Anda di halaman 1dari 4

KARAKTERISTIK IBU NIFAS YANG BERPRILAKU PANTANG

MAKANAN DI DESA RUBARU KECAMATAN RUBARU KABUPATEN


SUMENEP
Sri Yunita Suraida Salat, Program Studi Diploma Kebidanan FIK Universitas Wiraraja,
e-mail : Ita_shalat@yahoo.com
Fitriah, Program Studi Diploma Kebidanan FIK Universitas Wiraraja,
e-mail:syifafitri226@gmail.com

ABSTRAK
Masalah yang sering terjadi dimasyarakat adalah adanya pantang makanan setelah
melahirkan. Di indonesia masih banyak ibu nifas yang melakukan pantang makananan pada masa
nifas yaitu dari 5.123.764 ibu nifas ada 4.406.437 ibu nifas (86%) mempunyai kebiasaan pantang
makanan. Tujuan penelitian ini adalah Menganalisa Karakteristik ibu nifas yang berprilaku pantang
makanan di Desa Rubaru Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep
Penelitian ini merupakan suatu penelitian observasional analitik dengan Rancang bangun
menggunakan metode cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang
melakukan pantang makanan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Rubaru Kecamatan Rubaru
Kabupaten Sumenep yang berjumlah 15 orang dengaan teknik sampling adalah total sampling.
Variabel penelitian dalam penelitian ini yaitu : Tingkat pendidikan, Pekerjaan dan Usia ibu nifas.
Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner dan dianalisis menggunakan tabulasi
frekuensi.
Berdasarkan analisis data diketahui bahwa Sebagian besar ibu nifas yang melakukan
pantang makanan adalah ibu dengan tingkat pendidikan SD sebesar 53% . dan dari status
pekerjaan diketahui bahwa sebagian besar ibu nifas yang melakukan pantang makanan tidak
bekerja sebesar 53%. Dan berdasarkan usia dikethui ibu iketahui bahwa sebagian besar ibu nifas
yang melakukan pantang makanan berusia 20 tahun yaitu sebesar 60%.
Peran serta keluarga dan tenaga kesehatan sangatlah dibutuhkan. Dukungan moril dan
finansial dapat diberikan keluarga untuk ibu nifas serta peran aktif tenaga kesehatan dalam
melakukan pendampingan perlu diaktifkan guna mengurangi kejadian perilaku pantang makanan
yang dilakukan ibu nifas.

Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Usia, Ibu Nifas, Pantang makanan


PENDAHULUAN protein, maka ibu postpartum dianjurkan untuk
Masalah yang sering terjadi dimasyarakat makan dalam pola yang benar sesuai dengan
adalah adanya pantang makanan setelah kualitas dan kuantitasnya (Iskandar ,2010).
melahirkan. Padahal setelah melahirkan Namun pada kenyataannya, masyarakat masih
seorang wanita memerlukan nutrisi yang cukup banyak yang tidak memperhatikan hal tersebut.
untuk memulihkan kembali seluruh alat Masyarakat masih mempercayai adanya
genetalianya. Ibu Nifas yang melakukan pantang makanan, mereka menerima dan
pantang makanan tidak menyadari bahwa menolak jenis makanan tertentu.
tindakannya akan berpengaruh terhadap Di indonesia masih banyak ibu nifas yang
lambatnya pemulihan kesehatan seperti semula melakukan pantang makananan pada masa
dan juga dapat berpengaruh terhadap produksi nifas yaitu dari 5.123.764 ibu nifas ada
asi (Kardinan,2008). Mengingat hal ini maka 4.406.437 ibu nifas (86%) mempunyai
dalam masa nifas ibu harus melakukan kebiasaan pantang makanan seperti tidak
perawatan khusus. Salah satu perawatan yang makan ikan laut, telur, sayur, dan makanan
harus diperhatikan adalah pemenuhan nutrisi pedas, (http:dinkes.co.org,2006). Di jawa timur
untuk menjaga kesehatan bayi (Sarwono, dari 21.043 ibu nifas sebesar (81,5%) ibu nifas
2007). masih melakukan pantang makan.
Tarak (Pantang) terhadap makanan tidak (DepkesRI,2008). Berdasarkan studi
boleh dilakukan oleh ibu post partum karena pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 21
dapat memperlambat proses penyembuhan januari 2015 di desa Rubaru kecamatan
luka jahitan perineum, sedangkan dalam proses Rubaru kabupaten Sumenep, diketahui dari 8
penyembuhan luka sangat membutuhkan ibu nifas terdapat 6 (75%) ibu nifas yang

