Anda di halaman 1dari 5

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK

BHAKTI PERSADA
Jl. Pasar Legi No. 145 Kel. Mangge Kec. Barat
Kab. Magetan Telp. (0351) 869384

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BHAKTI


PERSADA MAGETAN

BAB 1
DEFINISI

Beberapa definisi Resusitasi Jantung Paru :


1. Resusitasi jantung paru merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan
fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas ( respiratory arrest ) dan atau
henti jantung ( cardiac arrest ) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh
suatu sebab yang mungkin untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi
tersebut bekerja kembali
2. Resusutasi jantung paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama pada
orang yang mengalami henti nafas karena sebab sebab tertentu
3. Resusitasi jantung paru terdiri dari bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjutan
yang masing masing keduanya tidak terpisahkan
4. Tujuan dari tindakan resusitasi adalah mengembalikan fungsi jantung dan paru
agar kembali seperti semula

BAB II
RUANG LINGKUP

1. Panduan ini mengatur untuk melakukan tindakan resusitasi jantung paru baik
berupa bantuan hidup dasar maupun bantuan hidup lanjutan
2. Panduan ini diterapkan pada semua pasien yang mengalami kegawatan berupa
henti jantung dan henti nafas apapun penyebab nya baik di rawat jalan maupun
rawat inap
3. Bantuan hidup dasar boleh dilakukan oleh semua petugas di RS yang telah
mendapatkan pelatihan bantuan hidup dasar (BHD ) sedangkan bantuan hidup
lanjutaten hanya boleh dilakukan oleh dokter dan perawat
4. Panduan ini mengatur bagaimana pelaksanaan resusitasi , team blue code dan
penanganan setelah resusitasi berhasil dilakukan .

BAB III

TATA LAKSANA

Indikasi Resusitasi Jantung Paru :

1. Henti Napas : korban tidak bernapas, ditandai dengan tidak adanya pergerakan
dada dan aliran udara napas.
2. Henti jantung : jantung berhenti berdenyut dan memompa darah ditandai dengan
ditandai tidak terabanya denyut nadi pada arteri-arteri besar, seperti arteri karotis,
arteri brakialis dan arteri femoralis.
Peralatan :

1. APD (handschoon, masker, head cap, apron, dll)


2. BVM (Bag Valve Mask)
3. Defibrilator
4. Oropharingeal Airway
5. Spatel Tounge

Langkah-langkah Resusitasi Jantung Paru :

1. Menilai kesadaran/ respon dan kesan pernapasan


2. Minta tolong (aktifkan sistem gawat darurat/ code blue)
3. Cek nadi, bila tidak ada
4. Circulation support (kompresi jantung luar)
Cara melakukan kompresi jantung luar :
- Titik kompresi terletak di bagian setengah bawah tulang dada atau diantara 2
puting susu (pada garis tengah)
- Letakkan tumit salah satu tangan di titik kompresi. Tangan yang lain diletakkan
di atas tangan pertama dengan jari jemari kedua tangan saling mengait.
Tekanan hanya diberikan melalui tumit tangan tersebut, usahakan agar jari-jari
penolong tidak menyentuh bahkan menekan tulang-tulang iga korban.
Saat melakukan penekanan dinding dada, posisi badan penolong tegak lurus bidang datar
dengan kedua lengan lurus. Penolong menekan dinding dada korban dengan tenaga dari
berat badannya. Setiap siklus dilakukan 30 kali kompresi, dengan kedalaman minimal 5
cm. Kompresi dilkukan dengan kecepatan 100x/menit. Setiap kali setelah kompresi
biarkan dada korban kembali mengembang dengan sempurna. Jangan lepaskan tangan
penolong dari dada korban atau mengubah posisi

5. Airway control dan cervical control


Pengelolaan gangguan airway :
- Melakukan manuever Head tilt/ chin lift
-
6. Breathing support
Cara melakukan pemberian ventilasi :

Ventilasi atau pernapasan buatan adalah memberikan udara bertekanan positif


yang mengandung oksigen, kemudian membiarkan udara mengalir keluar secara
pasif. Volume udara yang diberikan sebesar 6-7 ml/kgBB atau sampai dengan
dada korban terlihat mengembang.

