RESERVOIR GAS
2.1.1.1. Batupasir
Menurut Pettijohn, batupasir dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
Orthoquartzites, Graywacke, dan Arkose. Pembagian ini didasarkan pada jumlah
kandungan mineralnya.
a. Orthoquartzites
Orthoquartzites merupakan jenis batuan sedimen yang terbentuk dari proses
yang menghasilkan unsur silica yang tinggi, dengan tidak mengalami metaformosa
(perubahan bentuk) dan pemadatan, terutama terdiri atas mineral kwarsa (quartz) dan
mineral lainnya yang stabil. Material pengikatnya (semen) terutama terdiri atas
carbonate dan silica. Orthoquartzites merupakan jenis batuan sedimen yang relatip
bersih yaitu bebas dari kandungan shale dan clay. Tabel 2.1 menunjukkan komposisi
kimia orthoquartzites.
b. Graywacke
Graywacke merupakan jenis batupasir yang tersusun dari unsur-unsur mineral
yang berbutir besar, terutama kwarsa dan feldspar serta fragmen-fragmen batuan.
Material pengikatnya adalah clay dan carbonate. Secara lengkap mineral-mineral
penyusun graywacke terlihat pada Tabel 2.2. Komposisi graywacke tersusun dari unsur
silica dengan kadar lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata batupasir, dan
kebanyakan silica yang ada bercampur dengan silikat (silicate). Secara terperinci
komposisi kimia graywacke dapat dilihat pada Tabel 2.3.
C. Arkose
Arkose merupakan jenis batupasir yang tersusun dari quartz sebagai mineral
Tabel 2.1.
Komposisi Kimia Batupasir Ortoquartzites
Tabel 2.2.
Komposisi Mineral Graywake
yang dominan, meskipun seringkali mineral arkose feldspar jumlahnya lebih banyak
dari quartz. Sedangkan unsur-unsur lainnya, secara berurutan sesuai prosentasenya
ditunjukkan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.3.
Komposisi Kimia Grawyake
Komposisi kimia arkose ditunjukkan pada Tabel 2.5, dimana terlihat bahwa
arkose mengandung lebih sedikit silica jika dibandingkan dengan orthoquartzites,
tetapi kaya akan alumina, lime, potash, dan soda.
Tabel 2.4.
Komposisi Mineral Arkose
Dalam hal ini yang dimaksud dengan batuan karbonat adalah limestone,
dolomite, dan yang bersifat diantara keduanya. Limestone adalah istilah yang biasa
dipakai untuk kelompok batuan yang mengandung paling sedikit 80 % calcium
carbonate atau magnesium. Istilah limestone juga dipakai untuk batuan yang
mempunyai fraksi carbonate melebihi unsur non-carbonatenya.
Pada limestone fraksi disusun terutama oleh mineral calcite, sedangkan pada dolomite
mineral penyusun utamanya adalah mineral dolomite. Tabel 2.6 menunjukkan
komposisi kimia limestone secara lengkap. Dolomite adalah jenis batuan yang variasi
dari limestone yang mengandung unsur carbonate lebih besar dari 50 %, sedangkan
untuk batuan-batuan yang mempunyai komposisi pertengahan antara limestone dan
dolomite akan mempunyai nama yang bermacam-macam tergantung dari unsur yang
dikandungnya. Untuk batuan yang unsur calcite-nya melebihi dolomite disebut
dolomite limestone, dan yang unsur dolomite-nya melebihi calcite disebut dengan limy,
calcitic, calciferous atau calcitic dolomite. Komposisi kimia dolomite pada
Tabel 2.5.
Komposisi Kimia Arkose
dasarnya hampir mirip dengan limestone, kecuali unsur MgO merupakan unsur yang
penting dan jumlahnya cukup besar. Tabel 2.7 menunjukkan komposisi kimia unsur
penyusun dari dolomite.
Tabel 2.6.
Komposisi Kimia Limestone.
Tabel 2.7.
Komposisi Kimia Dolomite
2.1.1.3. Batuan Shale
Pada umumnya unsur penyusun shale ini terdiri dari lebih kurang 58 % silicon
dioxide (SiO2), 15 % alumunium oxide (Al2O3), 6 % iron oxide (FeO) dan Fe2O3. 2 %
magnesium oxide (MgO), 3 % calcium oxide (CaO), 3 % potasium oxide (K 2), 1 %
sodium oxide (Na2), dan 5 % air (H2O). Sisanya adalah metal oxide dan anion seperti
terlihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8
Komposisi Kimia Shale
Porositas () didefinisikan sebagai fraksi atau persen dari volume ruang pori-
pori terhadap volume batuan total (bulk volume). Besar-kecilnya porositas suatu
batuan akan menentukan kapasitas penyimpanan fluida reservoir. Secara matematis
porositas dapat dinyatakan sebagai :
Vb Vs Vp
....(2-1)
Vb Vb
dimana :
Vb = volume batuan total (bulk volume)
Vs = volume padatan batuan total (volume grain)
Vp = volume ruang pori-pori batuan.
Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Porositas absolut, adalah persen volume pori-pori total terhadap volume batuan
total (bulk volume).
Volume pori total
100% . .(2-2)
bulk volume
2.1.2.2. Wettabilitas
Apabila dua fluida bersinggungan dengan benda padat, maka salah satu fluida
akan bersifat membasahi permukaan benda padat tersebut, hal ini disebabkan adanya
gaya adhesi. Dalam sistem minyak-air benda padat (Gambar 2.1), gaya adhesi AT yang
menimbulkan sifat air membasahi benda padat adalah :
AT = so - sw = wo. cos wo .(2-4)
dimana :
so = tegangan permukaan minyak-benda padat, dyne/cm
sw = tegangan permukaan air-benda padat, dyne/cm
wo = tegangan permukaan minyak-air, dyne/cm
wo = sudut kontak minyak-air.
Suatu cairan dikatakan membasahi zat padat jika tegangan adhesinya positip (
< 90o), yang berarti batuan bersifat water wet. Sedangkan bila air tidak membasahi zat
padat maka tegangan adhesinya negatip ( > 90o), berarti batuan bersifat oil wet.
Distribusi cairan dalam sistem pori-pori batuan tergantung pada sifat
kebasahan. Distribusi fluida tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.2. Distribusi
pendulair ring adalah keadaan dimana fasa yang membasahi tidak kontinyu dan fasa
yang tidak membasahi ada dalam kontak dengan beberapa permukaan butiran batuan.
Sedangkan distribusi funiculair ring adalah keadaan dimana fasa yang membasahi
kontinyu dan secara mutlak terdapat pada permukaan butiran.
Gambar 2.1.
Kesetimbangan Gaya-Gaya Pada
Batas Air-Minyak-Padatan
Gambar 2.2
Distribusi Ideal Fasa Fluida Wetting dan Non Wetting
untuk Kontak antar Butir-butir Batuan yang Bulat
a. Distribusi Pendulair Ring
b. Distribusi Funiculair Ring
2.1.2.3. .............................................................................................................Tekanan
Kapiler
2.1.2.4. Permeabilitas
dimana :
V = kecepatan aliran, cm/sec
= viskositas fluida yang mengalir, cp
dP/dL = gradient tekanan dalam arah aliran, atm/cm
k = permeabilitas media berpori.
Tanda negatip dalam Persamaan 2-7 menunjukkan bahwa bila tekanan
bertambah dalam satu arah, maka arah alirannya berlawanan dengan arah penambahan
tekanan tersebut.
Beberapa anggapan yang digunakan Darcy dalam Persamaan 2-7 adalah :
1. Alirannya mantap (steady state)
2. Fluida yang mengalir satu fasa
3. Viskositas fluida yang mengalir konstan
4. Kondisi aliran isothermal
5. Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal
6. Fluidanya incompressible.
Dalam batuan reservoir, permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu :
Permeabilitas absolut, adalah permeabilitas dimana fluida yang mengalir melalui
media berpori tersebut hanya satu fasa, misal hanya minyak atau gas saja.
Permeabilitas efektip, adalah permeabilitas batuan dimana fluida yang mengalir
lebih dari satu fasa, misalnya minyak dan air, air dan gas, gas dan minyak atau
ketiga-tiganya.
Permeabilitas relatip, adalah perbandingan antara permeabilitas efektip dengan
permeabilitas absolut.
