Anda di halaman 1dari 6

Bali Utara yang Masih "Tenggelam"

15 Desember 2015 17:38:45 Diperbarui: 15 Desember 2015 18:29:06 Dibaca : 421 Komentar : 28 Nilai : 23 Durasi
Baca : 4 menit

Akan tetapi dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik tersebut bukan berarti Bali bebas dari masalah, ada
beberapa fakta miris yang terdapat di pulau yang sering disebut dengan Pulau seribu pura ini. Salah satunya adalah
kurang meratanya pertumbuhan ekonomi di beberapa bagian di Pulau Dewata ini.salah satunya adalah di bagian
utara dan di bagian timur. Dapat dilihat bahwa perbandingan pertumbuhan ekonomi di Bali bagian utara maupun
selatan sangatlah timpang. Padatnya investasi di wilayah Bali selatan sungguh bertolak belakang dengan keadaan di
Bali utara. Sebagai contohnya, daerah Buleleng yang merupakan daerah terluas dengan luas 1.365,88 km2 dengan
jumlah penduduk 638,3 ribu jiwa yang merupakan jumlah penduduk terpadat di Bali. Namun pada nyatanya
pertumbuhan ekonomi di daerah Buleleng ini masih kalah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di
Gianyar, Denpasar bahkan Badung yang hanya memiliki luas wilayah tidak sampai 450 ribu km2. Ini terbukti dengan
jumlah PDRB di kabupaten Buleleng yang hanya sekitar 10 022.37 miliar yang jumlahnya masih kalah dengan
Denpasar, bahkan jumlah tersebut belum mencapai setengah dari PDRB Badung yang bisa menyentuh angka 20
988.88 miliar . Salah satu alasan mengapa ketimpangan antara utara dan selatan ini dapat terjadi salah satunya
karena infrastruktur yang kurang baik, akses yang jauh dari pusat ibu kota Provinsi. Setidaknya untuk menuju
Buleleng (satu-satunya kabupaten di utara), membutuhkan waktu 3 sampai 4 jam, dengan melewati jalan yang
berliku dan menanjak. Akibatnya, hal-hal yang ada di Buleleng, termasuk potensi wisatanya, kurang terekspos
layaknya beberapa tempat wisata yang ada di Bali Selatan. Buleleng Barat adalah representasi pendapat ini. jalan-
jalan rusak, tidak ada penerangan, dan sebagainya, menjadikan kawasan daerah ini sangat kontras dengan
pembangunan infrastrukur di Bali Selatan. Masalah lainnya yaitu kurangnya perhatian pemerintah terhadap potensi
yang dimiliki oleh Kota Buleleng, Kawasan wisata Lovina, menjadi satu-satunya andalan pariwisata di Bali Utara.
Banyak berdiri Hotel berbintang di kawasan ini, didukung dengan sarana infrastruktur yang layak dari pemerintah
setempat, menjadikan kawasan Lovina menjadi tempat berlibur dengan setting tempat yang sunyi, tenang dan jauh
dari hiruk pikuk kendaraan yang biasa menghiasi kawasan wisata di Bali Selatan. Aktivitas favorit para wisatawan
yang berkunjung ke tempat ini, menyaksikan Lumba-lumba pada pagi hari, sambil menyaksikan sunrise di ufuk timur.
Selain di Lovina, sebenarnya ada beberapa tempat wisata yang justru tak kalah menariknya dengan kawasan
Lovina. Tempatnya berada di Buleleng Barat, yang berpusat di kawasan wisata Pemuteran. Lokasi kawasan ini
berjarak kurang lebih 50 km arah barat kota Singaraja dan sekitar 30 km arah timur Gilimanuk. Di kawasan ini
memiliki pantai yang tak terlalu panjang, namun sangat indah, ditambah pemandangan bukit berjejer ,terlihat sangat
eksotis, bahkan hampir semua pengunjung yang datang ke pantai ini mengatakan lebih bagus dari pantai
Lovina.Tidak hanya disitu, andalan di kawasan Pemuteran ini adalah pemandangan bawah lautnya. Terumbu
