Laporan SIG Risiko Banjir
Laporan SIG Risiko Banjir
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang
disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian
langsung berupa korban jiwa, harta benda maupun material cukup besar.
Bencana alam dapat dipicu oleh adanya penggundulan hutan, pembukaan
lahan usaha di lereng-lereng pegunungan, dan pembuatan sawah-sawah
basah pada daerah-daerah lereng lembah yang curam. Indonesia
merupakan negara yang rawan terhadap bencana alam karena terletak
pada daerah yang aktif tektonik dan vulkanik sebagai akibat pertemuan
tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng India-Australia, Pasifik, dan
Eurasia. Salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia adalah
bencana banjir.
Banjir adalah bagian dari permasalahan lingkungan fisik di permukaan
bumi yang mengakibatkan kerugian dan dapat diartikan suatu keadaan di
mana air sungai melimpah, menggenangi daerah sekitarnya sampai
kedalaman tertentu hingga menimbulkan kerugian (Sigit, 1994). Banjir
bisa terjadi karena curah hujan tinggi, karena es mencair, karena tsunami,
badai laut dan lain-lain.
ketinggian diatas permukaan laut bervariasi dari 681 796 mdpl (meter di
atas permukaan air laut). Kecamatan Majalaya dialiri oleh salah satu
sungai yaitu Sungai Ci Tarum, keberadaan sungai ini menguntungkan dari
segi pertanian. Namun jika curah hujan cukup tinggi maka di daerah-
daerah tertentu akan terjadi banjir (BPS Kecamatan Majalaya 2014).
Di wilayah ini ketika curah hujan tinggi dan Sub DAS Ci Tarum tidak
dapat menampung air yang berasal dari air hujan, maka terjadi luapan dan
mengakibatkan banjir. Luapan air dari Sub DAS Ci Tarum menggenangi
daerah-daerah pinggir sungai, terutama yang dilalui oleh Sub DAS Ci
Tarum. Hal ini telah menjadi fenomena rutin ketika musim penghujan,
namun penanganan akibat banjir di daerah-daerah yang tergenang banjir
masih kurang maksimal dikarenakan bantuan yang datang terlambat di
lokasi yang tergenang banjir.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menentukan zonasi tingkat kerawanan banjir di
Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung?
2. Bagaimana memetakan zonasi tingkat kerawanan banjir di
Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung?
C. Tujuan Penelitian
1. Menentukan zonasi tingkat kerawanan banjir di Kecamatan
Majalaya, Kabupaten Bandung.
4
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini untuk menambah pengetahuan mengenai hasil
penelitian yang telah dilakukan, terutama mengenai Sistem
Informasi Geografi (SIG).
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan informasi
tentang titik titik rawan banjir di daerah penelitian, agar
menimbulkan kesadaran serta acuan untuk kesiapsiagaan jika
ancaman banjir muncul.
3. Bagi Stakeholder
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
gambaran kepada pemerintah tentang kondisi hidrologis di daerah
penelitian, sehingga menjadi acuan untuk evakuasi saat bencana
terjadi, maupun untuk upaya pencegahan bencana.
4. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, sumber
data, masukan terhadap penelitian lainnya yang berkaitan dengan
zonasi rawan banjir lainnya.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A Pengertian Bencana
1. Definisi Bencana
Berdasarkan UU RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana bahwa bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Alam
Bencana
Nonalam
Sosial
Gambar 2.1. Konsep Bencana
(sumber: UU RI Nomor 24 Tahun 2007)
a. Bencana Alam
6
2. Bencana Banjir
Hujan yang jatuh ke bumi akan mengalami proses intersepsi, infiltras
dan perkolasi. Sebagian hujan yang diintersepsi oleh tajuk tanaman
menguap, sebagian mencapai tanah dengan melalui batang sebagai aliran
batang (steamfall) dan sebagian lagi mencapai tanah secara langsung
yang disebut sebagai air tembus (throughfall). Sebagian air hujan yang
mencapai permukaan tanah terinfiltrasi dan perkolasi ke dalam tanah.
