Anda di halaman 1dari 23

P1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Reaktor tangki berpengaduk pada industri berskala sering diaplikasikan karena
kemampuan operasinya yang dapat diatur kapasitasnya. Pengoperasian reaktor alir tangki
berpengaduk meliputi tiga tahap yaitu pengisian reaktor tinggi overflow, kondisi kontinyu
dan kontinyu steady state. Evaluasi variabel-variabel operasi sangat mudah dilakukan pada
kondisi steady state.
Pemodelan matematik diperlukan untuk mempermudah analisa permasalahan yang
timbul. Model matematika yang diusulkan diuji keakuratannya dengan membandingkan
dengan data-data percobaan, diselesaikan dengan cara analisis jika persamaan itu mudah
diselesaikan. Penyelesaian numerik sangat dianjurkan untuk memperoleh nilai k, tetapan
transfer massa, dan orde reaksi yang merupakan adjustable parameter. Sehingga perlu
adanya praktikum reaktor ideal aliran kontinyu bagi mahasiswa teknik kimia.

I.2 Tujuan Percobaan

1. Menghitung harga konstanta reaksi penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH.

2. Mengetahui pengaruh pengadukan terhadap harga konstanta reaksi penyabunan (k) etil
asetat dengan NaOH.

3. Mengetahui hubungan orde reaksi dengan harga konstanta reaksi penyabunan (k) etil
asetat dengan NaOH.

4. Membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model matematis reaksi


penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu.

I.3 Manfaat Percobaan

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh waktu terhadap konsentrasi NaOH sisa.


P1

2. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh pengadukan terhadap harga konstanta reaksi


penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH.

3. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan orde reaksi dengan harga konstanta reaksi
penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH.

4. Mahasiswa dapat membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model


matematis reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu.
P1

1. BAB II

2. TINJAUAN PUSTAKA
3.
4. II.1. REAKTOR BATCH
5. Neraca bahan pada reaktor secara simultan
6. output
7. input Reaktor reaktan bereaksi
8. akumulasi
9. GambarII. 1 Bagan Neraca Massa Suatu Sistem
10. input = 0
11. output = 0
12. Reaktan yang bereaksi = (-rA)
13. Input = output + reaktan yang bereaksi + akumulasi
14. 0 = 0 + v (-rA) +

d ( NA)
dt (1)

15. 0 = Vi (-rA) +

d [NAo (1XA ) ]
dt (2)

16. 0 = Vi (-rA)

NAodXA
dt (3)

17. dt =

NAo
dXA (4)
Vi (r A)

18. t = NAo

XA
dXA
Vi(r A) (5)
0

19. Pada volume konstan


P1

20. CA = CAo (1-XA)


21. dCA = -CAo.dXA
(6)
22. Pers. (6) masuk ke pers.
(5) diperoleh
XA
dNA
23. t = CAo rA
0

CA
dCA
=- rA (7)
CAo

24.
25. II.2. REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU / REAKTOR ALIR TANGKI
BERPENGADUK (CSTR)
26. Tahapan yang terjadi pada reactor CSTR ini terbagi dalam 3 tahap proses,
yaitu :
a. Tahap Pertama
27. Tahap pertama dimulai saat t = 0 sampai terjadi overflow
28. Dari hukum kekekalan massa
29. Akumulasi = input-output
dv
30. dt = Fo 0 (8)

31. dV = Fo.dt , pada t = 0 V = 0


32. karena density laju alir dianggap konstan maka volumenya hanya merupakan
fungsi dari waktu.
33. V = Fo. T (9)
34. Sedangkan dari neraca komponen :
35. Akumulasi = input output laju konsumsi karena reaksi
d
36. (V .C ) = Fo. Co 0 V (-rA) (10)
dt

37. Dalam hal ini :


38. V = volume bahan dalam reaktor (l)
39. C = kondentrasi molar reaktan dalam reaktor (mol/l)
40. Fo = laju alir reaktan masuk (l/ menit)
41. Co = konsentrasi molar reaktan dalam feed (mol/l)
P1

42. t = waktu reaksi (menit)


43. -rA = kecepatan reaksi (mol/menit)
44. Reaksi yang terjadi =
45. A+BC+D
46. - rA = k C A CB , karena CA = CB maka
47. - rA = k CA2 = k C2 (11)
48. Pers. (11) pers.(10)
d
49. (V .C ) = Fo. Co V.k.C2
dt

dC dV
50. V dt +C dt = Fo. Co V.k.C2 (12)