karangnya sangat terawat, sangat pas bagi wisatawan melakukan aktivitas snorkling di tempat ini. Dan bagi
wisatawan yang ingin menyaksikan pemandangan bawah laut yang lebih dari laut Pemuteran, Pulau Menjangan
adalah tempatnya. Pulau Menjangan berada di kawasan Taman Nasional Bali Barat. Terdapat dua pelabuhan untuk
mencapai Pulau ini. pengunjung bisa melalui Labuhan Lalang yang berada di Teluk Terima desa Sumberkelampok,
dan atau melalui penyeberangan di Desa Pejarakan, yang berjarak sekitar 7 km arah barat Pemuteran. Dari berbagai
sumber, ternyata Pulau Menjangan ini merupakan tempat snorkling terbaik di Bali, dan terbaik urutan ke 5 di
Indonesia. Ada beberapa tempat lain lagi yang sebenarnya keberadaannya kurang dimaksimalkan. Seperti Pantai
Pulaki, Pemandian air panas Banyuwedang, Trecking di hutan Taman Nasional Bali Barat, dan wisata alam lainnya,
salah satunya menyaksikan penakaran burung Jalak Bali yang terancam punah. Masalah selanjutnya adalah kualitas
SDM dari kabupaten Buleleng yang masih rendah, ini terbukti dari peringkat IPM kabupaten Buleleng yang masih
menempati posisi ke-6 di Provinsi Bali, dimana posisi pertama masih dipegang oleh Kota Denpasar, salah satu
penyebab mengapa tingkat IPM di kabupaten Buleleng masih rendah karena banyaknya penduduk Buleleng yang
mengalami putus sekolah, menurut data BPS sekitar 369 murid dari jenjang SD, SMP hingga SMA mengalami putus
sekolah. Masih minimnya penduduk berusia diatas 15 tahun di kabupaten Buleleng yang memiliki ijazah diploma
bahkan s1 juga menjadi factor lainnya, tercatat tidak sampai 5% dari keseluruhan penduduk Buleleng memiliki Ijazah
Diploma dan Sarjana. Bahkan persentase yang tidak memliki ijazah mencapai 20,98%. Bahkan untuk angka melek
huruf, kabupaten Buleleng masih kalah dibanding Kabupaten Badung bahkan Kota Denpasar. Solusi yang dapat
diambil untuk pemerataan ekonomi bagi Buleleng adalah salah satunya pembuatan jalan bebas hambatan untuk
mempermudah akses menuju kota ini. Dengan kemudahan akses ini diharapkan para investor dapat berinvestasi
lebih untuk pengembangan ekonomi di Bali dan di Buleleng pada khususnya. Selain itu Pengembangan dan
Publikasi kawasan wisata di Buleleng harus lebih ditingkatkan untuk menambah pengetahuan maupun minat dari
wisatawan untuk mengunjungi kawasan-kawasan yang ada di Buleleng. Dan yang terakhir untuk pengembangan
Indeks Pembangunan Masyarakat, Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah salah satunya peningkatan kuantitas
sarana pendidikan, terutama sekolah dasar perlu ditingkatkan untuk mengurangi angka buta aksara yang cukup
tinggi di Buleleng. Selain peningkatan kuantitas, peningkatan kualitas sarana pendidikan maupun kualitas pengajar
juga sangat diperlukan guna menciptakan SDM yang lebih baik dan bisa bersaing yang diharapkan nanti mampu
meningkatkan kualitas ekonomi dari kabupaten Buleleng itu sendiri.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/satria_wijayakusuma/bali-utara-yang-masih-
tenggelam_566fedaf26b0bd3313501b05
Legislator: Belum Ada Infrastruktur Atasi
Kesenjangan Bali
Senin, 25 April 2016 17:03 WIB | 482 Views
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Denpasar (Antara Bali) - Sekretaris Komisi III DPRD Provinsi Bali Ketut Kariyasa
Adnyana menyoroti untuk 2016 tidak ada pembangunan fisik terkait infrastruktur
yang dapat mengatasi keseimbangan pembangunan antara kawasan Bali selatan
dengan utara.

