Anda di halaman 1dari 17

Asal katanya suma dan terra yang berarti: Tanah hitam atau tanah subur dan juga

nama Sumatera berawal dari keberadaaan Kerajaan Samudera (terletak di pesisir timur
Aceh).
Diawali dengan kunjungan Ibnu Batutah, petualang asal Maroko ke negeri tersebut pada
tahun 1345, dia melafalkan kata Samudera menjadi Samatrah, dan kemudian menjadi
Sumatra atau Sumatera, selanjutnya nama ini tercantum dalam peta-peta abad ke-16
buatan Portugis, untuk dirujuk pada pulau ini, sehingga kemudian dikenal meluas sampai
sekarang.
Nama asli Sumatera, sebagaimana tercatat dalam sumber-sumber sejarah dan cerita-
cerita rakyat, adalah "Pulau Emas". Istilah Pulau Ameh (bahasa Minangkabau, berarti
pulau emas) kita jumpai dalam cerita Cindur Mata dari Minangkabau. Dalam cerita rakyat
Lampung tercantum nama tanoh mas untuk menyebut pulau Sumatera. Seorang musafir
dari Cina yang bernama I-tsing (634-713), yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya
(Palembang sekarang) pada abad ke-7, menyebut Sumatera dengan nama chin-chou
yang berarti "negeri emas".
Dalam berbagai prasasti, Sumatera disebut dalam bahasa Sanskerta dengan istilah:
Suwarnadwipa ("pulau emas") atau Suwarnabhumi ("tanah emas"). Nama-nama ini sudah
dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi.
Naskah Buddha yang termasuk paling tua, Kitab Jataka, menceritakan pelaut-pelaut India
menyeberangi Teluk Benggala ke Suwarnabhumi.
Dalam cerita Ramayana dikisahkan pencarian Dewi Sinta, istri Rama yang diculik
Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa.
Propinsi yang menarik untuk di kunjungi adalah:
SUMATERA UTARA
Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1 - 4 Lintang Utara dan 98 - 100 Bujur Timur,
Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km.
Sumatera Utara pada dasarnya dapat dibagi atas:
Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat perkembangannya
karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya.
Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi
penduduknya dibandingkan wilayah lainnya. Pada masa kolonial Hindia-Belanda, wilayah
ini termasuk residentie Sumatra's Oostkust bersama provinsi Riau.
Di wilayah tengah provinsi berjajar Pegunungan Bukit Barisan.
Di pegunungan ini terdapat beberapa wilayah yang menjadi kantong-kantong konsentrasi
penduduk.
Daerah di sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir, merupakan daerah padat penduduk
yang menggantungkan hidupnya kepada danau ini.
Pesisir barat merupakan wilayah yang cukup sempit, dengan komposisi penduduk yang
terdiri dari masyarakat Batak, Minangkabau, dan Aceh.
Namun secara kultur dan etnolinguistik, wilayah ini masuk ke dalam budaya dan Bahasa
Minangkabau.
Bagaimana untuk mencapai Propinsi ini?

TERMINAL BANDARA KUALA NAMU DIOPERASIKAN MARET 2013


Pembangunan proyek terminal Bandara Kuala Namu di Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara, direncanakan selesai sebelum akhir Desember 2012 dan siap
dioperasikan pada Maret 2013.
Pembangunan sarana fisik gedung terminal sudah seluruhnya selesai dikerjakan dan saat
ini sedang dilanjutkan penyempuranaan fasilitas mekanikal dan elektrikal.
Terminal penumpang Bandara Kuala Namu akan menerapkan konsep "open island check
in" atau check in terbuka, seperti Bandara Changi di Singapura.
Melalui konsep pelayanan check in terbuka, setiap calon penumpang di Bandara Kuala
Namu check in terlebih dulu baru melewati proses pemeriksaan x-ray.
Penerapan konsep pelayanan tersebut bertujuan untuk menambah kenyamanan bagi
calon penumpang di bandara pengganti Bandara Polonia Medan itu.
Gedung terminal Bandara Kuala Namu memiliki luas 118.930 meter persegi (M2) dengan
kapasitas terminal maksimum sebanyal 8,1 juta orang per tahun.
Sarana dan fasilitas lain di sekitar terminal yang juga sedang memasuki tahap
pengerjaan akhir, yaitu apron seluas 200.000 M2 dengan daya tampung sebanyak 33
pesawat.
Gudang kargo seluas 13.000 M2 dan area parkir seluas 50.820 m2 yang mampu
menampung sebanyak 407 unit taksi bandara, 55 unit bus dan 908 unit mobil.
Bandara Kuala Namu PT Angkasa Pura II mengelola pengerjaan proyek yang berkait
dengan sektor privat, antara lain gedung terminal penumpang, terminal kargo, dan
bangunan penunjang lainnya.
Bandara Kuala Namu oleh pemerintah diproyeksikan menjadi hub penerbangan
internasional kawasan regional Asia.

Musik
Musik yang biasa dimainkan,cenderung tergantung dengan upacara-upacara adat yang
diadakan, tetapi lebih dominan dengan genderangnya.
Seperti pada Etnis Pesisir terdapat serangkaian alat musik yang dinamakan Sikambang.

Arsitektur
Dalam bidang seni rupa yang menonjol adalah arsitektur rumah adat yang merupakan
perpaduan dari hasil seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan.
Arsitektur rumah adat terdapat dalam berbagai bentuk ornamen.Pada umumnya bentuk
bangunan rumah adat pada kelompok adat batak melambangkan "kerbau berdiri tegak".
Hal ini lebih jelas lagi dengan menghias pucuk atap dengan kepala kerbau.
Rumah adat etnis Batak, Ruma Batak, berdiri kokoh dan megah serta masih banyak
ditemui di Samosir.
Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah adat
lainnya.
Atapnya terbuat dari ijuk dan biasanya ditambah dengan atap-atap yang lebih kecil
berbentuk segitiga yang disebut "ayo-ayo rumah" dan "tersek".
Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo memiliki bentuk khas dibanding
dengan rumah tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapis atap di Sumatera
Utara.
Bentuk rumah adat di daerah Simalungun cukup memikat.
Kompleks rumah adat di desa Pematang Purba terdiri dari beberapa bangunan yaitu
rumah bolon, balai bolon, jemur, pantangan balai butuh, dan lesung.
Bangunan khas Mandailing yang menonjol disebut "Bagas Gadang" (rumah Namora
Natoras) dan "Sopo Godang" (balai musyawarah adat).
Rumah adat di pesisir barat kelihatan lebih megah dan lebih indah dibandingkan dengan
rumah adat lainnya. Rumah adat ini masih berdiri kokoh di halaman Gedung Nasional
Sibolga.
Tarian
Perbendaharaan seni tari tradisional meliputi berbagai jenis.
Ada yang bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang
berupa tari profan.
Di samping tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya
ditarikan oleh dayu-datu. Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat.
Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.
Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan pada pesta gembira.
Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya ditarikan oleh para hadirin
termasuk pengantin dan juga para muda-mudi.
Tari muda-mudi ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan
kebangkiung.
Tari magis misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan.
Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh kekhusukan.
Selain tarian Batak terdapat pula tarian Melayu seperti Serampang XII.

Kerajinan
Selain arsitektur,tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari suku Batak.
Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket.
Ulos merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara perkawinan,
kematian, mendirikan rumah, kesenian,dsb. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas
atau rami.
Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang mempunyai makna tertentu.
Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi kehidupan.
Pada suku Pakpak ada tenunan yang dikenal dengan nama oles.
Bisanya warna dasar oles adalah hitam kecokelatan atau putih.
Pada suku Karo ada tenunan yang dikenal dengan nama uis.
Bisanya warna dasar uis adalah biru tua dan kemerahan.
Objek Wisata di Sumatera Utara.

