Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Kekeruhan kornea terbagi dalam dua bentuk yaitu bentuk tenang yang
tidak disertai tanda radang dan bentuk yang disertai tanda radang. Bentuk
kekeruhan kornea tanpa tanda radang adalah nebula, makula, leukoma, dan
stafiloma. Kekeruhan kornea dengan tanda- tanda radang aktif didapatkan pada
keratitis atau infiltrat kornea, yang diklasifikasikan sebagai keratitis superfisial
dan keratitis profunda, tukak atau ulkus kornea.(1)

Stafiloma terjadi dari penonjolan uvea ke dalam sklera yang mengalami


ektasia. Stafiloma mungkin bisa anterior, ekuatorial, atau posterior. Salah satu tipe
dari stafiloma adalah stafiloma kornea yang merupakan bagian dari stafiloma
anterior. Stafiloma kornea sering ditemukan dan bisa melibatkan sebahagian atau
keseluruhan kornea. Stafiloma kornea merupakan bentuk penonjolan kornea tipe
inflamatoir berupa sikatrik kornea yang menonjol disertai dengan prolaps iris atau
dapat diartikan sebagai penonjolan setempat kornea akibat tukak kornea perforasi
atau kornea yang menipis dengan terdapat jaringan uvea di belakang atau di
dalamnya. Stafiloma ekuatorial terletak di ekuator dan stafiloma posterior terletak
di belakang ekuator. Stafiloma ekuator paling sering terlihat di kaput nervus
optikus. Pasien sering mengalami gangguan penglihatan dan sangat miopik,
walaupun pernah dilaporkan kasus-kasus stafiloma peripapilaris kongenital pada
pasien dengan penglihatan yang normal atau hampir normal. Stafiloma posterior
biasanya berkaitan dengan daerah-daerah atrofi koroid.1,2

Stafiloma kornea terbagi atas dua, yaitu total, yang mengenai seluruh
kornea dan partial yang mengenai sebagaian kornea. Stafiloma kornea dapat
berbentuk: globus, konus, dan lobolus yang menyerupai anggur. Warna stafiloma
kornea berupa putih atau kebiru-biruan dengan beberapa pembuluh darah kecil
maupun besar sehingga palpebra tidak dapat menutupi mata dengan sempurna.3

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA MATA

Gambar 2.1: Anatomi Bola Mata

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di

bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga

terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda.3

Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu:3

1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada

mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian

terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan

2
sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar

dibanding sklera.
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea

dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi

perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid.

Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris

didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar

masuk ke dalam bola mata. Badan siliar yang terletak di belakang iris

menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluankan melalui

trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas komea dan sklera.

3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan

mempunyal susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis

membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan

pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial

antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dan koroid yang

disebut ablasi retina.2

2.1.1 Kornea

Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata,


bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan yang
menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis.

3
Gambar 4: Lapisan-lapisan kornea

Lapisan lapisan dari kornea;1,4,5

1. Epitel

a. Tebalnya 50 um, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.

b. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng,
sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal
di depannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan
barier.

c. Sel basal menghasilkan membrane basal yang merekat erat kepadanya.


Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.

d. Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

2. Membran Bowman

a. Terletak dibawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen

4
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma.

b. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Stroma

a. Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen sejajar satu dengan
yang lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di
bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea, yang merupakan fibroblas teletak
diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar
dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descement

a. Merupakan membran aseluler dan merupakan batas belakang stroma


kornea yang dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.

b. Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai


tebal 40 um.

5. Endotel

a. Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40


um. Endotel melekat pada membran descemet melalui hemidesmosom
dan zonula okluden.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus
membran Bowman melepaskan selubung schwannnya. Seluruh lapis epitel
dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause
untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah
dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.1

Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem


pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema

5
kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.1

Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola
mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40
dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.1

Perbedaan antara kapasitas regenerasi epitel dan endotel penting.


