DERMATITIS
(Untuk memenuhi tugas dibimbing oleh Ns. Rinik, M.Kep.)
OLEH :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU KEPERAWATAN
2013
Daftar isi
1 Halaman judul
2 Daftar isi
3 Kata Pengantar
4 Bab I
1 Pendahuluan
2 Latar Belakang
3 Rumusan Masalah
4 Tujuan Pembelajaran
5 Bab II
1 Definisi
2 Klasifikasi
3 Epideminologi
4 Patofisiologi
5 Faktor resiko
6 Manifestasi Klinis
7 Pemeriksaan Diagnostik
8 Penatalaksanaan
9 Asuhan Keperawatan
6 Bab isi
1 Penutup
2 Kesimpulan
3 Saran
KATA PENGANTAR
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kata dermatitis berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema merupakan bentuk
khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata ekzema untuk
menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari semua
bentuk ekzema adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik 0,69%, eczema numular
0,17%, dan dermatitis seboroik 2,32% yang menyerang 2% hingga 5% dari
penduduk.
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana
kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun
yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling sering
dijumpai adalah eksim atopik atau dermatitis atopik. Gejala eksim akan mulai muncul
pada masa anak anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada
beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak
sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat,
penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka
kekambuhan.
Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien adalah
gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan pada kulit.
Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki, namun
tidak menutup kemungkinan kemerahan muncul di daerah lain.
Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng. Pada
orang kulit putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu berubah
menjadi cokelat. Sementara itu pada orang dengan kulit lebih gelap, eksim akan
mempengaruhi pigmen kulit sehingga daerah eksim akan tampak lebih terang atau
lebih gelap.
B. RUMUSAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
2. Klasifikasi
a) 1. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan
bahan iritan eksternal yang mengenai kulit.
Dermatitis kontaki terbagi 2 yaitu :
Dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik)
Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik)
Perbedaan Dermatitis kontak iritan dan kontak alergik
No. Dermatitis kontak Dermatitis kontak alergik
iritan
1. Penyebab Iritan primer Alergen kontak
S.sensitizer
2. Permulaan Pada kontak Pada kontak ulang
pertama
3. Penderita Semua orang Hanya orang yang alergik
4. Lesi Batas lebih jelas Batas tidak begitu jelas
Eritema sangat Eritema kurang jelas
jelas
5. Uji Tempel Sesudah ditempel Bila sesudah 24 jam
24 jam, bila iritan bahan allergen di angkat,
di angkat reaksi reaksi menetap atau
akan segera meluas berhenti.
b) 2. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal
dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan
dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi
dan likenifikasi, tempatnya dilipatan atau fleksural.
c) 3. Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran sebesar
uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
d) 4. Dermatitis seboroik
Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi, hormon,
kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit dibedakan. Pada
muka terdapat di sekitar leher, alis mata dan di belakang telinga.
3. Epidemiologi
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagaigolongan
umur, ras, dan jenis kelamin. Data epidemiologi penderita dermatitiskontak iritan sulit
didapat. Jumlah penderita dermatitis kontak iritan diperkirakancukup banyak, namun
sulit untuk diketahui jumlahnya. Hal ini disebabkan antaralain oleh banyak penderita
yang tidak datang berobat dengan kelainan ringan.
Dari data yang didapatkan dari U.S. Bureau of Labour Statistic menunjukkan bahwa
249.000 kasus penyakit akupasional nonfatal pada tahun2004 untuk kedua jenis
kelamin, 15,6% (38.900 kasus) adalah penyakit kulit yangmerupakan penyebab kedua
terbesar untuk semua penyakit okupational. Juga berdasarkan survey tahunan dari
institusi yang sama, bahwa incident rate untuk penyakit okupasional pada populasi
pekerja di Amerika, menunjukkan 90-95%dari penyakit okupasional adalah dermatitis
kontak, dan 80% dari penyakitdidalamnya adalah dermatitis kontak iritan.
Sebuah kusioner penelitian diantara 20.000 orang yang dipilih secara acak di
Sweden melaporkan bahwa 25% memiliki perkembangan gejala selama
tahunsebelumnya. Orang yang bekerja pada industri berat, mereka yang
bekerja bersentuhan dengan bahan kimia keras yang memiliki potensial merusak
kulit danmereka yang diterima untuk mengerjakan pekerjaan basah secara rutin
memilikifaktor resiko. Mereka termasuk : muda, kuat, laki-laki yang dipekerjakan
sebagai pekerja metal, pekerja karet, terapist kecantikan, dan tukang roti.
4. Patofisiologi
5. Faktor Resiko
Keringnya kulit.
Iritasi oleh sabun, deterjen, pelembut pakaian, dan bahan kimia lain.
Menciptakan kondisi yang terlalu hangat untuk anak, misalnya membungkus
anak dengan pakaian berlapis.
Alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu.
Alergi terhadap debu, serbuk bunga, atau bulu hewan.
Virus dan infeksi lain.
Perjalan ke Negara dengan iklim berbeda.
6. Manifestasi Klinis
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut
terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada
muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a) Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan
eksudasi sehingga tampak basah.
b) Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi
kusta.
c) Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak
awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk
mengetahui seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat kita
periksa kadar Ig E dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4
ug/ml dalam serum) atau ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus
melakukan tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit
alergi (alergen). Ada beberapa macam tes alergi, yaitu :
o Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung
antihistamin (obat anti alergi) selama 3 7 hari, tergantung jenis obatnya.
o Umur yang di anjurkan 4 50 tahun.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan. Dilakukan di kulit
lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes di lapisan bawah kulit. Hasil
tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif akan timbul bentol, merah, gatal.
5. Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan, dapat
juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup dinamakan tes
provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes provokasi
bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien dan berisiko
tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial dan tes provokasi
makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik metode RAST.
8. Penatalaksanaan
9. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Anamnesa
4. Aktifitas istirahat
5. Neurosensori
6. Nyeri/kenyamanan
7. Pembelajaran/pengajaran
Pemeriksaan Fisik
2. Diagnosa Keperawatan
2. Nyeri akut b/d agen cedera fisik, adanya vesikel atau bula, erosi, papula, garukan
berulang
3. Rencana Keperawatan
Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya
peradangan, ditandai dengan:
Intervensi :
a. Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 20 menit. Segera oleskan salep
atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan
gejala meningkat.
Rasional : dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengolesan krim
pelembab selama 2 4 menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air dari
kulit.
c. Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive.
Hindari mandi busa.
Rasional : sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan
tidak membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan.
Kolaborasi: oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali
per hari.
2. Nyeri b/d agen cedera fisik, adanya vesikel atau bula, erosi, papula, garukan
berulang.
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam, rasa nyeri pasien dapat
berkurang
Kriteria Hasil:
Intervensi:
a. Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala
nyeri (0-10 )
Rasional: dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk intervensi
selanjutnya.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak
nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.
d. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas
mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.
e. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan