1511060120
S1 AKUNTANSI KARYAWAN
PENDAHULUAN
Menurut IAS No.2 inventory dan PSAK No.14 persediaan, Persediaan adalah :
1. Persediaan merupakan aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal. Ini
berarti aset yang dikelompokkan sebagai persediaan adalah aset yang memang selalu
dimaksudkan untuk dijual atau digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
PSAK 14 tidak ditetapkan untuk pengukuran persediaan yang dimiliki oleh produsen
produk agrikultur dan kehutanan, hasil agrikultur setelah panen, dan mineral dan produk
mineral (sepanjang produk tersebut diukur pada nilai realisasi bersih sesuai dengan praktik
yang berlaku diindustri tersebut) dan juga tidak berlaku untuk pialang dagang komoditas
yang mengukur persediaannnya pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.
Klasifikasi persediaan tergantung dari jenis usaha entitas. Perusahaan dagang lazimnya
hanya mempunyai persediaan barang dagang. Sedangkan perusahaan manufaktur
mengelompokkan persediaan sebagai berikut :
1. Persediaan barang jadi, yaitu barang yang setelah selesai diproduksi dan siap untuk
dijual.
2. Persediaan barang dalam proses, yaitu barang yang sedang dalam proses produksi.
3. Persediaan barang mentah atau bahan baku, yaitu barang yang akan menjadi input dalam
proses produksi.
Persediaan diukur berdasarkan biaya perolehan atau nilai realisasi neto, mana yang lebih
rendah.
1. Biaya Persediaan
Meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai
persediaan dalam kondisi dan lokasi saat ini.
2. Biaya Pembelian
Meliputi harga bel, bea impor, pajak lainnya, biaya pengangkutan, biaya penanganan,
dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi,
bahan, dan jasa. Diskon dagang, rabat, dan hal lain yang serupa sikurangkan dalam
menentukan biaya pembelian.
3. Biaya Konversi
Meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya
tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi tetap dan
variable. Overhead produksi tetap adalah biaya produksi tidak langsung yang relatif konstan
tanpa memperhatikan volume produksi yang dihasilkan. Overhead produksi variable adalah
biaya produksi tidak langsung yang berubah secara langsung mengikuti perubahan volume
produksi. Pengalokasian overhead produksi tetap ke biaya konversi didasarkan pada kapasitas
fasilitas produksi normal.
Overhead produksi variable dialokasikan pada unit produksi atas dasar penggunaan
aktual fasilitas produksi.
4. Biaya Lain
Hanya dimasukkan agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Contoh
biaya-biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam
periode terjadinya adalah:
a) Jumlah pemborosan bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi lainnya yang tidak normal
b) Biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi sebelum
dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya
c) Biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan kontribusi untuk membuat
persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini
d) Biaya penjualan
7. Rumus Biaya
Biaya persediaan yang secara umum tidak dapat ditukar dengan persediaan lain dan
barang atau jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu diperhitungkan
berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya masing-masing. Biaya persediaan, kecuali
yang ditulis dalam paragraf sebelumnya, harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya
masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang. Entitas menggunakan
rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang
sama. Untuk persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda, rumus biaya yang
berbeda diperkenankan. Formula MPKP mengasumsikan unit persediaan yang pertama dibeli
akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam persediaan
akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Dalam rumus biaya rata-rata tertimbang,
biaya setiap unit ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari unit yang serupa pada
awal periode dan biaya unit yang serupa yang dibeli atau diproduksi selama suatu periode.
BAB II
PEMBAHASAN
Nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi
estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan.
Sumber: Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 14 Persediaan, paragraf 6 (PSAK 14.6).
Nilai realisasi neto mengacu pada jumlah neto yang diharapkan entitas untuk direalisasi
dari penjualan persediaan dalam kegiatan usaha biasa. Nilai realisasi neto berbeda dengan
nilai wajar. Nilai wajar mencerminkan suatu harga dimana transaksi teratur untuk menjual
persediaan yang sama di pasar utama (atau pasar yang paling menguntungkan) untuk
persediaan tersebut akan terjadi antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran. Nilai realisasi
neto adalah nilai spesifik entitas sedangkan nilai wajar tidak bergantung pada nilai spesifik
entitas. Nilai realisasi neto untuk persediaan dapat tidak sama dengan nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual. PSAK 14 mengharuskan persediaan diukur pada mana yang lebih
rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi neto.