Dasar penentuan permeabilitas batuan adalah hasil percobaan yang dilakukan
oleh Henry Darcy. Dalam percobaan ini, Henry Darcy menggunakan batupasir tidak
kompak yang dialiri air. Batupasir silindris yang porous ini 100% dijenuhi cairan
dengan viskositas , dengan luas penampang A, dan panjanggnya L. Kemudian dengan
memberikan tekanan masuk P1 pada salah satu ujungnya maka terjadi aliran dengan
laju sebesar Q, sedangkan P2 adalah tekanan keluar (Gambar 2.5).
Gambar 2.4.
Diagram Percobaan Pengukuran Permeabilitas
Dari percobaan dapat ditunjukkan bahwa Q..L/A.(P1-P2) adalah konstan dan akan
sama dengan harga permeabilitas batuan yang tidak tergantung dari cairan, perbedaan
tekanan dan dimensi batuan yang digunakan. Dengan mengatur laju Q sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi aliran turbulen, maka diperoleh harga permeabilitas absolut
batuan.
Q. . L
K ...................................................................(2-8)
A.( P1 P2 )
Dari Persamaan 2-8 dapat dikembangkan untuk berbagai kondisi aliran yaitu
aliran linier dan radial, masing-masing untuk fluida yang compressible dan
incompressible.
Pada prakteknya di reservoir, jarang sekali terjadi aliran satu fasa,
kemungkinan terdiri dari dua fasa atau tiga fasa. Untuk itu dikembangkan pula konsep
mengenai permeabilitas efektip dan permeabilitas relatip. Harga permeabilitas efektip
dinyatakan sebagai Ko, Kg, Kw, dimana masing-masing untuk minyak, gas, dan air.
Sedangkan permeabilitas relatip dinyatakan sebagai berikut :
Ko Kg Kw
K ro , K rg , K rw
K K K
dimana masing-masing untuk permeabilitas relatip minyak, gas, dan air. Percobaan
yang dilakukan pada dasarnya untuk sistem satu fasa, hanya disini digunakan dua
macam fluida (minyak-air) yang dialirkan bersama-sama dan dalam keadaan
kesetimbangan. Laju aliran minyak adalah Qo dan air adalah Qw. Jadi volume total (Qo
+ Qw) akan mengalir melalui pori-pori batuan per satuan waktu, dengan perbandingan
minyak-air permulaan, pada aliran ini tidak akan sama dengan Qo/Qw. Dari percobaan
ini dapat ditentukan harga saturasi minyak (So) dan saturasi air (Sw) pada kondisi stabil.
Harga permeabilitas efektip untuk minyak dan air adalah :
Gambar 2.5.
Kurva Permeabilitas Efektip untuk
Sistem Minyak dan Air
Q o . o . L
Ko ..................................................................................(2-10)
A.( P1 P2 )
Q w . w . L
Kw .................................................................................(2-11)
A.( P1 P2 )
dimana :
o = viskositas minyak
w = viskositas air.
Percobaan ini diulangi untuk laju permukaan (input rate) yang berbeda untuk
minyak dan air, dengan (Qo + Qw) tetap konstan. Harga-harga Ko dan Kw pada
Persamaan 2-10 dan 2-11 jika diplot terhadap S o dan Sw akan diperoleh hubungan
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5.
Dari Gambar 2.5, ditunjukkan bahwa Ko pada Sw = 0 dan So = 1 sama dengan
harga K absolut, demikian juga untuk harga K absolutnya (titik A dan B).
2.2.1.5. Saturasi Fluida
Dalam batuan reservoir minyak umumnya terdapat lebih dari satu macam
fluida, kemungkinan terdapat air, minyak, dan gas yang tersebar ke seluruh bagian
reservoir.
Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori-
pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume pori-pori total
pada suatu batuan berpori.
Saturasi minyak (So) adalah :
volume pori pori yang diisi oleh min yak
So ..................(2-12)
volume pori pori total
Gambar 2.6.
Variasi Pc terhadap Sw
a) Untuk Sistem batuan yang Sama dengan
Fluida yang berbeda.
b) Untuk Sistem Fluida yang Sama dengan
Batuan yang Berbeda.
Saturasi gas (Sg) adalah :1
volume pori pori yang diisi oleh gas
Sg ..........................(2-14)
volume pori pori total
2.1.2.6. Kompresibilitas
dimana :
Vr = volume padatan batuan (grains)
Vp = volume pori-pori batuan
P = tekanan hidrostatik fluida di dalam batuan
P* = tekanan luar (tekanan overburden).
2.2. Komponen Reservoir Yang Berupa Fluida Reservoir
Bila Persamaan (2-25) dan (2-26) disubstitusikan kedalam persamaan (2-24) akan
diperoleh :
VdP VdT
dV atau
P T
dV dP dT
....(2-27)
V P T
Integrasi persamaan deferensial ini akan memberikan :
ln V + ln P = ln T + Tetapan
PV = CT .. (2-28)
dengan C ialah suatu tetapan.
4. Hukum Avogadro
Berbunyi pada tekanan gas suhu yang sama, dalam suhu yang sama semua gas
ideal memiliki jumlah molekul yang sama. Pernyataan setara dengan pernyataan bahwa
gas ideal apa saja dalam jumlah mol (gram molekul) yang sama, akan menempati
volume yang samaapabila diukur pada tekanan dan suhu yang sama. Ternyata dari
percobaan, 1 mol gas apa saja memiliki volume sebesar 22,4 liter, pada 0 oC dan 1 atm.
Bila Hukum Avogadro digabungkan dengan persamaan Gay Lussac, yakni dengan
mengambil C = NR, akan diperoleh :
PV = NRT ..(2-29)
dimana harga-harga R sebagai berikut :
Tabel 2.9
Harga-harga R dalam Tekanan, Volume, Suhu dan BM gas
P V T N R
atm liter K
o
gram/M 0,0821
atm cm 3
K
o
gram/M 82,1
psia cuft R
o
lb/M 10,72
psia cuft R
o
lb/M 1544
Tabel 2.10
Tetapan Van der Waals
Bila tetapan a dan b tidak diketahui, besaran ini dapat diperkirakan dari data kritik.
Dapat dibuktikan kemudian bahwa a= 3 P c Vc2 dan b = 1/3 Vc, dengan P c dan Vc
masing-masing ialah tekanan dan volume kritik gas tersebut.
Persamaan Van der Waals ini sering tidak sesuai untuk perhitungan teknik, karena
sering V harus dihitung dari P dan T yang diperoleh dari eksperimen, dan persamaan
Van der Wals adalah persamaan pangkat tiga dalam V. Lagi pula persamaan ini tidak
mudah digunakan untuk campuran gas.
Gambar 2.7.
Alur khas dari Faktor Z Terhadap Tekanan, P pada Suhu Tetap.
Bila untuk suatu gas tertentu grafik Z = Z(P,T) belum dibuat, maka harga Z ini dapat
diperkirakan berdasarkan hukum keadaan berhunungan (Law of Coresponding State),
yang berfungsi pada suhu dan tekanan tereduksi yang sama, semua hidrokarbon
mempunyai harga Z yang sama. Suhu dan Tekanan tereduksi, masing-masing
didefinisikan sebagai :
P T
PR = dan TR
Pc Tc
Pc dan Tc masing-masing ialah tekanan dan suhu kritik. Harga-harga suhu dan tekanan
kritik untuk beberapa hidrokarbon tercantum dibawah ini :
Tabel 2.11.
Sifat-sifat Fisika dari Penyusun-penyusun Gas Alam.
Gambar 2.8.
Diagram Fasa Untuk Reservoir Gas Kering
2. Reservoir Gas Basah
Pada reservoir gas basah didalam diagram fasa dapat dilihat pada gambar(2.9).
Untuk reservoir gas basah, dalam hal ini fluida tetap dalam keadaan fasa gas terjadi
penurunan tekanan reservoir, seperti terlihat pada diagram dimana pada titik 1
reservoir dalam keadaan gas dan bila tekanan turun sampai titik 2 reservoir juga tetap
dalam keadaan gas. Akan tetapi pada tekanan separator terdapat daerah 2 fasa
campuran, karena itu cairan akan terbentuk pada kondisi permukaan. Cairan ini bisa
disebut gas kondensat atau gas alam (natural gas). Kata basah menunjukkan bahwa gas
mengandung molekul-molekul hidrokarbon ringan yang pada kondisi permukaan
membentuk fasa cair.
Gambar 2.9.
Diagram Fasa Untuk Gas Basah
Pada kondisi separator gas biasanya mengandung lebih banyak hidrokarbon menengah.
