Hipoglikemia Final
Hipoglikemia Final
HIPOGLIKEMIA
PENDAHULUAN
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
FAKTOR RISIKO
Muntah, gastroparesis
Menyusui
4. Lain-lain
PATOGENESIS
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIK
Gejala autonomik :
o Dimediasi oleh epinefrin (dari medula adrenal) & norepinefrin (dari
postganglionik nervus simpatik)
Anxietas.
Palpitasi, takikardia.
Berkeringat.
Mulut kering
Tremor, restlessness.
Transient episodes of dizziness.
Konsentrasi yang lemah.
Dilatasi pupil.
o Dimediasi oleh kolinergik
Diaphoresis.
Lapar.
Paresthesia.
Gejala neuroglycopenic :
o Confusion (sinkop karena hipoglikemia dikarakteristikan dengan
kelemahan otot & mental confusion daripada kehilangan
kesadaran).
o Letargi.
o Impaired performance.
o Kesulitan berbicara.
o Sakit kepala.
o Perubahan tingkah laku (irrasional, kemarahan, agresif).
o Paresthesia.
REFERAT HIPOGLIKEMIA | RANNIE KUSUMA
Syarat :
o Sebelum dilakukan, pasien dalam 3 hari harus mengkonsumsi diet
karbohidrat minimal 150 g / hari.
o Test hanya dapat diberikan kepada pasien baik yang sehat,
ambulatory, namun bebas dari penyakit akut / kronik yang dapat
mempengaruhi toleransi karbohidrat.
o Tidak boleh sedang mengkonsumsi obat2an yang dapat menaikkan
gula darah / mengganggu hasil kadar glukosa lab.
OGTT harus dilakukan setelah melakukan puasa (minimal 10 jam ;
maksimal 16 jam), air putih diperbolehkan pada periode puasa ini ;
pasien dalam posisi duduk ; tidak boleh merorok selama di tes.
Glukosa yang diadministrasi harus 75 g (1,75 g / kgBB IDEAL) 100 g
(u/ diabetes gestasional).
Prosedur : darah diambil setelah puasa 10 jam diberikan glukosa (biasa
dimasukkan dalam minuman) jam ke 0 dimulai saat pasien mulai
minum darah diambil lagi pada jam ke , 1 , 2 , dan 3.
Standart OGTT = 3 HOUR procedure.
Jika dicurigai reactive hypoglycemia test harus ditunda waktunya
sampai gula darah mulai naik.
Test glukosa dalam urin sudah tidak dianggap signifikan (kecuali test
secara kualitatif masih dapat dipakai).
CATATAN :
o Seiring umur, toleransi glukosa pada orang dewasa berkurang, jadi
ada yang menambahkan 10 mg/dL pada setiap batas atas (namun
hal ini tidak begitu dipakai secara luas).
REFERAT HIPOGLIKEMIA | RANNIE KUSUMA
DIAGNOSIS UMUM
Anamnesis
o Jika terdapat gejala2 seperti yang tertera pada manifestasi klinis,
tanyakan mengenai waktu saat terjadi gejala (setelah makan /
sebelum makan).
Fasting hipoglikemia terjadi pada pagi hari sebelum makan /
siang hari (jika pada pagi hari tidak mengkonsumsi
makanan).
Postprandial hipoglikemia biasanya terjadi 2 4 jam setelah
makan (khususnya karbohidrat simpleks dalam jumlah
besar).
REFERAT HIPOGLIKEMIA | RANNIE KUSUMA
DIAGNOSIS BANDING
Pengenalan hipoglikemia
Respon pertama pada saat kadar glukosa turun di bawah normal adalah peningkatan
akut sekresi hormone caunter-regulatory (glukosa dan epinefrin): batas glukosa tersebut
adalah 65-68 mg% (3,6-3,8 mmol/L). Lepasnya epinefrin menunjukkan aktivasi system
simpatoadrenal. Bila kadar glukosa tetap turun sampai 3,2 mmol/L, gejala aktivasi otonomik
mulai tampak. Fungsi kognisi, yang diukur dengan kecepatan reaksi dan berbagai fungsi
psikomotor yang lain, mulai terganggu pada kadar glukosa 3 mmol/L, pada individu yang
masih mempunyai kesiagaan (awareness) hipoglikemia, aktivasi system simpatoadrenal
terjadi sebelum disfungsi serebral yang bermakna timbul pasien-pasien tersebut tetap sadar
REFERAT HIPOGLIKEMIA | RANNIE KUSUMA
yang mempunyai kemampuan kognitif yang cukup untuk melakukan tindakan koreksi yang
diperlukan.
Pada diabetes yang sudah lama sering dijumpai respon simpatoadrenal yang berkurang
walaupun dengan tingkat gangguan yang bervariasi. Respon epinefrin terhadap rangsangan
yang lain, seperti latihan jasmani tampaknya normal. Seperti pada gangguan respon
glukagon, kelainan tersebut merupakan kegagalan mengenal hipoglikemia yang selektif.