Nilai realisasi neto (NRV) dari bahan baku dan perlengkapan lainnya yang dimiliki
untuk digunakan dalam produksi barang jadi diestimasi dengan cara ini :
Apabila produk jadi dimana bahan baku dan perlengkapan yang digunakan dijual pada
harga perolehan atau diatas harga perolehan, kemudian estimasi nilai realisasi bahan baku dan
perlengkapan dianggap menjadi lebih besar dibandingkan harga perolehannya.
Apabila bahan baku dan perlengkapan yang digunakan dijual dibawah harga perolehan,
kemudian harga pengganti (replacement price) bahan baku atau perlengkapan mungkin
menjadi ukuran terbaik yang ada mengenai nilai realisasi neto.
Penurunan nilai persediaan diakui sebagai biaya pada periode saat kerugian terjadi.
Kenaikan nilai persediaan yang disebabkan kenaikan nilai NRV (Net Realizable Value) akan
diperlakukan sebagai pengurang kerugian penurunan nilai persediaan (pemulihan) pada
periode terjadinya.
Contoh :
Metode HPP
HPP 28.300
Persediaan 28.300
Metode Kerugian
Rugi Penurunan 28.300
Persediaan 28.300
Metode Cadangan
Laba-Rugi PN
28.300
Persediaan
Cadangan PN
28.300
Persediaan
2.2 Cadangan Penurunan Nilai Persediaan, Persediaan yang kebakaran dan Usang
Penurunan Nilai yang maksud di sini adalah penurunan harga pokok persediaan. Harga
pokok persediaan bisa turun karena beberapa hal yaitu :
Persediaan bahan baku atau barang dagangan yang datang dari suplier belum tentu
langsung digunakan atau dijual habis. Bahan / barang belum terpakai / terjual tersebut
disimpan dalam gudang. Selama masa menunggu untuk digunakan atau dujual bisa saja
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, rusak misalnya atau penurunan harga jual untuk barang
dagangan. Hal ini menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Kerugian yang diakibatkan persediaan barang dagangan diukur dengan selisih antara harga
perolehan dengan taksiran nilai bersih yang bisa direalisasi. Taksiran nilai bersih yang bisa
direalisasi adalah teksiran harga jual dikurangi biaya utnuk menjual barang dagangan tersebut
termasuk biaya reparasi untuk menjual barang tersebut.
Contoh :
Sebuah toko baju, ada beberapa baju yang kancing bajunya lepas atau ada baju yang
rusak. Pada kondisi normal harga perolehan baju tersebut adalah Rp. 30.000,- tapi karena
cacat, baju tersebut di jual dengan harga Rp. 20.000,- setelah diperbaiki, biaya untuk
memperbaiki adalah Rp. 5.000,- Nilai bersih yang bisa direalisasi adalah harga jual (20.000)
dikurangi biaya perbaikan (5.000), hasilnya sama dengan Rp. 15.000,-. Dengan demikian
perusahaan akan menderita kerugian sebesar Rp. 15.000,- (30.000 15.000).
Persediaan 15.000
2. Penurunan Harga
Penurunan harga bisa terjadi karena stock di pasaran melimpah, daya beli masyarakat
turun dan karena adanya model baru yang lebih canggih. Contoh konkrit penurunan harga
adalah pada produk elektronik dan alat komunikasi handphone. Jika ada model baru maka
model lama ditinggalkan / tidak lagi diminati, hal ini menimbulkan penurunan harga.
Contoh :
Harga perolehan televisi pada kondisi normal adalah Rp. 400.000,- tapin karena ada
produk baru yang lebih canggih maka produk lama tersebut kurang diminati, hal ini
menyebabkan penurunan harga perolehannya menjadi Rp. 350.000,- agar produk tersebut
tetap laku di jual. Penurunan harga perolehan ini menyebabkan kerugian sebesar Rp. 50.000
per satu televisi.
