Anda di halaman 1dari 4

Kami dapat informasi dari cs KPPN bahwa semua belanja konsumsi termasuk pembelian snack / kue

berapapun nilainya dikenakan PPh pasal 23 sebesar 2%. Sementara jika kita merujuk dengan dasar
hukumnya : UU Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah dirubah beberapa kali dan terakhir UU
Nomor 36 Tahun 2008, pasal 23 ; Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 tentang
Jenis Jasa Lainnya sebagaimana dimaksud pasal 23 ayat 1 huruf c angka 2 UU Nomor 7 Tahun 1983
Tentang Pajak Penghasilan. Peraturan Menteri Tersebut diatas pada point 2 pasal 1 ayat 2 tidak
tercantum Pembelian kue konsumsi rapat, yang adalah jasa Catering/Tata Boga. yang saya mau
tanyakan pak :
Apakah belanja snack / kue tradisional di toko untuk kegiatan rapat bulanan tetap dikenakan pajak
PPh Psl. 23 sebesar 2%, mengingat tidak adah pelayanan delevery order (jasa) dari toko tersebut
(bukan jasa cattering)..

Jawaban :

Petunjuk dapat dipelajari pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER 31/PJ/2012
tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran Dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 Dan/Atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan,
Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi, atau dikonsultasikan kepada KPP setempat.
Dalam PMK Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
Sehubungan Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor
atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain, pada Pasal 3 terdapat ketentuan pemotongan Pajak PPH
Pasal 22 Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000,00 dan tidak merupakan
pembayaran yang terpecah-pecah.

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 244/PMK.03/ 2008 mengatur


jenis jasa lain yang dimaksud pada pasal 23 UU 36 tahun 2008 tentang
PPh. Tarif pajak atas jasa lain adalah 2% dari jumlah bruto tidak termasuk
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) jika penerima imbalan mempunyai Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP). Sedangkan jika penerima imbalan tidak punya
NPWP tarifnya 4% (100% lebih tinggi).

Apakah jasa fotokopi termasuk jenis jasa yang dimaksud pada PMK dan
UU PPh?

Jasa fotokopi (penggandaan dokumen) dengan mesin pengganda tidak


termasuk jasa yang wajib dipotong pajak penghasilan oleh pihak yang
membayarkan imbalan, pada PMK dan UU tidak mencantumkan jenis jasa
fotokopi. Fotokopi digital (penggandaan dengan cara dicetak ulang) oleh
komputer juga bukan jenis jasa lain yang wajib dipotong PPh pasal 23.
Sedangkan atas jasa penyewaan ALAT mesin fotokopi , mesin pencetak
berupa peralatan komputer atau mesin fotokopi termasuk jasa yang
terutang PPh pasal 23 yaitu kategori sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta. Namun jika penyerahan jasa pada
jenis jasa fotokopi pada umumnya yaitu dengan cara pengguna jasa
datang ke penyedia jasa untuk digandakan dokumennya, maka tidak
terutang PPh pasal 23.

Ciri-ciri penyerahan jasa sewa (persewaan) adalah penyewa menguasai


sepenuhnya alat yang disewa, sedangkan orang lain tidak memiliki hak
tanpa seijin penyewa. Dengan demikian konsumen yang datang ke
penyedia jasa menggunakan jasa fotokopi secara bersama-sama dengan
konsumen masyarakat umum yang lain tidak termasuk jenis jasa sewa.

Jasa fotokopi jika ditinjau dari segi efisiensi pemotongan dan pemungutan
pajak tidak efisien untuk dimasukkan sebagai jenis jasa yang terutang PPh
pasal 23. Alasannya nilai setiap transaksi fotokopi pada umumnya tidak
terlalu besar, tidak signifikan. Sedangkan pemotongan PPh pasal 23
mewajibkan membuat bukti potong dari setiap transaksi, berapa pun nilai
transaksi. Tidak ada batasan nilai minimum yang tidak terutang PPh pasal
23. Kemudian apabila dalam kurun waktu sebulan nilai belanja jasa
fotokopi hanya beberapa ribu rupiah dan kemudian menyetor ke kas
negara yang setiap setoran berbiaya Rp 5.000, maka negara akan rugi.
Dengan demikian jasa fotokopi tidak termasuk jenis jasa yang wajib
dipotong PPh pasal 23.

PMK jenis jasa lain objek PPh Pasal 23 di Unduh Gratis

Posted on 06/12/2011 by Isnan Wijarno.


