Anda di halaman 1dari 14

MINI RISET

Teori Bilangan

OleH
MAYANG MEI SARY BANGUN
NIM. 4161111039
PENDIDIKAN MATEMATIKA REGULER B 2016

fAKULTAS MATEMATIKA DAN Ilmu Pengetahuan Alam


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
kata pengantar

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena karena rahmat,
karunia, serta petunjuk-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa juga saya
berterimakasih atas bantuan dari segala pihak yang turut berkontribusi dalam penyusunan
makalah ini baik materi maupun pikiran.
Saya berharap makalah ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi para
pembaca. Oleh sebab itu, saya mengharapkan adanya kritik, saran, serta usulan yang
membangun demi perbaikan struktur maupun isi dari makalah ini agar saya dapat
menjadikannya lebih baik di hari yang akan datang.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun
orang yang membacanya. Saya sadar akan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya.
Oleh karena itu, sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan memohon masukan dari para pembaca. Terimakasih.

Medan, April 2017

Mayang M. S. Bangun

Page | 1
daftar isi

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................1

C. Maksud dan Tujuan Penelitian...........................................................................2

D. Manfaat Penelitian.............................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI............................................................................................

A. Pendahuluan.......................................................................................................3

B. Aritmatika Modular............................................................................................3

C. Kelas-Kelas Ekivalensi......................................................................................5

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................

A. Desain Penelitian................................................................................................6

B. Subjek Penelitian................................................................................................6

C. Metode Pengumpulan Data................................................................................6

D. Metode Analisis Data.........................................................................................6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................

A. Hasil Penelitian..................................................................................................7

B. Pembahasan........................................................................................................8

BAB V PENUTUP.............................................................................................................

A. Kesimpulan........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................

LAMPIRAN......................................................................................................................

Page | 2
bab i
pendahuluan
A. Latar Belakang
Jika kita berbicara konsep kongruensi sebenarnya hal ini secara tidak langsung sudah
didapatkan pada pelajaran matematika Sekolah Dasar, hanya saja istilah yang digunakan sedikit
berbeda yaitu bilangan jam atau bilangan bersisa. Cara yang dilakukan biasanya diperagakan dengan
menggunakan jam sebagai media dalam operasi yang berlaku, baik jumlah maupun pengurangan.
Dalam bilangan dengan modulo 5, jika dioperasikan maka bilangan bulat yang digunakan
adalah 0, 1, 2, 3, dan 4. Sedangkan bilangan bulat lainnya dapat direduksi yaitu dengan cara membagi
bilangan tersebut dengan 5 dan bilangan yang digunakan adalah sisa dari pembagian tersebut.
Pembagian bilangan atau kongruensi memang sudah dipelajari sejak dari SD, kita
sudah dikenalkan dengan konsep pambagian. Namun, konsep kongruensi kembali
diperkenalkan dan dikemas dalam mata kuliah teori bilangan. Operasi-operasi serta sifat-sifat
dari kongruensi ini rasanya sudah diketahui. Namun, tanpa kita sadari masih banyak orang
yang hanya menerima konsep-konsep tersebut tanpa mengetahui kebenaran dari konsep
tersebut. Banyak yang menganggap bahwa operasi-operasi matematika memang sudah
merupakan sebuah ketentuan dan tidak perlu lagi dibuktikan kebenarannya. Padahal seperti
yang diketahui, bahwa matematika merupakan ilmu pasti dan oleh sebab itu konsep yang ada
dalam ilmu matematika juga harus dipastikan nilai benarnya.
Hal-hal yang disebutkan di atas merupakan dasar ketertarikan kami dalam meneliti
kemampuan mahasiswa maupun siswa dalam membuktikan konsep-konsep kongruensi dalam
matematika. Diharapkan dengan dilakukan mini riset ini dapat memberikan pengetahuan
tentang kemampuan mahasiswa dan siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang
diberikan, dan pada akhirnya kami juga berharap hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
evaluasi belajar konsep kongruensi dalam mata kuliah teori bilangan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kemampuan responden dalam menyelesaikan soal yang diberikan?
2. Berapa persentase responden yang mampu mengerjakan tiap-tiap soal?
3. Soal manakah yang paling banyak dapat diselesaikan oleh responden?
4. Soal manakah yang paling sedikit dapat diselesaikan oleh responden?
5. Kesulitan apa yang ditemui para responden saat mengerjakan soal yang diberikan?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian


1. Mengetahui kemampuan responden dalam menyelesaikan soal.

Page | 1
2. Mengetahui persentase responden yang mampu mengerjakan tiap-tiap soal.
3. Mengetahui soal yang paling mudah dikerjakan oleh para responden.
4. Mengetahui soal yang paling sulit dikerjakan oleh para responden.
5. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang ditemui oleh para responden saat
mengerjakan soal.
6. Memenuhi salah satu tugas khusus mata kuliah Teori Bilangan.