Medan:
Provinsi Sumatera Utara memiliki ibu kota yang bernama Medan. Medan dapat diartikan
sebagai tempat atau daerah pertempuran di beberapa desa/daerah yang berbeda pada
saat terjadinya perang pada tempo lalu. Meliputi daerah seluas 265,10 Km. Medan
merupakan pintu masuk ke Indonesia bagian barat, berbatasan dengan Malaysia yang
dipisahkan dengan Selat Malaka. Medan dahulu dan sekarang adalah pusat industri dan
perdagangan dengan pelayanan komunikasi yang cukup memadai ke seluruh wilayah
Sumatera Utara. Sebagai pintu masuk ke Indonesia bagian barat, Bandar Udara
Internasional memiliki penerbangan langsung keluar negeri dan penerbangan dalam
negeri ( penerbangan domestik). Medan, sebagai pintu masuk Indonesia bagian barat
mempunyai Bandar Udara Internasional Polonia yang mempunyai jalur penerbangan
langsung ke Singapura, Kuala Lumpur, Penang.Medan adalah kota dimana tempat
berkumpulnya bermacam-macam suku dan kebudayaan.
Ada beberapa objek wisata di kota Medan:
1.Istana Maimoon
Istana Maimoon merupakan salah satu objek wisata utama di Medan. Istana ini dibangun
pada tahun 1888 oleh Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun Al
Rasyid diatur dari tahun 1873 untuk tahun 1924. Arsitek Ini adalah TH. Van Erp sebagai
tentara KNIL. Desain-Nya menunjukkan bangunan Tradisional Melayu dan Muslim India.
Sementara gaya arsitektur-nya adalah kombinasi antara Indonesia, Persia dan Eropa. Di
halaman istana menemukan senjata tumpul (Meriam Puntung) sebagai legenda di Istana
Maimoon.

2.Merdeka Walk

Makanan malam Fantastic lapangan tengah yang dihiasi oleh ornamen dan terletak di
Merdeka Yard disebut "Merdeka Walk".
Itu memiliki areal cukup luas di bawah pohon leavy. Anda dapat menikmati bangunan
bersejarah dengan arsitektur yang indah ketika Anda menikmati makan malam di tempat
ini.
3.Rumah Tjong A Fie
Rumah Tjong Afie adalah sebuah gedung dengan gaya Cina kuno dan dibangun pada
tahun 1900. Ini terletak di jalan Ahmad Yani (Kesawan). Dia adalah millionner pertama di
Sumatera yang namanya sangat terkenal sampai sekarang althrough dia sudah
meninggal dunia pada tahun 1921. Keberhasilannya diberkati karena usaha dan
hubungan baik dengan Sultan Deli dan perkebunan tembakau Belanda. Sampai
sekarang, rumah ini masih tinggal dengan keluarga Tjong Afie's.

4.Taman Budaya Asam Kumbang merupakan taman reptil terbesar di Indonesia. Di sini
ada sekitar dua ribu empat ratus lebih reptil, termasuk buaya yang telah berumur empat
puluh tahun lebih!
Terletak di Jalan Bunga Raya Kecamatan Medan Selayang No.59 Desa Asam Kumbang,
lima kilometer dari pusat Kota Medan, Taman Budaya ini berawal dari hobi Lo Tham Muk
pada tahun 1959 akan hewan reptil.
Taman ini buka setiap hari dari pukul 09.00 18.00 WIB.

Adapun objek wisata lainnya adalah:


KABUPATEN LANGKAT

1.TANGKAHAN
Kawasan ekowisata Tangkahan berjarak 100 km dari kota Medan. Dapat dicapai melalui
kota Stabat dan kemudian berbelok kearah Batang Serangan. Tangkahan merupakan
kawasan ekowisata yang berbasis masyarakat. Di Kawasan Ekowisata Tangkahan,
pengunjung dapat menikmati atraksi Menunggang Gajah (elephant safari trek), melintasi
jalur patroli pengamana hutan bersama petugas yang sekaligus juga bertindak sebagai
pawang (mahot) gajah.