51. Pers. (9) pers. (12)


dC
52. Fo.t. dt + C.Fo = Fo.Co F.t.k.C2 (13)

dC Co C
53. dt = t - t - k.C2

(14)
54. Dengan menggunakan boundary condition pada t=0 , C = Co dan substitusi U

Cdt
= exp [k maka pers.14 menjadi :
2
d2U dU
55. t +t dt - k.U. Co. t = 0
d t2

(15)
56. Pers. (15) diubah menjadi fungsi Bessel dengan substitusi z = t0,5 , menjadi :

d2V
2
dV
57. z. +z dt - 4.k.Co.z2.u = 0
d t2

(16)
58. Pers. (16) merupakan modifikasi pers.Bessel yang mempunyai bentuk umum
sebagai berikut:
2
2
d y dy
59. x. 2 + x (a + 2bxr) dx + [c + dx2s b(1-a-r) x.r + b2.x2.r].y = 0 ...
dt

(17)
P1

60. Dari pers.(5) didapatkan :


61. a=1
62. r=0


2
1 (1a)
63. p= c = 0
s 2

64. b=0 s=0 p=0

65. c=0 d = -4.k.Co


d
s
= imajiner

66. Sehingga penyelesaian pers. (16) adalah :


67. U = C1. zp. ( 4. k .Co . z ) + Cz. zp.( 4. k .Co . z ) (18)
68. Pada t = 0, z = 0 zp = ~
69. Sehingga Cz = 0
70. U = C1. Zp ( 4. k .Co . z )
71. Karena p = 0 dan d /s = imaginer
72. Maka = U = C1. I0 ( 4. k .Co . z )
dU d
73. dt = dz C1. I0 ( 4. k .Co . z )

(19)
74. Dari Sherwood halaman 178 pers. (5.83) didapatkan
dU
75. dt = C1. ( 4. k .Co . z ) I0 ( 4. k .Co . z )

(20)
76. Dari substitusi semula, diperoleh :
dU
77. dt = 2.k. Cz. C1. I0 ( 4. k .Co . z ) (21)

78. Maka pers. (14) dan (15) diperoleh :


79. C1. ( 4. k .Co . z ) I0 ( 4. k .Co . z ) =k. C. C1. I0 ( 4. k .Co . z )
( 4. k .Co . z) I 0 ( 4. k . Co . z )
80. C= k .C 2 . C . I 0 ( 4. k . Co . z )

C0. T 1 (2 k . Co .T )
81. C= k .t .T 0 (2 k . Co .T ) (22)

b. Tahap Kedua
P1

82. Pada tahap ini proses berjalan kontinyu, namun belum tercapai kondisi steady
state. Dapat dinyatakan dengan :
dV
83. C = f(t) dan V= konstan =0
dt

84. Dari neraca massa komponen diperoleh :


d
85. (V .C ) = F.Co F.C k.V.C2 (23)
dt

dC dV
86. V dt -C dt = F.Co F.C - k.V.C2 (24)

87. Apabila T = t waktu, menit


V
88. = F konstanta waktu

89. Pers. (24) menjadi


dC Co C
90. dt = - k. C 2

(25)
91. Pada keadaan steady state C = Co
92. Penyelesaian partikular pers. (25) adalah C C s, dimana Cs adalah konsentrasi
pada keadaan steady.
93. Substitusikan C = Cs + 1/s
94. Pers. (25) berubah menjadi pers.differential orde 1 yang mana dapat
diselesaikan dengan metode factor integrasi
1
95. C Co = K (26)
B . sxp ( AT )
A

96. C1 adalah konsentrasi awal tiap tahap kedua yaitu pada saat t = yang
diperoleh dengan pengukuran konsentrasi contoh.
c. Tahap Ketiga
97. Pada tahap ini proses berjalan dalam keadaan steady state dan akumulasi = 0
98. Dari neraca komponen , diperoleh :
99. F Co = F.C + Vr (27)
100. F Co = F.C + V.k.Cs2 (28)
V
101. Co = Cs + F k. Cs 2 (29)
P1

102. k. . Cs 2 + Cs Co = 0 (30)
103. Apabila k diketahui maka Cs dapat diprediksikan. Sebaliknya apabila Cs
diukur maka nilai k dapat dihitung. Pers. (30) merupakan persamaan aljabar biasa
dan dapat diselesaikan dengan mudah.
104.
105. II. 3. TINJAUAN THERMODINAMIKA
106. Reaksi = CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa + C2H5OH
107. Untuk menetukan sifat reaksi apakah berjalan eksotermis / endotermis maka
perlu membuktikan dengan menggunakan panas permbentukan standart (Hf) pada 1
atm dan 298 K dari reaktan dan produk
108. H298 = Hreaktan - Hproduk
109. Diketahui data sebagai berikut :
110. H CH3COOC2H5 = -444.500 J/mol
111. H NaOH = -425.609 J/mol
112. H CH3COONa = -726.100 J/mol
113. H C2H5OH = -235 J/mol
114. Sehingga
115. H reaksi = (H CH3COONa + H C2H5OH) (H
CH3COOC2H5 + H NaOH )
116. = (-726.100 + -235.609) (-444.500 - 425.609)
117. = -91600 J/mol
118. Karena H bernilai negative maka reaksi yang berlangsung adalah reaksi
eksotermis yang menghasilkan panas.
119. Selain dapat mengetahui bahwa reaksi tersebut eksotermis,
berdasarkan tinjauan thermodinamikajuga dapat diketahui apakah reaksi tersebut
berjalan searah atau bolak balik dapat diketahui dari nilai konstanta keseimbangan
reaksi. Pada suhu kamar diperoleh data :
120. G CH3COOC2H5 = -328 000 J/mol
121. G NaOH = -379 494 J/mol
122. G CH3COONa = -631 200 J/mol
123. G C2H5OH = -168 490 J/mol
124. Sehingga,
125. G reaksi = G produk - G reaktan
P1

126. = [G CH3COONa + G C2H5OH] [G


CH3COOC2H5 + G NaOH]
127. = [-631 200 - 168 490] J/mol [-328 000 -379 494]
128. = -92196 J/mol
d H
129. ( G/ RT ) = 2
dT RT

130. G = RT ln K
( G / RT )
131. K pada standar 298 K = e
132. Dari data di atas diperoleh nilai konstanta keseimbangan pada temperature 298
K adalah 4,179 x 1067. Pada temperature operasi, harga K dihitung dengan persamaan:
K H 1 1
133. ln ( k ' ) = - ( )
R T T1

4,19 .10
67
91091 1 1
134. ln ( ) =- ( )
k' 1,987 298 343

135. = 20, 1827


136.
k = 7, 715 . 1058
137. Karena harga konstanta keseimbangan besar, maka reaksi berlangsung searah
(irreversible).
138.
139. II. 4. TINJAUAN KINETIKA
140. Ditinjau dari kinetika reaksi, kecepatan reaksi saponifikasi etil asetat
dengan NaOH akan makin besar dengan kenaikan suhu, adanya pengadukan dan
perbedaan konsentrasi. Hal ini dapat dijelaskan oleh persamaan Arrhenius yaitu

141.
142. Dengan :
143. k = konstanta laju reaksi
144. A = faktor frekuensi tumbukan
145. T = suhu
146. EA = Energi aktivasi
147. R = konstanta gas ideal
148. = 1,98 cal/gm-mol.oK
149. = 1,98 Btu/lb-mol.oR
P1

150. =82,06 cm3.atm/gm-mol.oK


151. Berdasarkan persamaan Arrhenius dapat dilihat bahwa konstanta laju reaksi
dipengaruhi oleh nilai faktor frekuensi tumbukan, suhu,dan energi aktivasi.
152.
153. II. 5. SIFAT FISIS DAN KIMIA REAGEN
1) NaOH
154. Sifat fisis :
155. - Berat Molekul = 40 gr/mol
156. - Titik didih = 134 C
157. - Titik lebur = 318, 4 C
158. - Berat jenis = 2, 130 gr/mol
159. - Kelarutan dalam 100 bagian air dingin 10 C = 42
160. - Kelarutan dalam 100 bagian air panas 100C = 32
161. Sifat kimia :
162. - Dengan Pb(NO3)2 membentuk endapan Pb(OH)2 yang larut dalam
reagen excess, merupakan basa kuat, mudah larut dalam air.
2) Etil Asetat
163. Sifat fisis : Berat jenis = 1, 356 gr/mol
164. Titik didih = 85 C
165. Berat molekul = 88 gr/mol
166. Titik lebur = -111 C
167. Sifat kimia:
168. Bereaksi dengan Hg+ membentuk endapan Hg2Cl2 putih yang tidak
larut dalam air panas dan asam encer tetapi larut dalam ammonia encer dan KCN
tiosulfat, beraksi dengan Pb2+ membentuk PbCl2 putih, mudah menguap apabila
dipanaskan.
169.
170. II.6. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA k
171. Persamaan Arhenius
172.
1. Frekuensi tumbukan
173. Pengadukan akan memperbesar tumbukan partikel sehingga akan
menurunkan energi aktivasi, jika energi aktivasi turun, maka kecepatan reaksi
juga naik
P1