D. Manfaat Penelitian
Salah satu manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan evaluasi kemampuan
siswa dan siswi SMAN 8 Medan dalam menyelesaikan soal konsep kongruensi. Selain itu
hasil dari penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan dalam menerapkan proses
pembelajaran yang baik bagi siswa dan siswi, sehingga pada masa yang akan datang siswa
dan siswi SMAN 8 Medan lebih dapat memehami konsep kongruensi.

Page | 2
bab ii
Landasan Teori
A. Pendahuluan
1. Aritmatika Modular
Aritmatika modular yaitu aritmatika tentang kelas-kelas ekuivalensi, dimana
permasalahan dalam teori bilangan disederhanakan dengan cara meng-ganti setiap
bilangan bulat dengan sisanya bila dibagi oleh suatu bilangan bulat tertentu n. Ini
berdampak pada penggantian himpunan bilangan bulat Z dengan suatu sistem
bilangan Zn yang hanya memuat n elemen. Banyak sifat yang berlaku pada Z diwarisi
oleh Zn seperti operasi penjumlahan dan perkalian. Karena hanya berhingga elemen
yang terdapat di dalam Zn maka lebih mudah ditangani.
Misalkan n sebuah bilangan bulat positif tertentu. Dua bilangan bulat a dan b
dikatakan kongruen modulo n, ditulis
a b mod(n)
jika n membagi selisih a-b, atau jika a-b = kn untuk suatu bilangan bulat k.
Dibaca juga, a kongruen dengan b modulo n, atau a kongruen modulo n dengan
b.

Contoh: Ambil n = 7 maka diperoleh beberapa fakta berikut 3 24 mod(7) sebab


3-24 = 21 terbagi oleh 7,-31 11 mod(7) sebab -31-11 = -42 terbagi oleh 7,-15
-64 mod(7) sebab-15 + 64 = 49 habis dibagi 7. Tetapi 25 12 mod(7) sebab
25-12 = 13 tidak habis dibagi 7, yaitu 25 tidak kongruen dengan 12 modulo 7.
Pada bagian lainnya relasi kongruensi ini juga terkadang menggunakan notasi
a b (mod n); atau a n b. Bila bilangan modulo n sudah dipahami dengan baik
maka cukup ditulis sederhana dengan a b.
Bila pada algoritma pembagian, diambil n sebagai pembagi maka sebarang
bilangan bulat a selalu terdapat hasil bagi q dan sisa r sehingga
a=qn+r ; 0 r< n
Berdasarkan definisi kongruensi, relasi ini dapat ditulis sebagai a r
mod(n). Karena ada n pilihan untuk r maka disimpulkan bahwa setiap bilangan bulat
pasti kongruen modulo n dengan salah satu bilangan 0, 1, . . . , n-1. Khusunya na
bila hanya bila a 0 mod(n). Himpunan bilangan {0, 1, . . . , n-1} disebut residu
taknegatif terkecil modulo n. Secara umum, kumpulan bilangan bulat a 1, a2, . . ., an
dikatakan membangun himpunan lengkap residu modulo n jika setiap bilangan bulat

Page | 3
kongruen dengan salah satu bilangan ak. Dengan kata lain jika a1, a2, . . ., an kongruen
modulo n dengan 0, 1, . . . ,n 1 dengan urutan yang tidak beraturan.
Teorema. Untuk sebarang bilangan bulat a dan b, a n b bila hanya bila
mereka memberikan sisa yang sama bila dibagi oleh n.
Bukti. Karena a n b maka berdasarkan definisi a = b + kn untuk suatu k
bulat. Misalkan b memberikan sisa r jika dibagi n, yaitu b = qn + r, dengan 0 r <
n. Selanjutnya sisa a jika dibagi n dapat ditemukan sebagai berikut:
a = (qn + r) + kn = (q + k)n + r,
Ternyata juga memberikan sisa r. Sebaliknya, misalkan keduanya memberikan
sisa yang sama jika dibagi oleh n, katakan
a = q1n + r; b = q2n + r
maka a-b = (q1-q2)n, yakni a n b.
Kongruensi dapat dipandang sebagai generalisasi dari relasi sama dengan.
Bila dua bi-langan sama maka mereka kongruen terhadap sebarang modulo. Namun
dua bilangan yang tidak sama boleh jadi mereka kongruen terhadap modulo tertentu.
Sebaliknya dua bilangan yang kongruen modulo tertentu belum tentu sama. Teorema
berikut memberikan sifat-sifat dasar kongruensi.
Teorema. Misalkan n > 1 sebagai bilangan modulo dan a, b, c, d adalah
bilangan bulat sebarang. Maka pernyataan berikut berlaku :
(i) a a (sifat refleksif )
(ii) a b bila hanya bila b a (simetris)
(iii) bila a b dan b c maka a c (transitif )
(iv) bila a b dan c d maka a + c b + d (aditif ) dan ac bd
(multiplikatif )
(v) bila a b dan k bulat positif sebarang maka ak bk