Kerusakan lapisan epitel, misalnya karena abrasi, dengan cepat diperbaiki.
Endotel yang rusak karena penyakit atau pembedahan misalnya, tidak dapat
beregenerasi. Hilangnya fungs sawar dan pompa menyebabkan hidrasi
berlebihan, distorsi bentuk regular serat kolagen, keruhnya kornea.5

Fungsi kornea adalah;5

a. Merefleksikan cahaya dan bersama dengan lensa memfokuskan cahaya ke


retina.

b. Media refrakta.

c. Melindungi struktur mata internal.

2.2 Definisi
Stafiloma kornea merupakan bentuk penonjolan kornea tipe inflamatoir
berupa sikatrik kornea yang menonjol disertai dengan prolaps iris atau dapat
diartikan sebagai penonjolan setempat kornea akibat tukak kornea perforasi atau
kornea yang menipis dengan terdapat jaringan uvea dibelakang atau
didalamnya.2,5

2.3 Epidemiologi
Menurut Witcher pada tahun 2001 trauma merupakan penyebab utama
penurunan visus pada negara berkembang. 55 juta jiwa mengalami cedera
pertahunnya dengan 19 juta mengalami penurunan visus unilateral. Insiden
staphiloma kornea sekitar 25.000 orang per tahun yang pada umumnya diawali
dengan keratitis. Angka kejadian staphiloma kornea pada penderita yang
menggunakan trauma tajam sekitar 4 kejadian per 10.000 . staphiloma kornea

6
dapat mengenai semua umur, kelompok dengan prevalensi penyakit yang lebih
tinggi adalah mereka dengan faktor risiko.(6)

2.4 Etiologi
a. Infeksi
- Infeksi Bakteri
P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella
merupakan penyebab paling sering. Sebuah penelitian terbaru
menyebutkan bahwa telah ditemukan Acinetobacter junii sebagai salah
satu penyebab ulkus kornea. Sebanyak 38,85% ulkus kornea
disebabkan oleh bakteri.
- Infeksi Jamur
disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium,
dan spesies mikosis fungoides. Penyebab ulkus kornea 40,65%
disebabkan oleh jamur.
- Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai.
Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan
epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus.
- Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam
air yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik.
Infeksi kornea oleh Acanthamoeba sering terjadi pada pengguna lensa
kontak lunak. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai
lensa kontak yang terpapar air yang tercemar.(7)
b. Non infeksi
- Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung pH
- Radiasi atau suhu
- Sindrom sjorgen
- Defisiensi Vitamin A
- Obat-obatan (kortikosteroid, idoxiuridine, anestesi topikal,
immunosupresif)
- Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma
- Pajanan (exposure)
- Neurotropik

7
- Trauma mata
c. Sistem imun (reaksi hipersensitivitas)5

2.5 Patofisiologi
Stafiloma kornea dapat timbul karena respon dari adanya kondisi
inflamasi atau degeneratif pada mata akibat dari lemahnya bola mata. Stafiloma
kornea adalah tipe stafiloma yang sering terjadi, paling sering disebabkan oleh
luka dari trauma mekanik atau operasi mata.2,5,6
Pada stadium awal stafiloma hanya terdiri dari prolaps iris yang
langsung ditutupi oleh epitel kemudian epitel yang berproliferasi memenuhi celah-
celah kecil yang ada di situ dan menebal lalu menekan pertumbuhan jaringan di
bawahnya. Pada waktu yang sama, jaringan dipenuhi oleh leukosit, jaringan
granulasi membentuk massa besar di permukaannya dan ini perlahan-lahan
menjadi jaringan parut yang bersatu dengan jaringan normal di kornea, mengikat
keseluruh massa dengan sisa-sisa lensa atau kapsulnya yang nantinya bisa
terkurung dalam lensa (kapsul) menjadi pseudokornea fibrosa.7
Dengan berlalunya waktu, stroma pada iris perlahan-lahan atropi dan diganti
dengan jaringan fibrosa, sedangkan epitel pigmen pecah dan granul pigmen
diambil oleh leukosit dan pergi ke epitel atau tertanam di jaringan parut, dimana ia
tetap di situ untuk beberapa tahun atau secara permanen ketebalan stafiloma
berbeda tergantung jumlah jaringan parut yang terbentuk. Pseudokornea bisa saja
sangat tebal atau setipis kertas dimana epitel tumbuh tepat diantara iris yang
prolaps dengan interposisi (gangguan) jaringan granulasi yang minimal. Pada
keadaan ini jaringan parut mungkin tidak cukup kuat untuk menahan tekanan
intraokuler, jadi penonjolan (bulging) bertambah. Apabila tipis, pigmen uveal
menjadi sangat jelas (tergantung ketebalannya), warnanya bisa bervariasi dari
keabu-abuan hingga biru gelap. Bagian yang menonjol bisa terpisah dengan
benang fibrosa elastis (rectracted : yang bisa ditarik kembali) memberikan
gambaran seperti gugusan anggur.7

