Makalah
FARMASETIKA TERAPAN
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun memperoleh kesehatan dan kekuatan
untuk dapat menyelesaikan makalah dengan judul Interaksi Obat pada Fase
Absorpsi. Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Farmasetika Terapan. Penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya penyusun sampaikan kepada seluruh pihak, khususnya kepada
dosen pembimbing atas kebijaksanaan dan kesediaannya dalam membimbing
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................... i
Kata Pengantar...................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan................................................................................ 4
1.3 Tujuan................................................................................................... 5
Bab II Pembahasan............................................................................... 6
a. Kesimpulan.............................................................................................
b. Saran.......................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di
keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi,
metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai
macam obat diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi.
Selain itu, obat juga dapat berinteraksi dengan zat makanan yang dikonsumsi
bersamaan dengan obat.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah :
1.3 Tujuan
4. Untuk mengetahui apa saja contoh-contoh interaksi obat pada fase absorbsi?
BAB II
PEMBAHASAN
Interaksi obat adalah peristiwa di mana aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi
oleh obat lain yang diberikan secara bersamaan. Interaksi obat yang signifikan
dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama. Kemungkinan
terjadinya peristiwa interaksi harus selalu dipertimbangkan dalam klinik, manakala
dua obat atau lebih diberikan secara bersamaan atau hampir bersamaan. Interaksi
obat dianggap penting karena dapat menguntungkan dan merugikan.
Pada prinsipnya interaksi obat dapat menyebabkan dua hal penting. Yang pertama,
interaksi obat dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat obat. Yang
kedua, interaksi obat dapat menyebabkan gangguan atau masalah kesehatan yang
serius, karena meningkatnya efek samping dari obat-obat tertentu. Risiko
kesehatan dari Interaksi obat ini sangat bervariasi, bisa hanya sedikit menurunkan
khasiat obat namun bisa pula fatal.
a. Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau diubah
oleh obat lain.
Obat-obat di mana perubahan sedikit saja terhadap dosis (kadar obat) sudah
akan menyebabkan perubahan besar pada efek klinik yang timbul. Secara
farmakologi obat-obat seperti ini sering dikatakan sebagai obat-obat dengan kurva
dosis respons yang tajam (curam; steep dose response curve). Perubahan, misalnya
dalam hal ini pengurangan kadar sedikit saja sudah dapat mengurangi manfaat
klinik (clinical efficacy) dari obat.
Obat-obat dengan rasio toksis terapik yang rendah (low toxic therapeutic ratio),
artinya antara dosis toksik dan dosis terapetik tersebut perbandinganya (atau
perbedaanya) tidak besar. Kenaikan sedikit saja dosis (kadar)obat sudah
menyebabkan terjadinya efek toksis. Kedua ciri obat obyek di atas, yakni apakah
obat yang manfaat kliniknya mudah dikurangi atau efek toksiknya mudah
diperbesar oleh obat presipitan, akan saling berkaitan dan tidak berdiri sendiri-
sendiri. Obat-obat seperti ini juga sering dikenal dengan obat-obat dengan
lingkupterapetik yang sempit (narrow therapeutic range).
Obat-obat yang memenuhi ciri-ciri di atas dan sering menjadi obyek interaksi dalam
klinik meliputi,
antikoagulansia: warfarin,
antihipertensi,
antibiotika aminoglikosida,
obat-obat sitotoksik,
2. Obat presipitan
Obat-obat presipitan adalah obat yang dapat mengubah aksi/efek obat lain. Untuk
dapat mempengaruhi aksi/efek obat lain, maka obat presipitan umumnya adalah
obat-obat dengan ciri sebagai berikut:
Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, oleh karena dengan demikian akan
menggusur ikatan-ikatan yang protein obat lain yang lebih lemah. Obat-obat yang
tergusur ini (displaced) kemudian kadar bebasnya dalam darah akan meningkat
dengan segala konsekuensinya, terutama meningkatnya efek toksik. Obat-obat
yang masuk di sini misalnya aspirin, fenilbutazon, sulfa dan lain lain.
Ciri-ciri obat presipitan tersebut adalah pada proses distribusi (ikatan protein),
metabolisme dan ekskresi renal. Masih banyak obat-obat lain diluar ketiga ciri ini
tadi yang dapat bertindak sebagai obat presipitan dengan mekanisme yang
berbeda-beda.
Interaksi obat dengan makanan/minuman (Food drug interaction) Sifat fisika kimia
obat menentukan tempat absorpsi obat. Obat biasanya bersifat asam lemah atau
basa lemah. Obat asam lemah akan diserap di lambung (jika diberikan secara oral
dengan diminum, bukan di bawah lidah atau di dinding mulut bucal), sementara
yang bersifat basa lemah akan diserap di usus yang lingkungannya memang lebih
basa dibandingkan lambung.
Kecepatan pengosongan lambung juga tak kalah penting untuk absorpsi obat
secara oral. Semakin cepat pengosongan lambung, bagi obat bersifat asam akan
merugikan karena hanya sejumlah kecil obat yang terserap, namun menguntungkan
obat bersifat basa lemah karena segera mencapai tempat absorpsi di usus, segera
terjadi proses penyerapan.
Kelasi yakni pengikatan molekul obat-obat tertentu oleh senyawa logam sehingga
absorpsi akan dikurangi, oleh karena terbentuk senyawa kompleks yang tidak
diabsorpsi. Misalnya kelasi antara tetrasiklin dengan senyawasenyawa logam berat
akan menurunkan absorpsi tetrasiklin.
