Anda di halaman 1dari 4

Taufik Mahlan

58 th.

Avogadro, Atom, Molekul, Elpiji


REP | 09 June 2011 | 18:05 9 0 Nihil

Bangun pagi: kopi, koran, politik, korupsi. Nyalakan TV: sinetron, selebriti, gosip, verbal,
dangkal.

TV kabel: lumayan, tersegmentasi. Mau nonton filem tanpa terganggu iklan, ada HXX, yang
tersegmentasi lagi dalam regular, hit, signature, dan family. Mau drama kriminal, ada. Mau
kriminal saja, ada. Agama, ada. Olah raga saja, ada. Berita saja, kekacauan maupun keuangan,
ada. Mau yang banyak hutan dan alami, fauna, flora, ada. Mau sains, ada.

Sayang, TV kabel harus bayar, sehingga acara-acara yang membantu meningkatkan pengetahuan
dan kecerdasan umum ini hanya ditonton sedikit orang. Lagipula tak semua orang kepingin
pengetahuan dan kecerdasannya meningkat.

Para pemimpin (negara, agama) tak mau rakyat/pengikutnya jadi kritis dan menjadi pendebat
apalagi pembangkang. Rakyat sendiri, ada yang sukanya menangis ikut meratapi nasib malang
fiktif pemeran sinetron dalam sinetron.

Semuanya sudah sibuk sendiri, dalam dunianya sendiri. Tak menyadari ada dunia alternatif. Tak
mau tahu.

Ada juga yang bangun pagi lantas mencoba memahami bagaimana dunia ini berputar. Tapi
pemahaman tak mungkin datang seketika, karena dunia ini sudah sangat kompleks. Menggerutu
jauh lebih mudah. Mencela, menuduh, mengumpat, bisa dilakukan tanpa modal, apalagi kalau
sedang terjebak kemacetan jalan raya akibat ketidakbecusan pengelola kota (nah, kan?).

Kamu saja jadi walikota. Kata istri saya.

Saya mau saja. Tapi saya tak akan terpilih karena banyak sebab. Lagipula, kompetensi saya
memang bukan menata kota, tetapi mengeluh dan menuding saja. Saya menjawab.

Membereskan rumah saja nggak becus. Istri saya menuding saya. Karena pembantu berhenti,
pagi tadi saya kebagian menyapu dan mengepel. Saya menyapu dan mengepel tanpa
memindahkan atau menggeser apapun. Menurut istri saya, pekerjaan saya itu tidak betul. Lantai
masih kotor. Istri saya tidak paham perbandingan. Kalau ada sedikit saja yang masih kotor, maka
rumah masih kotor. Padahal Cuma ada beberapa jejak kaki kucing di bawah sebuah kursi,
sementara seratusan meter persegi lantai lainnya sudah saya bikin wangi cemerlang.
Saya mengepel dengan tergesa-gesa karena sedang menyiapkan materi pelatihan mengenai gas.
Gas Elpiji, yang sekarang sudah jadi primadona bahan bakar untuk memasak. Pertama, saya akan
melatih anak-anak muda yang sedang membuat sistem pengendalian dan perhitungan otomatis
depot Elpiji (bagaimana bisa membuat perhitungan kalau tidak tahu karakteristik gas Elpiji
dalam tangki). Giliran berikutnya adalah mereka yang akan menjalankan depot Elpiji itu.

Menghitung berat Elpiji cair, mudah saja. Ukur densitasnya, kalikan dengan volumenya, itulah
berat. Tetapi selain Elpiji cair, di dalam tangki ada juga uap Elpiji. Mengukur densitas uap Elpiji
di dalam tangki bukan pekerjaan mudah, dan belum pernah dilakukan di sini. Padahal volume
uap Elpiji yang terlibat cukup besar. Ribuan meter
kubik.