Pada akhir abad ke 19 dan abad ke 20 penduduk Tanah Karo mulai berpindah/ merantau
kearah Langkat untuk mencari sumber penghidupan baru, beberapa kampung
diperbatasan kabupaten Langkat sekarang; Pamah Semelir, Sapo Padang, sampe raya
dan kampung-kampung lainnya termasuk ke kampung-kampung didekat sumber air dan
sungai di kawasan Tangkaahan. secara terpencar mulai dihuni , menetap serta
berkeluarga. Selanjutnya penduduk dari suku karo tersebut lebih dikenal sebagai suku
Karo Jahe (Karo Gugung; suku karo di tanah karo) dan pertanian sebagai mata
pencaharian pokok.
Pada 1932, pemerintah Belanda mengeluarkan 'Ordonansi cagar-cagar alam dan suaka-
suaka margasatwa' (Natuurmonumnten en Wildreservatenordonnantie 1932 ) Staatsblad
1932, no 17. Pada tahun 1934, berdasarkan ZB No. 317/35 tanggal 3 Juli 1934 dibentuk
Suaka Alam Gunung Leuser (Wildreservaat Goenoeng Leoser) dengan luas 142.800 ha.
Selanjutnya berturut-turut pada tahun 1936, berdasarkan ZB No. 122/AGR, tanggal 26
Oktober 1936 dibentuk Suaka margasatwa Kluet seluas 20.000 ha yang merupakan
penghubung Suaka Alam Gunung Leuser dengan Pantai Barat. Suaka Alam Langkat
Barat, Suaka Alam Langkat Selatan dan Suaka Alam Sekundur. Kawasan Tangkahan
termasuk didalam Suka Alam Langkat Barat (Natur Reservaat).
Kawasan Tangkahan pada awal abad ke 20 (tahun 1900an) merupakan kawasan hutan
yang terdiri dari hutan lindung (natur reservaat) dan hutan produksi ), dimana model
ladang berpindah-pindah maupun untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, kayu
bakar, berburu dan lainnya merupakan bahagian dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari
dalam bingkai kearifan tradisional. Dan walaupun begitu, beberapa pengusaha dari luar
memulai pengelolaan kayu pada era 1930an melibatkan penduduk lokal sebagai tenaga
kerja ( generasi pertama). dan proses pengelolaan kayu dengan menggunakan alat
tradisional dan diangkut ketepi sungai oleh beberapa ekor kerbau, dan dialirkan melalui
sungai ke tanjung pura. Era ini merupakan langkah permulaan penduduk tersebut
mencari sumber penghasilan baru selain bercocok tanam tanaman berumur panjang
dengan pola Persil .Dan pada pertengahan tahun 1960 an dimulai gelombang
pengelolaan kayu (generasi kedua ) yang lebih besar dengan melibatkan beberapa
pemodal luar. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk , pasokan kayu tetap
didistribusikan ke kota Tanjung Pura yang merupakan hilir sungai Batang Serangan. Sisa
eksploitasi kayu tersebut menjadi areal perladangan masyarakat melalui SIM ( surat Izin
Menggarap ), dan komoditi Nilam adalah salah satu komoditi unggulannya, disamping itu
getah mayang dan jelutung sudah mulai dipungut oleh penduduk dengan agen dari luar
serta beberapa tanaman lainnya.
Tahun 1978 - 1980 an, ditandai dengan era tanaman-tanaman perkebunan berskala
besar terkait dengan kebijakan PRPTE Pemerintah untuk meningkatkan sektor non migas
(pasca masa boom minyak) dan kawasan ini dibuka menjadi areal Perusahan Perkebunan
milik negara. Dan kehidupan mulai berubah dengan adanya jalan penghubung melalui
darat, berbaur dengan suku jawa dan suku-suku lainnya yang hadir seiring dengan
adanya perkebunan Kelapa sawit tersebut. Dan era ini ditandai dengan perubahan pola
bercocok tanam kepada tanaman perkebunan (karet, kelapa sawit dan coklat ) secara
lebih intensif. Dan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pembukaan areal hutan
untuk perkebunan semakin luas dan ditetapkannya kawasan hutan tersebut menjadi
Taman Nasional pada awal 1980 tidak mampu menghentikan aktivitas pengambilan kayu
yang sudah tidak terbatas antara kawasan Hutan Produksi atau Taman Nasional. Serta
selama puluhan tahun aktivitas pengambilan kayu sudah merupakan sistem nilai yang
menjadi kebiasaan penduduk.
Dan pada era ini, pembelian kayu tidak lagi dimonopoli oleh beberapa orang tetapi
secara bebas apabila pemodal memiliki uang yang cukup serta barisan pelindung
maupun memiliki tenaga kerja yang handal dapat menentukan ancak (wilayah
tebangan). Fenomena ini membangun partisipasi luas pencurian kayu melalui jalur
sungai dan darat. Dan membuka persaingan ketat diantara mereka sendiri dan
menguntungkan bagi aparat pelindungnya. yang mendorong perpecahan demi
perpecahan diantara cukong kayu dan para spekulan tanah dalam pembahagian wilayah
pembalakan kayu dan perambahan, sehingga terbentuk kelompok-kelompok dengan
batas teritorial dan perlindungan masing-masing. Dan sangat sering terjadi konfrontasi
dan konflik horizontal yang disisi lain menguntungkan bagi oknum pemerintah (Polisi
hutan/aparat), walaupun akhirnya diantara mereka terjadi juga tarik menarik yang cukup
kuat dilapangan. pada pertengahan 1980 s/d 1990-an Sebahagian kelompok dominan
(illegal logger) dengan cukong/pemodal baru merambah ancak wilayah penebangan
kelompok lain menyebabkan konflik horizontal dan sebahagian diproses hukum
(ditangkap petugas yang memiliki benang merah atas laporan kelompok ilegal logging
lain yang mau merebut wilayah penebangan) fenomena-fenomena seperti itu sering
terjadi diwilayah ini, dimana konflik selalu terjadi dengan menggunakan pihak ketiga dan
sistem nilai yang berlaku adalah pembatasan ruang nilai lebih dari orang lain secara zig
zag sosial (pengistilahan; Cianisme) dimana pranata sosial yang begitu lentur, fleksibel,
terpencar dan menutup diri terhadap orang luar akan tetapi menyatu dan saling
membuka diri didalam benang merah maupun penyelesaian secara adat istiadat maupun
oleh tokoh yang dituakan. proses tersebut terus berdinamika, sehingga posisi relasi
permanen sampai kapanpun tidak bisa ditentukan; akan tetapi dapat disatukan dalam
proses arih-arih (musyawarah) maupun simpul tokoh - tokoh yang dihormati secara adat
dan sosial melalui ikatan dan benang merah kepentingan. Baik kepentingan umum
maupun pribadinya.
Akhir 1980an, beberapa tokoh l bebas dari penjara (kasus illegal logging), sebahagian
meneruskan aktivitasnya dan sebahagian lagi menginisiatif membuka object wisata yang
selanjutnya diikuti oleh beberapa tokoh masyarakat dan pemuda didusun setempat ;
Kuala Gemoh dan Kuala Buluh (Desa Namo Sialang), dengan berjualan makanan dan
minuman di lokasi, serta jasa penyeberangan sungai, pengamanan jasa parkir kendaraan
maupun kegiatan-kegiatan lain yang berskala kecil-kecilan. Kepala Desa Namo Sialang
saat itu menerapkan Retribusi Desa melalui karcis masuk dan dilakukan hiburan-hiburan
musik tradisional. arus kunjungan wisatawan lokal meningkat secara signifikan (mass
tourism, 2.000 kunjungan / minggu, awal 1990an). Seiring dengan peningkatan jumlah
kunjungan, diikuti pula oleh konflik aset. Dimana masing-masing kelompok sosial secara
bergantian merebut ancak dari pendapatan wisata, silih berganti yang memegang
kendali di kawasan pariwisata Tangkahan saat itu. Dan kelompok yang dirugikan akan
melakukan hal-hal yang mempermalukan kelompok yang menang sehingga sering
terjadi; pungutan liar, pencurian maupun hal-hal lainnya. Yang bukan dilakukan oleh
penduduk setempat tetapi oleh penduduk luar. Dan pada era awal tahun 1990an : terjadi
polarisasi konflik yang cukup rumit, dimana terjadi konflik internal antara Pariwisata itu
sendiri dan konflik perebutan wilayah diantara pelakunya yang masih beraktivitas
dengan leluasa saat itu. Dan antara illegal logging dan Pariwisata tidak memiliki garis
tarik menarik maupun tolak menolak.
Seiring dengan itu, pemandu wisata dari Bukit Lawang mulai membawa tamu
mancanegara melalui hutan (jungle track), dan seiring dengan itu pula beberapa warga
negara asing yang memiliki suami pemandu wisata di Bukit Lawang mulai
menginvestasikan akomodasi (Penginapan Bamboo River 1995, Penginapan Jungle Lodge
1997) dan arus wisatawan yang melalui jalur hutan mulai bersinggungan dengan
aktivitas ilegal logging. Dan sejak itu wacana maupun berita tentang Ilegal logging mulai
sampai kedunia internasional seiring dengan promosi kawasan Tangkahan yang memiliki
potensi untuk dikembangkan. Beberapa kali terjadi konflik didalam hutan antara
pemandu wisata dan pelaku illegal logging. Sementara aktivitas pariwisata masih terus
berjalan dengan tarik menarik yang cukup kuat dalam pengelolaannya.
Akhir 1999, tokoh-tokoh masyarakat dari desa di sekitar kawasan Tangkahan
memberikan informasi yang sangat vital untuk melakukan operasi dan mengumpulkan
para wisatawan , pemandu wisata dan tokoh-tokoh masyarakat Bukit Lawang mufakat
merumuskan agenda bersama untuk pemberantasan illegal logging. Beberapa kali
proses investigasi dilakukan dan pada januari tahun 2000 terbentuklah Front Peduli
Lingkungan Hidup (FPLH). Awal maret tahun 2000, dilakukan aksi unjuk rasa pertama kali
ke Kantor Wilayah Kehutanan Sumatera Utara di Medan dengan melibatkan puluhan
wisatawan dan wartawan asing, masyarakat Bukit Lawang dan pelajar-pelajar Sekolah
menengah Umum di Medan serta dukungan berbagai kelompok gerakan mahasiswa. Aksi
ribuan demonstran tersebut membangunkan 29 LSM Sumatera Utara dan Aceh untuk
bangkit menggugat Pemerintah dan membentuk KPLH-KEL . Departemen Kehutanan
tersentak dan segera menurunkan Soeripto (Sekjend Departemen Kehutanan saat itu )
untuk melakukan peninjauan langsung dengan pesawat disekeliling Leuser dan
merekomendasikan operasi gabungan diberbagai tempat secepatnya.
Operasi gabungan yang terjadi di Tangkahan, melahirkan konflik horizontal antara
pelindung Ilegal logging dengan pemiliki penginapan yang ditempati para aparat pada
saat operasi terjadi. Dan konflik tersebut membawa ratusan pemuda dari luar, secara
langsung dan tidak langsung meredam seluruh konflik yang terjadi. Baik konflik tentang
Pariwisata maupun konflik tentang Ilegal logging itu sendiri. Dan berbagai aktivitas di
Tangkahan saat itu terhenti total selama beberapa waktu. begitu juga aktivitas FPLH di
Medan dan Bukit Lawang terhenti total karena penyelesaian permasalahan telah dibawa
oleh KPLH_KEL melalui proses litigasi dan peradilan. Sementara itu Kepala Balai TNGL
Saat itu (Ir. Adi Susmianto,MSc ) menginisiatif suatu strategi baru kepada masyarakat
sekitar hutan " Hutan A dikelola oleh Masyarakat Desa A " bersama-sama dengan Balai
TNGL secara legal formal.
Kebangkitan Pariwisata kembali bermula dan dipelopori oleh Pemuda dan Pemudi di Desa
Namo Sialang dan Desa Sungai Serdang yang menginginkan perubahan social dan
ekonomi, obsesi modernisasi, dengan pengembangan pariwisata maka dibentuklah
Tangkahan Simalem Ranger pada 22 April 2001 sebuah perkumpulan yang mempelopori
pengembangan bukan hanya sungai tetapi hutan dapat menjadi tempat Pariwisata
seperti di Bukit Lawang dan berbagai aktivitas-aktivitas pembalakan kayu dan
perambahan yang dilakukan oleh orang tua mereka sendiri ) harus dihentikan . Gerakan
pemuda - pemudi tersebut berubah menjadi sebuah Gerakan social di desa Namo Sialang
dan desa Sei.Serdang, dimana mereka aktif dalam aktivitas sosial desa, musyawarah
maupun berbagai kegiatan adat. Yang akhirnya menarik simpati kalangan orang tua,
melibatkan berbagai lapisan masyarakat , mendorong terciptanya sebuah gagasan baru.
Dan gerakan ini mempengaruhi banyak pola pikir baru masayarak tentang nilai-nilai
keorganisasian
Akhirnya pada tanggal 19 Mei tahun 2001 atas inisiatif Tangkahan Simalem Ranger
berkumpulah pemimpin-pemimpin kelompok Penebang , perambah dan tokoh-tokoh
masyarakat dan perangkat Desa Namo Salang dan Desa Sei.Serdang yang kemarin
terlibat konflik secara langsung maupun tidak langsung dan bersepakat untuk
mengembangkan Pariwisata. Dan menetapkan beberapa tokoh sebagai Dewan
Pengurus . Dan musyawarah ini kemudian disebut sebagai Kongres I Lembaga Pariwisata
Tangkahan dengan melalui proses pemungutan suara untuk memilih Dewan Pengurus,
AD/ART dan menyusun dasar-dasar pengembangan Pariwisata. Dan hari itu disebut
sebagai Kongress I dan merupakan tonggak penting dalam pelestarian Taman Nasional
Gunung Leuser dikemudian hari oleh masyarakat sekita hutan. Dan merupakan prestasi
Pemuda - pemudi local dalam Tangkahan Simalem Ranger yang saat itu hanya berpikir
sederhana tentang pariwisata bukan pada aspek luas lainnya..
Seiring waktu berjalan, Karena objek wisata yang cukup menarik semua terdapat di
dalam Taman Nasional, maka Lembaga Pariwisata Tangkahan menyepakati sebuah
bentuk kerjasama (MoU) dengan Balai Taman Nasional Gunung Leuser dan
ditandatangani pada 22 April 2002 oleh Kepala Balai TNGL saat itu (Ir. Awriya
Ibrahim,MSc ) selaku pemangku Kawasan untuk memberikan hak kelola Taman Nasional
kepada masyarakat Desa Namo Sialang dan Desa Sei.Serdang melalui Lembaga
Pariwisata Tangkahan (Bapak Njuhang Pinem ) sebagai ketua umum Lembaga Pariwisata
Tangkahan dimana penandatanganan tersebut merupakan hal yang cukup berani
dilakukan pada saat itu karena merupakan suatu property right (Aset kolektif ) seluas
kurang lebih 17.500 ha zona Inti TNGL (batas administrative desa ) untuk pengembangan
Ekowisata . Dan sebagai kewajibannya masyarakat desa Namo Sialang dan Masyarakat
desa Sei.Serdang bertanggung jawab penuh didalam pengamanan dan kelestarian Taman
Nasional Gunung Leuser yang berbatasan dengan wilayah desa tersebut. Dan seiring
waktu berjalan kekhawatiran banyak pihak tentang penandatanganan tersebut tidak
terbukti, malah dapat menjadi moment penting di TN. Gunung Leuser selanjutnya untuk
menginisiasi kolaborasi managemen sebelum diterbitkannya P.19 / Tahun 2004 tentang
kolaborasi managemen kawasan KPA dan KSA. Dan kini acuan kolaborasi tersebut serta
berbagai sistem dan strategi pengembangan kawasan telah banyak diadopsi ditingkat
nasional dan internasional.
Akan tetapi, proses penandatangan MoU tersebut bukan dapat secara langsung
menghentikan berbagai aktivitas Ilegal logging, perambahan maupun aktivitas
perusakan sumber daya alam lainnya. Akan tetapi selalu dihiasi oleh konflik demi konflik
ditingkat lokal, hingga dilakukan beberapa kesepakatan secara formal dan informal serta
beberapa komitmen sosial . Dan sepanjang tahun 2002 merupakan masa yang paling
sulit dalam beberapa waktu berjalan untuk proses penyesuaian dan integrasi sosial
antara LPT dengan berbagai kelompok-kelompok lain. Hingga dicapai kesepakatan untuk
melaksanakan Kongres ke II pada awal tahun 2003. Dan dukungan berbagai pihak
diundang untuk membantu proses pengembangannya; seperti Kelompok - kelompok
Pecinta Alam, Pramuka, Organisasi Non Pemerintah dan para mahasiswa-mahasiwa dari
berbagai kemampuan dan keterampilan yang dimiliki untuk membantu masyarakat . UML
dan INDECON membantu dalam perumusan Rencana Induk Pengembangan ( RIP) dan
Fauna Flora Internasional melakukan program patroli gajah untuk mendukung
pengamanan kawasan.Disamping peranan utama dari Balai TNGL dan Dinas Kehutanan,
Dinas Pariwisata Kabupaten Langkat.
Kongres LPT ke II tahun 2003, merupakan moment bersejarah untuk merubah LPT
sebagai organisasi terbuka untuk seluruh masyarakat di dua Desa, dimana seluruh
penduduk adalah merupakan anggota LPT yang memiliki hak dan kewajiban yang sama.
Dimana didalam proses Restrukturisasi, Tangkahan Simalem Ranger masuk menjadi
salah satu Departemen LPT. Pemuda-pemuda dan tokoh sosial yang berpengaruh terpilih
sebagai kepengurusan untuk tahun 2003-2006. Dan dirumuskannya XIX BAB dan 55
pasal Peraturan Desa tentang Undang-Undang Kawasan Ekowisata Tangkahan yang
mengatur seluruh sendi-sendi kehidupan sosial, pelestarian sumber daya alam, ekonomi
lokal, peranan pemuda, adat, agama dan penataan ruang kawasan dalam
pengembangan ekowisata. Dan peraturan desa ini merupakan Peraturan desa yang
pertama disusun secara partisipatif yang mengatur tentang konservasi dan pranata
sosial secara langsung, sebelum diadopsi kebanyak tempat. Dan tahun 2003 juga
ditandai dengan penandatangan pembahagian PERMIT/SIMAKSI ( PNBP) antara Kepala
Balai TNGL saat itu ( Ir. Hart Lamer Susetyo ) dengan Ketua Umum LPT Periode 2003-
2006 (Bp. Njuhang Pinem) dan juga dukungan pembangunan fisik dan sarana prasarana
yang pertama kali dilaksanakan. Disamping dukungan dari INDECON, FFI dan UML serta
berbagai NGO dan Pemka. Langkat.
Dan awal tahun 2006, ditandai dengan Kongres ke III LPT, penandatangan MoU tahap ke
II yang merupakan penguatan daripada MoU 22 April 2002 ditandatangani pada 23 Juli
2006 antara Kepala Balai TNGL (Ir. Wiratno,MSc) dan Ketua Umum LPT (M.Tanden
Bangun). dimana berdasarkan P.19 / 2004 LPT secara kolaborasi dapat memanfaatkan
berbagai jasa lingkungan dari TNGL. Dan LPT membentuk Badan Usaha Miliki Lembaga
(BUML) untuk mengelola jasa lingkungan tersebut. Dan dimulailah era integrasi antara
ekonomi dan ekologi di kawasan Ekowisata Tangkahan dalam semangat kolaborasi untuk
melahirkan gelombang besar perubahan di TN.Gunung Leuser.
2. BUKIT LAWANG
Saat ini makin sulit menemukan satwa yang dilindungi di alam bebas, misalnya
orangutan. Satwa langka ini hanya bisa ditemui di beberapa titik di Indonesia. Selain
Tanjung Puting di Kalimantan, orangutan yang masih hidup bebas berada di hutan
Gunung Leuser.