2. Energi aktivasi
174. Energi aktivasi merupakan energi minimum yang diperlukan bagi
reaksi untuk berlangsung. Semakin rendah energi aktivasi, maka reaksi akan
berjaan semakin cepat.
3. Suhu
175. Semakin tinggi suhu, maka reaksi akan berjalan semakin cepat.
4. Konsentrasi pereaksi
176. Perbedaan konsentrasi reaktan akan mempengaruhi kecepatan reaksi.
Semakin besar konsentrasi maka semakin banyak partikel yang bertumbukan
sehingga harga konstanta laju reaksi semakin besar pula.
5. Katalis
177. Katalis dapat mempercepat reaksi karena kemammpuannya
mengadakan reaksi dengan paling sedikit satu molekul reaktan untuk
menghasilkan senyawa yang lebih aktif. Interaksi ini akan meningkatkan laju
reaksi.
178. (Levenspiel, O., 1999, Chemical Reaction Engineering halaman 72 ).
179.
180. II.7. MENGHITUNG HARGA KONSTANTA REAKSI PENYABUNAN (k) ETIL
ASETAT DENGAN NaOH
181. Reaksi : NaOH + CH3COOC2H5 CH3COONa + C2H5OH
182. A + B C + D
183. Persamaan kecepatan reaksi:
A. Apabila Konsentrasi CA = CB
dCa
184. ra= =k .Ca . Cb dimana Ca=Cb
dt

dCa
185. =k . Ca 2
dt

dCa
186. =k . dt
Ca2
Ca t

187. dCa 2
= k . dt
Cao Ca 0

Ca

188. [ ]1
Ca Cao
=k . t
P1

1 1
189. =k . t
Ca Cao

1 1
190. =k . t+
Ca Cao

191. y = mx+c, dimana m(slope) = nilai k

192.
193.
B. Apabila Konsentrasi CACB
dCA dCB
rA= = = k CA CB dimana CACB
194.
dt dt

195. Jika dipilih A sebagai reaktan pembatas, maka :


CA
196. CA = CAo ( 1 XA ) XA = 1 CAo

197. CB = CBo CAo XA


1 dNA
198. rA=
V dt

NAoNAoXA

199. d
1

V

NA dXA
200. ( ) jika V konstan
V dt

dXA
201. rA=CAo = k (CAo CAo XA ) (CBo CAo XA ),
dt

CBo
M=
CAo
P1

dXA
202. = k CAo ( 1 XA ) (M XA )
dt
XA t

203. ( 1XAdXa
) (M XA)
=k CAo dt
o 0

1 1
204. ln =CAo kt
( M 1) ( M (1X ) )

M (1 XA)

205. M1
( M XA)
ln

206. y = mx dimana m ( slope) = ( CBoCAo ) k

207.
208. (Levenspiel. O., 1999, Chemical Reaction Engineering)
209.
210. II.8. MENGHITUNG ORDE REAKSI
211. Untuk menghitung orde reaksi menggunakan persamaan:
A. Apabila Konsentrasi CA = CB
dCa
212. =k Caa Cbb Ca=Cb
dt

dCa
213. =k Can n=a+b
dt

dCa n
214. ln =ln k +ln Ca
dt

dCa
215. ln =n . ln Ca+ln k y = mx + c m = n = orde reaksi
dt
P1

216.
B. Apabila Konsentrasi Ca Cb
dCa a b
217. =k Ca Cb Ca Cb
dt

dCa a b
=ln k +ln Ca + ln Cb
218. dt
ln

dCa
219. ln =ln k +a . ln Ca+ b . lnCb
dt

220. y = a + bx1 + cx2 (least square regresi berganda)