Gas yang diproses di separator akan mencairkan juga butan dan propana. gas basah
dicirikan dengan GOR di permukaan diatas 100.000 SCf/STB, dan minyak assosiated
dengan grafity lebih besar dari 150o API.
3. Sweet Gas
Sweet gas adalah gas alam yang tidak mengandung hidrokarbon sulfida (H 2S),
tetapi dapat mengandung nitrogen (N2), karbon dioksida (CO2) atau kedua-duanya.
Kandungan ini harus kita ketahui besarnya prosentasenya karena akan mempengaruhi
besarnya harga Z.
1. Pengaruh Nitrogen (N2) terhadap kompresibilitas
Jika dalam campuran nitrogen terkandung sampai, 10 % mole nitrogen, maka
akan terjadi penyimpangan harga Z sebesar 1 %. Jika terkandung 20 % mole atau
lebih, maka akan terjadi penyimpangan sebesar 3 % atau lebih.
Didefinisikan suatu faktor kompresibilitas aditif, akibat efek nitrogen (N 2) sebagai
berikut :
Za = ZnYn + (1 Yn) Zg . (2-33)
dimana :
Za = faktor kompresibilitas additif
Zn = faktor kompresibilitas nitrogen
Zg = faktor lkompresibilitas dari fraksi hidrokarbon campuran
Yn = fraksi mole nitrogen dari dalam campuran
Harga faktor kompresibilitas yang sebenarnya yaitu Z dari campuran, didefinisikan
sebagai :
Z = C Za. (2-34)
dimana C ialah faktor koreksi yang tergantung pada konsentrasi nitrogen,
temperatur dan tekanan. Harga faktor koreksi C bisa diperoleh gambar 2-10.
2. Pengaruh karbondioksida (CO2) terhadap kompresibilitas :
Didefinisikan faktor kompresibilitas additif, sebagai berikut :
Za = (ZCO2) YCO2 + (1 YCO2) (Zg)(2-35)
Gambar 2.10.
Faktor Koreksi C Untuk Bermacam-macam Konsentrasi Nitrogen pada P dan T
Tetap.
dimana :
ZCO2 = faktor kompresibilitas dari CO murni, dari gambar 2.11
YCO2= fraksi mole CO2 di dalam campuran
Zg = faktor kompresibilitas dari fraksi hidrokarbon
Gambar 2.11.
Faktor Kompresibilitas Untuk Gas Karbondioksida (CO2)
Jika di dalam campuran gas terkandung gas CO2 dan nitrogen dalam jumlah yang
cukup besar, dipergunakan persamaan :
Za = ZCO2 (YCO2) + Zn(Yn) + (1- YCO2 Yn)Zg..(2-36)
dikoreksi terhadap faktor kompresibilitas dapat dilakukan dengan anggapan bahwa
karbondioksida merupakan bagian dari hidrokarbon.
4.Sour Gas
Sour gas adalah gas alam yang mengandung nitrogen sulfida (H2S) dalam
jumlah yang berati dan karena adanya H2S ini maka sour gas tersebut bersifat korosif.
Selain itu H2S juga akan mempengaruhi besarnya harga Z.
Pengaruh Hidrogen Sulfida (H2S) terhadap kompresibilitas :
Suatu gas alam akan dikatakan sour gas apabila mengandung 1 gram H2S per
cubic feet. Sour gas bersifat korosif, bahkan bisa menjadi racun jika konsentrasinya
cukup besar. H2S di dalam konsentrasi yang kecil dapat diabaikan, sehingga untuk
Gambar 2. 12.
Faktor Kompresibilitas Untuk H2S
perhitungan faktor kompresibilitas dapat dilakukan tanpa koreksi seperti yang
dilakukan terhadap nitrogen (N2) dan karbondioksida (CO2) jika konsentrasinya H2S
cukup berarti, maka koreksi dapat dilakukan pada nitrogen (N2) maupun pada
karbondioksida. Oleh karena itu, kandungan senyawa lain terhadap kompresibilitas
harus diperhitungkan.
Gambar 2.13.
Diagram Fasa Untuk Reservoir Gas Kondensat
Penurunan tekanan selanjutnya menyebabkan cairan kembali menjadi gas. GOR yang
diperoleh dari reservoir gas kondensat umumnya sekitar 70.000 SCF/STB, dengan
grafity dengan grafity sebesar 600 API.
37)
Faktor kompresibilitas tidak konstan, tetapi bervariasi dengan perubahan komposisi
gas, temperatur dan tekanan.
Faktor kompresibilitas gas dapat diperkirakan berdasarkan hubungan yang
berbunyi pada temperatur dan tekanan tereduksi yang sama semua gas hidrokarbon
mempunyai harga faktor kompresibilitas yang sama. Temperatur dan tekanan tereduksi
didefinisikan sebagai berikut :
Temperatur tereduksi (TR) = T/Tc .(2-38)
Tekanan tereduksi (PR) = P/Pc ..(2-39)
Dimana Tc dan Pc masing-masing adalah temperatur dan tekanan kritik dapat dihitung
dengan menggunakan grafik pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.14. Tipe Plot dari Faktor Kompresibilitas Sebagai Fungsi Tekanan
Dan Temperatur Konstan.
Gambar 2.15.
Sifat-sifat Pseudocritical Gas Alam Sebagai Fungsi Grafity Gas
2. Kompresibilitas Gas
Kompresibilitas gas didefinisiskan sebagai perubahan fraksi volume per unit
perubahan tekanan atau dapat dituliskan sebagai berikut :
dV / V 1 dV
Cg .(2-44)
dP V dP
dimana :
Cg = kompresibilitas gas
V = volume gas
P = tekanan
Dalam unit praktis kompresibilitas adalah perubahan fraksi volume per psi atau karena
fraksi tanpa satuan, maka satuan kompresibilitas adalah psi-1.
Kadang-kadang kompresibilitas gas persamaanya ditulis sebagai berikut :
1 dV
Cg (2-45)
V dP T
1 nRT
C g 2
V p
P nRT 1
= ..(2-47)
nRT p 2 p
Pada tekanan rendah, faktor kompresibilitas Z menurun karena kenaikkan tekanan dan
dengan demikian turunan Z terhadap P adalah negatif dan Cg lebih besar dari pada
keadaan gas ideal. Walaupun demikian, pada tekanan tinggi Z bertambah dengan
bertambahnya tekanan dan turunan Z terhadap P adalah positif dan harga C g lebih kecil
dari keadaan gas ideal.
Pada kondisi standarty, densitas gas akan berbanding lurus dengan berat molekulnya
(M), sehingga berat jenisnya :
M gas M gas
SGgas = .. (2-51)
M udara 28,96
Pada situasi di lapangan, fluida yang keluar dari reservoir gas biasanya akan terurai
menjadi cairan (kondensat) dan gas setelah dipisahkan di separator untuk perhitungan
biasanya dipakai berat jenis (SG) fluida yang keluar dari reservoir (G f) dan ini bisa
dicari dengan persamaan :
R g .G g 4584G o
Gf ..(2-52)
R g 132800.G o / M o
dimana :
Rg = perbandingan gas terhadap kondensat, SCF/STB
Gg = grafity gas yang keluar dari separator
Go = grafity dari kondensat (cairan)
141,5
=
131,5 o API
Mo = berat molekul dari kondensat
6084
= o
API 5,9
2.2.3.3. Kelarutan Gas
Kelarutan gas dapat dibedakan menjadi dua yaitu : kelarutan gas dalam air dan
kelarutan gas dalam minyak.
1. Kelarutan Gas Dalam Air
Kelarutan gas dalam air, selain dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur juga
oleh kadar garam (salinitas dan dinyatakan dalam cubic feet gas pada kondisi 14,7
psia, dan 60 oF per barrel pada temperatur 60oF.
Didalam perhitungan, biasanya selalu diadakan koreksi dengan menggunakan
persamaan berikut :
XY
R sw R sw (1 ) (2-
10.000
53)
Gambar 2.17.
Kelarutan Gas Dalam Air
dimana :
Rswp = kelarutan gas dalam air reservoir, cuft/bbl
Rsw = kelarutan gas dalam air murni
X = Faktor koreksi (Gambar dan tabel)
Y = kegaraman air, ppm
Tabel 2.12.
Faktor Koreksi Kegaraman
Gambar 2.18.