"Tahun ini kan hanya bersifat lokal saja, contohnya di Nusa Penida dibuat jalan
lingkar. Tetapi untuk mengatasi kemacetan dan keseimbangan pembangunan belum
ada," kata Kariyasa, di Denpasar, Senin.

Menurut dia, memang sudah ada perencanaan untuk pembangunan sejumlah ruas
"shortcut" menuju kawasan Bali utara (Mengwitani-Singaraja), tetapi proyek itu
untuk tahun ini masih dalam proses perencanaan seperti detail engineering design
(DED).

Politisi dari PDI Perjuangan itu menambahkan bahwa sejumlah rencana


pembangunan infrastruktur untuk mengatasi kesenjangan Bali utara dan selatan
seperti pembangunan bandara di Buleleng dan beberapa ruas tol (diantaranya Kuta-
Canggu-Tanah Lot) sudah tercantum dalam Perda Provinsi Bali Nomor 16 Tahun
2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Bali.

"DED bahkan sudah pernah tahun 2010, tetapi itu tidak terealisasi," ucapnya.

Ariyasa menyayangkan pembangunan tol belum terealisasi dan jika dilihat dalam
tata ruang sekarang, sepertinya sudah tidak mungkin lagi dilakukan karena sudah
banyak dibangun vila-vila.

"Selama ini untuk pembangunan infrastruktur kita lebih cenderung terbawa arus
dengan investor. Ketika ada investor baru bergegas membuat infrastruktur dan
sebagainya. Sehingga Bali ini jadinya `kan seperti tidak tertata pembangunannya,
sama dengan contoh sekarang kalau kita melihat tata ruang jalan Sunset Road-
Soka yang sudah banyak vila-vilanya," ucapnya

Di sisi lain, ia berharap untuk rencana pembangunan empat ruas "shortcut" dari
Mengwitani-Singaraja tidak akan ada masalah. Pemerintah dan pihak-pihak terkait
harus bergerak cepat serta tidak adalah istilah egosentris kabupaten bersama
pemerintah provinsi harus bersama-sama menangani masalah sulitnya infrastruktur.

"Bukankah salah satu penyebab ketidakseimbangan pembangunan itu adalah


infrastruktur yang tidak merata sehingga orang yang berinvestasi ke Bali utara mana
mau, orang infrastrukturnya tidak ada," kata Kariyasa.

Sementara itu, Kepala Bappeda Bali Putu Astawa mengatakan Pemprov Bali dalam
Musrenbangnas terus mengintensifkan dan mengkomunikasikan tahapan-tahapan
pembangunan sejumlah infrastruktur di Bali seperti tol dan "shortcut".

Astawa menambahkan, untuk tahun ini terkait infrastruktur jalan lebih kepada
pemeliharaan rutin jalan-jalan provinsi dengan dana sekitar Rp210 miliar dan juga
pembangunan fisik lainnya itu seperti Rumah Sakit Internasional Bali Mandara serta
RS Mata Bali Mandara.

Sedangkan untuk Bandara Buleleng yang sebenarnya merupakan upaya untuk


menyeimbangkan pembangunan, tetapi karena membutuhkan dana yang besar,
tidak mungkin dari APBD , apalagi oleh pemerintah pusat Bali tidak dijadikan
prioritas.

"Sehingga kami mendorong calon investor jika ingin membangun Bandara di Bali
Utara," ucap dia. (WDY)
Editor: I Gusti Bagus Widyantara
http://bali.antaranews.com/berita/89645/legislator-belum-ada-infrastruktur-atasi-
kesenjangan-bali
Mendagri: Bali Perlu Pemerataan Pembangunan
Kamis, 15 Agustus 2013 | 7:31

Ubud, Bali. [Google]


[DENPASAR] Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Gamawan Fauzi mengatakan, tingginya perkembangan
pembangunan di Bali harus berjalan secara linier dengan pemerataan dan keseimbangan pembangunan
antarwilayah.