Menurut Suherlan (2001) definisi banjir adalah intensitas curah hujan
netto (setelah diintersepsi oleh vegetasi) melebihi laju infiltrasi
mengakibatkan air hujan akan disimpan sebagai cadangan permukaan di
dalam tanah, apabila kapasitas cadangan permukaan terlampaui maka
akan terjadi limpasan permukaan (surface runoff) yang pada akhirya
terkumpul dalam aliran sungai sebagai debit sungai. Limpasan
permukaan yang melebihi kapasitas sungai itu yang dikenal dengan
istilah banjir.
Sedangkan menurut Arsyad (2000) Air hujan adalah sumber air untuk
terjadinya banjir, tetapi banjir tidak akan terjadi bila permukaan yang
terkena hujan ini mampu meresapkan air dengan baik, sehingga
menurunkan jumlah air hujan yang langsung mengalir melalui permukaan
(limpasan langsung). Dalam usaha pengendalian banjir telah ditempuh
bermacam cara antara lain membuat bangunan-bangunan pengendali
banjir, seperti bendungan, waduk, tanggul, saluran pengelak banjir dll.
Bangunan-bangunan tersebut merupakan elemen yang penting dalam
pengendalian banjir, sehingga untuk pembuatannya diperlukan
perencanaan yang matang.
8
a. Daerah Pantai
Daerah pantai merupakan daerah banjir karena daerah tersebut
merupakan dataran rendah dengan elevasi permukaan tanahnya
lebih rendah atau sama dengan elevasi air laut pasang rata-rata
(mean sea level) dan tempat bermuaranya sungai yang basanya
mempunyai permasalahan penyumbatan muara.
b. Daerah Dataran Banjir (Floodplain Area)
Daerah dataran banjir (Floodplain Area) adalah daerah di kanan
kiri sungai yang muka tanahnya sangat landai dan relatif dasar,
sehingga aliran air menuju sungai sangat lambat sehingga
mengakibatkan daerah tersebut rawan terhadap banjir, baik oleh
luapan air sungai maupun karena hujan lokal. Kawasan ini
umumnya terbentuk dari endapan lumpur sangat subur sehingga
10
H. Komponen SIG
Secara umum Sistem Informasi Geografis bekerja berdasarkan
integrasi empat komponen, yaitu:
1. Hardware atau Perangkat Keras
Sistem Informasi Geografis membutuhkan hardware perangkat
komputer yang memiliki spesifikasi lebih tinggi dibandingkan
dengan sistem informasi lainnya untuk menjalankan software
software SIG, seperti kapasitas memory (RAM), Harddisk,
Processor serta VGA Card. Hal tersebut disebabkan karena data
data yang digunakan dalam SIG baik data vektor maupun data
15
K. Penelitian Terdahulu
Sebelum peneliti melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti
melakukan kajian pustaka mengenai penelitian terdahulu (penelitian
serupa yang telah dilakukan sebelum peneliti memutuskan
penelitian). Berdasarkan judul dan tema penelitian yang diusung oleh
peneliti, berikut ini adalah penelitian terdahulu (lihat tabel 2.1) :
18
2 Suhardiman Zonasi Tingkat Sub Walanae Hilir untuk menentukan Banjir Menurut Richards, Metod
Suhardi Kerawanan banyak dan memetakan 1955 dalam Suherlan, diringk
Abdul Waris
Banjir Dengan mengalami daerah rawan 2001, Flood Estimation delapa
Sistem kehilangan banjir pada daerah and Control bahwa banjir pokok
Informasi penutupan lahan Sub DAS memiliki dua arti yaitu (1) mengu
Geografis (SIG) dengan berbagai Walanae Hilir. meluapnya air sungai inform
Pada Sub Das pola penggunaan disebabkan oleh debit Analis
Walanae Hilir lahan yang sungai yang melebihi Hujan
berubah fungsi daya @egativ sungai pada Lands
berdampak keadaan curah hujan yang Testur
terjadinya banjir tinggi dan (2) banjir memb
pada musim merupakan genangan data, m
hujan. Sehingga pada daerah rendah yang data, A
di butuhkan datar yang biasanya tidak Keraw
sebuah peta yang tergenang menya
dapat membantu Faktor-Faktor yang analisi
dalam memetakan Mempengaruhi Banjir peta.