8
Perubahan degeneratif mudah terjadi pada waktu tertentu pada stafiloma
kornea, vaskularisasi untuk membentuk degeneratif pannus, penebalan dan
pembentukan tanduk (cornification) pada epitel yang bisa menunjukkan
penurunan pertumbuhan papiler yang diperkirakan terbentuknya gambaran
epidermoid dan perubahan seperti degenerasi hialin atau calcareous degeneration
pada komposisi pseudokornea. Terdapat kecenderungan pada terjadinya
pembentukan torpid atheromatous ulcers, seringkali dikaitkan dengan serangan
inflamasi berulang yang nantinya bisa melibatkan nekosis dan pelepasan sel
(sloughing) yang nyata, yaitu proses progresif yang merupakan stadium akhir
pada panoftalmitis.7

Stafiloma kornea merupakan gejala sisa ulkus kornea perforate yang


menimbulkan leukoma adherens. Jika terjadi peradangan maupun ulkus pada
kornea maka dapat menimbulkan keratomalasia dan ulkus kornea. Keratomalasia
dan ulkus kornea dapat berakhir dengan perforasi kornea dan prolaps jaringan isi
bola mata dan membentuk cacat menetap yang menyebabkan kebutaan. Pada
keadaan berikutnya kornea menjadi berwarna putih dan bila luka pada kornea
telah sembuh, akan meninggalkan bekas berupa sikatrik atau jaringan parut. Hal
ini yang menjadi penyebab pasien menjadi buta. Adanya sikatriks pada kornea
mempengaruhi pengaliran humor aqueus dari bilik anterior sehingga terjadi
hambatan aliran humor aqueus dan peningkatan tekanan intraorbita
(glaukoma).2,5,6

2.7 Penegakan Diagnosis


Untuk dapat menegakkan diagnosis stafiloma kornea diperlukan evaluasi
secara menyeluruh melalui anamnesis dan pemeriksaan fisis serta pemeriksaan
penunjang dengan memberikan perhatian yang lebih pada berbagai faktor
resiko yang mengarahkan pada diagnosis serta terapi yang diberikan.
1. Anamnesis :

Anamnesis pada pasien dengan stafiloma kornea meliputi


riwayat penglihatan mencakup penentuan akibat pada fungsi visual
dalam kehidupan dan aktivitas sehari-hari, adanya riwayat nyeri pada

9
mata yang dirasakan nyeri terus menerus atau dirasakan hilang
timbul.

2. Pemeriksaan oftalmologi

Visus : Pada pemeriksaan visus didapatkan visus yang menurun


bahkan visus sampai menjadi 0 pada mata yang mengalami stafiloma
kornea.
Slitlamp : Pada pemeriksaan slit lamp didapatkan kelainan pada kornea
berupa kornea menonjol dengan permukaan berbenjol-benjol disertai
iris yang prolaps. Biasanya berbentuk globus, konus, dan lobolus yang
menyerupai anggur. Warna stafiloma kornea berupa putih atau kebiru-
biruan dengan beberapa pembuluh darah kecil maupun besar.
3. Pemeriksaan Penunjang

USG B-Scan

USG BScan ophtalmic ultrasound (echography) adalah prosedur


diagnosa yang digunakan untuk mendeteksi atau membedakan gangguan
okular dan orbital. Penggunaan paling umumnya adalah pada mode kontak
untuk evaluasi daerah posterior pada mata dengan media opasifikasi yang
padat. B-Scan ultrasound juga berguna pada penanganan dari lesi yang
teridentifikasi untuk memantau perkembangannya. B-Scan memberikan
informasi mengenai topografi (lokasi dan konfigurasi) dari lesi bersama
dengan reflektifitas kasarnya. B-Scan biasanya digunakan untuk
membedakan stafiloma anterior atau posterior.(8)

