TINJAUAN PUSTAKA
stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Penyakit
Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan
Detection, Evaluation, and Treatment of High Pressure VII, 2003 (Novian, 2013).
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa (umur18 tahun)
berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih
kategori, dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS) <120 mm Hg dan
tekanan darah diastolik (TDD) <80 mm Hg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai
7
tekanan darahnya cendrung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan
datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi dan semua pasien pada kategori ini
hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di
Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya
timbulnya hipertensi essensial. Banyak karakteristik genetik dari gen-gen ini yang
8
mutasi-mutasi genetik yang merubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitric
2006).
komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada
kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit
2006).
timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah faktor risiko seperti diet dan
asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok, genetis, sistem saraf simpatis (tonus
vasokontriksi, serta pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem
9
dua kali risiko menjadi hipertensi dan mengalami penyakit kardiovaskular
daripada yang tekanan darahnya lebih rendah. Pada orang yang berumur lebih dari
50 tahun, tekanan darah sistolik >140 mmHg yang merupakan faktor risiko yang
lebih penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskular dari pada tekanan darah
mmHg, meningkat dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg. Risiko penyakit
kardiovaskular ini bersifat kontinyu, konsisten, dan independen dari faktor risiko
lainnya, serta individu berumur 55 tahun memiliki 90% risiko untuk mengalami
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam
millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan darah
sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selama
kontraksi jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi.
a. Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan atau variasi
psikososial
10
e. Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi
natriuretik
i. Diabetes mellitus
j. Resistensi insulin
k. Obesitas
karakteristik inotropik dari jantung dan tonus vaskular (Depkes, R.I., 2006).
menimbulkan gejala seperti sakit kepala, nafas pendek, pusing, nyeri dada,
bukan merupakan tolak ukur keparahan dari penyakit hipertensi (WHO, 2013).
11
2.5.2Diagnosis Hipertensi
hidup dan faktor risiko kardiovaskular lainnya atau bersamaan gangguan yang
penyebab tekanan darah tinggi, untuk menilai ada atau tidaknya kerusakan target
1. Riwayat penyakit
b. Pola hidup
2. Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan funduskopi
f. Refleks saraf
12
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Urinalisa
4. Pemeriksaan tambahan
b. EKG 12 lead
c. Mikroalbuminuria
d. Ekokardiografi
akurat adalah awal yang baik tetapi tidak cukup: ukur tekanan darah dua kali dan
untuk diastolik. Menurut JNC 7, tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg atau
kurang. Prehipertensi bila tekanan darah 120/80 samapi 139/89 mmHg. Hipertensi
stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140 sampai 159 mmHg atau tekanan darah
sistolik 160 mmHg atau tekanan darah diastolik 100 mmHg (Cohen, 2008).
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel
rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah
13
(stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard,
angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi
bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer dan gagal jantung
organ target (seperti kardiovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal). Target
tekanan darah adalah <140/90 mmHg untuk hipertensi tanpa komplikasi dan
<130/80 mmHg untuk pasien diabetes melitus dan gagal ginjal kronis (Chobanian,
2004).
hidup seperti menurunkan berat badan jika kelebihan berat badan dengan
menjaganya pada kisar body mass index (BMI) yaitu 18,5-24,9; mengadopsi pola
buah, sayur, dan produk susu rendah lemak; mengurangi konsumsi garam yaitu
tidak lebih dari 100 meq/L; melakukan aktivitas fisik dengan teratur seperti jalan
kaki 30 menit/hari; serta membatasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 2 kali/hari
pada pria dan 1 kali/hari pada wanita (Chobanian, 2004). Selain itu, pasien juga
14
disarankan untuk menghentikan kebiasaan merokok. Modifikasi pola hidup dapat
b. Terapi farmakologis
antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama. Obat-obat ini baik
dengan hipertensi karena bukti menunjukkan keuntungan dengan kelas obat ini.
Beberapa dari kelas obat ini (misalnya diuretik dan antagonis kalsium)
mempunyai subkelas dimana perbedaan yang bermakna dari studi terlihat dalam
mekanisme kerja, penggunaan klinis atau efek samping. Penyekat alfa, agonis alfa
terbaik yang ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar,
kerusakan target organ akibat hipertensi. Bukti ilmiah menunjukkan kalau sekadar
menurunkan tekanan darah, tolerabilitas, dan biaya saja tidak dapat dipakai dalam
15
(ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), penyekat beta, dan antagonis
dijumpai, tetapi kontrol tekanan darah masih buruk. Kebanyakan pasien dengan
hipertensi tekanan darah diastoliknya sudah tercapai tetapi tekanan darah sistolik
masih tinggi. Diperkirakan dari populasi pasien hipertensi yang diobati tetapi
diastolik yang diinginkan akan tercapai apabila tekanan darah sistolik yang
darah sistolik harus digunakan sebagai petanda klinis utama untuk pengontrolan
Modifikasi gaya hidup saja bisa dianggap cukup untuk pasien dengan
prehipertensi, tetapi tidak cukup untuk pasien-pasien dengan hipertensi atau untuk
ginjal). Pemilihan obat tergantung berapa tingginya tekanan darah dan adanya
darah lebih tinggi (hipertensi tingkat 2), disarankan kombinasi terapi obat, dengan
salah satunya diuretik tipe tiazid. Algoritma untuk pengobatan hipertensi dapat
16
Perubahan gaya hidup
Optimalisasi dosis atau tambahkan obat lain sampai target tekanan darah
tercapai. Pertimbangkan untuk konsultasi pada spesialis hipertensi.
Gambar 2.1 Algoritma Pengobatan Hipertensi
17
obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal
dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah
dengan dua obat. Yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi ortostatik,
memungkinkan sebagai terapi lini pertama untuk kebanyakan pasien, baik sendiri
atau dikombinasi dengan salah satu dari kelas lain (ACEI, ARB, penyekat beta,
CCB). Diuretik tipe thiazide sudah menjadi terapi utama antihipertensi pada
kebanyakan trial. Pada trial ini, termasuk yang baru diterbitkan Antihypertensive
Kecuali pada the Second Australian National Blood Pressure Trial; dimana
dilaporkan hasil lebih baik dengan ACEI dibanding dengan diuretik pada laki-laki
obat, berguna dalam mengontrol tekanan darah dan harganya lebih dapat
2.8 Kepatuhan
dalam dan perilaku yang disarankan. Pengertian dari kepatuhan adalah menuruti
suatu perintah atau suatu aturan. Kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam
18
melaksanakan perawatan, pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh perawat,
pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh tenaga kesehatan (Smet, 1994).
kerusakan organ yang parah. Jadi, terapi ditujukan untuk menghindari akibat sisa
dari penyakit (yang biasa terjadi kemudian), bukan mengobati kelainan pada
pasien waktu itu. Efek samping obat yang ada hubungan dengan terapi
Misalnya, penyekat beta menurunkan libido dan impoten pada pria terutama pada
umur menengah dan lansia. Gangguan fungsi seksual akibat obat ini dapat
dengan meneliti obat-obat atau regimen, baik pengurangan efek samping atau
19