zonasi kerawanan 1. Curah Hujan
2. Kelerengan
banjir di sub DAS
(Kemiringan Lahan)
Walanae Hilir 3. Ketinggian (Elevasi)
Lahan
20
4. Tekstur Tanah
5. Penggunaan Lahan
Kabupaten Mojokerto
bersumber dari data citra
SPOT 4 tahun 2008 dan
diolah menggunakan
software ER Mapper dan
Arc View 3.3.
3 Puguh Dwi Aplikasi SIG daerah yang Untuk mengetahui Ketika sungai tidak Pende
Raharjo Dalam teridentifikasi wilayah rawan mampu menam-pung lokasi
Arief Mustofa
Nur Mengidenti- mempunyai bencana di aliran air karena distribusi longso
Edi Hidayat fikasi kerawanan tinggi Kawasan Cagar dan kecepatan limpasan banjir
(BIKK
Kerentanan terha-dap gerakan Alam Geologi maka akan menyebabkan analisi
Karangsambung
Bencana Alam massa umum-nya Karangsambung terjadinya luapan sungai.
LIPI)
Di Kawasan tersusun oleh lokasi kejadian Menurut Seyhan (1990), 1.
Cagar Alam litologi batuan longsor dan lokasi mempengaruhi limpasan
Geologi vulkanik (breksi banjir serta antara lain :
Karangsambung dan batupasir dengan analisis a. Ukuran dan tinggi
Formasi data sekunder tempat rata-rata DAS ;
Waturanda) dan menggunakan b. Topografi (bentuk,
batuan di Sistem Informasi kemiringan, dan gatra 2.
Kompleks Geografis (SIG). DAS) ;
Melange. Hasil penelitian c. Geologi (permeabilitas
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Majalaya
Kabupaten Bandung. Lokasi ini dipilih karena Kecamatan Majalaya
merupakan wilayah yang memiliki kerawanan banjir yang cukup
tinggi di wilayah Kabupaten Bandung.
Secara geografis, Kecamatan Majalaya terletak pada 107 o 45
107o 52 BT dan 6o 59 7o 50 LS, sedangkan berdasarkan
topografinya sebagian wilayah di Kecamatan Majalaya merupakan
daerah dataran dengan ketinggian diatas permukaan laut bervariasi
dari 68 796 mdpl (meter di atas permukaan air laut). Kecamatan
Majalaya dialiri oleh salah satu sungai yaitu Sungai Ci Tarum,
keberadaan sungai ini menguntungkan dari segi pertanian. Namun jika
curah hujan cukup tinggi maka di daerah-daerah tertentu akan terjadi
banjir (BPS Kecamatan Majalaya 2014).
Kecamatan Majalaya merupakan sebuah wilayah administrasi
yang luas, yaitu 23,22 Km2 atau 2.322,10 Ha. Saat ini Kecamatan
Majalaya memiliki 11 desa, 617 RT dan 165 RW. Batas Kecamatan
Majalaya adalah (Lihat Gambar 4.1) :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Solokan Jeruk,
Kabupaten Bandung.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pacet,
Kabupaten Bandung.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ciparay,
Kabupaten Bandung.