Kurva Kelarutan Gas Sebagai Fungsi Tekanan Reservoir
(crude oil) sebanyak satu barrel tanki pengumpul (STB) ketika keduanya masih berada
pada kondisi tekanan dan tempeartur reservoir.
Dinyatakan dalam satuan cuft/STB. Kelarutan gas dalam minyak adalah fungsi dari
tekanan, temperatur, komposisi minyak dan gas.
- Pengaruh Tekanan :
Misalkan gas dan minyak pada temperatur konstan, maka jumlah kelarutan gas
bertambah dengan bertambahnya tekanan, ini terjadi sampai titik gelembung dan
diatas tekanan titik gelembung kelarutan gas akan menjadi konstan, karena semua
gas telah terlarut dalam minyak.
- Pengaruh Temperatur :
Pada tekanan konstan kelarutan gas dalam minyak berkurang dengan bertambahnya
temperatur.
- Pengaruh Komposisi Gas :
Kelarutan gas dalam minyak mentah berkurang dengan naikknya konsentrasi
penyusun dengan berat molekul yang rendah dalam gas tersebut. Karena berat jenis
gas ditentukan oleh berat molekul dari tiap penyususn gas. Dan telah diselidiki bahwa
pada temperatur dan tekanan tertentu kelarutan suatu gas dalam minyak mentah
adalah berkurang dengan berkurangnya berat jenis gas.
- Pengaruh Komposisi Minyak :
Data hasil percobaan kelarutan gas dalam minyak mentah menunjukkan bahwa
kelarutan gas naik dengan menurunnya berat jenis minyak mentah. Berat jenis minyak
mentah yang rendah menunjukkan besarnya konsentrasi penyusun minyak dengan
berat molekul yang rendah oleh karena itu akan terdapat lebih banyak kemiripan
antara gas dan minyak dalam sifat kimianya. Berat jenis minyak berkurang dengan
bertambahnya oAPI minyak. Dengan demikian pengaruh komposisi minyak terhadap
kelarutan gas dapat dinyatakan, bahwa pada tekanan dan temperatur tertentu
kelarutan gas dalam minyak mentah naik dengan bertambahnya oAPI minyak.
Suatu minyak mentah dikatakan jenuh (saturated) dengan gas pada suatu
tekanan dan temperatur tertentu, jika pada suatu penurunan tekanan sedikit saja
beberapa dari gas dibebaskan dari larutan, dan sebaliknya kalau tidaka da gas yang
dibebaskan dari larutan, minyak mentah dikatakan tidak jenuh (under saturated)
dengan gas pada temperatur tertentu tersebut. Pada kondisi under saturated tidak ada
gas bebas yang kontak dengan minyak mentah atau tidaka da gas cap.
Gambar 2.19.
Kelarutan Gas Dalam Minyak Dari Reservoir Minyak
Lapangan Big Sandy Pada Temperatur 160oF
Pada gambar diatas pada tekanan reservoir mula-mula 3.500 psi, gas yang terlarut
sebanyak 567 SCF/STB. Grafik menunjukkan tidak ada gas yang dikembangkan dari
larutan, ketika tekanan turun dari tekanan mula-mula sampai 2.500 psi. Demikian pada
daerah ini minyak adalah tidak jenuh, dan tidak ada fasa gas bebas (gas cap) pada
reservoir. Tekanan 2.500 psia disebut tekanan titik gelembung ini gas bebas pertama
muncul, dan daerah pada tekanan kurang dari 2.500 psia disebut daerah jenuh, dimana
pada daerah ini terbentuk gas cap.
z.n.R .T / P z.T.Psc
=
Z sc .n.R.Tsc / Psc z sc .Tsc P
Keadaan dipermukaan Psc = 14,7 psia, temperatur = 520 oR serta Zsc = 1 maka
didapat.
z.T
g 0,0283 cuft (2-55)
P
57)
g
f (Pr , Tr ) .(2-58)
ga
dimana :
ga = viscositas pada tekanan 1 atm
g = viscositas pada tekanan tinggi
Gambar 2.20. Kurva Hubungan Gas Vs Grafity Gas
Gambar 2.21.
Viscositas Gas Alam pada 1 atm
Gambar 2.22.
Pengaruh P dan T pada Viscositas Gas
2.2.3.6. Enthalpi Gas
Enthalpi gas adalah kandungan panas gas, dimana merupakan fungsi dari
kapasitas panas gas tersebut. Enthalpi gas naik dengan naiknya temperatur. Perubahan
enthalpi karena perubahan temperatur dan tekanan dinyatakan dengan persamaan :
dH C p dT V T (V / T ) p dP ..(2-
59)
dimana :
Cp = spesifik heat pada tekanan konstan, yakni = (H/T) p, BTU/ (lb/mol) (oR)
P = tekanan absolut, psia
T = temperatur absolut, oR
V = volume sistem, cuft
Suku pertama pada ruas kanan dari persamaan (2-59) menyatakan pengaruh
temperatur terhadap enthalpi gas dalam keadaan ideal, dan suku kedua menyatakan
pengaruh tekanan terhadap enthalpi gas real, suku kedua persamaan (2.59) yang
merupakan perubahan enthalpi terhadap tekanan, bisa dinyatakan hubungannya dengan
faktor kompresibilitas gas, Z, menurut persamaan :
H RT 2 Z
..(2-60)
P T P T P
dimana :
R = konstanta gas. Untuk harga H dalam BTU/lb mol, R = 1,986 BTU/lb mol
R.
o
H o
H RTc H o H / RTc (o)
H o H / RTc (')
..(2-62)
dimana:
H o
H / RTc (o)
= Pengaruh tekanan terhadap enthalpi smple fluid, yang bisa
H o
H / RTc (')
= Koreksi penyimpangan dari enthalpi simple fluid karena
2. Enthalpi Campuran
Enthalpi campuran gas hidrokarbon yang telah diketahui komposisinya,
dihitung berdasarkan data-data konstanta-konstanta komponen murninya. Enthalpi
campuran gas dalam keadaan ideal dihitung dengan fraksi mol rata-rata dari enthalpi
keadaan gas ideal komponen murninya.
H m x i H io (2-63)
o
H o
H / RTc (')
.Kemudian acentric faktor campuran dan pseudocritical
H o
H m RTcm H o H / RTc (o )
w m H o H / RTc (')
.(2-65)
Enthalpi campuran pada tekanan dan temperatur yang diinginkandiperoleh
dengan substansi Hom dan (Ho H)m. untuk Ho dan (Ho-H) dalam persamaan (2.61)
Perhitungan enthalpi campuran dua fasa harus didahului dengan melakukan flash
calculation untuk memperoleh jumlah mol dan komposisi masing-masing fasa.
Kemudian enthalpi masing-masing fasa dihitung dengan prosedur yang sama seperti
diatas.
2.2.4.1. Komposisi Kimia Air Formasi Yang berupa Anion-anion Dari Berbagai
Garam-garam Mineral
1. Calsium (Ca)
Ion calsium adalah penyusun yang terbanyak pada air formasi dan bisa
mencapai 30.000 mg/lt, meskipun kadang-kadang konsentrasinya tidak sebesar itu. Ion
ini dengan ion-ion karbonat dan sulfate membentuk padatan yang tersuspensi atau apat
juga membentuk scale.
2. Magenesium
Ion ini konsentrasinya lebih kecil dari calsium. seperti ion-ion calsium, ion
magnesium bereaksi dengan ion carbonate membentuk scale atau plugging. Untuk
MgCO3 pembentukan scale yang terjadi tidak seganas CaCO3 dan juga MgSO4 berupa
larutan, sedang CaSO4 tidak.
3. Sodium
Sodium merupakan unsur penyususn air formasi pada reservoir, secara normal
tidak menimbulkan persoalan tetapi akan menyebabkan endapan NaCl yang berlebihan
sehingga kadar garamnya semakin tinggi.
4.Besi
Kadar besi dalam air formasi biasanya rendah dan dapat berbentuk ion ferro
(Fe++) dan ion ferri (Fe+++) ion-ion ini dapat menimbulkan korosi. Adanya komponen
besi yang dapat mengendap dapat menyebabkan penyumbatan didalam pipa alir.
5. Barium (Ba++)
Ion ini mempunyai kemampuan bereaksi dengan ion sulfate membentuka
barium sulfate (BaSO4) yang sukar larut, nbahkan dalam jumlah yang kecil dapat
menimbulkan persoalan yang cukup serius.