221. Orde reaksi (n) didapat dari penjumlahan n = b + c
222. (Levenspiel. O., 1999, Chemical Reaction Engineering)
P1

223. BAB III


224. METODE PERCOBAAN
225.
226.III.1. BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN
227. III.1.1 Bahan Yang Digunakan
1. NaOH 0, 03 N
2. Etil asetat 0, 03 N
3. HCl 0,02 N
4. Indikator MO
5. Aquadest
228. III.1.2 Alat Yang Dipakai
1. Pipet
2. Thermometer
3. Magnetic stirer
4. Reaktor Batch
5. Gelas Ukur
6. Buret
7. Statif dan Klem
8. Erlenmeyer
9. Rangkaian alat reaktor aliran kontinyu
229.
230.III.2. GAMBAR RANGKAIAN ALAT PERCOBAAN
231. a. Proses Batch

232.
233.
234. GambarIII.1Gambar Alat Utama Proses Batch
235.
236.
P1

237. Keterangan :
238. 1. Reaktor Batch
239. 2. Stirer
240. 3. Statif
241. b. Proses kontinyu

242.
243. Gambar III.2.Gambar Alat Utama Proses Kontinyu
244. Keterangan :
245. 1. Reaktor Kontinyu
246. 2. Stirrer
247. 3. Statif
248. 4. Tangki Umpan NaOH
249. 5. Tangki Umpan Etil Asetat
250. 6. Pompa
251.
252. III.3. VARIABEL PERCOBAAN
253.Variabel Berubah
1. Tanpa Pengadukan
2. Pengadukan Lambat
3. Pengadukan Cepat
254.Variabel Tetap
255.Konsentrasi NaOH : 0, 03N
256.Konsentrasi Etil Asetat : 0, 03 N
257.Volume = 1 L
258.Suhu : 25oC
259.Waktu : 1 menit
P1

260. Konsentrasi HCl 0,02 N


261.
262. III.4. RESPON UJI HASIL
263.Konsentrasi NaOH sisa yang dapat diamati dengan konsentrasi titran HCl sampai
TAT.
264.
265. III.5. PROSEDUR PERCOBAAN
266.Percobaan Batch
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0, 03 N, HCl 0,02 N, dan NaOH 0, 03 N.
2. Masukkan etil asetat 0, 03 N dan NaOH 0, 03 N masing-masing 1 L ke dalam reaktor
batch.
3. Ambil sampel 5 ml tiap 1 menit, kemudian tambahkan indikator MO 3 tetes ke dalam
sampel dan titrasi dengan HCl sampai warna merah orange. Titrasi dihentikan
sampai volume titran yang digunakan 3 kali konstan.
4. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH sisa).
5. Lakukan langkah 1 sampai 4 untuk variable tanpa pengadukan, pengadukan lambat
dan pengadukan cepat.
267.Percobaan Kontinyu
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0, 03 N, HCl 0,02 N, dan NaOH 0,
03 N.
2. Masukkan etil asetat 0, 03 N dan NaOH 0, 03 N ke dalam tangki umpan
masing-masing.
3. Pompa masing-masing reaktan ke dalam CSTR yang kosong dan menjaga
konstan laju alirnya serta mereaksikannya.
4. Ambil sampel 5 ml tiap 1 menit, kemudian tambahkan indikator MO 3 tetes ke
dalam sampel dan titrasi dengan HCl sampai warna merah orange. Titrasi dihentikan
sampai volume titran yang digunakan 3 kali konstan.
5. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH sisa).
6. Lakukan langkah 1 sampai 5 untuk variable tanpa pengadukan, pengadukan
lambat dan pengadukan cepat.
268.
269.
270.
271.
P1

272.
273.
274. BAB IV

275. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

276.

