Illegal Logging2
Illegal Logging2
PENDAHULUAN
1
Salah satu masalah yang menjadi dilema dari periode ke periode yang
menyangkut hutan di Indonesia ialah pembalakan liar (illegal logging).
Stephan Devenish, ketua Misi Forest law Enforecment Governance and
Trade dari Uni Eropa mengatakan bahwa illegal logging adalah penyebab
utama kerusakan hutan di Indonesia. Nampaknya, illegal logging
merupakan masalah krusial yang sangat sulit untuk diatasi bahkan
diminimalisir oleh negara kita.
2. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan judul makalah ini yaitu tentang ilegal logging,
maka untuk memperjelas ruang likup pembahasan, penulis memiliki
batasan masalah antara lain:
a. Pengertian pembalakan liar atau illegal logging
b. Faktor-faktor penyebab illegal logging
c. Dampak dari illegal logging
d. Solusi untuk mengatasi illegal logging
e. Upaya Pemerintah terkait illegal logging
f. Kearifan lokal masyarakat dalam melestarikan hutan
2
BAB II
ISI
3
Melakukan pembalakan liar di kawasan yang dilindung
4
usia yang telah ditetapkan dalam TPTI. Akibatnya, kelestarian hutan
menjadi tidak terjaga akibat illegal logging.
5
Penelitian Greenpeace mencatat tingkat kerusakan hutan di
Indonesia mencapai angka 3,8 juta hektar pertahun, yang sebagian
besar disebabkan oleh aktivitas illegal logging atau penebangan liar.
Sedangkan data Badan Penelitian Departemen Kehutanan menunjukan
angka Rp. 83 milyar perhari sebagai kerugian finansial akibat
penebangan liar (Antara, 2004).
2. DAMPAK TERHADAP EKONOMI
Tentu saja pajak dan retribusi pembalakan liar akan masuk kantong
para makelar pembalakan liar tidak masuk ke kas negara . Tentu saja hal
ini merugikan keuangan negara. Disebutkan bahwa kerugian negara
ditaksir Rp 180,2 triliyun akibat kegiatan pembalakan liar di Provinsi
Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Timur. Sungguh kerugian
yang besar sekali. Di Kalimantan Tengah kerugian negara akibat
pembalakan liar adalah yang terbesar yaitu Rp 158,5 triliyun (Anomin,
2012).
6
dilakukan melalui kombinasi dari upaya-upaya pencegahan (preventif),
penanggulangan (represif) dan upaya monitoring (deteksi).
7
Peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan dan undang-
undang terkait yang mengatur mengenai Illegal Logging yaitu UU No. 5
Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya, UU No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan dan
Tumbuhan, UU No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup, UU No. 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan, PP No. 28 Tahun 1985 tentang
Perlindungan Hutan, PP No. 13 Tahun 1994 tentang Perburuan Satwa
Buru, PP No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam, PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa, dan PP No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan
Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.
8
d. Adanya pedoman penegakan hukum terhadap penegakan hukum.
Pedoman ini hendaklah dilakukan melalui suatu kajian yang
mendalam dan melibatkan berbagai pihak serta berdasarkan kasus-
kasus yang ada selama ini. Pedoman ini perlu kemudian didorong
untuk dijadikan sebagai pegangan wajib bagi seluruh aparat
penegak hukum (Salim, H.S.,2003).
Salah satu kearifan lokal dalam hal menjaga kelestarian hutan yang
membuat penulis terkesan adalah adat yang dimiliki oleh masyarakat di
Desa Ciomas, Ciamis, Jawa Barat. Desa Ciomas yang secara geografis
berada di Kaki gunung Sawal (1764 mdpl) ini memiliki satu adat budaya
yang begitu sistematis dan terprogram yang berkaitan dengan
pelestarian hutan.
1. Kabarataan
9
upacara penanaman pohon panayogian atau penanda yang disebut
dengan nama Ki Pasang, mengingat pohon yang di tanam adalah dua
jenis pohon yang sama dan berdampingan. Dalam prosesi adat
menanam pohon panayogian biasanya dilakukan pada akhir menjelang
rangkaian adat Kabarataan berakhir.
2. Kadewaan
2. Karatuan
Untuk tahapan terakhir dari rangkaian adat ini adalah
pelaksanaan adat karatuan. Adat Karatuan adalah sebuah proses
berkesinambungan antara terus memulihkan lingkungan dan juga
menjaga keberlangsungan pemulihan itu sendiri hingga tercapai sebuah
tata lingkungan yang benar-benar subur, bersahabat dan tentu saja bisa
diambil manfaatnya oleh penduduk setempat
10
BAB III
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak
bisa ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah
atau pemimpin negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di
bumi.Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan
lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-
masing. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar
manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak
cucu kita kelak.
11