10
2.8 Diagnosis Banding
2.8.1 Keratektasia
Keratektasia atau corneal ectasia adalah istilah yang menggambarkan
sekelompok penyakit dimana terdapat peregangan dan penipisan pada stroma
kornea yang memicu kepada perubahan bentuk. Keratektasia dapat menjadi
primer seperti pada keratoconus atau sekunder seperti pada respon non spesifik
terhadap penyakit inflamasi sebelumnya, trauma, glaukoma (sebagai contoh,
keratigenous pada glaukoma kongenital). Keratektasia harus dibedakan dengan
stafiloma kornea dimana kornea yang terbentuk menipis disamping jaringan iris.
Keratoconus merupakan bentuk spesifik dari keratektesia bilateral dimana
penipisannya pada aksial atau paraaksial dan etiologinya tidak diketahui. Penyakit
ini merupakan salah satu indikasi paling sering dari keratoplasti dan hasil
postoperatif yang memuaskan.(6)

2.9 Penatalaksaan
2.9.1 Medikamentosa
Anti glaukoma dapat digunakan untuk mengurangi progresifitas dari
stafiloma.

2.9.2 Operatif
1. Eksisi lokal dapat dilakukan pada stafiloma (staphylektomy) dengan
kornea atau sklera patch graft untuk repair.
2. Keratoplasti (Transplantasi kornea) diindikasikan bagi banyak kondisi
kornea yang serius misalnya, adanya jaringan parut, edema, penipisan, dan
distorsi.
3. Iridektomi.
Pada Stafiloma Kornea; Iridektomi basalis, pada tempat kornea
yang paling jernih, dengan demikian maka tensi intraokuler menurun,
protrusion kornea berkurang, visus diperbaiki. Hal ini dilakukan setelah
TIO normal dan visus dengan midriatika ada kemajuan. Stafiloma totalis:
enukleasi bulbi.
Pada Stafiloma sklera ; Iridektomi, bila mata yang membesar
sangat mengganggu dan tak ada visusnya lagi dapat dilakukan enukleasi.

11
4. Eviserasi.
Merupakan prosedur pembedahan yang mana adalah suatu
tindakan operasi dimana isi bola mata dikeluarkan dan skleral cup
disingkirkan. Hal ini biasanya dilakukan pada kasus supurati intraokular
(panoftalmitis), perdarahan anterior stafiloma dan trauma tembus pada
bola mata dengan keluarnya isi bola mata.

5. Enukleasi.
Enukleasi dilakukan dengan menghilangkan organ dalam dari bola
mata sementara jaringan lain pada orbital diupayakan tetap ada. Ini setelah
pemeriksaan histologi atas bola mata dan keadaan dari nervus optik
menunjukan adanya kelainan juga mengurangi resiko terjadinya simpatetik
oftalmia yaitu keadaan dimana terjadinya reaksi imunologi pada jaringan
uvea setelah terjadinya trauma biasanya timbul pada hari kesembilan
sampai 50 tahun setelah trauma tembus.
Prosedur ini selalu dipilih jika patologi intraokuler yang terjadi
tidak diketahui selain itu indikasi apabila keganasan primer intraokuler
seperti retinoblastoma atau melanoma koroid. Pada kasus trauma berat,
enukleasi dilakukan pada 10 14 hari pertama setelah trauma, juga pada
mata yang nyeri dgn visus buruk seperti pada glaukoma absolut, uveitis
kronik atau post trauma. Enukleasi pada anak-anak tidak dianjurkan karena
akan mempengaruhi pertumbuhan tulang orbita, jika memang harus
dienukleasi maka harus dipasang implan yang besar untuk merangsang
pertumbuhan tulang orbita, dewasa ini penggunaan dermis fat graft pada
anak-anak angka keberhasilan meningkat (diikut tumbuhnya dan mengisi
orbita).

6. Pemakaian implant

Mengingat deformitas kosmetik yang berat pada kebutaan akibat

staphyloma kornea, mata yang mengalami glaukoma dan kondisi normal

mata, enukleasi dianggap menjadi pengobatan yang paling tepat.