Persediaan 50.000
Apabila ada satu atau beberapa produk yang rusak parah dan tidak bisa diperbaiki
lagi, atau ada produk yang hilang maka jurnal untuk mencatat hilang atau produk rusak
adalah :
Persediaan 50.000
Produk yang hilang atau rusak tersebut dicatat sebesar harga perolehannya
Contoh :
Penyelesaian :
HPP Rp2.700.000
Pembelian Rp2.800.000
Pembentukan atau pemupukan dana cadangan yang boleh dikurangkan sebagai biaya yaitu:
a. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen,
dan perusahaan anjak piutang, yang meliputi:
2. cadangan piutang tak tertagih untuk badan usaha lain yang menyalurkan kredit, yaitu
badan usaha selain bank umum dan bank perkreditan rakyat yang menyalurkan kredit kepada
masyarakat, yang meliputi:
a) koperasi simpan pinjam;
b) PT Permodalan Nasional Madani (Persero);
c) Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia;
d) perusahaan pembiayaan infrastruktur yang melakukan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan dana pada proyek infrastruktur; dan
e) PT Perusahaan Pengelola Aset.
3. cadangan piutang tak tertagih untuk sewa guna usaha dengan hak opsi yaitu cadangan
piutang tak tertagih untuk kegiatan pembiayaan dengan menyediakan barang modal untuk
digunakan oleh penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran
secara angsuran dengan hak opsi (Finance Lease);
4. cadangan piutang tak tertagih untuk perusahaan pembiayaan konsumen yaitu cadangan
piutang tak tertagih untuk perusahaan yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk
pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran;
5. cadangan piutang tak tertagih untuk perusahaan anjak piutang yaitu cadangan piutang tak
tertagih untuk perusahaan yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian
piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut;
d. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yaitu cadangan biaya untuk
kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai
akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai
peruntukannya;
e. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan, yaitu cadangan biaya
penanaman kembali bagi perusahaan yang diwajibkan melakukan penanaman kembali atas
hutan yang telah dieksploitasi untuk usaha yang terkait dengan sistem pengurusan yang
bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara
terpadu; dan
Contoh:
Peternakan Padat Karya memulai usaha pad 1 Januari 2015 dengan membeli ayam petelur
senilai Rp20.000.000. Selama bulan Januari 2015 diperkirakan indukan tersebut mengalami
pertumbuhan alami sehingga dapat dinilai turun Rp1.000.000, penurunan nilai wajar saat
panen senilai Rp500.000. Telur yang dihasilkan selama bulan Januari adalah senilai
Rp5.000.000.
Pencatatan saat pembelian indukan:
Kas Rp9.000.000
Biaya Telur Ayam Terjual/HPP Rp5.000.000
Persediaan Telur Ayam Rp5.000.000
Penjualan Rp9.000.000
Nilai tercatat persediaan harus diakui sebagai beban (expense) didalam suatu periode
dimana persediaan dijual dan pendapatan yang terkait diakui.
Bilamana biaya perolehan persediaan pada tanggal perolehan lebih rendah daripada nilai
realisasi, atau suatu kerugian persediaan terjadi, jumlah penurunan atau kerugian persediaan
harus diakui sebagai suatu beban (expense) di dalam periode yang sama sebaimana
penurunan penurunan atau kerugian yang terjadi. Demikian pula, bilamana nilai realisasi neto
persediaan yang diturunkan lebih awal,meningkatkan atau melibihi nilai yang dinyatakan,
jumlah pemulihan dari penurunan harus diakui sebagai suatu pengurangan didalam jumlah
persediaan yang dianggap beban didalam periode dimaa pemulihan tersebut terjadi.
Jika persediaan dijual, maka jumlah tercatat prsediaan tersebut diakui sebagai beban
pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan
dibawah biaya perolehan menjadi nilai realisasi neto dan seluruh kerugian persediaan diakui
sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan
kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi neto. Diakui
sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan
tersebut. Beberapa persediaan dapat dialokasikan ke pos aset lainnya.
1. Apabila jangka waktu pengiriman bahan mentah relatif lama maka perusahaan perlu
persediaan bahan mentah yang cukup untuk memenuh kebutuhan perusahan selama jangka
waktu pengiriman
2. Seringkali jumlah yang dibeli atau diproduksi lebih besar dari yang dibutuhkan.
3. Apabila pemintaan barang hanya sifatnya musiman sedangkan tingkat produksi setiap saat
adalah konstan maka perusahaan dapat melayani permintaan tersebut dengan membuat
tingkat persediaannya berfluktuasi mengikuti fluktuasi permintaan.