6. Natrium (Na+)
Ion ini sangat banyak terdapat dalam air formasi sebagai natrium chlorida.
7. Strontium
Seperti barium dan kalsium, strontium bereaksi dengan ion sulfate membentuk
strontium sulfate yang sukar larut meskipun lebih mudah larut dibandingkan dengan
BaSO4. Strontium sulfate sering dijumpai dalam scale yang bercampur dengan barium
sulfate.
2.2.4.2. Komposisi Kimia Air Formasi yang Berupa Anion-anion Dari Berbagai
Garam Mineral
1. Chlorida (Cl-)
Ion chlorida bisanya merupakan anion yang terbanyak dalam air formasi.
Sumber terbesar ion chlorida adalah NaCl. Konsentrasi ion chlorida digunakan sebagai
pengukur keasaman air. Walaupun pengumpulan garam dapat menimbulkan masalah,
tetapi konsekuensinya kecil. Problema utama dari ion chlorida adalah karena sifat
korosi dari air makin meningkat bila makin asin.
2. Carbonate (CO3=) dan Bikarbonate(HCO3-)
Ion-ion ini penting karena dapat membentuk scale yang tidak terlarut.
Konsentrasi ion-ion carbonate kadang-kadang disebut phenopthalein alkalinity, sedang
konsentrasi ion-ion bicarbonate disebut methylorange alkalinity.
3. Sulfate (SO4=)
Ion sulfat juga bereaksi dengan ion calcium dan ion barium akan membentuk
scale yang sukar larut.
2.2.4.3. PH
pH merupakan besaran yang sangat penting. Kelarutan zat didalam air
tergantung pada pH, bila pH ini makin tinggi (bersifat basa, maka kecenderungan
pembentukan scale bertambah. Bila pH kecil (bersifat asam) kecenderungan
pembentukan scale berkurang, tetapi korosinya makin meningkat. Kebanyakan
lapangan gas atau minyak mempunyai pH antara 4 dan 8. H 2S maupun CO2 dalah gas-
gas yanga sam yang mempunyai kecenderungan menurunkan pH air (air makina asam).
Jika mereka terlarut dalam air, mereka akan membentuk ion sampai tingkat tertentu
dan pH larutan dapat digunakan untuk menentuka derajat ionisasi. Hal ini berguna pula
untuk meramalkan akibat kelarutan gas-gas tersebut dalam air dan penanganan
masalah korosi dan padatan-padatan yang tersuspensi.
Gambar 2.24.
Pengaruh Larutan Gas Pada Kompresibilitas Air
Disini juga diperlukan data-data seperti temperatur, dan tekanan reservoir dan salinitas
air formasi. Secara matematis kompresibilitas air didefinisikan :
Cw
Cw Cwp (2-66)
Cwp
Dimana :
Cwp = kompresibilitas air murni
dR sw
untuk korelasi akibat pengaruh salinitas pada
dP
Perhitungan kompresibilitas air ini memerlukan data-data seperti salinitas air formasi,
temperatur, tekanan dan faktor volume formasi gas yang terlarut dalam air.
Gambar 2.25.
Koreksi Dari Kelarutan Gas Alam Untuk Padatan-padatan Terlarut.
Gambar 2.26.
Perubahan Gas Alam Dalam Campuran Air Dengan Tekanan vs Tekanan.
Ekspansi thermal air murni adalah merupakan kemiringan dari kurva tersebut pada
beberapa kondisi tertentu dan dnyatakan dalam barrel per barrel per oF.
Tabel 2.14. menyatakan hubungan antara komposis ion air formasi dengan air laut
serta komposis air formasi pada sumur 23, Sover Farm, McKean County Pa.
Ekspansi Thermal air murni pada tekanan konstan dapat dinyatakan sebagai berikut :
1 V
.(2-68)
V T P
Tabel 2.14.
Komposisi Air Formasi
Gambar 2.28.
Faktor Volume Air Yang Dijenuhi Dengan Gas Alam
r = resistance, ohm
R = resistivity, ohm meter
A = luas penampang melintang konduktor, m2
L = panjang konduktor, meter
Resistivity air tergantung pada temperatur dan komposisi kimia air, seperti
diperlihatkan pada gambar 2.28.
Gambar 2.28.
Resistivity dari Larutan Sodium Chloride Dalam Air
untuk Konsentrasi Dengan T konstan.
dimana :
ph = tekanan hidrostatik
w = densitas rata-rata air formasi
D = kedalaman vertikal
C = faktor konversi yang besarnya adalah 0,0519 bila P dalam psi, w dalam
ppg, D dalam ft.
0,100 bila P dalam ksc, w dalam g/cc, D dalam meter.
Densitas rata-rata air formasi dapat berbeda antara suatu daerah dengan daerah
lainnya, sehingga tekanan hidrostatik juga dapat berbeda antara suatu daerah dengan
daerah yang lain. Tekanan fluida suatu titik pori batuan (tekanan pori) pada suatu
daerah dikatakan normal apabila harganya sama dengan tekanan hidrostatik yang
seharusnya terjadi pada titik tersebut.
Tekanan pori yang lebih besar dari tekanan hidrostatik disebut tekanan
abnormal sedangkan bila lebih kecil dari tekanan hidrostatik disebut tekanan
subnormal.
Untuk mempermudah penggambaran tekanan distribusi tekananan secara
vertikal, biasanya digunakan istilah gradien tekanan yaitu pertambahan tekanan
untuk setiap satuan kedalaman. Seperti halnya dengan tekanan hidrostatik, maka
gradien tekanan normal suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya.
2. Tekanan Kapiler
Karena reservoir hidrokarbon umumnya mengandung lebih dari satu fasa fluida
yang tidak bercampur secara homogen. Maka fenomena tekanan kapiler sangat
berpengaruh terhadap distribusi tekanan reservoir secara vertikal. Fenomena tekanan
kapiler menyebabkan variasi saturasi fluida secara vertikal pada pori-pori batuan diatas
zona air., yang berati menyebabkan terjadinya variasi densitas rata-rata, fluida secara
vertikal dalam pori-pori batuan diatas zona air. Selisih tekanan antara dua titik
ketinggian (kedalaman) yang berbeda dalam batuan diatas zona air adalah sama dengan
selisih harga tekanan kapiler antara dua titik yang bersangkutan, yang mana akan lebih
kecil dari padabesarnya selisih tekanan yang terjadi pada zona air dengan jarak vertikal
yang sama.
Untuk reservoir gas alam, perbedaan tekanan kapiler antara titik tertinggi reservoir
dengan bidang gasd-water contack adalah sebesar :
Pc
h
w g ..(2-71)
144
72)
dimana :
Po = tekanan over burden, psi
z = interval kedalaman, ft
(z) = densitas batuan pada interval kedalaman ke-z, g/cc
Densitas suatu batuan merupakan fungsi dari densitas matriks, densitas fluida yang
mengisi pori-pori batuan dan porositas batuan yang dapat dinyatakan dengan rumus
persamaan :
b . fl 1 . mb ..(2-73)
dimana :
b = Densitas batuan, g/cc
= Porositas batuan
fl = Densitas fluida yang mengisi pori batuan, g/cc
mb = densitas matrik batuan, g/cc
Tekanan over burden batuan dapat menyebakan terjadinya tekanan abnormal
pada reservoir hidrokarbon yang berupa tubuh batu pasir berbentuk lensa yang berada
diantara lapisan-lapisan serpih yang tebal. Pada saat lapisan serpih terkompaksi akibat
penimbunan oleh endapan diatasnya, sehingga over burden yang timbul semakin besar.
Perangkap struktur merupakan perangkap yang paling orisinil dan sampai saat
ini merupakan perangkap yang paling penting. Berbagai unsur perangkap yang
membentuk lapisan penyekat dan lapisan reservoir (sehingga dapat menangkap
minyak) disebabkan gejala tektonik atau struktur, misalnya pelipatan dan pematahan.
Sebetulnya kedua unsur ini merupakan unsur utama dalam pembentukan perangkap.
Gambar 2.29.
Prinsip Penjebakan Minyak dalam
Perangkap Struktur
Perangkap yang disebabkan perlipatan merupakan perangkap utama. Unsur
yang mempengaruhi perangkap ini adalah lapisan penyekat dan penutup yang berada
diatasnya dan dibentuk sedemikian sehingga minyak tidak dapat lagi kemana-mana,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.29.