Elpiji sendiri adalah campuran antara propana dan


butana, dan masing-masing memiliki karakteristik
fisika yang berbeda. Pada suhu yang sama, tekanan
propana lebih tinggi dari butana, tetapi densitas butana
lebih besar dari propana (biasanya begitu, zat cair yang
densitasnya lebih rendah, lebih mudah menguap).
Dalam kondisi cair, sifat ini tak ada pengaruhnya
terhadap proporsi mereka. Kalau 1000 ton propana cair
dicampurkan dengan 1000 ton butana cair, maka
proporsinya adalah 1:1, atau sering disebut
50:50. Dalam bentuk cair proporsi mereka tetap begitu.
Tetapi proporsi propana dan butana dalam bentuk gas
(uap) tidak lagi sama dengan proporsi mereka dalam
bentuk cair. Inilah subyek yang harus saya jelaskan. Di
dapur, ibu-ibu tak ada urusan dengan berapa % propana
dan berapa % butana yang mengalir dan menyala di
kompor atau oven mereka. Yang penting menyala
dengan bersih dan memberikan panas yang diperlukan.
Tetapi dalam hal inventaris stok di depot Elpiji,
proporsi propana-butana dalam fasa gas ini ini harus
diketahui dengan sebaik-baiknya, dengan pengukuran
dan perhitungan, karena jumlah yang terlibat ribuan

meter kubik , yang berarti ribuan kilogram. Kalau salah


hitung, depot bisa terlihat memiliki Elpiji lebih dari yang seharusnya. Padahal pada operasi
depot Elpiji, selalu ada Elpiji yang terbuang, sehingga selalu ada rugi-rugi.

Ini akan melibatkan rumus-rumus gas ideal, Dalton,Antoine, Rackett, Raoult, dengan masukan
dari pengukuran tekanan dan suhu.

Sebelum itu, saya kira baik untuk menjelaskan terlebih dahulu bilangan Avogadro.

Lorenzo Romano Amedeo Carlo DeMarkus Avogadro adalah nama lengkapnya menurut
Wikipedia. Lahir di Turin pada tahun kemerdekaan Amerika (1776), lulus pendidikan hukum
gereja pada umur 20, dan segera berpraktek.
Tapi tak lama kemudian ia lebih mencurahkan
perhatian kepada fisika dan matematika, dan
mulai 1809 mengajarkannya di SMA milik
keluarganya. Tahun 1811 ia menerbitkan artikel
yang memuat hipotesis bahwa pada tekanan dan
suhu tertentu, jumlah molekul gas pada volume
tertentu adalah sama untuk gas apa saja
(sembarang gas).

Tahun 1820 Avogadro menjadi profesor fisika


di Turin.

Pada masa itu kata molekul dan atom


memiliki makna yang sama. Sekarang, kita
sepakat bahwa atom adalah bagian dari
molekul.

Atom adalah bagian terkecil dari unsur atau


elemen (H, He, N, O, dsb.).

Molekul adalah bagian terkecil dari senyawa


(air, propana, butana, dsb.).

Senyawa adalah gabungan kimia antara beberapa atom (H2O (air), C3H8 (propana),
C4H10 (butana)).

Menurut Avogadro, seliter gas nitrogen pada suhu 0oC dan tekanan 1 atm, jumlah molekulnya
sama dengan jumlah molekul seliter gas propana pada suhu dan tekanan yang sama, sama
dengan jumlah molekul gas atau uap apa saja pada suhu dan tekanan yang sama. Dengnan
demikian, menurut Avogadro, perbandingan berat gas-gas pada volume, tekanan dan suhu yang
sama mencerminkan perbandingan berat molekul mereka.

Avogadro sendiri tidak pernah tahu bilangan yang sekarang kita kenal sebagai bilangan
Avogadro. Jean Perrin, seorang ilmuwan Perancis, tahun 1909 mengusulkan untuk menamai
angka hasil pengukuran dan perhitungannya dengan bilangan Avogardo. Tahun 1926 Perrin
mendapat hadiah Nobel untuk keberhasilannya mengungkapkan bilangan Avogadro.

Bilangan Avogadro berubah dari tahun ke tahun, mengikuti ketelitian yang dicapai dalam
eksperimen/pengukuran ilmiah dan kesepakatan internasional. Angkanya sekarang adalah 6,022
141 791023. Ini adalah jumlah atom atau molekul yang ada pada setiap mol zat. Bila diukur
dengan satuan gram, satu mol zat sama dengan berat atom atau berat molekulnya. Berat atom
oksigen adalah 15,999. Karena oksigen adalah diatomik, maka molekulnya, O2, memiliki berat
molekul 31,998. Satu mol O2beratnya 31,998 gram.
Pada kenyataannya, ide dari mengamati gas ternyata berlaku untuk zat dalam fasa apapun.
Bilangan Avogadro berlaku untuk semua zat dalam segala fasa.

1023 adalah seratus milyar triliun.

Perhitungan Elpiji tidak perlu menggunakan bilangan Avogadro. Tetapi apa yang dikemukakan
Avogadro baik juga untuk kita pahami.

Anda mungkin juga menyukai