Kawasan wisata Bukit Lawang berada di Sumatera Utara dan merupakan bagian dari
Taman Nasional Gunung Leuser yang membentang dari Sumatera Utara hingga Aceh.
Objek wisata ini sudah lama dikenal oleh masyarakat sekitar namun pernah rusak parah
akibat banjir besar pada tahun 2003.
Bukit Lawang sempat rusak parah akibat banjir besar/bandang.
Memang, objek utama di Bukit Lawang adalah Sungai Bahorok atau sering disebut Sei
Bahorok. Sungai besar dengan hutan lebat di sisi kanan kirinya menjadikan tempat ini
favorit bagi mereka yang ingin melarikan diri dari kesibukan kota besar.

Anda bisa menjelajahi hutan hingga sampai di Tangkahan, sebuah objek wisata menarik
lainnya di Sumatera Utara. Bila Anda seorang petualang tangguh, mungkin Anda ingin
melakukan jelajah hutan hingga ke Ketambe di wilayah Aceh bagian selatan. Karena
keterbatasan waktu karena sedang melakukan backpacking lintas Sumatera Utara dalam
waktu beberapa hari saja, saya hanya melakukan jelajah hutan satu hari.
Hutan hujan tropis yan masih cukup lebat, kicau burung terdengar bersahutan. Ranting
berderak patah terinjak kaki-kaki kami. Beberapa kali kami harus melewati sungai kecil
yang mengalir di tengah hutan.

Bertemu orangutan liar, sebuah pengalaman menyenangkan. Perjalanan memakan


waktu sekitar 40 menit hingga sampai di Gua Kampret. Gua tersebut tidak begitu besar
namun cukup menarik.