Selain itu, daerah ini juga harus terus mengoptimalkan program prioritas penanganan kemiskinan dan
meningkatkan sinergi dengan pihak lain.

Adanya stigma yang selama ini memberikan kesan perbedaan perkembangan pembangunan antara
kawasan Bali utara dengan selatan, dan itu harus dijawab dengan kebijakan yang dapat mengakselerasi
pembangunan di seluruh penjuru wilayah Provinsi Bali, ujar Mendagri dalam sambutannya yang
dibacakan Gubernur Bali Made Mangku Pastika pada apel peringatan HUT ke-55 Provinsi Bali di
Denpasar, Rabu (14/8).

Di sisi lain, ia meminta pembangunan Provinsi Bali yang selama ini bertumpu pada tiga sektor utama
yakni pariwisata, pertanian arti luas, dan industri kecil menengah harus selalu dikembangkan melalui
berbagai inovasi serta iklim investasi yang kondusif.

Terlebih pada 2015, Indonesia akan menjadi bagian dari komunitas tunggal ASEAN yang menuntut setiap
daerah memiliki daya saing serta keunggulan komparatif atas berbagai potensi yang ada.
Selain itu, lanjut Mendagri, Pemprov Bali harus terus mengoptimalkan program prioritas penanganan
kemiskinan dan meningkatkan sinergi dengan pihak lain.

Seperti pemberian bantuan langsung maupun stimulan bagi penciptaan lapangan kerja baru.

Program-program pengentasan kemiskinan yang sangat bermanfaat agar terus dioptimalkan, baik yang
berupa pemberian bantuan langsung maupun stimulan bagi penciptaan lapangan kerja baru, katanya.

Mendagri menekankan, meskipun saat ini merupakan tahun-tahun politik menyongsong Pemilu 2014,
Pemprov Bali hendaknya fokus mengimplementasikan program dan kegiatan nyata sebagai penjabaran
visi Bali Mandara yang telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD).

Sinergitas pembangunan dari hulu ke hilir juga menjadi prasyarat yang mutlak bagi keberhasilan
pembangunan di daerah. Kesinambungan antara pembangunan di kabupaten/kota harus selaras dengan
pembangunan di provinsi sehingga secara akumulatif pembangunan daerah senantiasa selaras dengan
kebijakan pembangunan nasional, ucapnya.

Sementara itu Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyadari bahwa masih banyak pekerjaaan rumah
yang harus diselesaikan pihaknya.

Ia sependapat untuk mencapai itu harus ada sinergi pembangunan antarsektor dan antarwilayah
sehingga hal-hal yang masih tertinggal bisa tergarap dengan baik.

Program pembangunan kita harus menyesuaikan dengan pemerintah pusat, demikian juga
kabupaten/kota bisa menyesuaikan. Dengan sinergi ini, ketidakseimbangan pembangunan niscaya
segera dapat diatasi, ujarnya serya menambahkan untuk pembangunan dan peningkatan kualitas SDM
Bali, pihaknya memfokuskan pada program pendidikan, kesehatan dan pembangunan karakter.

Pada peringatan HUT Provinsi Bali ke-55 ini juga disertai penyerahan berbagai penghargaan seperti
Dharma Kusuma atau penghargaan tertinggi dalam bidang seni, Silpakara Nugraha kepada mereka yang
berjasa dalam teknologi lingkungan dan sebagainya.

Acara juga dimeriahkan oleh simulasi penanganan bencana yang dibawakan oleh Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) Bali dan anggota Pramuka. [137]
http://sp.beritasatu.com/home/mendagri-bali-perlu-pemerataan-
pembangunan/40021

Anda mungkin juga menyukai