n
Teorema. Jika ac bc (mod n) maka a b (mod ) dimana d = gcd (c, n).
d

2. Kelas-Kelas Ekuivalensi
Page | 4
Pada Teorema sebelumnya, sifat refleksif, simetris dan transitif menunjukkan bahwa
untuk sebarang n bulat positif, relasi kongruensi n merupakan relasi ekuivalensi pada
Z . Akibatnya, himpunan Z terpartisi atas kelompok-kelompok yang saling asing yang
disebut kelas-kelas ekuivalensi. Kelas-kelas ekuivalensi ini dinyatakan dengan notasi [a] ndan
didefinisikan sebagai

[a]n : = { b R : a b(mod n)}


= {. . . , a-2n, a-n, a, a + n; a + 2n, . . . }
Jadi [a]n merupakan himpunan semua bilangan bulat yang kongruen modulo n dengan
a. Kita memandang para bilangan di dalam [a] n ini sebagai satu kesatuan. Bila bilangan
modulo n sudah dipastikan maka cukup menggunakan notasi [a] untuk maksud [a] n. Karena
pembagian dengan n akan memberikan n kemungkinan sisa r = 0, 1, . . . , n-1 sehingga setiap
bilangan pada Z pasti kongruen dengan salah satu sisa tersebut. Jadi sesungguhnya
bilangan bulat Z terpartisi atas n kelas ekuivalensi, yaitu:
[ 0 ] ={ ,2 n , n , 0 ,2 n , }
[ 1 ] ={ , 12 n , 1n , 1 ,1+ n ,1+2 n , }
[ 2 ] ={ , 22n , 2 n ,2 , 2+n , 2+2 n , }
[ n1 ]={ , n1, 1, n1 , 2 n1, 3 n1, }
Tidak ada kelas ekuivalensi lainnya. Bila dilanjutkan maka kelas ekuivalensi
berikutnya kembali ke semula. Misalnya,
[ n ] ={ , n ,0, n , 2 n ,3 n , }=[0 ]:
Secara umum berlaku

[ a ] =[ b ] a b(mod n).

Page | 5
bab iii
Metode Penelitian
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada mini riset kali ini adalah penelitian survey.
Penelitian survey merupakan penelitian yang mengumpulkan informasi dari suatu sampel
dengan menanyakan melalui angket atau interview supaya nantinya menggambarkan
berbagai aspek dari populasi. Penelitian dilaksanakan di lingkungan SMA Negeri 8 Medan.
Penelitian seperti yang disebutkan dilakukan dengan memberikan angket kepada responden,
dan kemudian responden mengisi angket tersebut. Peneliti tidak akan memberikan petunjuk
atau membantu mengisi angket tersebut, responden akan dibiarkan bekerja sendiri sehingga
hasil yang didapat lebih faktual dan lebih menggambarkan keadaan populasi yang sedang
diteliti.

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam mini riset ini adalah Siswa dan Siswi Sma Negeri 8 Medan.
Para responden ini dipilih secara random, hal ini bertujuan untuk memberikan hasil penelitian
yang lebih baik di akhir. Jumlah responden ada 35 orang terdiri dari 35 siswa dan siswi SMA
Negeri 8 Medan.

C. Metode Pengumpulan Data


Dalam mini riset kali ini peneliti mengumpulkan data langsung atau data informasi
primer dari lapangan atau dari reponden langsung. Data berupa isian angket, dari data
tersebut peneliti selanjutnya menganalisis dan menghubungkannya dengan rumusan masalah
yang telah ditentukan di awal.

D. Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah dengan
menganalisis hasil isian dari angket yang sebelumnya diberikan. Selanjutnya peneliti
mengambil data-data yang diperlukan untuk kemudian dimasukkan ke dalam pembahasan.