4. Selain untuk memenuhi permintaan langganan, persediaan juga diperlukan apabila biaya
untuk mencari barang atau bahan pengganti atau biaya kehabisan barang atau bahan relatif
besar.
3. Jumlah cadangan pengaman (safety stock) yang diperlukan. Metode ini sering disebut
metode pengendalian tradisional karena memberi dasar lahirnya metode baru yang lebih
modern seperti MRP di Amerika dan Metode Kamban di Jepang. Metode pengendalian
persediaan secara statistik ini hanya digunakan untuk mengendalikan barang yang
permintaannya bersifat bebas dan dikelola saling tidak bergantung.
Yang dimaksud permintaan bebas adalah permintaan yang hanya dipengaruhi mekanisme
pasar sehingga bebas dari operasi produksi.
1. Model persediaan Economi Order Quantity (EOQ) Economic Order Quantity atau EOQ
adalah jumlah pemesanan paling ekonomis, yaitu jumlah pembelian barang yang dapat
meminimalkan jumlah biaya pemeliharaan barang dari gudang dan biaya pemesanan setiap
tahun. Asumsi dasar dalam menerapkan metode EOQ untuk dipenuhi yaitu :
Permintaan dapat ditentukan secara pasti dan konstan, item yang dipesan indenpenden
dengan item yang lain, pesanan yang diterima dengan segera dan pasti, tidak terjadi stock out
serta harga item konstan. Tujuan dari model ini adalah untuk menentukan nilai Q sehingga
meminimalkan total biaya persediaan. Dalam penentuan nilai Q maka Purchasing cost dapat
diabaikan karena dianggap konstan. Dimana biaya total persediaan adalah sebagai berikut :
Biaya total persediaan = Ordering Cost + Holding Cost+ Purchasing Cost Cara lain untuk
memperoleh EOQ dengan pendekatan matematis dikenal dengan istilah cara formula. Dengan
metode ini digunakan beberapa notasi atau parameter antara lain: TAC = total biaya
persediaan tahunan (total annual inventory cost) TOC = total biaya pesan (total annual
inventory cost) TCC = total biaya pesan (total carrying cost) R = jumlah pembelian
(permintan ) satu periode C = biaya simpan tahunan (rupiah/unit_ S = biaya setiap kali
pemesanan Q = jumlah pemesanan (unit/order) Q* = jumlah pemesanan optimum (EOQ) T =
waktu antara satu pesanan dengan lainnya TC = total biaya persediana (rupiah per tahun)
Biaya pemesanan per tahun S = frekuensi pesanan x biaya pesanan S = (R/Q) x s ........
Biaya penyimpanan per tahun C = persediaan rata-rata x biaya penyimpanan C = (Q/2)x c ....
Keterangan : EOQ terjadi jika biaya pemesanan sama dengan biaya penyimpanan atau TOC
= TCC, maka : (R/Q*)S = (Q*/2)C 2RS = CQ*2 Q*2 = (2RS/C) Maka : EOQ = Q* =
2RS/C
Persediaan pengaman (safety stock) Persediaan pengaman atau safety stock adalah persediaan
minimum yang harus tersedia dan hanya dapat digunakan dalam keadaan yang betul-betul
darurat. Dengan adanya safety stock maka perusahaan dapat mengalami resiko seminimal
yang dapat ditimbulkan karena adanya ketidakpastian kedatangan bahan Besarnya safety
stock (B) dapat dicari dengan rumus : B = a x Sdt .
2. Reorder Point (ROP) Yang dimaksud dengan reorder point adalah saat atau titik dimana
pemesanan kembali harus diadakan sehingga kedatangan atau penerimaan bahan tepat pada
waktunya dimana jumlah persediaan sama dengan safety stock Penentuan titik pemesanan
kembali ini menunjukkan kepada bagian pembelian terhadap barang yang akan dibutuhkan.
