Anda di halaman 1dari 8

A.

Pemeriksaan Tekanan Darah

Pemeriksaan tekanan darah merupakan suatu tindakan melakukan pengukuran tekanan darah,
yaitu hasil dari curah jantung dan tahanan perifer, menggunakan Sphygmomanometer.
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, dan volume, laju
serta kekentalan (viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan
puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi yang disebut tekanan sistolik. Sedangkan tekanan
terendah terjadi saat jantung beristirahat yang disebut tekanan diastolik. Tekanan darah
digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolic dengan nilai dewasa
normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya
120/80.

Pemeriksn tekanan darah bertujuan untuk menilai system kardiovaskular/keadaan


hemodinamik klien (curah jantung, tahanan vaskuler perifer, volume darah dan viskositas,
dan elastisitas arteri). Pemeriksaan dilakukan pada setiap pasien yang masuk ke ruang
pemeriksaan atau ruang perawatan, secara rutin pada pasien yang dirawat, dan sewktu-waktu
sesuai kebutuhan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah, hindari pemeriksaan pada
ekstrimitas yang terpasang infus, trauma ataupun gips; apabila akan mengulang prosedur
pemeriksaan, tunggu sekitar 30 detik sampai satu menit setelah skala nol; serta periksa
terlebih dahulu arteri brachialis dengan tepat.

Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung,
kateter arteri dimasukkan langsung ke dalam arteri. Pengukuran tidak langsung dilakukan
dengan sfigmomanometer dan stetoskop.

Sfigmomanometer atau tensimeter dikenalkan pertama kali oleh dr. Nikolai Korotkov,
seorang ahli bedah Rusia, lebih dari 100 tahun yang lalu. Tensimeter atau
sphygmomanometer pada awalnya menggunakan raksa sebagai pengisi alat ukur ini.
Sekarang, kesadaran akan masalah konservasi lingkungan meningkat dan penggunaan dari air
raksa telah menjadi perhatian seluruh dunia. Bagaimanapun, sphygmomanometer air raksa
masih digunakan sehari-hari bahkan di banyak negara modern. Sphygmomanometer terdiri
dari sebuah pompa, sumbat udara yang dapat diputar, kantong karet yang terbungkus kain,
dan pembaca tekanan, yang bisa berupa jarum mirip jarum stopwatch atau air raksa.
Sfigmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan
yang berhubungan dengan rongga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa
sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam millimeter air
raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis. Agar sphygmomanometer masih dapat
digunakan untuk mengukur tekanan darah dengan baik, perlu dilakukan kalibrasi. Cara
melakukan kalibrasi yang sederhana adalah sebagi berikut:

1. Sebelum dipakai, air raksa harus selalu tetap berada pada level angka nol (0 mmHg).

2. Pompa manset sampai 200mmHg kemudian tutup katup buang rapat-rapat.


Setelah beberapa menit, pembacaan mestinya tidak turun lebih dari 2mmHg (ke
198mmHg). Disini kita melihat apakah ada bagian yang bocor.

3. Laju Penurunan kecepatan dari 200mmHg ke 0 mmHg harus 1 detik, dengan


cara melepas selang dari tabung kontainer air raksa.
4. Jika kecepatan turunnya air raksa di sphygmomanometer lebih dari 1 detik, berarti
harus diperhatikan keandalan dari sphygmomanometer tersebut. Karena jika
kecepatan penurunan terlalu lambat, akan mudah untuk terjadi kesalahan dalam
menilai. Biasanya tekanan darah sistolic pasien akan terlalu tinggi (tampilan) bukan
hasil sebenarnya. Begitu juga dengan diastolik.

Ukuran Manset

Pengukuran tekanan darah yang akurat tergantung pemakaian manset yang sesuai bagi
pasien. Bila manset terlalu besar untuk lengan pasien, seperti pada anak-anak, maka
pembacaannya akan lebih rendah dari tekanan sebenarnya. Bila manset terlalu kecil, misalnya
pada penggunaan manset ukuran standar pada pasien obesitas, maka pembacaan tekanan akan
lebih tinggi dibanding tekanan sebenarnya. Maka diproduksi berbagai ukuran manset untuk
berbagai ukuran lingkar lengan.

