurangan volume suhu tubuh total); 40% dari cairan yang hilang berasala
dari CES dan 60% berasal dari CIS. (UPK-PKB FKUI. 2008)
LO 2.2 Etiologi Dehidrasi
Dehidrasi dapat terjadi akibat keluarnya air melalui keringat berlebihan, muntah, diare
(walaupun dalam keadaan-keadaan tersebut baik air dan zat terlarut keluar, namun jumlah air
yang keluar relatif lebih banyak, sehingga zat terlarut yang tertinggal menjadi lebih pekat),
penguapan dari kulit, saluran cerna, diabetes insipidus (sentral dan nefrogenik), atau diuresis
osmotik; yang kesemuanya disertai gangguan rasa haus atau gangguan akses cairan. Dehidrasi
dapat juga terjadi pada keadaan masuknya CES ke CIS secara berlebihan, kejang hebat, setelah
melakukan latihan berat, atau pada pemberian cairan natrium hipertonik berlebihan. (UPK-PKB
FKUI. 2008 dan Sherwood, L, 2001)
LO 2.3. Klasifikasi Dehidrasi
Dewasa (70 kg)
Dehidrasi Ringan 4% BB (2,8 kg)
Sedang 6% BB (4,2 kg)
Berat 8% BB (5,6 kg) (Leksana, E. 2004)
LO 2.4. Patofisiologi Dehidrasi
Pada keadaan dehidrasi, akan terjadi hipernatremia karena cairan yang hilang atau keluar
adalah cairan yang hipotonik. Dehidrasi dapat terjadi pada keadaan keluarnya air melalui
keringat, penguapan dari kulit, saluran intestinal, diabetes insipidus (sentral dan nefrogenik),
diuresis osmotik yang ke semanya disertai oleh rasa haus dengan gangguan akses cairan. Atau
dapat terjadi bila CES masuk ke CIS secara berlebihan pada kejang hebat atau setelah melakukan
latihan berat. Atatu dapat terjadi juga bila asupan cairan natrium hipertonik yang berlebihan.

LO 2.5. Manifestasi Klinis Dehidrasi


Tanda dan gejala: pusing, kelemahan, keletihan, sinkop, anoreksia, mual, muntah, haus,
kekacauan mental, konstipasi, oliguria.
Pengkajian fisik: penurunan tekanan darah, khususnya bila berdiri (hipotensi ortostatik);
peningkatan frekuensi detak jantung; turgor kulit buruk; lidah kering dan kasar; mata cekung;
vena leher kempes; peningkatan suhu; dan penurunan berat badan.
Hipovelemia Ringan Hipovelemia Sedang Hipovolemia Berat
Anoreksia Hipotensi ortostatik Hipotensi berbaring
Keletihan Takikardia Nadi cepat dan lemah
Kelemahan Penurunan pengeluaran urin Dingin, kulit kusam
Oliguria
Kacau mental, stupor, koma
(Horne dan Swearingen. 2001)
LO 2.6. Tata Laksana Dehidrasi
Dehidrasi melibatkan pengurangan CIS dan CES secara bersamaan dimana 40% dari
cairan yang hilang berasal dari CES dan 60% berasal dar CISHipernatremia pada pasien
hypovolemia, merupakan tanda klinis dehidrasi. Defisit cairan total ini dapat dihitung dengan
rumus:
Defisit Cairan = 0,4 berat badan (Na plasma / 140 1)*
Jenis cairan yang diberikan adalah cairan dekstrosa isotonik. Volume yang dibutuhkan
sesuai dengan perhitungan rumus di atas ditambah dengan insensible water losses + volume urin
24 jam + volume cairan yang keluar melalui saluran cerna. Insensible water losses banyaknya
kira-kira 40 mL/jam. Cairan dapat diberikan secara intravena atau melalui oral bila pasien sadar.
Kecepatan pemberian cairan tidak boleh menyebabkan penurunan kadar natrium plasma >0,5
mEq/L. (*Buku Ajar IPD (I). 2009 dan UPK-PKB FKUI. 2008)

