Riak P1
Riak P1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Menghitung harga konstanta reaksi penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH.
2. Mengetahui pengaruh pengadukan terhadap harga konstanta reaksi penyabunan (k) etil
asetat dengan NaOH.
3. Mengetahui hubungan orde reaksi dengan harga konstanta reaksi penyabunan (k) etil
asetat dengan NaOH.
3. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan orde reaksi dengan harga konstanta reaksi
penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH.
1. BAB II
2. TINJAUAN PUSTAKA
3.
4. II.1. REAKTOR BATCH
5. Neraca bahan pada reaktor secara simultan
6. output
7. input Reaktor reaktan bereaksi
8. akumulasi
9. GambarII. 1 Bagan Neraca Massa Suatu Sistem
10. input = 0
11. output = 0
12. Reaktan yang bereaksi = (-rA)
13. Input = output + reaktan yang bereaksi + akumulasi
14. 0 = 0 + v (-rA) +
d ( NA)
dt (1)
15. 0 = Vi (-rA) +
d [NAo (1XA ) ]
dt (2)
16. 0 = Vi (-rA)
NAodXA
dt (3)
17. dt =
NAo
dXA (4)
Vi (r A)
18. t = NAo
XA
dXA
Vi(r A) (5)
0
CA
dCA
=- rA (7)
CAo
24.
25. II.2. REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU / REAKTOR ALIR TANGKI
BERPENGADUK (CSTR)
26. Tahapan yang terjadi pada reactor CSTR ini terbagi dalam 3 tahap proses,
yaitu :
a. Tahap Pertama
27. Tahap pertama dimulai saat t = 0 sampai terjadi overflow
28. Dari hukum kekekalan massa
29. Akumulasi = input-output
dv
30. dt = Fo 0 (8)
dC dV
50. V dt +C dt = Fo. Co V.k.C2 (12)
dC Co C
53. dt = t - t - k.C2
(14)
54. Dengan menggunakan boundary condition pada t=0 , C = Co dan substitusi U
Cdt
= exp [k maka pers.14 menjadi :
2
d2U dU
55. t +t dt - k.U. Co. t = 0
d t2
(15)
56. Pers. (15) diubah menjadi fungsi Bessel dengan substitusi z = t0,5 , menjadi :
d2V
2
dV
57. z. +z dt - 4.k.Co.z2.u = 0
d t2
(16)
58. Pers. (16) merupakan modifikasi pers.Bessel yang mempunyai bentuk umum
sebagai berikut:
2
2
d y dy
59. x. 2 + x (a + 2bxr) dx + [c + dx2s b(1-a-r) x.r + b2.x2.r].y = 0 ...
dt
(17)
P1
2
1 (1a)
63. p= c = 0
s 2
(19)
74. Dari Sherwood halaman 178 pers. (5.83) didapatkan
dU
75. dt = C1. ( 4. k .Co . z ) I0 ( 4. k .Co . z )
(20)
76. Dari substitusi semula, diperoleh :
dU
77. dt = 2.k. Cz. C1. I0 ( 4. k .Co . z ) (21)
C0. T 1 (2 k . Co .T )
81. C= k .t .T 0 (2 k . Co .T ) (22)
b. Tahap Kedua
P1
82. Pada tahap ini proses berjalan kontinyu, namun belum tercapai kondisi steady
state. Dapat dinyatakan dengan :
dV
83. C = f(t) dan V= konstan =0
dt
dC dV
86. V dt -C dt = F.Co F.C - k.V.C2 (24)
(25)
91. Pada keadaan steady state C = Co
92. Penyelesaian partikular pers. (25) adalah C C s, dimana Cs adalah konsentrasi
pada keadaan steady.
93. Substitusikan C = Cs + 1/s
94. Pers. (25) berubah menjadi pers.differential orde 1 yang mana dapat
diselesaikan dengan metode factor integrasi
1
95. C Co = K (26)
B . sxp ( AT )
A
96. C1 adalah konsentrasi awal tiap tahap kedua yaitu pada saat t = yang
diperoleh dengan pengukuran konsentrasi contoh.
c. Tahap Ketiga
97. Pada tahap ini proses berjalan dalam keadaan steady state dan akumulasi = 0
98. Dari neraca komponen , diperoleh :
99. F Co = F.C + Vr (27)
100. F Co = F.C + V.k.Cs2 (28)
V
101. Co = Cs + F k. Cs 2 (29)
P1
102. k. . Cs 2 + Cs Co = 0 (30)
103. Apabila k diketahui maka Cs dapat diprediksikan. Sebaliknya apabila Cs
diukur maka nilai k dapat dihitung. Pers. (30) merupakan persamaan aljabar biasa
dan dapat diselesaikan dengan mudah.