Pasien diabetes dengan respon glukagon dan epinefrin yang berkurang paling rentan
terhadap hipoglikemia. Hal tersebut terkait dengan hipoglikemia yang tidak disadari karena
hilangnya glucose counter regulation dan gangguan respon simpatoadrenal.
Tabel 4. Keadaan klinis yang terkait dengan hipoglikemia yang tidak disadari (Heller,
2003)
Keadaan klinis Kemungkinan mekanisme
Diabetes yang lama Tidak diketahui
Hipoglikemia yang berulang
merusak neuron glukosensitif
Kendali metabolic yang ketat Regurgitasi transport glukosa
neuronal yang meningkat
Peningkatan kortisol dengan akibat
gangguan jalur utama transmisi
REFERAT HIPOGLIKEMIA | RANNIE KUSUMA
neuron
Alcohol Penekanan respon otonomi respon
Gangguan kognisi
Episode nocturnal
Tidur menyebabkan gejala awal
hipoglikemia tidak diketahui
Posisi berbaring mengurangi respon
simpatoadrenal
Kemampuan abstrak belum cukup
Usia muda (anak)
Perubahan perilaku
3. Alkohol
Pasien dan kerabatnya harus diberi informasi tentang potensi bahayanya alkohol.
Alkohol meningkatkan kerentanan tehadap hipoglikemia awareness. Episode hipoglikemia
sesudah meminum alkohol mungkin lebih lama dan berat dan mungkin karena dianggap
mabuk hipoglikemia tidak dikenali oleh pasien atau kerabatnya.
Pada anak dan usia lanjut sasaran kendali glikemia sebaiknya tidak terlalu ketat dan
oleh sebab itu dosis insulin perlu disesuaikan. Lebih lanjut disarankan agar sulfonilurea yang
bekerja lama tidak digunakan pada pasien DMT 2yang berusia lanjut.
Obat penghambat (-blocking agent) yang tidak selektif sebaiknya tidak digunakan
karena menghambat lepasnya glukosa hati yang dimediasi oleh reseptor 2, penghambat
yang selektif dapat digunakan dengan aman.
Terapi Hipoglikemia
Bila hipoglikemia telah terjadi maka pengobatan harus segera dilaksanakan terutama
gangguan terhadap otak yang paling sensitive terhadap penurunan glukosa darah.
Berdasarkan stadium terapi hipoglikemi:
1. Stadium permulaan (sadar)
Berikan gula murni 30 gr (2 sendok makan) atau sirop/permen gula murni (bukan
pemanis pengganti gula dan makanan yang mengandung karbohidrat.
Stop obat anti diabetik
Pantau glukosa darah sewaktu tiap 1-2 jam
Pertahankan GD sekitar 200 mg/dl (bila sebelumnya tidak sadar)
Cari penyebab
e. Bila GDs >100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan GDs setiap 2
jam, dengan protocol sesuai diatas. Bila GDs > 200mg/dl, pertimbangkan
mengganti infuse dextrose 5% atau NaCl 0,9%.
Glukosa oral
Sesudah diagnosa hipoglikemia ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah kapiler,
10-20 g glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau 150-200
ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan non diet cola. Sebaiknya
coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat menghambat absorpsi glukosa.
Bila belum ada jadwal makan dalam 1-2 jam perlu diberikan tambahan 10-20 g karbohidrat
kompleks.
Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan terlalu gawat, pemberian madu
atau gel glukosa lewat mukosa rongga mulut mungkin dapat dicoba.
Glukagon intramuscular
Glukagon 1 mg intramuscular dapat diberikan oleh tenaga professional yang terlatih dan
hasilnya akan tampak dalam 10 menit. Kecepatan kerja glukagon tersebut sama dengan
pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti
dengan pemberian glukosa oral 20 g dan dilanjutkan dengan pemberian 40 g karbohidrat
dalam bentuk tepung untuk mempertahankan pemulihan. Pada keadaan puasa yang panjang
atau hipoglikemia yang diinduksi alkohol, pemberian glukagon mungkin tidak efektif.
Efektivitas glukagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.
Glukosa intravena
Glukosa intravena harus diberikan dengan hati-hati. Pemberian glukosa dengan
konsentrasi 50% terlalu toksik untuk jaringan dan 75-100 ml glukosa 20% atau 150-200 ml
glukosa 10% dianggap lebih aman. Ekstravasi glukosa 50% dapat menimbulkan nekrosis
yang memerlukan amputasi.
REFERAT HIPOGLIKEMIA | RANNIE KUSUMA
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA
http://emedicine.medscape.com/article/122122-overview
http://www.emedicinehealth.com/low_blood_sugar_hypoglycemia/article_em.htm
Briscoe VJ, Davis SN. Hypoglycemia in Type 1 and Type 2 Diabetes : Physiology,
Pathophysiology, and Management. CLINICAL DIABETES Volume 24, Number 3, 2006
Cryer PE, Davis SN, Shamoon H. Hypoglycemia in Diabetes. Diabetes Care 26:1902
1912, 2003
Service FJ. Hypoglycemia Disorders. THE NEW ENGLAND JOURNAL OF MEDICINE April 27,
1995.