LI 3. Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan Elektrolit


LO 3.1. Definisi
Elektrolit merupakan substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan
menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdiasosiasi menjadi ion positif dan ion negatif dan diukur
dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain (mEq/L) atau dengan berat molekul
dalam gram (mol/L). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam miliequivalen, dalam larutan
selalu sama.
Kation adalah ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan. Kation CES yang
utama adalah natrium, sedangkan kation CIS yang utama adalah kalium. Sistem pompa terdapat
di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam.
Anion adalah ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan, Anion CES yang
utama adalah klorida, sedangkam anion CIS yang utama adalah fosfat.
Keseimbangan elektrolit sangat penting karena mempengaruhi keseimbangan cairan dan
fungsi sel. Ada dua kation yang penting, yaitu natrium dan kalium. Keduanya mempengaruhi
tekanan osmotic CES dan CIS dan langsung berhubungan dengan fungsi selular.*
(UPK-PKB FKUI. 2008 dan Horne & Swearingen. 2001)
LO 3.2. Etiologi
Natrium
Natrium penting dalam menentukan osmolalitas darah, berperan pada regulasi volume
CES. Gangguan natrium mempengaruhi neuronal dan neuromuscular junction. Kadar
normal: 136-142 mEq/L pada CES*.
Hiponatremia
Hiponatremia adalah kelebihan cairan relatif yang terjadi bila (1) jumlah asupan cairan
melebihi kemampuan ekskresi , dan (2) ketidakmampuan menekan sekresi ADH misalnya
pada kehilangan cairan pada saluran cerna, gagal jantung, sirosis hati, atau pada SIADH
(Symdrome of Inappropriate ADH- secretion). Sekresi ADH meningkat akibat deplesi
volume sirkulasi efektif seperti pada muntah, diare, perdarahan, jumlah urin meningkat,
gagal jantung, sirosis hati, SIADH, insufisiensi adrenal, dan hipotiroid (*Leksana, E.
2004 dan UPK-PKB FKUI. 2008)
Hipernatremia
Hipernatremia adalah suatu keadaan dengan defisit cairan relatif. Hipernatremia jarang
terjadi, umumnya disebabkan resusitasi cairan menggunakan larutan NaCl 0,9% (kadar
natrium 154 mEq/L) dalam jumlah besar. Hipernatremia terjadi bila:
Kehilangan cairan: diare, muntah, diuresis, diabetes insipus, keringat berlebihan
Asupan air kurang: tidak ada rasa haus
Asupan berlebihan: salt table, saline hypertonic
Kalium
Kalium penting untuk mempertahankan membran potensial elektrik . Kadar normal:
3,5-5 mEq/L* ( * UPK-PKB FKUI. 2008 dan Leksana, E. 2004)
Hipokalemia
Penyebab:
Asupan kurang: malnutrisi, alkoholisme, anoreksia nervosa
Kehilangan melalui ginjal: diuresis, alkalosis metabolik, gangguan tubuli ginjal
Kehilangan di luar ginjal: diare, keringat berlebihan
Hiperkalemia
Penyebab: Disfungsi ginjal, hipoaldosteronisme, kematian sel (hemolisis, luka
bakar), asupan berlebihan. (Leksana, E. 2004)
Klorida
LO. 3.3. Klasifikasi
Hiponatremia akut
Hiponatremia akut adalah kejadian hiponatremia yang berlangsung cepat yaitu kurang
dari 48 jam. Pada keadaan ini akan terjadi gejala yang berat seperti penurunan
kesadaran dan kejang. Hal ini terjadi akibat edema sel otak, karena air dari CES masuk
ke CIS yang osmolalitasnya lebih tinggi
Hiponatremia kronik
Hiponatremia kronik adalah kejadian hiponatremia yang berlangsung lambat yaitu
lebih dari 48 jam. Pada keadaan ini tidak terjadi gejala yang berat seperti penurunan
kesadaran atau kejang (ada proses adaptasi), gejala yang timbul hanya lemas atau
mengantuk. Pada keadaan ini tidak ada urgensi melakukan koreksi konsentrasi
natrium, tetapi dilakukan dalam beberapa hari dengan memberikan larutan garam
isotonik.