104.
105. II. 3. TINJAUAN THERMODINAMIKA
106. Reaksi = CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa + C2H5OH
107. Untuk menetukan sifat reaksi apakah berjalan eksotermis / endotermis maka
perlu membuktikan dengan menggunakan panas permbentukan standart (Hf) pada 1
atm dan 298 K dari reaktan dan produk
108. H298 = Hreaktan - Hproduk
109. Diketahui data sebagai berikut :
110. H CH3COOC2H5 = -444.500 J/mol
111. H NaOH = -425.609 J/mol
112. H CH3COONa = -726.100 J/mol
113. H C2H5OH = -235 J/mol
114. Sehingga
115. H reaksi = (H CH3COONa + H C2H5OH) (H
CH3COOC2H5 + H NaOH )
116. = (-726.100 + -235.609) (-444.500 - 425.609)
117. = -91600 J/mol
118. Karena H bernilai negative maka reaksi yang berlangsung adalah reaksi
eksotermis yang menghasilkan panas.
119. Selain dapat mengetahui bahwa reaksi tersebut eksotermis,
berdasarkan tinjauan thermodinamikajuga dapat diketahui apakah reaksi tersebut
berjalan searah atau bolak balik dapat diketahui dari nilai konstanta keseimbangan
reaksi. Pada suhu kamar diperoleh data :
120. G CH3COOC2H5 = -328 000 J/mol
121. G NaOH = -379 494 J/mol
122. G CH3COONa = -631 200 J/mol
123. G C2H5OH = -168 490 J/mol
124. Sehingga,
125. G reaksi = G produk - G reaktan
P1
130. G = RT ln K
( G / RT )
131. K pada standar 298 K = e
132. Dari data di atas diperoleh nilai konstanta keseimbangan pada temperature 298
K adalah 4,179 x 1067. Pada temperature operasi, harga K dihitung dengan persamaan:
K H 1 1
133. ln ( k ' ) = - ( )
R T T1
4,19 .10
67
91091 1 1
134. ln ( ) =- ( )
k' 1,987 298 343
141.
142. Dengan :
143. k = konstanta laju reaksi
144. A = faktor frekuensi tumbukan
145. T = suhu
146. EA = Energi aktivasi
147. R = konstanta gas ideal
148. = 1,98 cal/gm-mol.oK
149. = 1,98 Btu/lb-mol.oR
P1
2. Energi aktivasi
174. Energi aktivasi merupakan energi minimum yang diperlukan bagi
reaksi untuk berlangsung. Semakin rendah energi aktivasi, maka reaksi akan
berjaan semakin cepat.
3. Suhu
175. Semakin tinggi suhu, maka reaksi akan berjalan semakin cepat.
4. Konsentrasi pereaksi
176. Perbedaan konsentrasi reaktan akan mempengaruhi kecepatan reaksi.
Semakin besar konsentrasi maka semakin banyak partikel yang bertumbukan
sehingga harga konstanta laju reaksi semakin besar pula.
5. Katalis
177. Katalis dapat mempercepat reaksi karena kemammpuannya
mengadakan reaksi dengan paling sedikit satu molekul reaktan untuk
menghasilkan senyawa yang lebih aktif. Interaksi ini akan meningkatkan laju
reaksi.
178. (Levenspiel, O., 1999, Chemical Reaction Engineering halaman 72 ).
179.
180. II.7. MENGHITUNG HARGA KONSTANTA REAKSI PENYABUNAN (k) ETIL
ASETAT DENGAN NaOH
181. Reaksi : NaOH + CH3COOC2H5 CH3COONa + C2H5OH
182. A + B C + D
183. Persamaan kecepatan reaksi:
A. Apabila Konsentrasi CA = CB
dCa
184. ra= =k .Ca . Cb dimana Ca=Cb
dt
dCa
185. =k . Ca 2
dt
dCa
186. =k . dt
Ca2
Ca t
187. dCa 2
= k . dt
Cao Ca 0
Ca
188. [ ]1
Ca Cao
=k . t
P1
1 1
189. =k . t
Ca Cao
1 1
190. =k . t+
Ca Cao
192.
193.
B. Apabila Konsentrasi CACB
dCA dCB
rA= = = k CA CB dimana CACB
194.
dt dt
NAoNAoXA
199. d
1
V
NA dXA
200. ( ) jika V konstan
V dt
dXA
201. rA=CAo = k (CAo CAo XA ) (CBo CAo XA ),
dt
CBo
M=
CAo
P1
dXA
202. = k CAo ( 1 XA ) (M XA )
dt
XA t
203. ( 1XAdXa
) (M XA)
=k CAo dt
o 0
1 1
204. ln =CAo kt
( M 1) ( M (1X ) )
M (1 XA)
205. M1
( M XA)
ln
207.