Untuk mengevaluasi suatu perangkap lipatan terutama mengenai ada tidaknya
tutupan (batas maksimal wadah dapat diisi oleh fluida ) tidak mempermasalahkan
apakah lipatan itu ketat atau landai. Suatu lipatan dapat saja terbentuk tanpa terjadinya
suatu tutupan sehingga tidak dapat disebut suatu perangkap. Disamping itu ada
tidaknya tutupan tergantung pada faktor struktur dan posisinya ke dalam. Contohnya,
pada permukaan didapatkan struktur tutupan, tetapi makin ke dalam
makin menghilang. Jadi untuk mengevaluasi perangkap pelipatan selain dari adanya
tutupan juga harus dievaluasi apakah tutupan tersebut terdapat pada lapisan reservoir.
Perangkap patahan sering juga terdapat dalam berbagai reservoir minyak dan
gas. Gejala patahan (sesar) dapat bertindak sebagai unsur penyekat dalam penyaluran
minyak. Sering dipermasalahkan apakah patahan itu merupakan penyekat atau
penyalur. Smith (1966) mengemukakan bahwa persoalan patahan sebagai penyekat
sebetulnya tergantung dari tekanan kapiler. Secara teoritis memperlihatkan bahwa
patahan dalam batuan yang basah air tergantung pada tekanan kapiler dari medium
dalam jalur patahan tersebut. Besar-kecilnya tekanan yang disebabkan oleh
pelampungan minyak atau kolom minyak terhadap besarnya tekanan kapiler,
menentukan sekali apakah patahan itu bertindak sebagai penyalur atau penyekat. Jika
tekanan tersebut lebih besar daripada tekanan kapiler maka minyak masih dapat
tersalurkan melalui patahan, tetapi jika lebih kecil maka patahan tersebut bertindak
sebagai suatu penyekat. Patahan yang berdiri sendiri tidaklah dapat membentuk suatu
perangkap. Beberapa unsur yang harus dipenuhi untuk terjadinya suatu perangkap
yang hanya disebabkan karena patahan, yaitu :
1. Adanya kemiringan wilayah
2. Harus paling sedikit dua patahan yang berpotongan
3. Adanya suatu pelengkungan lapisan atau suatu pelipatan
4. Pelengkungan dari patahan itu sendiri dan kemiringan wilayah
Dalam prakteknya jarang sekali terdapat perangkap patahan murni. Patahan
biasanya hanya merupakan suatu pelengkung daripada suatu perangkap struktur.
Prinsip perangkap stratigrafi ialah minyak dan gas terjebak dalam perjalanannya
ke atas, terhalang dari segala arah terutama dari bagian atas dan pinggir, karena batuan
reservoir menghilang atau berubah fasies menjadi batuan lain atau batuan yang
karakteristik reservoir menghilang sehingga merupakan penghalang permeabilitasnya.
Beberapa unsur utama perangkap stratigrafi (Gambar 2.30) ialah :
Gambar 2.30.
Beberapa Unsur Utama dalam Perangkap
Stratigrafi, Penghalang-Permeabilitas
dan Kedudukan Struktur
1. Adanya perubahan sifat lithologi dengan beberapa sifat reservoir, ke satu atau
beberapa arah sehingga merupakan penghalang permeabilitas.
2. Adanya lapisan penutup/penyekat yang menghimpit lapisan reservoir tersebut ke
arah atas atau ke pinggir.
3. Keadaan struktur lapisan reservoir yang sedemikian rupa sehingga dapat menjebak
minyak yang naik. Kedudukan struktur ini sebetulnya melokalisasi posisi tertinggi
dari daerah potensial rendah dalam lapisan reservoir yang telah tertutup dari arah
atas dan pinggir oleh beberapa unsur tersebut di atas. Kedudukan struktur ini dapat
disebabkan oleh kedudukan pengendapan atau juga karena kemiringan wilayah.
Perubahan sifat litologi/ sifat reservoir ke suatu arah daripada lapisan reservoir
dapat disebabkan :
a. Pembajian, dimana lapisan reservoir yang dihimpit di antara lapisan penyekat
menipis dan menghilang, dapat dilihat pada Gambar 2.31.
b. Penyerpihan (shale-out), dimana ketebalan tetap, akan tetapi sifat litologi berubah
(Gambar 2.32.).
c. Persentuhan dengan bidang erosi.
Pada hakekatnya, perangkap stratigrafi didapatkan karena letak posisi struktur
tubuh batuan sedemikian sehingga batas lateral tubuh tersebut merupakan penghalang
permeabilitas ke arah atas atau ke pinggir. Jika tubuh batuan reservoir kecil dan sangat
terbatas, maka posisi struktur tidak begitu penting, karena seluruhnya atau sebagian
besar dari tubuh tersebut merupakan perangkap. Posisi struktur hanya menyesuaikan
letak hidrokarbon pada bagian tubuh reservoir (Gambar 2.33.). Jika tubuh reservoir
memanjang atau meluas, maka posisi struktur sangat penting. Perangkap tidak akan
terjadi jika tubuh reservoir berada dalam keadaan horisontal. Jika bagian tengah tubuh
terlipat, maka perangkap yang terjadi adalah perangkap struktur (antiklin). Untuk
terjadinya perangkap stratigrafi, maka posisi struktur lapisan reservoir harus
sedemikian sehingga salah satu batas lateral tubuh reservoir (yang dapat berupa unsur
di atas tadi), merupakan penghalang permeabilitas ke atas.
Levorsen (1954), membagi perangkap stratigrafi sebagai berikut :
1. Tubuh batuan reservoir terbatas (lensa)
a. Batuan reservoir klastik detritus dan volkanik.
b. Batuan reservoir karbonat; terumbu, bioherm
2. Pembajian, perubahan fasies ataupun porositas dari lapisan reservoir ke suatu arah
regional ataupun lokal dari :
a. Batuan reservoir klastik detritus
b. Batuan reservoir karbonat.
3. Perangkap ketidak-selarasan.
Gambar 2.31.
Pembagian Lapisan Reservoir Sebagai
Unsur Perangkap Stratigrafi 10)
Gambar 2.32.
Penyerpihan Lapisan Reservoir (Jari-jemari)
Sebagai Unsur Perangkap Stratigrafi
Gambar 2.33.
Penampang Beberapa Tubuh Pasir Memperlihatkan
Posisi Akumulasi Minyak Bumi Karena
Kedudukan Struktur
2.4.1.3. Perangkap Kombinasi
Gambar 2.34.
Kombinasi Perangkap Stratigrafi dan Struktur Lipatan
Dimana di Satu Pihak Lapisan Reservoir Membaji
Gambar 2.35.
Peta Struktur Perangkap Kombinasi
Patahan dan Pembajian
2.4.2. Berdasarkan Mekanisme Pendorong Reservoir
Telah diketahui bahwa minyak bumi tidak dapat mengalir sendiri dari reservoir
ke lubang sumur produksi bila tidak terdapat suatu energi pendorong. Dalam reservoir,
dikenal ada lima mekenisme pendorong , yaitu : solution gas drive reservoir, gas cap
drive reservoir, water drive reservoir, gravitational segregation drive reservoir, dan
combination drive reservoir.
Reservoir jenis ini disebut solution gas drive, yang disebabkan oleh energi
pendesak minyak berasal dari perubahan fasa pada hidrokarbon ringan yang semula
fasa cair menjadi gas, yang kemudian ikut mendesak minyak ke sumur produksi pada
saat penurunan tekanan reservoir karena produksi tersebut (Gambar 2.36.).
Setelah sumur selesai dibor menembus reservoir dan produksi minyak dimulai,
maka akan terjadi suatu penurunan tekanan di sekitar lubang bor yang menyebabkan
fluida mengalir dari reservoir menuju lubang bor melalui pori-pori batuan. Penurunan
tekanan disekitar sumur bor menimbulkan terjadinya fasa gas. Pada saat awal, saturasi
gas tersebut masih kecil (belum membentuk fasa yang kontinyu) dan gas tersebut
terperangkap pada ruang antar butiran reservoirnya. Tetapi setelah tekanan reservoir
tersebut cukup kecil dan gas sudah terbentuk banyak atau dapat bergerak maka gas
tersebut turut serta terproduksi ke permukaan (Gambar 2.37).