Meskipun mata yang mengalami staphyloma kornea layak untuk dilakukan

12
enukleasi, baru-baru ini telah dilaporkan beberapa keberhasilan dalam

pengobatan bentuk ringan dari penyakit ini dengan pelaksanaan

keratoplasty. Semua kasus staphyloma kornea kongenital bilateral

mungkin harus dilakuakn upaya bedah untuk menyelamatkan penglihatan

pada setidaknya satu mata.6

2.10 Komplikasi

Komplikasi yang paling sering terjadi setelah dilakukannya operasi

staphyloma kornea adalah hilangnya cairan vitreous. Semakin besar segmen

anterior staphyloma yang direseksi, semakin besar pula lukanya membuka, dan

semakin tinggi resiko kehilangan vitreous. Resiko yang berbahaya ini akan

meningkat oleh kenyataan bahwa humor vitreous dalam staphylomata yang besar

dan yang sudah lama biasanya sangat cair, dan mengalir keluar seperti air dari

bola mata yang bulat. Tentu saja kehilangan dalam jumlah kecil dari vitreous

dapat dipulihkan, tapi kadang-kadang jumlah kehilangannya dapat begitu besar

sehingga operasi untuk staphyloma tersebut harus diikuti dengan pengeluaran isi

(eviserasi) dari bola mata, yaitu dengan operasi yang mana pasien sangat tidak

menyetujuinya.4

2.11 Prognosis
Diagnosa yang lebih awal dan penanganan dini dapat memberikan hasil
yang memuaskan, serta bergantung dari letak lesi dan luasnya lesi.(8)

13
BAB III
LAPORAN KASUS
1 IdentitasPasien
Nama : Ny.J
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 51 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Ulee Kareng
Agama : Islam
No CM : 1-11-05-79
Tanggal Pemeriksaan : 28 November 2016

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama :
Pandangan kabur pada mata kiri
Keluhan Tambahan :
Nyeri dibelakang bola mata
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUDZA dengan keluhan pandangan pada
mata kiri yang kabur tanpa disertai mata merah dan berair. Keluhan
dirasakan sejak 2 bulan yang lalu, memberat dalam 1 bulan terakhir setalah
operasi katarak pada mata kiri. Pasien juga mengeluhkan nyeri dibelakang
bola mata dan sakit kepala. Pasien juga mengeluhkan silau saat melihat
cahaya namun hanya dirasakan sesekali. Pasien sebelumnya sudah menjalani
operasi katarak di rumah sakit daerah dua bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah menjalani operasi katarak 2 bulan yang lalu
Riwayat hipertensi dan Diabetes Melitus disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan seperti pasien.

Riwayat Penggunaan Obat :

14
Pasien sebelumnya pernah berobat kerumah sakit daerah namun pasien tidak
mengetahui nama obatnya dan tidak mngalami perubahan.
Riwayat Kebiasaan Sosial :
Pasien seorang petani

3.3 Pemeriksaan Fisik


a Status Oftamologis
oculi dekstra oculi sinistra

Tampak sikatrik pada kornea sinistra, bewarna


putih kebiruan

VOD : 5/15 ph : 5/9 VOS : 5/60 ph: -


Uji Hiscberg : orthophoria

Uji pergerakan bola mata : Normal


N

Keterangan (OD) Komponen Keterangan (OS)

Normal Palpebra Superior Normal


Normal Palpebra Inferior Normal
Normal Konj. Tarsal Normal
Jaringan fibrovaskular (-), Jaringan fibrovaskular (-),
Konj. Bulbi
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
sikatrik (-), udem(-) Kornea Sikatrik (+), udem(-)

Cukup COA Sulit dinilai

15
Jelas Iris sulit dinilai
Bulat(+), 3 mm
Pupil Sulit dinilai
RCL (+), RCTL (+)
Keruh (-) Lensa Keruh (+)

b Foto Klinis Pasien

4 Pemeriksaan Penunjang
- Refraksi
- Slit lamp

5 Diagnosis
- stafiloma kornea

3.6 Penatalaksanaan
Cendo lytters ED 4x2 tetes ODS
Cendo timolol ED 2x2 tetes OD
Neurodex tab 1x1

3.7 Prognosis
- Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
- Quo ad Functionam : Dubia ad malam
- Quo ad Sanactionam : Dubia ad bonam