Jenis Manset Lebar Kantong Karet Panjang Kantong Karet

(cm) (cm)

Neonatus
2.5 4.0 5.0 9.0

Bayi
4.0 6.0 11.5 -18.0

Anak
7.5 9.0 17.0 19.0

Dewasa
11.5 -13.0 22.0 26.0

Lengan besar
14.0 -150 30.5 33.0

Paha
18.0 -19.0 36.0 38.0

Tabel 1: Ukuran Manset

Rentang Nilai Tekanan Darah


a. Neonatus dan Anak

Umur (Tahun) Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)

Neonatal 75-105 45-75

26 80-110 50-80

7 85-120 50-80

8 90-120 55-85

9 90-120 55-85

10 95-130 60-85

11 95-135 60-85

12 95-135 60-85

13 100-140 60-90

14 105-140 65-90

Tabel 2: Rentang Nilai (Batasan Normal) Tekanan Darah

pada Bayi dan Anak

b. Remaja dan Dewasa (> 15 tahun)


Kategori Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)

Hipotensi < 90 < 60

Normal 90 119 60 79

Prehipertensi 120 139 80 89

Hipertensi derajat 1 140 159 90 99

Hipertensi derajat 2 160 179 100 109

Krisis Hipertensi 180 atau lebih 110 atau lebih

Tabel 3: Rentang Nilai Tekanan Darah pada Dewasa

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah (Perry dan Potter, 1993)

a. Umur

Tekanan darah akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dikaitkan
dengan berkurangnya elastisitas pembuluh darah arteri, dinsing arteri semakin kaku sehingga
tahanan pada arteri semakin basar dan meningkatkan tekanan darah.

b. Waktu Pengukuran

Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari. Tekanan darah biasanya rendah pada
pagi-pagi sekali, secara berangsur-angsur naik pagi menjelang siang dan sore, dan puncaknya
pada senja hari atau malam. Tidak ada orang yang pola dan derajat variasinya sama.

c. Latihan dan Aktivitas Fisik

Latihan dan aktivitas fisik dapat meningkatkan cardiac output dan tekanan darah. Hal ini
berkaitan dengan peningkatan metabolism tubuh. Aktivitas fisik membutuhkan energi
sehingga membutuhkan aliran yang lebih cepat untuk mensuplai oksigen dan nutrisi (tekanan
darah naik).
d. Stress (kecemasan, takut, emosi dan nyeri)

Stress ini akan merangsang syaraf simpatik, mengakibatkan peningkatan denyut jantung serta
peningkatan resistensi atau tahanan arteri. Selain itu juga mengakibatkan vasokonstriksi
arteri.

e. Miscellaneus Faktor/Posisi Tubuh

Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap tekanan darah. Hal ini berkaitan dengan efek
gravitasi bumi. Pada saat berbaring, gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena
arah peredaran tersebut horizontal, sehingga jantung tidak terlalu memompa dan tidak terlalu
melawan gaya gravitasi. Pada saat duduk maupun berdiri, kerja jantung dalam memompa
darah akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi bumi, sehingga kecepatan denyut
jantung meningkat. Posisi berbaring tekanan darah lebih rendah daripada duduk atau berdiri.
Baroresepsor akan merespon saat tekanan darah turun dan berusaha menstabilankan tekanan
darah.

f. Obat-obatan

Terdapat beberapa obat yang dapat menyebabkan peningkatan ataupun penurunan tekanan
darah, seperti analgetik yang dapat menurunkan tekanan arah.