Selain perjalanan ke Gua Kampret, wisatawan dapat memilih trekking ke Panorama Point,
dengan jalur yang lebih sulit. Ada beberapa jalur lain yang dapat diikuti tergantung minat
dan stamina Anda.

Mungkin Anda hanya ingin bermalas-malasan? Bukit Lawang juga lokasi yang tepat untuk
bersantai. Kebanyakan penginapan di lokasi ini menerapkan konsep eco-lodging. Banyak
di antaranya yang menyediakan tempat tidur gantung di beranda, sehingga Anda dapat
bersantai sambil menikmati hijaunya pemandangan.

Anda juga dapat melakukan berbagai aktivitas seperti bermain air di sungai, tubing,
memancing, serta bersosialisai dengan masyarakat setempat. Di sore hari, menikmati
kopi tentu sangat menyenangkan.

Ayo berkenalan dengan orangutan di habitatnya!

KABUPATEN TANAH KARO


Air Panas Semangat Gunung

Obyek wisata ini sebagai tempat pemandian air panas alam yang telah dikelola secara
profesional dalam bentuk kolamkolam renang yang suhunya berbedabeda sesuai
dengan keinginan para wisatawan. Mata air ini bersumber dari perut bumi dan
mengandung unsur belerang yang dapat mengobati penyakit gatalgatal. Jarak dari kota
Berastagi ke obyek wisata ini 13 Km dan dapat menggunakan bus ukuran kecil atau
besar.

Air Panas Lau Debuk-debuk

Obyek wisata ini merupakan pemandian air panas yang mata airnya bersumber dari
perut bumi, mengandung unsur belerang, dapat mengobati penyakit gatalgatal dan
biasa dibuat sebagai pengganti mandi sauna. Pada waktuwaktu tertentu ada kegiatan
ritual seperti : Erpangir Ku Lau (mandi ritual) yang bertujuan membersihkan diri dari roh
roh jahat dan niat niat yang tidak baik. Jarak dari Kota Berastagi ke obyek wisata ini 10
Km dan dapat menggunakan bus ukuran besar.
Air Terjun Sipiso-piso

Air terjun ini mempunyai ketinggian jatuh 120 m dan dilatarbelakangi panorama indah
Danau Toba, bukit-bukit, bentangan Pulau Samosir berwarna biru, pematang sawah dan
ladang. Jarak dari kota Berastagi ke obyek wisata ini 35 Km dan dapat menggunakan bus
ukuran kecil dan besar.
Objek wisata ini berada di Kecamatan Merek, berada cukup dekat dengan objek wisata
lainnya (seperti Tongging dan Danau Toba), sehingga berpotensi dikembangkan sebagai
suatu kawasan wisata (khususnya wisata alam).
Peluang Usaha:
Pembangunan hotel dan restoran, pembangunan rest area dan agrotourism,
pembangunan sarana rekreasi cable car.
Gunung Sibayak

Gunung Berapi Sibayak dalam keadaaan aktif berlokasi di atas ketinggian 2.172 m dari
permukaan laut. Pendakiannya melewati hutan belantara tropis dan tebing yang penuh
tantangan serta di puncak gunung terdapat hamparan dataran tempat berkemah. Dari
puncak gunung terlihat kawah yang masih aktif mengeluarkan magma dan
pemandangan yang indah dan menawan. Jarak dari Kota Berastagi ke tempat awal
pendakian dari Desa Jaranguda 1,5 Km dari Desa Raja Berneh 15 Km. Lama pendakian
diperkirakan lebih kurang 2 sampai dengan 3 jam.
Danau Lau Kawar

Danau ini memiliki luas lebih kurang 200 Ha diapit oleh alam pegunungan yang
ditumbuhi kayukayuan hutan tropis dan dipinggir danau terbentang lahan seluas 3 Ha
sebagai lokasi tempat berkemah. Bagi wisatawan yang berjiwa petualangan, dari obyek
ini dapat melakukan kegiatan panjat tebing dan sekaligus pendakian ke puncak Gunung
Sinabung melewati hutan belantara. Jarak dari Kota Berastagi ke obyek wisata ini 27 Km
dan dapat menggunakan kenderaan roda empat melewati beberapa desa dan lahan
pertanian (Agro Wisata).
Tongging

Tongging adalah tempat yang nyaman untuk santai dan juga merupakan tempat yang
menarik untuk dikunjungi. Terletak di sebelah ujung utara Danau Toba dengan
pemandangan yang sangat indah. Jalan yang curam dan berliku-liku dari Merek. Dari
sebelah kanan jalan ini, kita dapat melihat keindahan air terjun Sipiso-piso.Tongging
berada di tengah-tengah daerah yang didiami tiga suku Batak Toba, Pakpak dan Karo
yang bercampur baur dan menggunakan bahasa lokal dengan menggunakan bahasa dari
ketiga suku tersebut.
Rumah adat Karo di desa Lingga

Desa Lingga memiliki bangunan tradisional seperti: rumah adat, jambur, geriten, lesung,
sapo page (sapo ganjang)dan museum karo. Geriten, digunakan sebagai tempat
penyimpanan kerangka jenazah keluarga atau nenek (leluhur)sang pemilik. Rumah adat
karo mempunyai ciri serta bentuk yang sangat khusus, didalamnya terdapat ruangan
yang besar dan tidak mempunyai kamar-kamar. Satu rumah dihuni 8 atau 10 keluarga.
Rumah adat berupa rumah panggung, tingginya kira-kira 2 meter dari tanah yang
ditopang oleh tiang, umumnya berjumlah 16 buah dari kayu ukuran besar. Kolong rumah
sering dimanfaatkan sebagai tempat menyimpan kayu dan sebagai kandang ternak.
Rumah ini mempunyai dua buah pintu, satu menghadap ke barat dan satu lagi
menghadap ke sebelah timur. Di depan masing-masing pintu terdapat serambi, dibuat
dari bambu-bambu bulat (disebut ture). Ture ini digunakan untuk tempat bertenun,
mengayam tikar atau pekerjaan lainnya, pada malam hari ture atau serambi ini berfungsi
sebagai tempat naki-naki atau tempat perkenalan para pemuda dan pemudi untuk
memadu kasih. Atap rumah dibuat dari ijuk. Pada kedua ujung atapnya terdapat
anyaman bambu berbentuk segitiga, disebut ayo-ayo. Pada puncak ayo-ayo terdapat
tanduk atau kepala kerbau dengan posisi menunduk ke bawah. Rumah adat Karo
dinamakan siwaluh jabu (waluh = delapan, jabu = keluarga/ bagian utama rumah/ ruang
utama). Bangunan berbentuk rumah panggung itu, pada waktu dulu kala menjadi rumah
tinggal masyarakat Karo. Tiang-tiang penyangga rumah panggung, dinding rumah, dan
beberapa bagian atas, semuanya terbuat dari kayu. Bagian semacam teras rumah -juga
berbentuk panggung-, tangga naik ke dalam rumah, dan penyangga atap, terbuat dari
bambu. Sedangkan atap rumah sendiri, semuanya menggunakan ijuk. Di bagian paling
atas atap rumah adat, kedua ujung atap masing-masing dilengkapi dengan dua tanduk
kerbau. Tanduk itu dipercaya penduduk sebagai penolak bala. Satu rumah ditinggali oleh
lebih dari satu KK (kepala keluarga), dalam satu ruangan besar.
Dapur bagi masyarakat Karo juga mempunyai arti. Tungku tempat menaruh alat
memasak, terdiri atas lima buah batu. kelima batu menandakan adanya lima marga
dalam suku Karo yang mendiami Lingga, yakni Karo-Karo, Ginting, Sembiring, Tarigan,
dan Peranginangin.
Selain rumah siwaluh jabu, bangunan-bangunan tradisional Karo yang ada atau pernah
ada di Desa Lingga adalah kantur-kantur, sapo ganjang, griten, lesung, Museum Lingga .
Rumah adat-rumah adat ini menjadi pelengkap dari satu komunitas masyarakat Karo
dahulu kala. Seperti juga siwaluh jabu, semua bangunan ini berbentuk rumah panggung.
KABUPATEN SIMALUNGUN
PARAPAT
Parapat terletak di tepi Danau Toba dengan jarak 76 Km dari Medan. Beriklim tropis
dengan udaranya yang sejuk merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di
Sumatera Utara dan Kota Parapat sebagai pusat kegiatan setiap diadakan acara penting
Pariwisata seperti Pesta Danau Toba.
TIGARAS
Tigaras adalah salah satu objek wisata yang menjadi salah satu pilihan di Kabupaten
Simalungun. Tigaras terletak di Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun,
dengan jarak 48 Km dari Kota Pematangsiantar. Dari Tigaras dapat kita nikmati
pemandangan Danau Toba dari sudut yang berbeda.
Selain Danau Toba, Keindahan yang dapat kita nikmati dari Tigaras juga dapat kita lihat
Pulau Samosir dari pinggir danau. Tigaras Juga Memiliki beberapa Hotel yang nyaman
dan berada dipinggir danau. Nilai tambah dari Tigaras adalah tempatnya yang masih asri
dimana belum begitu banyak pengunjung yang datang sehingga nilai eksotikanya masih
terjaga. Penduduknya yang ramah juga menjadi ciri khas dari tempat wisata ini.
Rumah Bolon, Pematang Purba
Sampai di mana perkembangan peradaban sebuah komunitas barangkali dapat ditelusuri
lewat kebudayaannya. Dan setidaknya hal inilah yang dapat tergambarkan ketika
menjelajahi Rumah Bolon di Desa Purba Kabupaten Simalungun. Ia sekaligus menjadi
bukti sejarah eksistensi Kerajaan Purba Simalungun yang sudah berdiri sejak abad ke-15.