28
D Desain Penelitian
Tahapan penelitian ini dibagi menjadi tiga, seperti diuraikan di
bawah ini:
1. Pra-Penelitian
a. Menemukan Masalah atau permasalahan
b. Merumuskan Judul
c. Membuat latar belakang penelitian
d. Pencarian data sekunder melalui studi dokumentasi dan
studi literatur
e. Memperkuat permasalahan yang akan diteliti
f. Membuat instrumen penelitian
g. Memvalidasi instrumen penelitian
h. Membuat surat izin penelitian
2. Penelitian
a. Observasi di lapangan
b. Wawancara
c. Pengisian angket oleh responden
d. Pengambilan data dan gambar dari lapangan
3. Pasca Penelitian
a. Pengelompokkan data
b. Meninjau kembali dan mengecek apabila ada data yang
tidak atau kurang lengkap
c. Melengkapi data dengan data sekunder
d. Mengolah data
e. Menganalisis data
f. Membuat peta zonasi banjir
g. Membuat laporan penelitian
h. Menginformasikan kembali hasil penelitian
L. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, dilakukan beberapa teknik pengumpulan data
yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
Data
No. Peta Parameter
Primer Sekunder
1 Penggunaan lahan
32
2 Jumlah penduduk
3 Curah Hujan
4 Kemiringan Lereng
M. Analisis data
1. Teknik Pengolahan Data
Hasan (2004, hlm. 24) mengungkapkan bahwa pengolahan data
adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan dengan
menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu.
a. Seleksi data, penyeleksian data yang telah terkumpul bertujuan
untuk mengetahui data-data mana yang lengkap dan tidak, dan
data-data mana yang dapat diolah dan tidak.
b. Klasifikasi data, setelah data-data tersebut diseleksi,
selanjutnya data-data tersebut diklasifikasikan dengan cara
mengelompokkannya berdasarkan kategori tertentu.
c. Tabulasi data, pada langkah ini data yang sudah
diklasifikasikan kemudian ditabulasi ke dalam bentuk tabel
agar dapat diketahui frekuensi tiap-tiap alternatif jawaban dari
masing-masing pertanyaan, sehingga mempermudah dalam
menganalisis dan menafsirkannya.
2. Teknik Analisis Data
Patton (dalam Hasan, 2004 hlm. 29) menjelaskan bahwa analisis
data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke
dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Salah satu tujuan
analisis data adalah memecahkan masalah-masalah penelitian untuk
menyusun data agar mudah dipahami. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini harus disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Bentuk analisis data pada penelitian ini adalah:
a. Analisis Kuantitatif
33
Keterangan:
X = Nilai kerawanan
Wi = Bobot untuk parameter ke-i
Xi = Skor kelas pada parameter ke-i
Menurut Kingma (dalam Purnama, 2008) untuk
menentukan lebar interval masing-masing kelas
dilakukan dengan membagi sama banyak nilai-nilai
yang didapat dengan jumlah interval kelas yang
ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
34
I = R/n
Keterangan :
i = Lebar interval
R = Selisih skor maksimum dan skor minimum
n = Jumlah kelas kerawanan banjir
Daerah yang sangat rawan terhadap banjir akan
mempunyai total nilai yang tinggi dan sebaliknya
daerah yang tidak rawan terhadap banjir akan
mempunyai total nilai yang rendah. Dari tabel
menunjukkan tingkat kerawanan banjir berdasarkan
nilai kerawanan penjumlahan skor masing-masing
parameter banjir.
Tabel 3.2 Tingkat Kerawanan Banjir
No. Tingkat Kerawanan Total Nilai
Banjir
1 Sangat Rawan 6,75 9
2 Rawan 4,5 6,75
3 Tidak Rawan 2,25 4,5
4 Aman < 2,25
(sumber: Purnama, 2008)
banjir
2 Tidak rawan/rendah 1 2 tahun - -
3 Rawan/sedang 1 2 tahun 1 2 hari 0,5 1
Sangat Setiap
4 2 15 hari 0,5 3
rawan/tinggi tahun
(sumber: Nurjanah (dalam Purnama, 2008))
c. Unit Analisis
Unit analisis pada penelitian ini adalah menggunakan batas
administrasi kelurahan dan polygon dengan peta parameter yakni :
1) Curah Hujan
Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada
suatu daerah dalam waktu tertentu. Dalam perhitungan
debit banjir memerlukan data intensitas curah hujan.
Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang
terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut
terkonsentrasi. Intensitas curah hujan dinotasikan dengan I
dengan satuan mm/jam. Durasi adalah lamanya suatu
kejadian hujan, intensitas hujan yang tinggi umumnya
terjadi dalam durasi yang pendek dan meliputi daerah yang
tidak luas. Penyebab utama banjir adalah hujan deras yang
turun di DAS. Tebal hujan yang tinggi yang turun pada
DAS lebih memungkinkan menjadi penyebab timbulnya
banjir daripada curah hujan yang turun pada DAS dengan
tebal yang rendah. Hal ini disebabkan curah hujan dengan
tebal yang tinggi akan lebih besar memberikan sumbangan
debit air ke DAS dan apabila daya negatif dari sungai
terlampaui maka akan mengakibatkan banjir.
Curah hujan yang diperlukan untuk perancangan
pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh
36
5) DAS
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah
daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung-
punggung gunung yang menampung dan menyimpan air
hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui
sungai utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah
tangkapan air (catchment area) yang merupakan suatu
ekosistem dengan komponen utama terdiri dari sumber daya
alam (tanah, air dan vegetasi) dari sumber daya manusianya
(Asdak, dalam Suhardiman, 2012).
Menurut Soemarto (dalam Suhardiman, 2012) Daerah
Aliran Sungai adalah suatu sistem yang mengubah curah
hujan (input) ke dalam debit (output) di pelepasannya
41
Banyak 3
DAS Jumlah Sungai Sedang 2 3 12
Sedikit 1
> 2.500 mm/thn Tinggi 3
Curah 2.000 2.500 Sedang 2
2 8
Hujan mm/thn
< 2.000 mm/thn Rendah 1
Sawah Tinggi 3
Penggunaa Pemukiman
Sedang 2
Industri 2 8
n Lahan Ladang
Rendah 1
Perkebunan
Banyak
Tinggi 3
Kepadatan (115,49 jiwa/Ha)
Sedang
Penduduk Sedang 2 1 4
(83,37 jiwa/Ha)
(Jiwa/Ha) Sedikit
Rendah 1
(34,83 jiwa/Ha)
O. Isu etik
Penelitian ini juga melibatkan manusia sebagai subjek penelitiannya,
sehingga pertimbangan potensi dampak negatif secara fisik dan psikologis
perlu mendapat perhatian khusus. Namun peneliti akan selalu memantau
agar penelitian ini tidak menimbulkan dampak negatif baik secara fisik
maupun non fisik kepada warga maupun ekosistem di wilayah Kecamatan
Majalaya Kabupaten Bandung.
43
P. Alur Penelitian
mulai
Analisis atribut :
Penskoran dan
pembobotan
Analisis keruangan
(overlay)
Analisis tingkat
kerawanan banjir
Analisis Data
BAB IV
Gambar 4.4. Peta Konservasi Cekungan Air Bawah Tanah Bandung (sumber:
https://rajasimarmata.files.wordpress.com)
d. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kecamatan Majalaya
diklasifikasikan menjadi lima jenis penggunaan lahan, yakni
pemukiman, industri, sawah, ladang dan perkebunan.
Dimana luas areal persawahan paling mendominasi diantara
empat penggunaan lahan lainnya sebesar 61,82% atau
53
e. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk menjadi parameter yang rawan
terhadap banjir dikarenakan ini merupakan faktor manusia.