LO 3.4. Pemeriksaan Laboratorium


Parameter Analisis Elektrolit dan Gas Darah
Elektrolit, Ph, dan CO2 diukur dengan menggunakan elektroda spesifik untuk masing-
masing parameter.
Kadar Na dan K diukur dengan menggunakan fotometrik nyala api atau ion selective
electrode. Kadar Cl diukur dengan metode fotokolometrik, cuolometry (titrasi
berdasarkan pembentukan AgCl/perak klorida) atau ion selective electrode.
Pengukuran pH dilakukan dengan elektroda Ph
Pengukuran P CO2 dilakukan dengan elektroda CO2. Elektroda dalam lingkungan buffer
bikarbonat dan dipisahkan dari sampel darah oleh suatu membrane semipermeable untuk
CO2. CO2 yang berdifusi ke dalam buffer mengakibatkan perubahan pH dan nilai ini yang
diukur oleh elektroda.
Pengukuran P CO2 dilakukan dengan elektroda O2
Saat ini pengukuran pH darah dilakukan bersamaan dengan parameter lain seperti
P CO2, HCO3-, Na, K, Cl, glukosa, aseton, ureum, kreatinin, dan osmolaritas. Penetapan
HCO3 dilakukan melalui perhitungan pH dan P CO 2 berdasarkan persamaan Henderson-
Hasselbach. Nilai CO2 total adalah sesuai dengan jumlah asam karbonat. Pengukuran CO 2
total umumnya sesuai dengan kadar HCO3-. (UPK-PKB FKUI. 2008)
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Etika Minum dalam Pandangan Islam

Pertama, membaca basmallah

Di antara sunnah Nabi adalah mengucapkan bismillah sebelum makan dan minum dan
mengakhirinya dengan memuji Allah. Imam Ahmad mengatakan, Jika dalam satu makanan
terkumpul 4 (empat) hal, maka makanan tersebut adalah makanan yang sempurna. Empat hal
tersebut adalah menyebut nama Allah saat mulai makan, memuji Allah di akhir makan,
banyaknya orang yang turut makan dan berasal dari sumber yang halal.

Menyebut nama Allah sebelum makan berfungsi mencegah setan dari ikut berpartisipasi
menikmati makanan tersebut

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

{ }
Wahai anakku, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah
makanan yang berada di dekatmu. (HR Bukhari no. 5376 dan Muslim 2022)

Makan dan minum menggunakan tangan kanan dan tidak menggunakan tangan kiri

Dari Jabir bin Aabdillah radhiyallahu anhu Rasulullah shallallahu alaihi wa


sallam bersabda, janganlah kalian makan dengan tangan kiri karena syaitan itu juga
makan dengan tangan kiri. (HR Muslim no. 2019)

Dari Umar radhiyallahu anhu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika
salah seorang diantara kalian hendak makan maka hendaknya makan dengan
menggunakan tangan kanan, dan apabila hendak minum maka hendaknya minum juga
dengan tangan kanan. Sesungguhnya syaitan itu makan dengan tangan kiri dan juga
minum dengan menggunakan tangan kirinya. (HR Muslim no. 2020)

Imam Ibnul Jauzi mengatakan, karena tangan kiri digunakan untuk cebok dan
memegang hal-hal yang najis dan tangan kanan untuk makan maka tidak sepantasnya
salah satu tangan tersebut digunakan untuk melakukan pekerjaan tangan yang lain.
(Kasyful Musykil, hal 2/594)

Larangan bernafas dan meniup air minum


Etika makan dan minum tidak luput dari kajian para ulama yang semuanya bersumberkan dari
hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam, antara lain anjuran Nabi shallallahu alaihi wa
sallam agar tidak bernafas dan meniup air ke dalam gelas atau wadah air. Dalam hal ini, terdapat
beberapa hadits:

Dari Abu Qatadah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika kalian minum
maka janganlah mengambil nafas dalam wadah air minumnya. (HR. Bukhari no. 5630
dan Muslim no. 263)

Dari Ibnu Abbas, Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang untuk
mengambil nafas atau meniup wadah air minum. (HR. Turmudzi no. 1888 dan Abu
Dawud no. 3728, hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang dua hal sekaligus yaitu mengambil nafas
dalam wadah air minum dan meniupinya.

Anjuran bernafas sebanyak tiga kali

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu beliau mengatakan, Ketika Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam minum beliau mengambil nafas di luar wadah air minum sebanyak tiga kali.
Dan beliau bersabda, Hal itu lebih segar, lebih enak dan lebih nikmat. Anas mengatakan,
Oleh karena itu ketika aku minum, aku bernafas tiga kali. (HR. Bukhari no. 45631 dan Muslim
no. 2028)

Penyuguh itu terakhir minum

Dari Abu Qatadah radhiyallahu anhu Nabi shallallahu alaihi wa


sallam mengatakan, Sesungguhnya orang yang menyuguhkan minuman kepada sekelompok
orang adalah orang yang minum terakhir kali. (HR Muslim no. 281)

Mengucap hamdallah setelah selesai minum

(Dari artikel 'Adab-Adab Makan Seorang Muslim (6) Muslim.Or.Id')

Anda mungkin juga menyukai