Menjelajahi kawasan Simalungun adalah pengalaman tersendiri. Masing-masing bisa


memberi kesan tentangnya. Apalagi memasuki Desa Purba, desa kecil di Kecamatan
Pematang purba Kabupaten Simalungun.

Jarakanya kira-kira 140 kilometer dari Kota Medan, setelah melalui Kabupaten Karo
(Berastagi-Kabanjahe- Merek). Lalu melewati persimpangan menuju Haranggaol dan
tibalah Anda di desa yang mayoritas dihuni etnis Simalungun itu. Tetapi, Anda juga bisa
memilih akses lain, yakni dengan melalui Kota Pematangsiantar yang jarakya hanya kira-
kira 54 kilometer dari sana.

Konon, dulu Desa Purba dikenal sebagai salah satu pusat pemerintahan kerajaan tertua
di Simalungun, yaitu Kerajaan Purba yang hingga akhir kekuasaanya, terhitung ada 14
raja yang pernah memegang tampuk kekuasaannya. Jadi jelaslah bahwa kerajaan ini
bukanlah satu-satunya kerajaan yang pernah ada di wilayah Simalungun.

Sejarah mencatat, ada lima kerajaan besar yang masing-masing menguasai wilayahnya
sendiri-sendiri yang di antaranya tersebar di beberapa wilayah: Siantar, Panambean,
Tanah Jawa, Pematangraya dan Purba. Wilayah ini kemudian didiami oleh marga-marga
tertentu pula, seperti Saragih, Manik, Sinaga dan Purba sendiri.

Rumah Bolon Pematangpurba sendiri merupakan kediaman Raja Purba yang pertama kali
diduduki Tuan Pangultop-ultop (1624-1648), yang kemudian diteruskan secara turun-
temurun dengan sebuah tradisi budaya setempat. Raja terakhir yang memimpin adalah
Raja Tuan Mogang, yang konon jasadnya hingga kini belum ditemukan. Disinyalir ia
dibunuh ketika revolusi sosial berlangsung di Simalungun pada tahun 1947.

Tak diketahui siapa pembunuhnya dan apa pula motifnya, ujar Wanson. penjaga
sekaligus pemandu wisatawan, lokasi bangunan tua yang berdiri di atas lahan seluas 1
hektar itu.
Mengenai tradisi pengalihan kekuasaan, Wanson menjelaskan ada semacam tradisi
pengalihan kekuasaan yang wajib dilakukan. Ketika raja hendak mewariskan
kekuasaannya, diwajibkan untuk menyembelih seekor kerbau, yang lalu tanduknya
disimpan agar kelak menjadi bukti untuk raja yang akan berkuasa kemudian. Setidaknya
bukti sejarah itu masih dapat terlihat di mana ada 14 tanduk kerbau yang tergantung di
dinding ruangan Rumah Bolon.

Lalu, apa dasar pengalihan kekuasaan itu? Seperti lazimnya dalam tradisi kerajaan yang
meneruskan kekuasaan pada anak sulung, maka prinsip itu tidaklah mutlak dalam tradisi
Kerajaan Purba. Bukan harus anak sulung, tetapi siapa keturunan yang bagi raja
memiliki talenta untuk menjadi pemimpin, maka ialah yang diangkat sebagai penerus
kerajaan, ujar Wanson.

Politik kekuasaan
Sebenarnya, raja yang mula-mula berkuasa di Kerajaan Purba bukanlah Tuan Pangultop-
ultop, melainkan Raja Purba Dasuha. Tuan Pangultop-ultop sendiri pada awalnya
hanyalah pendatang yang datang dari wilayah Dolok Sanggul yang konon disinyalir
berdekatan dengan wilayah Pakpak Bharat sekarang.

Lantas, mengapa ia kemudian menjadi raja? Ini masih berdasarkan penuturan Wanson
Purba, yang juga merupakan pegawai dinas pariwisata Kabupaten Simalungun yang
dihunjuk untuk mengawasi bangunan tua itu. Ia menjelaskan, kedatangan Tuan
Pangultop-ultop ke wilayah Purba awalnya dikarenakan kegemarannya menangkap
burung yang kemudian mengantarkannya ke kawasan Purba.

Konon, suatu ketika di wilayah hutan belantara Purba, ia berhasil menangkap seekor
burung Nanggordaha yang kemudian dari tembolok burung itu (terdapat biji padi dan
jagung), ia mendapatkan makanannya sendiri. Ketika ia melihat bahwa Purba adalah
negeri yang subur, maka ia pun memohon kepada Raja Purba Dasuha untuk diberikan
sebidang tanah. Tanah itu kelak ia tanami dengan biji padi dan jagung yang ia dapat dari
tembolok burung itu. Ini jugalah yang menghantarkan Pangultop-ultop kepada kejayaan.
Hasil panen yang melimpah dari sebidang tanah atas kebaikan raja itu, ia simpan di
sebuah lumbung besar.

Suatu waktu muncullah masa paceklik yang mengakibatkan penduduk kewalahan


mencari makanan. Mengetahui Pangultop-ultop memiliki banyak menyimpan padi dan
jagung di lumbungnya, mereka pun lalu memintanya agar memberikan padi dan jagung
yang selama itu ia kumpulkan.

Hanya saja, ia tak mau memberi jika mereka hanya memanggilnya dengan sebutan
oppung (kakek atau orang yang dihormati), melainkan panggilan raja. Jangan panggil
aku oppung jika ingin mendapatkan padi dan jagung dari saya, tapi panggillah saya raja,
katanya.

Mereka pun memanggilnya demikian, yang lantas diketahui oleh Purba Dasuha. Merasa
pengakuan terhadap dirinya terancam tidak diakui lagi, maka Purba Dasuha pun
mengadakan pertemuan dengan Pangultop-ultop. Jika kamu memang raja, maka
buktikanlah, katanya, seperti yang ditirukan Wanson.

Hal ini kemudian dituruti Pangultop-ultop dengan mematuhi peraturan yang ditetapkan
Purba Dasuha. Marbijah (disumpahi) adalah prosesi yang menjadi langkah pembuktian
itu. Segenggam tanah, air dan appang-appang (kulit kerbau) adalah medianya. Maka,
Pangultop-ultop kembali ke tanah asalnya untuk mendapatkan ketiganya. Segenggam
tanah lalu ditabur, dilapisi appang-appang dan di sampingnya ditaruh air yang tertuang
dalam tatabu (sejenis tempayan air yang terbuat dari kulit labu). Disaksikan oleh rakyat,
lalu Pangultop-ultop bersumpah di hadapan Purba Dasuha dan para ulubalang, katanya,
jika tanah dan air yang aku duduki ini bukanlah milikku, maka sekarang juga aku
matilah. Pangultop-ultop pun kemudian meminun air itu. Waktulah yang kemudian
menjawabsumpah itu. Meski sudah melewati hari, minggu, bulan hingga tahun, namun
Pangultop-ultop tidak mati seperti lazimnya sebuah sumpah yang mengandung
kebohongan maka maut adalah imbalannya. Dan waktu jugalah yang menentukan
peralihan kekuasaan itu. Kuakui, sekarang kamulah raja yang pantas memimpin
Kerajaan Purba, sebab sumpahmu tak berbala, kata Purba Dasuha kemudian.