208. (Levenspiel. O., 1999, Chemical Reaction Engineering)
209.
210. II.8. MENGHITUNG ORDE REAKSI
211. Untuk menghitung orde reaksi menggunakan persamaan:
A. Apabila Konsentrasi CA = CB
dCa
212. =k Caa Cbb Ca=Cb
dt
dCa
213. =k Can n=a+b
dt
dCa n
214. ln =ln k +ln Ca
dt
dCa
215. ln =n . ln Ca+ln k y = mx + c m = n = orde reaksi
dt
P1
216.
B. Apabila Konsentrasi Ca Cb
dCa a b
217. =k Ca Cb Ca Cb
dt
dCa a b
=ln k +ln Ca + ln Cb
218. dt
ln
dCa
219. ln =ln k +a . ln Ca+ b . lnCb
dt
232.
233.
234. GambarIII.1Gambar Alat Utama Proses Batch
235.
236.
P1
237. Keterangan :
238. 1. Reaktor Batch
239. 2. Stirer
240. 3. Statif
241. b. Proses kontinyu
242.
243. Gambar III.2.Gambar Alat Utama Proses Kontinyu
244. Keterangan :
245. 1. Reaktor Kontinyu
246. 2. Stirrer
247. 3. Statif
248. 4. Tangki Umpan NaOH
249. 5. Tangki Umpan Etil Asetat
250. 6. Pompa
251.
252. III.3. VARIABEL PERCOBAAN
253.Variabel Berubah
1. Tanpa Pengadukan
2. Pengadukan Lambat
3. Pengadukan Cepat
254.Variabel Tetap
255.Konsentrasi NaOH : 0, 03N
256.Konsentrasi Etil Asetat : 0, 03 N
257.Volume = 1 L
258.Suhu : 25oC
259.Waktu : 1 menit
P1
272.
273.
274. BAB IV
276.
277. 4.1 Penentuan Harga Orde Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan
NaOH
278.
279. Tabel 4.1 Nilai regresi dari grafik orde 1 dan orde 2 pada setiap
variabel
Ca
atau f(x) = f(t). Untuk orde 1 maka yang di plot pada sumbu y adalah ln Cao ,
1
untuk orde 2 di mana Ca = Cb maka yang di plot pada sumbu y adalah Ca , dan
P1
Cb
untuk orde 2 di mana Ca = Cb maka yang di plot di sumbu y adalah ln Ca .
Langkah selanjutnya yaitu dengan menentukan grafik yang paling linear dengan
membandingkan nilai regresi dari masing masing grafik orde 1 dan orde 2. R 2 atau
koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistik yang dapat digunakan untuk
mengetahui apakah ada hubungan pengaruh antara dua variabel. Nilai R2 dikatakan
baik jika berada di atas 0,5 karena nilai R2 berkisar antara 0 dan 1. Semakin
mendekati 1 maka korelasi semakin sempurna.
296. Sehingga orde reaksi dari variabel tanpa pengadukan adalah orde 2 ,
orde reaksi dari variabel pengadukan sedang adalah orde 2 dan orde reaksi dari
variabel pengadukan cepat adalah orde 2. Hal ini juga telah sesuai dengan refrensi
yang ada, di mana reaksi etil asetat dan NaOH seperti berikut ini :
297. CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa + C2H5OH
298. Jika reaksi di atas adalah reaksi elementer, maka orde reaksinya adalah
2. Orde reaksi dicari dari persamaan :
299. -rA = k[CH3COOC2H5] [NaOH]
300. -rA = k[Ca] [Cb] di mana [Ca] = [Cb]
301. -rA = k {Ca]2
302. Pada reaksi elementer, orde reaksi dicari dengan melihat pangkat
konsentrasi reaktan sedangkan untuk reaksi nonelementer, orde reaksi dicari melalui
perhitungan data hasil percobaan.
303.
(Levenspiel. O., 1999)
304.
305. 4.2 Perhitungan Harga Konstanta Reaksi Penyabunan Etil Asetat
dengan NaOH
306. Tabel 4.2 nilai konstanta reaksi (k) pada masing masing variabel
308. Nilai k (L/mol .
307. Variabel menit)
309. 310. O 311. O
rde rde
1 2
312. Tanpa pengadukan 313. 0 314. 3
,13 ,69
P1
029 1
315. Pengadukan sedang 316. 0 317. 3
,07 ,32
44 3
318. Pengadukan cepat 319. 0 320. 3
,06 ,24
969 5
321.