141
142 Jurnal Kesehatan Wiraraja
M e d ika
melakukan pantangan makanan dan 2 (25%) pada saat penelitian, Ibu bepergian keluar kota
ibu nifas tidak melakukan pantangan makanan pada saat penelitian. Teknik sampling yang di
selama masa nifas. Jika hal ini terus di biarkan gunakan adalah total sampling. Variabel
maka akan berpengaruh terhadap proses penelitian dalam penelitian ini yaitu :
pemulihan kondisi kesehatan, keterlambatan Pendidikan, Pekerjaan dan usia ibu nifas.
penyembuhan luka jahitan perineum, Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja UPT
kurangnya produksi asi, serta kurangnya Rubaru Kabupaten Sumenep. Pengumpulan
pemenuhan gizi bagi bayi (Marin, 2009). data menggunakan lembar kuesioner. Data
Masih banyaknya ibu nifas yang yang terkumpul akan dianalisis menggunakan
melakukan pantang makanan menurut distribusi frekuensi
Sulistyoningsih (2012) di sebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya yaitu faktor HASIL PENELITIAN
predisposisi, faktor pendukung, dan faktor 1. Pendidikan
pendorong. Faktor predisposisi yang meliputi, Tabel1: Distribusi Frekuensi Berdasarkan
sosial budaya, pendidikan, pengetahuan, Pendidikan Ibu Nifas Di Desa Rubaru
pengalaman, pekerjaan, ekonomi, peran Responden
No Pendidikan
keluarga, dan usia, dan faktor pendukung yang Frekuensi %
terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau 1 Tidak Sekolah 5 33%
tidak bersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana- 2 SD atau sederajat 8 53%
obatan, alat-alat kontrasepsi,
sarana kesehatan, jamban. obat-
misalnya puskesmas, serta 3
4 SMP
SMA atau sederajat 1 7%
faktor pendorong yang terwujud dalam sikap 5 Perguruan Tinggi 0 0%
dan perilaku petugas kesehatan atau petugas Jumlah 15 100%
lainnya yang merupakan kelompok retevensi Sumber : Data primer
dari perilaku masyarakat (paath, 2005). Sosial Berdasarkan table 1 di ketahui bahwa dari
budaya atau kebiasaan merupakan salah satu 15 responden di Desa Rubaru Kecamatan
faktor yang sangat mempengaruhi perilaku ibu Rubaru sebagian besar responden
nifas dalam melakukan pantangan makanan berpendidikan SD atau sederajat yaitu
pada masa nifas. sebanyak 8 responden (53%).
Upaya yang dapat dilakukan agar ibu 2. Pekerjaan
nifas tidak melakukan pantang makanan yaitu Tabel 2: Distribusi Frekuensi Berdasarkan
dengan penyampaian informasi mengenai Pekerjaan Ibu NifasDi Desa Rubaru
nutrisi yang baik untuk ibu nifas kepada ibu Responden
No Pekerjaan
nifas sendiri maupun kepada anggota keluarga, Frekuensi %
tokoh masyarakat, dan tokoh agama. Guna 1 Tidak Bekerja 8 53 %
terlaksananya strategi ini maka petugas 2 Pegawai Negri 1 7%
3 Pegawai Swasta 0 0%
kesehatan perlu mengadakan pelatihan kepada 4 Wiraswasta 6 40%
kader masyarakat tentang nutrisi yang baik bagi Jumlah 15 100%
ibu nifas sehingga kader dapat menyebarkan Sumber : Data primer
informasi ini kepada anggota masyarakat Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa dari
lainnya ketika ada kegiatan di posyandu, PKK, 15 responden di Desa Rubaru Kecamatan
arisan atau pertemuan di Desa lainnya Rubaru sebagian besar tidak bekerja yaitu
(Bahiyatun, 2009). sebanyak 8 responden (53%)
3. Usia
METODE PENELITIAN Tabel 3:Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia
Penelitian ini merupakan suatu penelitian Ibu Nifas Di Desa Rubaru
observasional analitik. Rancang bangun dalam Responden
penelitian ini menggunakan metode cross No Pekerjaan
Frekuensi %
sectional. Sampel pada penelitian ini yaitu 1 20 9 60%
seluruh ibu nifas di Wilayah Kerja UPT 2 21 35 5 33%
Puskesmas Rubaru yang memenuhi kriteria 3 36 1 7%
inklusi yaitu sebanyak 15 orang. Kriteria Inklusi Jumlah 15 100%
dalam penelitian ini yaitu Ibu bersedia untuk Berdasarkan table 3. diketahui bahwa dari
diteliti, tidak mengalami komplikasi pasca 15 responden di Desa Rubaru Kecamatan
persalinan, ibu yang melakukan pantang Rubaru
makanan selama masa nifas. Kriteria Eksklusi
dalam penelitian ini adalah Ibu mengalami sakit
Jurnal Kesehatan Wiraraja 143
M e d ika