Sejak saat itu Pangultop-ultop resmi diangkat menjadi raja, tepatnya pada 1624, yang
lalu memimpin hingga 1648. Sedang raja terdahulu --Purba Dasuha-- masih dianggap
sebagai raja, hanya saja ia tidak lagi memerintah. Lalu setelah membalik kembali kisah
itu, benarkah ada unsur politis di sana? Sekali lagi ini adalah pengungkapan fakta dari
seorang Wanson Purba, yang juga merupakan keturunan Raja Kuraha (panglima raja)
Tuan Pangultop-ultop semasa kepemimpinannya. Ia sendiri mengetahui kisah itu dari
ayahnya, P Purba yang selama 43 tahun telah menjaga Rumah Bolon.

Wanson pun tak menepis hal itu. Sebenarnya jika ditelaah, Pangultop-ultop dengan
demikian sudah mempraktekkan politik kekuasaan, katanya. Pasalnya, tanah dan air
serta appang-appang yang digunakan sebagai media sumpah dibawa sendiri olehnya
dari tanah asalnya, sehingga memungkinkan ia selamat dari maut.
KABUPATEN DAIRI
Taman Wisata Iman Sidikalang

Dairi adalah salah satu Kabupaten di Sumatera Utara dengan Luas wilayah 230.000
hektar dan jumlah penduduk 270.000 jiwa. Dairi terkenal sebagai penghasil kopi di dunia
dengan nama generik Kopi Sidikalang. Dairi juga memiliki kekayaan sumber daya alam
seperti pertambangan zeng dan Timah Hitam yang merupakan tambang terbesar di
dunia dengan jumlah deposit 20 juta ton. Selain subur dan memiliki potensi tambang,
Dairi juga memiliki panorama alam yang sangat indah seperti Pantai Silalahi yang berada
di kawasan Danau Toba bagian barat. Dan saat ini pemerintah Kabupaten Dairi
membangun fasilitas wisata iman di perbukitan sitinjo 10 km sebelum kota Sidikalang.

Dilokasi Taman Wisata Iman dengan luas 130.000 m2 , anda dapat menyaksikan
sederetan patung Nabi-nabi yang diceritakan oleh Kitab Suci. Gedung pertama yang akan
anda jumpai saat memasuki taman ini adalah sebuah Vihara Budha yang besar yang
besar dan megah. sebuah patung Budha setinggi 5 meter terbuat dari batu asli berada di
dalam Vihara tersebut. selanjutnya, anda akan menjumpai patung yang menggambarkan
Abraham ( nabi Ibrahim ) menyerahkan kurban persembahan kepada Allah, dan diikuti
oleh patung Nabi Musa saat akan menerima Sepuluh Perintah Allah.

Sepanjang dua kilometer Anda akan menikmati pemandangan Alam yang sangat indah
sebagai latar belakang taman. Di sepanjang perjalanan itu Anda akan berjumpa dengan
Gua Betlehem, 14 tahap perjalanan salib (Via Dolorosa), Gua Bunda Maria, Bukit Golgata,
Gereja, Kuil Hindu, Lapangan manasik haji dan sebuah mesjid yang dilengkapi dengan
fasilitas penginapan. Menurut Pemerintah Kabupaten Dairi Tujuan Pembangunan Taman
Wisata Iman adalah agar pengunjung dapat menyaksikan, menikmati dan menghargai
alam ciptaan Tuhan sehingga menumbuhkan rasa cinta pada lingkungan hidup,
termotivasi untuk lebih meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
mempererat hubungan silaturahmi antar umat beragama serta untuk lokasi
penyembuhan iman bagi korban pengguna narkoba.
3.KABUPATEN TAPANULI UTARA
Salib Kasih
Obyek wisata agama salib kasih Siatas Barita terletak di Kecamatan Siatas Barita.
Kawasan obyek wisata ini merupakan tempat beristirahat pertama misionaris
Nommensen setelah sampai di Rura Silindung pada 11 Nopember 1863.
Dari puncak bukit Siatas Barita, DR.Ingwer Ludwig Nommensen berdiri memandang ke
arah Rura Silindung di bawahnya. Lama Ia terpaku dan takjub akan keindahan panorama
Tano Batak.
Maka Iapun berdoa , "Hidup atau mati, biarlah aku tinggal di tengah-tengah bangsa ini
untuk menyebarkan firmanmu dan kerajaanMu."
Demikianlah peristiwa pada tahun 1863, ketika missionaris agama Kristen asal Jerman itu
mengawali babak kehidupan baru bagi orang-orang Batak yang belum mengenal agama
Kristen. Nommensen wafat tanggal 23 Mei 1918, dimakamkan di desa Sigumpar sekitar
60 Km utara Tarutung. Pada tahun 1993/1994, sebagai penghormatan dan penghargaan
atas jasa- jasanya, maka Pemda Tapanuli Utara membangun Salib Kasih dengan tinggi 31
meter di puncak bukit Siatas Barita. Pada waktu-waktu tertentu masyarakat Batak dan
turis asing melakukan ibadah terbuka di tempat ini.
Obyek wisata ini merupakan primadona yang diminati dan ramai dikunjungi wisatawan
manca negara maupun wisatawan lokal terutama pada hari-hari besar keagamaan dan
libur

Wisata Alam
Sangat disayangkan bahwa pada umumnya adalah orang luar negeri (Benua Eropah,
Amerika dan Australia) yang lebih mencintai alam kita yang kaya akan hutan tropis
dengan kekayaan Flora dan Faunanya dari pada kita sendiri sebagai pemilik kekayaan
itu.
Tahu kah anda bahwa Satwa Langka Orang Utan itu hanya di temukan di Indonesia dan
Sumatera adalah salah satu pulau tempat hidupnya ? Bahkan berwisata menunggang
gajah di habitatnya (bukan di kebun binatang) juga anda dapat melakukannya di sini?
Tentunya sebagai pecinta wisata petualang anda akan kami bawa untuk menelusuri
Taman Nasional Gunung leuser.
Danau Toba adalah sebuah danau dan Supervolcano. Danau yang sepanjang 100
kilometer dan lebar 30 kilometer, dan 505 meter (1.666 kaki) pada titik terdalam.
Terletak di tengah bagian utara pulau Sumatera Indonesia dengan ketinggian permukaan
sekitar 900 meter (2.953 kaki).
Danau Toba adalah tempat letusan supervolcanic yang terjadi 69,000-77,000 tahun yang
lalu, sebuah acara besar perubahan iklim. Letusan tersebut diyakini telah memiliki
intensitas VEI 8. Hal ini diyakini sebagai letusan eksplosif terbesar mana pun di bumi
dalam 25 juta tahun terakhir. Menurut teori bencana Toba yang beberapa antropolog dan
arkeolog berlangganan, itu konsekuensi global, menewaskan paling manusia kemudian
hidup dan menciptakan hambatan populasi di Afrika Timur Tengah dan India yang
mempengaruhi warisan genetik dari semua manusia hari ini. Teori ini bagaimanapun,
telah banyak diperdebatkan karena tidak ada bukti atas penurunan hewan lainnya atau
kepunahan, bahkan di lingkungan species. telah diterima bahwa letusan Toba
menyebabkan musim dingin vulkanik dengan penurunan di seluruh dunia pada
temperatur antara 3-5 derajat C.
Sebagai danau terbesar di Indonesia Danau Toba adalah daerah tujuan wisata ketiga
terbesar di Indonesia setelah Pulau Bali dan Jogjakarta. Dewasa ini banyak sekali orang
eropah yang tinggal di sebuah pulau yang terletak di tengah danau tersebut yaitu Pulau
Samosir sebagai pecinta alam dan budaya.
Di sebelah utara danau toba adalah salah satu kabupaten yang tanahnya sangat subur
yaitu Tanah karo. Suku ini pada umumnya hidup dari sektor pertanian; mereka hidup
sebagai petani sayur mayur dan buah-buahan. Dalam paket-paket Wisata bersama
Depary Adventure Team anda bahkan dapat mengunjungi lahan pertanian tersebut.
Dan jika anda ingin menikmati perjalanan wisata yang tidak sekedar melihat dan
menikmati panorama alamnya, maka berpetualang adalah pilihannya dan sumatera
utara dapat menjadi pilihan yang tepat untuk dijelajahi.
Sumatera utara dikenal memiliki berbagai obyek-obyek wisata alam yang sangat variatif,
unik, menarik dan menantang untuk dijelajahi.