1. Interaksi farmasetik,
2. Interaksi famakokinetik,
3. Interaksi farmakodinamik.
v Interaksi farmasetik
Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali kalau yakin betul bahwa
tidak ada interaksi antar masing-masing obat.
Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja. Jangan menimbun terlalu lama
larutan yang sudah dicampur, kecuali untuk obat-obat yang memang sudah
tersedia dalam bentuk larutan seperti metronidazol , lidakoin dan lain-lain.
Botol infus harus selalu diberi label tentang jenis larutannya, obat-obat yang
sudah dimasukkan, termasuk dosis dan dan waktunya.
Jika harus memberi per infus dua macam obat, berikan lewat 2 jalur infus, kecuali
kalau yakin tidak ada interaksi. Jangan ragu-ragu konsul apoteker rumah sakit.
v Interaksi farmakokinetik
v Interaksi Farmakodinamik
Interaksi ini terjadi bila antara obat yang bekerja pada sistem reseptor, sistem
fisiologik yang sama sehingga terjadi aditif, sinergistik (saling memperkuat) atau
antagonistik (saling meniadakan). Kebanyakan interaksi obat diakibatkan terjadinya
perubahan adsorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat. Interaksi
farmakodinamik dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
Obat-obat yang digunakan secara oral biasanya diserap dari saluran cerna ke
dalamsistem sirkulasi. Ada banyak kemungkinan terjadi interaksi selama obat
melewati saluran cerna. Absorpsi obat dapat terjadi melalui transport pasif maupun
aktif, di mana sebagian besar obat diabsorpsi secara pasif. Proses ini melibatkan
difusi obat dari daerah dengan kadar tinggi ke daerah dengan kadar obat yang lebih
rendah. Pada transport aktif terjadi perpindahan obat melawan gradien konsentrasi
(contohnya ion-ion dan molekul yang larut air) dan proses ini membutuhkan energi.
Absorpsi obat secara transport aktif lebih cepat dari pada secara tansport pasif.
Obat dalam bentuk tak-terion larut lemak dan mudah berdifusi melewati membran
sel, sedangkan obat dalam bentuk terion tidak larut lemak dan tidak dapat
berdifusi. Di bawah kondisi fisiologi normal absorpsinya agak tertunda tetapi tingkat
absorpsinya biasanya sempurna.
Bila kecepatan absorpsi berubah, interaksi obat secara signifikan akan lebih
mudahterjadi, terutama obat dengan waktu paro yang pendek atau bila dibutuhkan
kadar puncak plasma yang cepat untuk mendapatkan efek. Mekanisme interaksi
akibat gangguan absorpsi antara lain :
1. Interaksi langsung
Interaksi secara fisik/kimiawi antar obat dalam lumen saluran cerna sebelum
absorpsidapat mengganggu proses absorpsi. Interaksi ini dapat dihindarkan atau
sangat dikurangi bila obat yang berinteraksi diberikan dalam jangka waktu minimal
2 jam
Cairan saluran cerna yang alkalis, misalnya akibat adanya antasid, akan
meningkatkankelarutan obat yang bersifat asam yang sukar larut dalam saluran
cerna, misalnya aspirin.Dengan demikian dipercepatnya disolusi aspirin oleh basa
akan mempercepat absorpsinya.Akan tetapi, suasana alkalis di saluran cerna akan
mengurangi kelarutan beberapa obat yang bersifat basa (misalnya tetrasiklin)
dalam cairan saluran cerna, sehingga mengurangiabsorpsinya. Berkurangnya
keasaman lambung oleh antasida akan mengurangi pengrusakan obat yang tidak
tahan asam sehingga meningkatkan bioavailabilitasnya. Ketokonazol yang diminum
per oral membutuhkan medium asam untuk melarutkan sejumlah yang dibutuhkan
sehingga tidak memungkinkan diberikan bersama antasida, obat antikolinergik,
penghambatan H2, atau inhibitor pompa proton (misalnya omeprazol). Jika memang
dibutuhkan, sebaiknyaobat-obat ini diberikan sedikitnya 2 jam setelah pemberian
ketokonazol.
4. Obat menjadi terikat pada sekuestran asam empedu (BAS : bile acid
sequestrant)
dipengaruhi Mempengaruhi
Warfarin
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan
bersama-sama. Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan
toksisitas dan/atau pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama
bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang
rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatik. Selain
itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa digunakan bersamaan.
3.2 Saran
2. Jika memang harus memberikan obat gabungan (lebih dari satu) bersamaan,
yakinkan bahwa tidak ada interaksi yang merugikan, baik secara kinetik atau
dinamik
3. Kenalilah sebanyak mungkin kemungkinan interaksi yang timbul pada obat-
obat yang sering diberikan bersamaan dalam praktek polifarmasi.
4. Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat ditanyakan
dengan dokteryang meresepkan.
5. Baca aturan pakai, label perhatian dan peringatan interaksi obat yang tercantu
m dalamlabel atau wadah obat. Bahkan obat yang dijual bebas juga perlu aturan
pakai yang disarankanserta Jangan campur obat dengan makanan atau membuka k
apsul kecuali atas petunjuk dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Endro Agung, 2012, Prinsip Aksi dan Nasib Obat dalam tubuh, Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
Harkness Richard, H., 1989, Interaksi obat, Penerbit ITB: Bandung. diterjemahkan
oleh Goeswin Agoes dan Mathilda B.Widianto.
Mutschler, E., 1985, Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi, 88-93, Penerbit
ITB, Bandung.
http://www.drugs.com/drug_information.html
http://interaksiobatdanmakanan/adropofinkcanmakeamillionpeoplethink.htm