277. 4.1 Penentuan Harga Orde Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan
NaOH
278.
279. Tabel 4.1 Nilai regresi dari grafik orde 1 dan orde 2 pada setiap
variabel

280. Varia 281. R2


bel 283. Orde 1 284. Orde 2
285. Tanp
a
286. 0,8961 287. 0,9291
pengadu
kan
288. Peng
adukan 289. 0,7037 290. 0,7465
sedang
291. Peng
adukan 292. 0,5942 293. 0,6
cepat
294.
295. Untuk mengetahui orde reaksi dari reaksi penyabunan etil asetat
dengan NaOH kita dapat mengetahuinya dengan metode integral, yaitu dengan
menebak mekanisme reaksi dari yang sederhana yaitu orde 1 hingga orde 2 dan
memplotkan data yang didapat dari praktikum ke dalam sebuah grafik fungsi waktu

Ca
atau f(x) = f(t). Untuk orde 1 maka yang di plot pada sumbu y adalah ln Cao ,

1
untuk orde 2 di mana Ca = Cb maka yang di plot pada sumbu y adalah Ca , dan
P1

Cb
untuk orde 2 di mana Ca = Cb maka yang di plot di sumbu y adalah ln Ca .

Langkah selanjutnya yaitu dengan menentukan grafik yang paling linear dengan
membandingkan nilai regresi dari masing masing grafik orde 1 dan orde 2. R 2 atau
koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistik yang dapat digunakan untuk
mengetahui apakah ada hubungan pengaruh antara dua variabel. Nilai R2 dikatakan
baik jika berada di atas 0,5 karena nilai R2 berkisar antara 0 dan 1. Semakin
mendekati 1 maka korelasi semakin sempurna.
296. Sehingga orde reaksi dari variabel tanpa pengadukan adalah orde 2 ,
orde reaksi dari variabel pengadukan sedang adalah orde 2 dan orde reaksi dari
variabel pengadukan cepat adalah orde 2. Hal ini juga telah sesuai dengan refrensi
yang ada, di mana reaksi etil asetat dan NaOH seperti berikut ini :
297. CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa + C2H5OH
298. Jika reaksi di atas adalah reaksi elementer, maka orde reaksinya adalah
2. Orde reaksi dicari dari persamaan :
299. -rA = k[CH3COOC2H5] [NaOH]
300. -rA = k[Ca] [Cb] di mana [Ca] = [Cb]
301. -rA = k {Ca]2
302. Pada reaksi elementer, orde reaksi dicari dengan melihat pangkat
konsentrasi reaktan sedangkan untuk reaksi nonelementer, orde reaksi dicari melalui
perhitungan data hasil percobaan.
303.
(Levenspiel. O., 1999)
304.
305. 4.2 Perhitungan Harga Konstanta Reaksi Penyabunan Etil Asetat
dengan NaOH

306. Tabel 4.2 nilai konstanta reaksi (k) pada masing masing variabel
308. Nilai k (L/mol .
307. Variabel menit)
309. 310. O 311. O
rde rde
1 2
312. Tanpa pengadukan 313. 0 314. 3
,13 ,69
P1

029 1
315. Pengadukan sedang 316. 0 317. 3
,07 ,32
44 3
318. Pengadukan cepat 319. 0 320. 3
,06 ,24
969 5
321.
322. Reaksi yang terjadi pada percobaan penyabunan etil asetat dengan
NaOH adalah :
323. CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa + C2H5OH
324. Nilai konstanta kecepatan reaksi (k) dapat diperoleh dari proses reaksi secara
batch. Orde 2 reaksi dapat dicari dengan persamaan :
325. -rA = k [CH3COOH] [NaOH]
326. -rA = k [Ca] [Cb] di mana Ca=Cb
327. -rA = k [Ca]2
328. Orde 1 : -ln (Ca/Ca0) = k . t
329. Orde 2 : 1/Ca = k.t + 1/Ca0
330.
331. Berdasarkan hasil percobaan, diketahui bahwa reaksi penyabunan etil
asetat dengan NaOH merupakan reaksi orde 2. Harga konstanta reaksi (k) dapat
diketahui setelah menentukan orde reaksi dengan membuat persamaan linear dan
gradien yang diperoleh dari grafik adalah harga konstanta laju reaksi penyabunan etil
asetat atau untuk reaksi ode 2 Ca Cb nilai k dapat diperoleh dengan membagi nilai

m
gradien dengan selisih konsentraasi awal reaktan atau k = (CboCao) . Sehingga

konstanta reaksi dari variabel 1 (tanpa pengadukan) adalah 3,691 ; konstanta reaksi
dari variabel 2 (pengadukan sedang) adalah 3,323 ; dan konstanta reaksi dari variabel
3 (pengadukan cepat) adalah 3,245.
332.
(Levenspiel .O., 1999)
333.
P1

334. 4.3. Pengaruh Pengadukan Terhadap Harga Konstanta Reaksi Penyabunan


Etil Asetat dengan NaOH

335. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai


berikut :

336. Variabel 337. k{L/m


ol.menit}
338. Tanpa Pengadukan 341. 3,691
339. Pengadukan Lambat 342. 3,323
340. Pengadukan Cepat 343. 3,245
344.

345. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan pada masing-masing


variabel, didapatkan nilai konstanta kecepatan reaksi pada variabel tanpa
pengadukan adalah 3,691 ; variabel pengadukan sedang adalah 3,323 ; dan variabel
pengadukan cepat adalah 3,245.

346. Berdasarkan teori, pengadukan memberikan pengaruh terhadap


interfacial areanya. Semakin cepat pengadukan maka interfacial areanya semakin
besar sehingga transfer massa nya juga semakin cepat {Levenspiel, 1999 halaman
525}.

347. Namun, hal ini tidak sesuai dengan hasil percobaan yang kami
dapatkan. Pada hasil percobaan, harga konstanta kecepatan reaksi tertinggi
diperoleh pada variabel tanpa pengadukan, sedangkan harga konstanta kecepatan
reaksi terendah justru diperoleh pada variabel pengadukan cepat. Hal ini terjadi
karena tidak semua reaksi hanya bergantung pada variabel pengadukannya. Faktor
lain yang dapat mempengaruhi harga konstanta kecepatan reaksi adalah ukuran dari
atom-atom yang bereaksi itu sendiri. Apabila atom-atom yang bereaksi memiliki
ukuran yang sama, maka faktor pengadukan sangatlah berpengaruh terhadap harga
kosntanta kecepatan reaksi, karena semakin besar pengadukan maka proses transfer
massa akan semakin cepat. Namun, variabel pengadukan tidak terlalu berpengaruh
jika digunakan pada reaksi yang memiliki ukuran atom berbeda-beda. Karena saat
pengadukan dilakukan, akan memberikan interfacial area yang lebih luas, namun
belum tentu terjadi transfer massa yang efektif antara satu reaktan dengan reaktan
yang lain karena ukuran atomnya yang berbeda-beda, sehingga konstanta
P1

kecepatan reaksinya bisa jadi semakin besar atau justru semakin kecil karena reaksi
yang terjadi tidak efektif {Levenspiel, 1999 halaman 534}.

348. Seperti diketahui bahwa reaksi yang terjadi adalah :

349. CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa + C2H5OH

350. Berdasarkan persamaan tersebut, terjadi transfer massa antara atom O


dan Na membentuk CH3COONa dan transfer massa antara atom H dan O
membentuk C2H5OH . diameter atom O adalah 48 pm, H 53 pm, sedangkan Na 190
pm.

351.

352.

353.

354.

355.

356.

357.

358.

359.

360. BAB V

361. PENUTUP

362. 5.1. Kesimpulan

1. Harga konstanta kecepatan reaksi dapat diperoleh setelah menentukan orde reaksi
dengan membuat persamaan linier dan gradien yang diperoleh dari grafik adalah
harga kosntanta laju reaksinya.
2. Berdasarkan hasil percobaan, pengadukan tidak selamanya berpengaruh pada
reaksi karena semakin cepat pengadukan belum tentu transfer massanya semakin
P1

cepat, hal ini karena transfer massa juga dipengaruhi oleh ukuran atom-atom yang
bereaksi.
3. Orde reaksi dapat diperoleh dengan metode integral yaitu dengan memplot orde 1
dan orde 2 kemudian dipilih orde yang memberikan harga regresi paling
mendekati satu.
4. Berdasarkan hasil percobaan, pada variabel tanpa pengadukan dan pengadukan
sedang, Ca praktis lebih kecil dari Ca model. Sedangkan pada pengadukan cepat,
Ca praktis lebih besar dari Ca model. Hal ini karena Ca praktis diperoleh dari
percobaan dengan variabel pengadukan sehingga keakuratannya lebih rendah dari
Ca model yang diperoleh dari perhitungan matematis yang tidak dipengaruhi oleh
variabel-variabel.
363.

5.2. Saran
1. Teliti dalam pengamatan TAT.
2. Mengatur debit input dan output saat proses kontinyu harus seimbang.
3. Pengaturan pengadukan sesuai dengan variabel.
4. Debit reaktan yang masuk pada proses kontinyu harus sama.
364.

Anda mungkin juga menyukai