Page | 6
Bab IV
Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian
1. Tentukan sisa pembagian 25 oleh 4 . . . .
Penyelesaian:
25 :4=6 sisa1
Pada soal nomor 1, hanya 14 siswa dari 17 siswa IPA 1 dan 17 siswa IPA 3
dari 19 siswa yang menyelesaikan soal tersebut. Ini berarti soal nomor 1 termasuk
soal yang mudah atau sudah di pahami siswa.
2. Tentukan sisa pembagian 26 oleh 11 . . . .
26 :11=2 sisa 4
Pada soal nomor 2, hanya 13 siswa IPA 1 dari 17 siswa dan 19 siswa IPA 3
dari 19 siswa yang menyelesaikan soal tersebut dengan benar. Diantara 36 siswa yang
mengerjakan soal tersebut seluruhnya mengerjakan dengan cara yang sama dengan
yang lain.
3. Residu terkecil dari 71 modulo 2 adalah . . . .
71:2=35 residu 1
Pada soal nomor 3, jumlah siswa yang benar mengerjakan soalnya sama
seperti jumlah yang benar pada soal sebelumnya.
4. Residu terkecil dari 34 modulo 5 adalah . . . .
34 :5=6 residu 4
Pada soal nomor 3, hanya 14 dari 17 siswa IPA 1 dan 18 siswa dari 19 siswa
IPA 3 yang benar. Menunjukkan bahwa ada siswa yang sedikit cerobih dalam
mengerjakan soal yang mirip dengan soal-soal sebelumnya.

5. Pembahasan
1. Pada soal nomor 1 siswa yang mampu menjawab soal dengan benar sebanyak 31
orang siswa dari 36 orang siswa yang menjadi sampel. Persen yang dapat dihasilkan
yaitu 31/36 100 %=86,11 % yang mampu menyelesaikan soal dengan benar.

Page | 7
2. Pada soal nomor 2 siswa yang mampu menjawab soal dengan benar sebanyak 32
orang siswa dari 36 orang siswa yang menjadi sampel. Persen yang dapat dihasilkan
yaitu 32/36 100 %=88,88 % yang mampu menyelesaikan soal dengan benar.
3. Pada soal nomor 3 siswa yang mampu menjawab soal dengan benar sebanyak 32
orang siswa dari 36 orang siswa yang menjadi sampel. Persen yang dapat dihasilkan
yaitu 32/36 100 %=88,88 % yang mampu menyelesaikan soal dengan benar.
4. Pada soal nomor 4 siswa yang mampu menjawab soal dengan benar sebanyak 32
orang siswa dari 36 orang siswa yang menjadi sampel. Persen yang dapat dihasilkan
yaitu 32/30 100 %=88,88 % yang mampu menyelesaikan soal dengan benar.

Chart Title
100%
90%
80%
70% Tidak Dapat
60% Mengerjakan
50% Dapat Mengerjakan
40%
30%
20%
10%
0%
Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4

Page | 8
Bab V
Penutup
A. Kesimpulan
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden sudah mampu membuktikan operasi-operasi yang terdapat dalam
kongruensi. Bahkan responden yang merupakan siswa dan siswi SMA sudah mampu
mengerjakan hampir seluruh soal yang diberikan dengan benar. Terdapat beberapa siswa yang
tidak diduga memiliki kemampuan yang hampir sama dengan mahasiswa karena responden
siswa tersebut mampu mengerjakan sejumlah soal yang termasuk sulit untuk dibuktikan.
Dari diagram batang yang disediakan dapat diketahui bahwa soal yang paling sulit
dikerjakan oleh para responden adalah soal nomor 1, dimana para responden yang menjawab
soal nomor 1 dengan jawaban yang benar hanya ada sekitar 86,11%. Sedangkan soal yang
paling mudah dikerjakan oleh para responden adalah soal nomor 2,3, dan 4, dimana 88,88%
responden menjawab soal tersebut dengan hasil yang benar.
Dari wawancara atau percakapan singkat yang kami lakukan dengan para responden,
mereka mengakui bahwa mereka kesulitan dikarenakan bentuk soal yang demikian
membingungkan mereka. Bahkan, beberapa siswa berpendapat bahwa pernyataan yang
diberikan dalam soal tersebut membingungkan atau ambigu. Karena mereka beranggapan
bahwa pembagian seharusnya tidak bersisa jika bisa mencapai sisa 0 atau sudah mencapai
hasil yang diminta soal, seperti 2 angka dibelakang koma dsb.

Page | 9
daftar pustaka

Anonim, 2013. Teori Kongruensi. [Online]


Available at: http://www.academia.edu/8503207/3_TEORI_KONGRUENSI
[Diakses 30 April 2017].
Lubis, A. et al., 2017. Teori Bilangan. Medan: Fakultas MIPA UNIMED.
Silverman, J. H., 2012. A Friendly Introduction to Number Theory. 4 penyunt. New Jersey:
Pearson Education.
Satyaning, 2014. Kongruensi. [Online]
http://satyaningdharma.blogspot.com/2014/03/kongruensi.html
[Diakses 30 April 2017].
Zhubaedah, 2013. Kongruensi. [Online]
Available at: http://zhuzubaedah.blogspot.com/2013/03/kongruensi.html
[Diakses 30 April 2017].
Wikipedia, 2016. Konguensi. [Online]
Available at: https://id.wikipedia.org/wiki/Bilangan
[Diakses 30 April 2017].

Page | 10
lampiran

Page | 11

Anda mungkin juga menyukai