Dari hasil analisis data, didapatkan bahwa terdapat desa yang
memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi di
Kecamatan Majalaya, yaitu Desa Majakerta, Sukamukti,
Majalaya, Bojong dan Wangisagara dan diberikan tingkat
bahaya yang tinggi dengan skor 3 dan bobot 3 karena
semakin padatnya penduduk yang bermukim, maka daerah
resapan air pun semakin minim, dan daya serap air menjadi
buruk. Sehingga, desa yang memiliki kepadatan penduduk
yang tinggi ini menjadi rawan banjir pada saat hujan deras.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, simpulan yang ditarik dari
praktikum ini adalah :
1. Untuk menentukan kelas zonasi rawan bencana banjir di
Kecamatan Majalaya, terlebih dahulu semua parameter (DAS,
Kemiringan lereng, Kepadatan Penduduk, Penggunaan Lahan, dan
Curah Hujan) di peta kan. Setelah di buat peta, lalu peta di
tumpangsusun (overlay) kan, untuk overlay ini semua atribut data
di koding dan di kelompokan sesuai dengan penskoran dan
pembobotan yang telah ditentukan.
2. Untuk memetakan zonasi rawan banjir di Kecamatan Majalaya
menggunakan tiga kelas zonasi, yaitu tidak rawan, rawan, dan
sangat rawan.
3. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, terdapat kelas tidak
rawan sebesar 1,214% atau 28,18 Ha, kelas rawan sebesar 89,32%
atau 2074,18 Ha dan kelas sangat rawan sebesar 12,802% atau
297,27 Ha. Kelas tidak rawan dengan persentase sebesar 1,214%
atau 28,18 Ha terletak pada bagian barat laut Desa Padamulya dan
Desa Sukamaju. Selain itu terletak di bagian selatan Desa
Neglasari dan Wangisagara. Kelas rawan dengan persentase
sebesar 89,32% atau 2074,18 Ha merupakan hampir mencakup
keseluruhan dari wilayah Kecamatan Majalaya. Kelas sangat
rawan dengan persentase sebesar 12,802% atau 297,27 Ha ini
mencakup hampir seluruh Desa Majalaya, Wangisagara,
Sukamukti dan Bojong. Hal ini dikarenakan Desa Majalaya dan
60
B. Saran
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, adapun
saran berupa :
1. Pemerintah seharusnya dapat memanfaatkan aliran sungai Ci
Tarum tersebut, dan pemerintah setempat sebaiknya melakukan
rekayasa agar banjir tidak terus menerus terjadi.
2. Untuk penduduk yang bermukim di Daerah Aliran Sungai Ci
Tarum sebaiknya menghindari untuk bermukim di sepanjang
bantaran sungai. Jika sudah terlanjur, maka faktor yang dapat
dilakukan perbaikan/perubahan adalah penutupan lahan yang
merupakan faktor manusia. Seperti dengan cara lebih
memperbanyak ruang terbuka hijau atau daerah resapan air.
3. Dilakukan validasi atau pengujian daerah rawan
banjir pada Kecamatan Majalaya sehingga peta
kerawanan banjir dapat digunakan dalam rencana
pencegahan atau penanganan banjir.
4. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya untuk melakukan cross
check ke lapangan untuk mendapatkan data primer dan hasil
penelitian yang lebih baik.
61
DAFTAR PUSTAKA
Bafdal, N., dkk. (2011). Buku Ajar Sistem Informasi Geografis. (skripsi).
Teknik Manajemen Industri Pertanian FTIP UNPAD, Bandung.
Yusri, dkk. (2009). Aplikasi GIS dan Simulasi Banjir Sungai Siak
Pekanbaru Menggunakan XP-SWMM. Jurnal Ilmiah Semesta
Teknika. 12. (2), 157 166.
http://www.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/dispform.aspx?
List=9c6767ad-abfe-48e3-9120-af89b76d56f4&View=174a5cf7-
357b-4b83-a7ac-be983c5ddb0e&ID=980 [05 Juni 2015]