322. Reaksi yang terjadi pada percobaan penyabunan etil asetat dengan
NaOH adalah :
323. CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa + C2H5OH
324. Nilai konstanta kecepatan reaksi (k) dapat diperoleh dari proses reaksi secara
batch. Orde 2 reaksi dapat dicari dengan persamaan :
325. -rA = k [CH3COOH] [NaOH]
326. -rA = k [Ca] [Cb] di mana Ca=Cb
327. -rA = k [Ca]2
328. Orde 1 : -ln (Ca/Ca0) = k . t
329. Orde 2 : 1/Ca = k.t + 1/Ca0
330.
331. Berdasarkan hasil percobaan, diketahui bahwa reaksi penyabunan etil
asetat dengan NaOH merupakan reaksi orde 2. Harga konstanta reaksi (k) dapat
diketahui setelah menentukan orde reaksi dengan membuat persamaan linear dan
gradien yang diperoleh dari grafik adalah harga konstanta laju reaksi penyabunan etil
asetat atau untuk reaksi ode 2 Ca Cb nilai k dapat diperoleh dengan membagi nilai
m
gradien dengan selisih konsentraasi awal reaktan atau k = (CboCao) . Sehingga
konstanta reaksi dari variabel 1 (tanpa pengadukan) adalah 3,691 ; konstanta reaksi
dari variabel 2 (pengadukan sedang) adalah 3,323 ; dan konstanta reaksi dari variabel
3 (pengadukan cepat) adalah 3,245.
332.
(Levenspiel .O., 1999)
333.
P1
347. Namun, hal ini tidak sesuai dengan hasil percobaan yang kami
dapatkan. Pada hasil percobaan, harga konstanta kecepatan reaksi tertinggi
diperoleh pada variabel tanpa pengadukan, sedangkan harga konstanta kecepatan
reaksi terendah justru diperoleh pada variabel pengadukan cepat. Hal ini terjadi
karena tidak semua reaksi hanya bergantung pada variabel pengadukannya. Faktor
lain yang dapat mempengaruhi harga konstanta kecepatan reaksi adalah ukuran dari
atom-atom yang bereaksi itu sendiri. Apabila atom-atom yang bereaksi memiliki
ukuran yang sama, maka faktor pengadukan sangatlah berpengaruh terhadap harga
kosntanta kecepatan reaksi, karena semakin besar pengadukan maka proses transfer
massa akan semakin cepat. Namun, variabel pengadukan tidak terlalu berpengaruh
jika digunakan pada reaksi yang memiliki ukuran atom berbeda-beda. Karena saat
pengadukan dilakukan, akan memberikan interfacial area yang lebih luas, namun
belum tentu terjadi transfer massa yang efektif antara satu reaktan dengan reaktan
yang lain karena ukuran atomnya yang berbeda-beda, sehingga konstanta
P1
kecepatan reaksinya bisa jadi semakin besar atau justru semakin kecil karena reaksi
yang terjadi tidak efektif {Levenspiel, 1999 halaman 534}.
351.
352.
353.
354.
355.
356.
357.
358.
359.
360. BAB V
361. PENUTUP
1. Harga konstanta kecepatan reaksi dapat diperoleh setelah menentukan orde reaksi
dengan membuat persamaan linier dan gradien yang diperoleh dari grafik adalah
harga kosntanta laju reaksinya.
2. Berdasarkan hasil percobaan, pengadukan tidak selamanya berpengaruh pada
reaksi karena semakin cepat pengadukan belum tentu transfer massanya semakin
P1
cepat, hal ini karena transfer massa juga dipengaruhi oleh ukuran atom-atom yang
bereaksi.
3. Orde reaksi dapat diperoleh dengan metode integral yaitu dengan memplot orde 1
dan orde 2 kemudian dipilih orde yang memberikan harga regresi paling
mendekati satu.
4. Berdasarkan hasil percobaan, pada variabel tanpa pengadukan dan pengadukan
sedang, Ca praktis lebih kecil dari Ca model. Sedangkan pada pengadukan cepat,
Ca praktis lebih besar dari Ca model. Hal ini karena Ca praktis diperoleh dari
percobaan dengan variabel pengadukan sehingga keakuratannya lebih rendah dari
Ca model yang diperoleh dari perhitungan matematis yang tidak dipengaruhi oleh
variabel-variabel.
363.
5.2. Saran
1. Teliti dalam pengamatan TAT.
2. Mengatur debit input dan output saat proses kontinyu harus seimbang.
3. Pengaturan pengadukan sesuai dengan variabel.
4. Debit reaktan yang masuk pada proses kontinyu harus sama.
364.