- Ventilasi mulut ke mulut


Pasang alat pelindung; barrier device, face shield
Penolong menarik napas biasa saat akan memberikan napas buatan
Jepit lubang hidung korban dengan ibu jari dan jari telunjuk
Tutupi mulut korban dengan mulut penolong secara keseluruhan agar
tidak terjadi kebocoran
Berikan hembusan napas 2 kali, sambil tetap menjaga terbukanya jalan
napas. Setiap hembusan napas dilakukan selama 1 detik, beri
kesempatan untuk ekspirasi.
- Ventilasi mulut ke hidung
Dilakukan bila tidak mungkin melakukan ventilasi mulut ke mulut, misalnya
mulut korban yang tertutup rapat dan tidak bisa dibuka atau mulut korban
mengalami cedera. Langkah yang dilakukan sama seperti ventilasi mulut ke
mulut. Perbedaannya adalah ketika memberikan bantuan napas, hembusan
napas diberikan melalui hidung korban sementara mulut korban tertutup rapat.
Pada saat ekspirasi usahan mulut korban terbuka.
- Ventilasi mulut ke stoma
Langkah yang dilakukan sama dengan kedua teknik di atas, hanya saja
hembusan napas diberikan melalui stoma
- Ventilasi mulut ke masker atau sungkup muka
Hembusan napas diberikan melalui sungkup muka atau masker.
- Ventilasi dengan Bag Valve Mask (BVM)

7. Defibrilator
Ketika defibrilator tersedia, orang kedua memasang defibrilator tanpa
menghentikan kompresi jantung luar. Kompresi jantung luar hanya dihentiikan bila
defibrilator sedang menganalisis dan ketika sedang memberikan shock. Setelah itu
langsung dilanjutkan dengan kompresi jantung luar.

8. Reevaluasi
Lakukan evaluasi setiap 5 siklus. Satu siklus terdiri atas 30 kompresi dan 2
ventilasi (baik dilakukan oleh 1 penolong maupun 2 penolong)
9. Airway control dan cervical control
Pengelolaan gangguan airway :
- Melakukan manuever Head tilt/ chin lift
-
10. Breathing support
Cara melakukan pemberian ventilasi :

Ventilasi atau pernapasan buatan adalah memberikan udara bertekanan positif


yang mengandung oksigen, kemudian membiarkan udara mengalir keluar secara
pasif. Volume udara yang diberikan sebesar 6-7 ml/kgBB atau sampai dengan
dada korban terlihat mengembang.

- Ventilasi mulut ke mulut


Pasang alat pelindung; barrier device, face shield
Penolong menarik napas biasa saat akan memberikan napas buatan
Jepit lubang hidung korban dengan ibu jari dan jari telunjuk
Tutupi mulut korban dengan mulut penolong secara keseluruhan agar
tidak terjadi kebocoran
Berikan hembusan napas 2 kali, sambil tetap menjaga terbukanya jalan
napas. Setiap hembusan napas dilakukan selama 1 detik, beri
kesempatan untuk ekspirasi.
- Ventilasi mulut ke hidung
Dilakukan bila tidak mungkin melakukan ventilasi mulut ke mulut, misalnya
mulut korban yang tertutup rapat dan tidak bisa dibuka atau mulut korban
mengalami cedera. Langkah yang dilakukan sama seperti ventilasi mulut ke
mulut. Perbedaannya adalah ketika memberikan bantuan napas, hembusan
napas diberikan melalui hidung korban sementara mulut korban tertutup rapat.
Pada saat ekspirasi usahan mulut korban terbuka.
- Ventilasi mulut ke stoma
Langkah yang dilakukan sama dengan kedua teknik di atas, hanya saja
hembusan napas diberikan melalui stoma
- Ventilasi mulut ke masker atau sungkup muka
Hembusan napas diberikan melalui sungkup muka atau masker.
- Ventilasi dengan Bag Valve Mask (BVM)

11. Defibrilator
Ketika defibrilator tersedia, orang kedua memasang defibrilator tanpa
menghentikan kompresi jantung luar. Kompresi jantung luar hanya dihentiikan bila
defibrilator sedang menganalisis dan ketika sedang memberikan shock. Setelah itu
langsung dilanjutkan dengan kompresi jantung luar.

12. Reevaluasi
Lakukan evaluasi setiap 5 siklus. Satu siklus terdiri atas 30 kompresi dan 2
ventilasi (baik dilakukan oleh 1 penolong maupun 2 penolong)

Anda mungkin juga menyukai