Hal ini ditunjukkan untuk menjaga keseimbangan persediaan serta perusahaan tidak
kehabisan bahan jika sewaktu-waktu terdapat jumlah pesanan atau produk yang lebih besar
jumlahnya. Pada kenyataannya ,bahan yang lebih besar jumlahnya pada kenyataan bahan
yang dipesan tidak dapat dipenuhi atau tersedia karena dibutuhkan jangka waktu untuk
pengiriman. Agar datangnya bahan tersebut tepat pada safety stock maa perusahaan harus
melakukan pemesanan terlebih dahulu.
Untuk dapat menerapkan kapan pemesanan kembali dapat dilakukan maka harus
diperhatikan tiga unsur yang mempengaruhi, yaitu :
* Waktu antar saat melakukan pemesanan dengan saat bahan sampai di gudang Jumlah safety
stock.
* Jumlah kebutuhan tiap kali proses Reorder point (ROP) atau R adalah menunjukkan suatu
tingkat persediaan dimana saat itu harus dilakukan pesanan. Dengan rumus sebagai berikut :
ROP = (U x L ) + Safety Stock Dimana : ROP = Reorder point U = tingkat kebutuhan per
periode L = lead time Persediaan cukup untuk memenuhi kebutuhan selama tenggang waktu
(lead time). Jumlah yang harus dipesan harus sesuai atau berdasarkan EOQ.
1. Maximum stock Maximum stock adalah keadaan dimana persediaan mencapai posisi yang
maksimal. Maximum stock = safety stock +EOQ
Lead time Dalam pengisian kembali persediaan terdapat perbedaan waktu yang cukup lama
antara saat pengadaan pemesanan (order) untuk pergantian kembali persediaan dengan saat
penerimaan barang-barang yang dipesan tersebut diterma dan dimasukkan kedalam
persediaan (stock). Perbedaan waktu ini disebut lead time. Lead time ini merupakan lamanya
waktu antara mulai dibutuhkan pemesanan bahan sampai dengan kedatangan bahan-bahan
yang dipesan tersebut diterima di gudang persediaan. Lamanya waktu tersebut tidak sama
antara satu pesanan dengan pesanan yang lain. Oleh karena itu suatu pesanan yang dilakukan
lamanya waktu yang harus diperkirakan walaupun resiko kesalahan mesin tetap ada. Lead
time merupakan faktor yang sangat penting bagi suatu rencana persediaan karena lead time
harus dipatuhi oleh para pelaku pembelian. Tanpa lead time yang konstan pengendalian
persediaan akan kacau.
2.5 Pengungkapan Inventory
Total jumlah yang dicatat dri persediaan sepanjang dengan klarifikasi yang baik
(misal barang jadi, barang dalam proses, bahan baku, suku cadang dan lain-lain);
Jumlah tercatat persediaan yang dibukukan atas dasar nilai wajar dikurang biaya
untuk menjual (misal persediaan broker-pedagang komoditas);
Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode (misal harga pokok
penjualan);
Jumlah persediaan yang diturunkan jika ada , diakui sebagai beban di dalam periode;
Jumlah pemulihan atas penurunan sebelumnya yang diakui sebagai seuatu
pengurangan di dalam jumlah persediaan yang dibebankan dalam periode tersebut
dimana pemulihan terjadi dan kondisi atau peristiwa yang menyebabkan pemulihan
itu terjadi; dan
IAS 2 mengakui bahwa beberapa perusahaan mengklasifikasikan biaya laporan laba rugi oleh
alam( bahan, tenaga kerja, dan sebagainya) bukan oleh fungsi (harga pokok penjualan, beban
penjualan, dan sebagainya.) Dengan demikian, sebagai alternatif untuk mengungkapkan
beban pokok penjualan, IAS 2 memungkinkan entitas utuk mengungkapkan biaya operasi
diakui selama periode oleh alam dari biaya (bahan baku dan bahan habis pakai, biaya tenaga
kerja, biaya operasi lainnya) dan jumlah bersih mengubah persediaan untuk periode.
Informasi tentang jumlah tercatat yang disajikan dalam berbagai klasifikasi persediaan dan
tingkat perubahannya masing masing berguna bagi pemakai laporan keuangan. Klasifikasi
persediaan yang biasa digunakan adalah barang dagangan, perlengkapan produksi, bahan,
barang dalam penyelesaian, dan barang jadi. Persediaan dalam pemberi jasa biasanya disebut
pekerjaan dalam penyelesaian.