Navigasi Tulisan
Update Firmware Samsung Galaxy Ace dengan KiesUbuntu 11.10 Oneiric Ocelot 64 bit Error RAID

Artikel satu kategori:


1. Formulir SPT Tahunan 1770 SS Untuk Siapa?
2. Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Neto?
3. Zakat Pengurang Pembayaran Pajak?
4. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 SSS?
5. Pajak Uang Komite Sekolah
6. Beda Zakat Pengurang Penghasilan Bruto dan Pengurang Pajak
7. Apakah Semua Pedagang Pengecer Wajib Bayar Pajak?
8. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
9. Jasa Katering
10. Peraturan Pemerintah 46 tahun 2013

4 gagasan untuk Jasa Fotokopi Terutang PPh Pasal 23?


1. arafat20/02/2012 pada 19:45

ya betu pak, pasal 4 itu berlaku untuk umum ( jadi menurut saya karena peraturan khusus yang
mengatur masalah jasa fikopi belum ada, maka dimasukan ke pasal yang bersifat umum,
sehingga tidak menjadikan penghasilan tersebutan yang dikecualikan PPh), ini sekedar opini
sayabuat tambah pengetahuan

My answer:"Opini saya justru sebaliknya. Jasa yg ditentukan pada Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) saja yg terutang pajak dan harus dibayarkan di muka dan dapat dikreditkan pada
perhitungan SPT tahunan.
Contohnya: jasa tambal ban tidak termasuk jasa yang terutang pajak pasal 21/23 dan tidak
dibayar di muka karena nilai kurang signifikan dibanding biaya pemungutan. Atas penghasilan jasa
tambal ban tersebut, meskipun bukan objek pajak pemotongan/pemungutan tetapi termasuk objek
pajak penghasilan yg dibayar sendiri oleh penerima penghasilan setelah diperhitungkan
pengurang + PTKP.
PMK hanya menetapkan jasa yang dijadikan objek pajak pemotongan/pemungutan, dibayar di
muka hanya atas jasa yg nilai transaksinya signifikan."

Pajak atas Belanja ATK

Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, Pelaporan dan Pembukuan atas transaksi Belanja ATK.
(PPh Pasal 22 dan PPN)

Contoh kasus:

Tanggal 5 November 2013,

KPU Kab. Ceurape Weuk Sen membeli ATK pada CV PREMIRE (NPWP/NPPKP : 02.123.4.567.8-
912.000) senilai Rp 4.730.000,-

Penghitungan Pajaknya:

Belanja barang senilai Rp 4.730.000,-


Dasar Pengenaan Pajak (DPP):
100/110 x Rp 4.730.000,- = Rp 4.300.000,-

PPN yang harus dipungut :


10% x Rp 4.300.000,- = Rp 430.000,-

PPh Psl 22 yg harus dipungut :


1,5% x Rp 4.300.000,- = Rp 64.500,-

Catatan :
##
Apabila rekanan/toko belum mempunyai NPWP, maka PPh Pasal 22 yang harus dipungut adalah
100% lebih tinggi, yaitu menjadi 200% x Rp 1.5% x Rp 4.300.000,- Rp 129.000,-

##
Pembelian ATK sebesar 1.000.000,- kebawah tidak dikenakan PPN ataupun PPh Pasal 22

##
Pembelian ATK diatas 1.000.000,- s.d 2.000.000,- hanya dikenakan PPN 10% saja.

##
Pembelian ATK diatas 2.000.000,- harus dikenakan PPN 10% sekaligus PPh pasal 22 sebesar 1,5%.
(seperti contoh diatas).

Penyetoran Pajaknya:

Untuk penyetoran pajak, Dibuat SSP dengan menggunakan Nomor NPWP CV. PREMIRE. Pajaknya
langsung disetor saja, jangan ditunda-tunda. Entar tanggal penyetorannya juga dibukukan soalnya.
Yaitu dicatat di buku BKU, dan di buku BP Pajak.

Jika Rekanan tidak memiliki NPWP, maka SSP nya dapat dibuat dengan menggunakan NPWP
Bendahara (NPWP Kantor), tetapi jangan lupa PPh ps 22 hrs dipotong 2x lipat / 200%.

Pelaporannya:

Setelah disetor, PPh ps 22 jg hrus dilaporkan. Pelaporannya dibuat dengan menggunakan formulir
SPT Masa PPH ps 22. Tetapi pada kolom NPWP diisi No. NPWP kantor, bukan NPWP rekanan,
meskipun rekanan memiliki NPWP. Karena pada SPT Masa itu NPWP nya diisi No. NPWP yg
melaporkannya (Bendahara Pengeluaran).

Anda mungkin juga menyukai