PEMBAHASAN ketahui juga dalam masalah makanan yang
1. Pendidikan baik yang harus dikonsumsi selama masa nifas.
Berdasarkan data penelitian diketahui dari data yang ada di desa Rurabu
bahwa dari 15 ibu nifas yang melakukan menunjukkan sebgian besar ibu nifas tidak
pantang makanan selama masa nifas di Desa bekerja, ini dapat memberikan arti dengan tidak
Rubaru Kecamatan Rubaru 5 sebagian besar bekerjanya ibu, maka semakin kecil
berpendidikan lulus SD atau sederajat yaitu kemungkinan ibu kesempatan memperoleh
sebanyak 8 ibu nifas (53%), tidak lulus SD inforamsi atau bertukar iinformasi dengan orang
sebanyak 5 ibu nifas (33%) dan sisnya yaitu 1 lain terutama dalam hal makanan yang baik
ibu nifas (7%) lulusan SMP dan ada 1 ibu nifas selama masa nifas.
yang Lulus (7%) SMA. Faktor pekerjaan dalam melakukan
Pendidikan merupakan jalur formal yang pantang makanan dapat diminimalkan dengan
ditempuh seseorang untuk mendapatkan adanya penyuluhan atau konseling yang
informasi. Menurut Nursalam (2003) bahwa komprehensif tentang nutrisi yang baik selama
pendidikan adalah bimbingan yang diberikan masa nifas yang diberikan oleh tenaga
oleh seseorang terhadap perkembangan orang kesehatan khususnya bidan kepada ibu nifas
lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. dan keluarga..
Semakin tinggi pendidikan seseorang, makin 3.Usia
tinggi pula pengetahuan yang dimiliki,
Berdasarkan data penelitian diketahui
sebaliknya pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan dan sikap bahwa dari 15 ibu nifas yang melakukan
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru pantang makanan selama masa nifas di Desa
diperkenalkan. Pendidikan besar pengaruhnya Rubaru Kecamatan Rubaru sebagian besar ibu
terhadap tingkah laku seseorang . Seseorang nifas berusia 20 tahun yaitu sebanyak 9 ibu
yang berpendidikan tinggi akan berbeda nifas (60%), berusia antara 21 35 tahun
tingkah lakunya dengan seseorang yang sebanyak 5 ibu nifas (33%) dan berusia 36
berpendidikan sekolah dasar. Selain itu orang tahun sebnyak 1 ibu nifas (7%)
yang berpendidikan rendah akan sulit dalam Semakin cukup usia seseorang, maka
menerima informasi dan teknologi baru, pada tingkat kematangannya dan kekuatannya
kenyataanya orang yang berpendidikan tinggi seseorang akan semakin matang dalam berfikir
akan lebih matang dalam segi proses pikirnya. dan bekerja. (nursalam dan pariani, 2001). Usia
Dengan pendidikan seseorang akan lebih mempengaruhi terhadap daya tangkap dan
banyak menerima dan mengetahui tentang pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia
informasi kesehatan termasuk tentang akan semakin berkembang pula daya tangkap
informasi nutrisi yang baik untuk ibu nifas. dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
Informasi memberikan pengaruh besar diperolehnya semakin membaik. Usia
terhadap perilaku seseorang termasuk prilaku mempengaruhi terhadap cara pandang
ibu nifas. Apabila ibu nifas diberikan informasi seseorang dalam menghadapi suatu hal dalam
tentang Nutrisi yang baik dan yang dibutuhkan kehidupan, proses perkembangan seseorang
selama masa nifas serta larangan untuk tidak ditentukan oleh usia yang kemungkinan telah
melakukan pantang makanan dengan jelas, memiliki berbagai pengalaman dalam
benar dan komprehensif termasuk kerugian jika kehidupan termasuk dalam mengelola keadaan
ibu nifas melakukan pantang makanan, maka psikologisnya. Pada kelompok usia kurang dari
ibu nifas tidak akan mudah terpengaruh atau 20 tahun, biasanya lebih canderung menerima
mencoba melakukan pantanng makanan. dan mengikuti adat keluarga tanpa mau berfikir
2. Pekerjaan dan menelaah manfaatnya terhadap dirinya.
Berdasarkan data penelitian diketahui Hal ini terlihat sekali pada kondisi ibu nifas yang
bahwa dari 15 ibu nifas yang melakukan berda di desa Rubaru, dimana ibu nifas yang
opantang makanan di Desa Rubaru Kecamatan berusia kurang dari 20 tahun lebih banyak
Rubaru sebagian besar tidak bekerja yaitu melakukan pantang makanan selama masa