Dari keindahan dan keunikan gunung berapi, menyusuri sungai dengan berarung jeram,
menjelajahi hutan di Taman Nasional, maupun aktifitas petualangan lainnya seperti
bersepeda gunung, paralayang, menyusuri gua dan memanjat tebing dapat anda nikmati
dengan mengeksplorasi pesona alam di propinsi ini.

Siapa yang tidak kenal Danau Toba, yang terbentuk dari letusan maha dasyat gunung api
pada zaman purba. Posana keindahan dan keunikan alam dan budaya masyarakatnya
tidak akan dapat selesai dijelajahi hanya dengan hitungan hari.
Di perbatasan Kabupaten Tobasa dan Asahan terdapat sungai Asahan dengan jeram-
jeramnya yang liar dan ganas. Sungai ini bagi pehobi arung jeram termasuk dalam
katagori kelas internasional.

TREKKING
Lokasi yang paling ideal untuk menjelajahi hutan adalah mengunjungi Taman Nasional
Gunung Leuser. Sebagian kawasan Taman Nasional Gunung leuser berada di wilayah
Sumatera Utara. Berbagai jenis satwa dan tumbuhan khas hutan hujan tropis dapat
dijumpai di kawasan ini. Kawasan ini merupakan habitat dari lima jenis mamalia besar
yang langka dan dilindungi, yaitu harimau, gajah, badak, orang utan dan beruang.
Terdapat dua pintu masuk utama bagi wisatawan untuk menjelajahi kawasan hutan
taman nasional ini. Kedua tempat ini berada pada wilayah yang berbeda dengan
keunikan dan daya tarik yang berbeda pula. Yang telah cukup dikenal adalah Bukit
Lawang di Bohorok. Dapat dicapai sekitar 2 setengah jam dari kota Medan ke arah
Bohorok. Di sana terdapat Pusat Rehabilitasi Orang Utan, yang merupakan satwa langka
yang dilindungi. Sebagai fasilitas pendukung, disana juga tersedia penginapan dengan
harga yang bervarasi.

MENDAKI GUNUNG
Jika anda hobi mendaki gunung, jangan tinggalkan kesempatan untuk mendaki puncak
sibayak dan sinabung. Kedua gunung berapi yang masih aktif ini, termasuk gunung yang
populer didaki oleh para wisatawan domestik maupun mamcanegara.
Gunung Sibayak terletak didataran tinggi Karo dengan ketinggian 2.094 meter dari
permukaan laut. Puncak gunung ini ini bisa dicapai dari tiga jalur pendakian, yaitu : dari
desa Raja Berneh (Semangat Gunung/Doulu), rute kedua dari kota Brastagi. Sedangkan
rute ketiga adalah rute 54 (Panatapan) yang merupakan tempat persinggahan untuk
beristirahat (rest area) di jalan lintas Medan - Brastagi. Di lokasi ini banyak terdapat
warung-warung penjual jagung rebus dan jagung bakar. dua rute yang pertama termasuk
katagori moderat, merupakan rute populer mendaki gunung Sibayak, dari rute ini puncak
sibayak dapat dicapai sekitat 3 ? 4 jam pendakian. sedangkan rute ke tiga sedikit lebih
menantang karena pendakian harus melintasi kawasan hutan sibayak dan sebagian
pendaki lebih memilih berkemah di perjalanan sebelum melanjutkan perjalanan pada
subuh esoknya untuk mendapatkan kesempatan menyaksikan sunrise atau matahari
terbit dari puncak gunung.
Gunung sinabung tidak kalah menarik untuk didaki. Jalur yang umum dipilih oleh pendaki
adalah melalui Lau Kawar. Lau kawar merupakan danau dataran tinggi yang memiliki
panorama alam yang indah. Ada baiknya berkemah dulu ditepi danau sebelum mendaki
puncak sinabung keesokan harinya. Dari danau ini puncak Sinabung dapat dicapai 3 ? 4
jam pendakian menyusuri hutan dan trek batu menanjak. Jika cuaca cerah, panorama
danau toba akan terlihat di kejauhan. Sebuah pemandangan yang indah dan
menakjubkan.

ARUNG JERAM
Salah satu yang mulai populer saat ini adalah kegiatan berarung jeram.
Kegiatan wisata berarung jeram ini dapat diikut berbagai kalangan dan lapisan
masyarakat, tergantung dari tingkat kesluitan sungai yang diarungi. Di sumatera utara
terdapat tiga sungai yang menjadi pilihan dalam wisata ini, yaitu sungai Asahan, wampu
dan Bingei. Sungai Asahan tergolong ekstrem. Sungai ini memiliki tingkat kesulitan
hingga kelas 5, jadi sebaiknya diikuti oleh para profesional atau yang sudah memiliki
pengalaman. Sedangkan sungai Wampu dan Bingei termasuk katagori kelas 2 ? 3, jadi
relatif aman untuk diarungi baik bagi pemula maupun anak-anak. Untuk anak-anak
disarankan berumur 7 tahun ke atas.

Dengan perlengkapan yang standar, didampingi pemandu yang terlatih serta


menerapkan prosedur keamanan dalam mengarungi sungai, dapat dijamin anda akan
menikmati petualangan yang seru dan mengasyikan. Mengarungi sungai, menerjang
jeram-jeram dan menikmati keindahan alam hutan, dan pedesaan membuat perjalanan
berarung jeram menjadi suatu pengalaman yang mengesankan.

Berjarak 2 jam dari kota Medan, Sungai wampu yang berlokasi di Marike ? Langkat,
merupakan tipe sungai dalam dan menawarkan pesona alam hutan tropis dan lembah
sungai dengan tebing-tebing dan air terjun yang menawan. Dalam pengarungan,
pemandu akan membawa anda menyinggahi dan mandi di sumber air panas dan anak
sungai yang jernih dan tenang. Makan siang di tepi sungai merupakan paket special yang
akan anda dapatkan dalam mengikuti wisata arung jeram di sungai wampu ini.

Tidak jauh dari Kota Binjai, terdapat satu lagi lokasi wisata arung jeram, yaitu di Sungai
Bingei. Dari Medan hanya membutuhkan waktu satu jam perjalan naik kendaraan
bermotor. Sungai Bingei memiliki karakter sebagai sungai dangkal bebatuan. Berair
jernih dan memiliki jeram yang lumayan banyak, membuat pengarungan menjadi lebih
menantang dan seru. Apalagi menjelang finish, pengarungan disudahi dengan meluncur
di bendungan setinggi hampir 9 meter. Dengan kemiringan bendungan mencapai 45
derajat, dijamin momen ini akan memompa adrenalin anda lebih kencang lagi.
Wisata Religi
Selain berwisata alam anda juga dapat melakukan wisata Religi di sumata. Di kabupaten
Dairi terdapat Taman Iman; Disini kita menjumpai 5 bangunan ibadah setiap agama yang
di tata dengan apik oleh Pemerintah daerah. Lokasi ini sangat terkenal di nusantara dan
sudah ramai di kunjungi oleh wisatawan. Selain itu di Sumatra juga anda dapat
mengunjungi Pagoda (candi budha) terbesar di Indonesia, Salib kasih di Tarutung,
Retreat Center GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) di Sibolangit, Makam Misionaris Dr I.L
Nomensen di desa Sigumpar-Tapanuli Utara dan juga Gereja Velancany, sebuah gereja
khatolik yang sangat unik karena hampir menyerupai tempat ibadah umat hindu serta
mesjid sultan deli di kota medan dan sultan langkat di Tanjung Pura-Kabupaten Langkat.
Nangro Aceh Darussallam adalah propinsi yang terletak di ujung utara pulau Sumatra.
Agama Islam yang berkembang di Indonesia berasal dari wilayah ini dan kunjungan anda
ke propinsi ini adalah juga termasuk kunjungan ke tempat-tempat bersejaran (Masjid dan
makam-makam pembesar agama Islam di tanah Rencong). Selain itu juga saksi-saksi
bisu bencana Tsunami dapat anda temukan disini.

http://www.depary-adventure-sumatra.com/lang2/sumatera.html

Anda mungkin juga menyukai