Pada awal produksi, karena gas yang dibebaskan dari minyak masih
terperangkap pada rongga pori batuan, maka gas oil ratio produksi akan lebih kecil
dibandingkan dengan gas oil ratio reservoir. Gas oil ratio produksi bertambah besar
bila gas pada saluran pori-pori tersebut mulai bisa mengalir dan terus berlangsung
hingga tekanan reservoir menjadi rendah. Bila tekanan telah cukup rendah, gas oil
ratio akan berkurang dikarenakan volume gas di dalam reservoir tinggal sedikit. Disini
gas oil produksi dan gas oil ratio reservoir harganya hampir sama.
Gambar 2.36.
Solution Gas Drive Reservoir
Gambar 2.37.
Karakteristik Tekanan, PI, dan GOR pada
Solution Gas Drive Reservoir
Mekanisme yang terjadi pada gas cap reservoir adalah minyak pertama kali
diproduksikan, permukaan antara minyak dan gas akan turun, gas cap berkembang ke
bawah selama produksi berlangsung. Untuk jenis reservoir ini, umumnya tekanan
reservoir akan lebih konstan dibandingkan dengan solution gas drive. Hal ini
disebabkan bila volume gas cap drive telah demikian besar, maka tekanan minyak
berkurang dan gas yang terlarut dalam minyak akan melepaskan diri menuju ke gas
cap, dengan demikian minyak akan bertambah ringan, encer, dan mudah untuk
mengalir menuju lubang bor (Gambar 2.38).
Kenaikan gas oil ratio juga sejalan dengan pergerakan permukaan ke bawah, air
hampir-hampir tidak diproduksikan sama sekali. Karena tekanan reservoir relatip kecil
penurunannya, juga minyak berada di dalam reservoirnya akan terus semakin ringan
dan mengalir dengan baik, maka untuk reservoir jenis ini akan mempunyai umur dan
recovery sekitar 20 - 40 %, yang lebih besar jika dibandingkan dengan jenis solution
gas drive. Sehingga residu oil yang masih tertinggal di dalam reservoir ketika lapangan
ini ditutup adalah lebih kecil jika dibandingkan dengan jenis solution gas drive
(Gambar 2.38).
Gambar 2.38.
Gas Cap Drive Reservoir
Gambar 2.39.
Karakteristik Tekanan, PI, dan GOR
pada Gas Cap Drive Reservoir
Ada tiga metode perhitungan perkiraan cadangan yang akan dibahas disini,
yaitu : metode volumetris, metode material balance, dan metode decline curve.
Melihat rumus diatas, maka harga-harga Gi, Ga dan Gp akan sangat tergantung pada
ketelitian data-data area (A), ketebalan lapisan (h), porositas rata-rata ( ), saturasi
air pada saat reservoir diketemukan (Swi), dan ketelitian sifat fisik fluida reservoir (Bg).
Kemudian harus diingat pula, bahwa penentuan tekanan abonden sangat
mempengaruhi harga ultimate recovery.
Ketelitian data A sangat tergantung pada jumlah adanya sumur-sumur deliniasi
dan analisa data log (kualitatif) sumur-sumur tersebut. Hal ini sangat penting, karena
berhubungan dengan data h akan merupakan harga Vb (bulk volume) reservoir.
Pada umumnya orang menghitung Vb berdasarkan contoh countur isopak,
reservoir itu seolah-olah dibagi dalam beberapa segmen, dimana tiap-tiap segmen
dibatasi oleh dua bidang sejajar. Luas dari masing-masing segmen dibatasi oleh dua
garis countur yang berbeda volume segmen tadi dapat dihitung berdasarkan
persamaan, sebagai berikut:
1. Piramida Terpancung
Vb
h
3
A n A n 1 A n .A n 1 (2-78)
A n 1
dengan syarat : 0,5
An
2. Trapesium Terpancung :
h
Vb A n A n 1 ...(2-79)
2
dengan syarat :
A n 1
0,5
An
dimana :
Vb = volume segmen, acre ft
h = ketebalan per segmen, yaitu jarak antara 2 garis isopak, ft
An = luas daerah yang dikelilingi oleh garis isopak yang lebih rendah, acre
An+1 = luas daerah yang dikelilingi oleh garis isopak yang lebih tinggi, acre
Ketelitian dalam membuat countur isopak tergantung pada banyaknya data log sumur-
sumur yang telah dibor. Wharton, telah memberikan pedoman untuk membuat peta
isopak, yang pada dasarnya :
- Total net sand
- net oil/gas sand
- Countur dari titik potong dari batas-batas yang ada terhadap top sand dan bottom
sand.
Harga untuk resrervoir tersebut umumnya diperoleh dari analisa statistik data
(umumnya cut-off porosity berdasarkan batas Swi atau Vclay) tiap lapisan, tiap sumur :
1. dengan h :
h (2-80)
h
dengan banyak data i = 1,2,..n
2. dengan Ah :
.A.h (2-
A.h
81)
dengan banyak data i = 1, 2, n
dimana :
= porositas rata-rata untuk reservoir, fraksi
= porositas per lapisan atau per bulk volume tertentu, fraksi
h = tebal lapisan, ft
A = luas area, acre
Selain dengan cara volumetrik, maka harga Gi dapat pula diperoleh dengan bantuan
analisa material balance bila diketahui data produksi, data fluida reservoir, data
water influk jika dibawah pengaruh water drive mechanism.
1. Untuk depletion Drive, berdasarkan persamaan Y = a - mx
yaitu :
p
Gp = G i - m .(2-82)
z
2. Untuk Water Drive/Combination, berdasarkan persamaan :
Y = b + nx, yaitu :
Y = Gi + Kx untuk steady state
Y = Gi + Cx untuk semi steady state
Y = Gi + Bx untuk unsteady state ...(2-83)
Selanjutnya, data Swi yang digunakan untuk perhitungan diatas dapat diperoleh dari
dua sumber yaitu :
1. Dari petrophysical data, yaitu data kapiler contoh batuan yang dianggap mewakili
(representatif)
2. Dari analisa data logging sumur secara statistik serentak dengan Vclay vs prosen
ketebalan total lapisan, yang kemudian digunakan untuk cut-off.
Yang terakhir adalah data fluida reservoir, yaitu sifat fisik gas (B g), umumnya diperoleh
dari data laboratorium Analisa Fluida Reservoir, (AFR).
zT
Bg = 0,00504 ..(2-
P
84)
Data dari laboratorium umumnya berupa tabulasi harga-harga faktor z atas penurunan
harga-harga tekanan (P), atau z = f (P), pada harga temperatur (T) konstan.
dimana :
Gp = Produksi gas kumulatif, SCF
Gi = jumlah gas mula-mula, SCF
We = water influx, SCF
Wp = produksi air kumulatif, SCF
Bw = faktor volume air, SCF/STB
Bgi = faktor volume gas pada tekanan reservoir, Pi, SCF/CF
Bg = faktor volume gas pada tekanan reservoir P, SCF/Cf
Pi = tekanan reservoir mula-mula, psia
q
a ..(2-87)
dq / dt
dimana adalah suatu konstyanta positif. Integrasi persamaan 2-87 dengan batas q =
qi untuk t = 0 memberikan hasil :
q = q1. e-t/a.....(2-88)
persamaan 2-88 jelas merupakan bentuk eksponential dan menyatakan bahwa bila rate
produksi diplot terhadap waktu, akan membentuk suatu garis lurus pada kertas semi
log.
`
Gambar 2.40.
Decline Curve dari Rate Produksi vs Waktu dalam Linier Plot
Gambar 2.41.
Kurva Eksponential Decline dari Rate
Produksi vs Waktu dalam Semilog Plot
Gambar 2.42.
Kurva Eksponential Decline dari Rate Produksi vs Produksi Kumulatif dalam
Linier Plot
Untuk mengetahui prosentase penurunan bulanan (mountly decline percentage)
dinyatakan sebagai :
dq / dt
d 100 % (100) / a % ..(2-90)
q
atau
dq dt
...(2-93)
q a o bt
1 / b
bt
q q i 1 ..(2-94)
a o
dari persamaan 2-94 terlihat hubungan rate-wakttu untuk hyperbolic akan merupakan
garis lurus pada kertas log-log dan diperlukan penggeseran ke kanan sejauh (a o/b) dan
slope garis lurus adalah (-1/b)
a q bt
11 / b
Gp o i 1 1 ..(2-95)
1 b i ao
q
1 b 1 b
Gp o i i
1 b
Persamaan 2-96 menunjukkan hubungan antara rate produksi dan produksi kumulatif
akan berupa garis lurus bila diplot pada kertas log-log.