16
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien perempuan, 51 tahun datang ke Poliklinik Mata RSUDZA dengan


keluhan pandangan pada mata kiri yang kabur tanpa disertai mata merah dan
berair. Keluhan dirasakan sejak 2 bulan yang lalu, memberat dalam 1 bulan
terakhir setalah operasi katarak pada mata kiri. Pasien juga mengeluhkan nyeri
dibelakang bola mata dan sakit kepala. Pasien juga mengeluhkan silau saat
melihat cahaya namun hanya dirasakan sesekali. Pasien sebelumnya sudah
menjalani operasi katarak di rumah sakit daerah dua bulan yang lalu.
Berdasarkan dari anamnesis kemungkinan pasien mengalami infeksi pada
kornea yang memberat seperti ulkus korena dengan visus yang semakin menurun
disertai riwayat trauma dapat menyebabkan perforasi hingga terjadi stafiloma
kornea. keluhan yang dirasakan pasien saat anamnesis sesuai dengan manifestasi
yang dapat terjadi pada stafiloma, seperti mata kabur, pada pasien penderita
stafiloma, visus pasien yang semakin menurun. Keluhan silau dirasakan karena
kornea memiliki banyak serabut saraf sehingga apabila ada keabnormalan kornea
dapat menyebabkan fotofobia.
Pemeriksaan visus mata kanan didapatkan 5/15 dan visus mata kiri
didapatkan 5/60 dimana pada kasus stafiloma kornea visus pasien dapat menurun

17
di akibatkan oleh penggelembungan kornea dengan iris menempel dibelakangnya.
Tatalaksana pasien diberikan Cendo lyteers ED 4x2 tetes ODS, Cendo timolol ED
2x2 tetes OD, Neurodex tab 1x1. Cendo lyteers diindikasikan untuk melumasi
mata yang kering atau teriritasi dapat juga diberikan pada gangguan penglihatan
karena kelebihan lendir pada mata. Obat topical timolol sebagai tetes mata
berfungsi untuk produksi aquos humor.

18
BAB V
KESIMPULAN

Stafiloma kornea yaitu sikatrik kornea yang menonjol disertai dengan


prolapse iris. Penegakan diagnosis stafiloma kornea diperlukan evaluasi secara
menyeluruh melalui anamnesis dengan gejala klinis peningkatan tekanan
intraokuler, penurunan visus dan pemeriksaan oftalmologi serta pemeriksaan
penunjang. Dapat ditatalaksana secara medikamentosa dengan pemberian anti
glaucoma untuk mengurangi progresifitas dari stafiloma, tindakan operatif dapat
dilakukan keratoplasti, eviserasi dan enukliasi bulbi sesuai indikasi.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Hodge WG. Glaukoma. In : Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P,


editors. Oftalmologi umum (general ophthalmology). Edisi 14. Jakarta:
Widya Medika ; 2014 : p.175-239

2. Ilyas SH. Glaukoma. In: Buku lmu penyakit mata. edisi ketiga. Balai
penerbit FKUI: Jakarta. 2016; p.212-7

3. Walton H. Staphyloma. First edition.Philadelpia. Lindsay Blakiston.2016:p


350.

4. American Academy of Ophthalmology: Basic and clinical science course


2003-2004. [CD ROM]. United States: LEO; 2013.

5. James B,Chew C,Bron A. Anatomi. In Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta.


Penerbit Erlangga 2013.5-6

6. Agarwal A. Ectasia and Staphyloma. In Handbook of Ophthalmology.


USA. SLACK Incorporated.2016. p.321-2

7. Duke-Elder,McFaul PA. Perforating Injury.In System of Ophthalmology


injuries. St.Louis. The C.V Mosby Company. 2016. P339-46

8. Casser L, Fingeret M, WoodCome H, editors. Atlas of Primary Eyecare


Procedures. 2nd Edition. United States. McGrawHill 2015 : p.268

20

Anda mungkin juga menyukai