sebanyak 8 ibu nifas (53%). Seorang ibu yang nifas yang disebabkan oleh adat budaya
bekerja mempunyai kesempatan yang lebih keluarga yang mengharuskannya untuk
besar dalam medapatkan informasi lebih luas melakukan pantang makanan. Hal ini sesuai
baik inforamsi kesehatan seara umum atau dengan teori Iskandar (2006) yang mengatakan
tentang inforamsi selama nifas. Ibu yang bahwa usia adalah salah faktor yang
bekerja sering kali bertukar informasi dengan predisposisi yang mempengaruhi prilaku ibu
rekan kerjanya tentang hal-hal yang belum ia dalam melakukan pantang makanan selama
masa nifas.
144 Jurnal Kesehatan Wiraraja
M e d ika
Faktor usia dalam melakukan pantang DAFTAR PUSTAKA
makanan dapat diminimalkan dengan adanya Ambarwati, ER; Wulandari, D, 2010. Asuhan
bantuan pihak terkait terutama bidan desa atau Kebidanan Nifas, Yogyakarta, Nuha
tenaga kesehatan lainnya yang dapat dilakukan Medika.
dengan cara memberikan pendampingan Arikunto (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta :
kepada ibu nifas dan keluarga yang Rineka Cipta
menenkannkan pada nutrisi yang baik yang Aziz Alimul (2007). Metode Penelitian
seharusnya ibu nifas konsumsi selama masa Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba
nifas. Medika.
DepKes RI, 2004. Pelayanan Kesehatan
SIMPULAN Maternal. Jakarta: DepKes RI
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Herimanto; Winarno, 2009. Ilmu Sosial Budaya
beberapa hal sebagai berikut : Dasar, Jakarta, Bumi Aksara.
1. Pendidikan merupakan faktor risiko perilaku Hertati, dkk. (2010). Materi Pokok Ilmu Sosial
pantang makanan pada ibu nifas. Dan Buadaya Dasar. Penerbit Universitas
Pendidikan yang tinggi akan meminimalkan Terbuka.
perilaku pantang makanan pada ibu nifas. Herimanto; Winarno, 2009. Ilmu Sosial Budaya
2. Pekerjaan merupakan salah satu faktor Dasar, Jakarta, Bumi Aksara.
risiko risiko perilaku pantang makanan pada Hidayat, Aziz, Alimul . (2007). Metode
ibu nifas, karena dengan bekerja lebih Penelitian Keperawatan dan Teknik
memungkinkan ibu dalam mendapat Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika
informasi sehingga semakin kecil Nursalam (2011). Konsep dan Penerapan
kemungkinan ibu untuk melakukan pantang Metodologi Peneitian Keperawatan.
makanan selama masa nifas. Jakarta : Salemba Medika.
3. Usia merupakan faktor risiko risiko perilaku Notoatmodjo (2005). Metodologi Penelitian
pantang makanan pada ibu nifas dimana Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
semakinmatang usia ibu nifas, samakin kecil Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Metodologi
kemungkinan ibu melakukan pantang Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta :
makanan selama masa nifas Jakarta
Notoadmodjo, Soekidjo (2010), Metodologi
SARAN Penelitian Kesehatan, jakarta, penerbit
1. Bagi Institusi Pendidikan Rineka Cipta
a. Melakukan kegiatan pengabdian kepada Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Ilmu
masyarakat berupa edukasi yang Kebidanan Penyakit Kandungan dan
ditujukan kepada nifas tentang nutrisi Keluarga Berencana untuk Pendidikan
yang baik yang dibutuhkan ibu nifas Bidan, EGC, jakarta.
selama masa nifas.. Sitti saleha 2009, Asuhan kebidanan pada
b. Melakukan kerja sama kepada instansi Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika
terkait untuk dapat meminimalkan faktor Sihotang, Amri P,.(2008). Ilmu Sosial Budaya
risiko kejadian pantang makanan selama Dasar (ISBD). Semarang: Penerbit
masa nifas. Semarang University.
2. Bagi Instansi Kesehatan Suherni, dkk (2009), Perawatan Masa Nifas.
a. Pelayanan kesehatan yang berada di Yogyakarta: Fitramaya
daerah khususnya bidan untuk
melakukan konseling secara aktif
tengtang nutrisi yang baik selama masa
nifas terhadap ibu nifas di wilayah
kerjanya untuk menghindari kejadian
pantnag makanan selama masa nifas.
b. Memberikan edukasi kepada keluarga ibu
guna mendukung ibu dalam masa nifas.
c. Sosialisasi peraturan tentang batasan
usia menikah pada masyarakat untuk
mencegah faktor risiko.

Anda mungkin juga menyukai