Mounthly decline percentage diperoleh dari persamaan 2-92 :
dq / dt 100
D 100 % .(2-97)
q a o bt
Setelah mengeliminir t pada persamaan 2-97 dengan persamaan 2-94 maka diperoleh :
100
D q b % .(2-98)
a o qi
b
ini berati bahwa decline percentage sebanding dengan rate produksi pangkat b.
3. Harmonic Decline Curve
Bentuk harmonic decline curve merupakan bentuk khusus dari bentuk hyperbolic,
yaitu untuk harga b = 1
A. Analisa Matematik Hubungan rate Produksi- Waktu
Dengan memasukkan hargan b = 1 pada persamaan 2-94 akan diperoleh hubungan
antara rate-waktu, yaitu :
q = qi ( 1 + t/a o)-1....(2-99)
Hubungan ini memberikan kurva garis lurus pada kertas log-log.
Gambar 2.43.
Kurva Hyperbolic Decline untuk b = 0,3
Gambar 2.45.
Kurva Hyperbolic Decline untuk b = 0,5
Persamaan 2-100 akan memperlihatkan suatu bentuk garis lurus apabila diplot pada
kertas semilog, dengan rate produksi diplot pada skala log.
Persentase penurunan bulanan (mountly decline percentage) untuk tipe harmonic
decline curve, adalah :
100 q
D % (2-101)
a oqi
2.5.2.1. Deliverability
Deliverability dapat didefinisikan sebagai kapasitas aliran dalam keadaan stabil
atau perolehan jumlah gas dalam keadaan stabil. Deliverability dibutuhkan untuk
perencanaan operasi produksi pada suatu lapangan gas. Kapasitas aliran harus
ditentukan untuk perbedaan tekanan balik atau tekanan alir dasar sumur pada setiap
saat dalam sepanjang umur dari reservoir tersebut. Deliverability testing akan dibahas
lebih lengkap pada sub bab berikutnya, tentang well testing untuk sumur-sumur gas.
Metode yang umum untuk menentukan delaverability sumur gas adalah test
multipoint, dimana diproduksikan pada beberapa perbedaan aliran (4 laju aliran), dari
perhiyungan laju aliran, tekanan sumur serta dari persamaan inflow performance. Jadi
delaveribility sangat penting dalam perkiraan produktifitas formasi.
PR2 - Pwf2 = A qsc + B qsc2.(2-102)
dimana :
1422T Z 0,427 re
A ln S
kh rw
1422T Z
= D
kh
1637q sc T kt
3,23 0,87(S D ) .(2-
log
m(Pr) - m(Pwf) =
kh
g C t i rw
2
q
103)
dimana :
qsc = rate aliran gas pada kondisi standart, Mscfd
T = temperatur reservoir , oR
K = permeabilitas formasi, md
h = ketebalan zone gas, ft
t = waktu produksi, jam
= porositas, fraksi
( g)i = viscosoitas gas mula-mula, cp
(Ct)i = kompresibilitas total mula-mula, psi-1
rw = jari-jari lubang bor, ft
S = skin efek
Dq = nin Darcy flow term
m(P) = fungsi tekanan semu (pseudo pressure function, psi2/cp)
Persamaan diatas dapat digunakan untuk menghitung tekanan sumur gas yang
berproduksi pada rate yang konstan dari reservoir tak terbatas, atau untuk menghitung
aliran pada tekanan aliran konstan dan waktu produksi yang singkat. Untuk waktu
produksi yang lama dipakai persamaan :
703x10 6 ( kh ) m(Pr ) m(Pwf )
q sc ...(2-104)
T ln re / rw 0,75 S D q
P
2P
m (P) =
Pb gZ
dP ...(2-105)
dimana :
Pb = tekanan dasar, psi
P = tekanan, psi
g = viscositas gas, cp
Z = faktor kompresibilitas gas.
Plot antara g Z versus temperatur untuk grafity gas 0,65 dan temperatur dari 150oF
adalah seperti pada gambar 2.46. sedangkan untuk temperatur konstan pada 200 o F
dan grafity gas 0,6 sampai 0,75 adalah pada gambar 2.47.
Dari gambar tersebut ternyata harga g Z akan konstan pada tekanan nol sampai
hampir 1000 psi, sehingga persamaan 2-105 menjadi :
P
2
g Z Pb
m (P) = P dP .(2-106)
sehingga didapat :
Gambar 2.46.
Plot Antara g Z Versus Pressure( g 0,65 )
Gambar 2.47.
Plot antara g Z Versus P Pada Temperatur Konstan.
m (P) = Z P Pb ....(2-107)
1
2 2
Dimana g dan Z adalah viscositas dan faktor kompresibilitas gas rata-rata, yang
dicari pada tekanan rata-rata :
0,5
P 2 Pb 2
P ..(2-108)
2
Persamaan ini berlaku untuk tekanan < 1000 psi, tetapi beberapa pengamat
mengatakan, bahwa persamaan tersebut berlaku untuk tekanan <2500 pai. Untuk itu
apabila dilakukan plot antara 2P 2/ gZ versus Tekanan, maka akan terjadi simpangan
dari m(P) versus tekanan pada tekanan > 2500 psi.
Pada tekanan yang tinggi (lihat gambar 2.46.) slope dari kurva yaitu ( gZ)/P akan
konstan, sehingga :
2P
C kons tan ..(2-110)
g Z
m (P) = C dP
Pb
= C ( P - Pb).(2-111)
Gambar 2.48.
Plot Antara m (P) Versus Pressure
Gambar dibawah adalah plot antara m(P) versus Pressure, dimana pada tekanan yang
diketahui maka harga m (P) dapat diketahui. Selanjutnya dengan memakai persamaan
qsc sesuai dengan tekanannya, maka dapat dibuat kurva Inflow Performance
Relationship (IPR) untuk sumur gas yang akan dicari.
dimana :
Gp = produksi gas komulatif, scf
Et = faktor formasi total (dua fasa) mula-mula, BBL/STB
Etb = faktor formasi total pada tekanan gelembung, BBL/STB
Rsb = kelarutan gas dalam minyak pada tekanan gelembung, SCF/STB
perkiraan performance reservoir tersebut diatas adalah berada dibawah tekanan
gelembung sehingga selain gas yang terproduksi juga cairannya, yang mana bila
saturasi kritis gas terlewati, maka gas tersebut akan mengalir ke permukaan bersama
cairannya.
2. Reservoir Water Drive
Apabila sejarah tekanan produksi cukup tersedia untuk reservoir gas, gas
inplace mula-mula (G) tekanan reservoir mula-mula (Pi) dan reserve gas dapat dihitung
dengan diketahuinya : A, h, atau Sw, maka :
Mole yang diproduksi = mole gas mula-mula in place mole gas sisanya
atau dapat dituliskan dalam bentuk persamaan :
np = ni - n..(2-114)
seperti diketahui persamaan gas PV = ZnRT, maka diperoleh
Psc G p p i Vi pVi
..(2-115)
Tsc Z sc Tf Z i Tf Z '
dimana :
Tf = temperatur formasi
Vi = volume gas direservoir
p = tekanan reservoir setelah diproduksikan, Gp, scf
Maka gas dalam reservoir dapat diambil dalam unit scf dengan menggunakan
persamaan Bgi, sebagai berikut :
Vi =G Bgi ...(2-116)
Gambaran plot tipe dari persamaan 2-117 dan 2-118 dapat dilihat pada gambar 2.42.
Apabila terjadi water influx, Vi akan diturunkan dengan water influx sebagai p decline,
maka persamaan 2-118 akan menjadi :
p G B gi P Tf Psc
( ) i G p ..(2-119)
Z GB gi We Z i Tsc (GB gi We )
Slope yang terjadi akan mempengaruhi besarnya Gp atau waktu. Plot dari p/Z versus
Gp akan tidak lama linier tetapi mengalami deviasi menaik dengan pressure decline
tergantung pada kekuatan dari water drive-nya. lihat gambar 2.50
Gambar 2.49.
Plot Gas Material Balance
Gambar 2.50.
Pengaruh Water Drive
Havlena dan Odeh menghadirkan persamaan untuk menghitung besarnya water influx
yang terjadi, sebagai berikut :
We = C P QtD(2-120)
dimana :
C = konstanta water influx
P = Pi - P t
QtD = dimensionless water influx
Harga QtD adalah pada perbandingan dari aquifer volume gas didalam reservoir dan
waktu saat reservoir telah diproduksikan.