B. Pemeriksaan Suhu Tubuh

Pemeriksaan suhu tubuh akan memberikan tanda/hasil suhu inti yang secara ketat dikontrol
karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Pemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan di
beberapa tempat, yaitu:

a. Aksila/Ketiak, dilakukan selama 5-10 menit (Eoff dan Joyce, 1981


b. Oral/mulut, dilakukan selama 2 menit (Baker et.al, 1984)
c. Rectal/Anus, dilakukan selama 2 menit (Kucha, 1972)
d. Timpanik/Telinga, dilakukan selama 2 detik (Erickson et.al,1991)

Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat
yaitu :

a. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36C. Untuk mengukur suhu
hipotermi diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer)
yang dapat mengukur sampai 25 derajat Celcius.
b. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36,5 - 37,5C
c. Febris / pireksia / panas, bila suhu tubuh diatas 37,5 - 40C
d. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40C

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

a. Kecepatan metabolisme basal


Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi
dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Suhu tubuh
sangat terkait dengan laju metabolisme.
b. Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi
100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah
lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir
seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan
saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan
produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
c. Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga
meningkat.
d. Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia
dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat memengaruhi laju
metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
e. Hormone kelamin
Hormone kelamin pria (testosterone)dapat meningkatkan kecepatan metabolisme
basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi
panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki
karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu
tubuh sekitar 0,3 0,6C di atas suhu basal.
f. Demam (peradangan)
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme
sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10C.
g. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 30%.
Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan
untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal
nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu,
individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami
hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti
lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang
lain.
h. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan
gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal.
Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 40,0 C.
i. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat
menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat
pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang
peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang
sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
j. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas
tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin.
Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat memengaruhi suhu tubuh manusia.
Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar
melalui kulit. Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena
panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke
fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung
banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi
(kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas
dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit
merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.

C. Pemeriksaan Frekuensi Nadi

Pemeriksaan denyut nadi merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri, dengan
cara menghitung kecepatan/loncatan aliran darah yang dapat teraba pada berbagai titik tubuh
melalui perabaan. Pemeriksaan nadi dihitung selama satu menit penuh, meliputi frekuensi,
keteraturan dan isi. Selain melalui perabaan dapat juga diperiksa melalui stetoskop.
Pemeriksaan denyut nadi bertujuan untuk mengetahui keadaan umum pasien, mengetahui
integritas system kardiovaskuler, dan mengikuti perkembangan jalannya penyakit.

Titik denyut, misalnya: denyut arteri temporalis dan arteri frontalis pada kepala, arteri
karotis pada leher, arteri brachialis pada lengan atas/siku bagian dalam, arteri radialis dan
ulnris pada pergelangan tangan, arteri poplitea pada belakang lutut, dan arteri dorsalis pedis
atau arteri tibialis posterior pada kaki.

Frekuensi denyut nadi sangat bervariasi, tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan usia.
Demikian juga halnya waktu berdiri, sedang makan, mengeluarkan tenaga atau waktu emosi.

Batasan dan Klasifikasi (Whaley dan Wong, 1993)

Bayi yang baru dilahirkan (1-3 bulan): 120-140 kali/menit, bayi 4 bulan-2 tahun: 80-150
kali/menit, anak 2-10 tahun: 70-110 kali/mnit, anak anak >10 tahun: 55-90 kali/menit,
dewasa: 60-90 kali/menit, dan usia lanjut yang sehat: 60/100 kali/menit.

Nadi yang cepat disebut tathicardia atau pulsus frekuens, dan nadi yang lambat disebut
bradicardia atau pulsus rarus. Pulsus frekuens dijumpai pada demam tinggi, tirotoksikosis,
infeksi streptokokus, difteria dan berbagai jenis penyakit jantung. Nadi yang lambat terdapat
pada penyakit miksudema (kekurangan tiroksin), penyakit kuning dan tifoid. Irama nadi
sifatnya teratur pada orang sehat, akan tetapi nadi yang tidak teratur belum tentu abnormal.
Aritmia sinus adalah gangguan irama nadi, dimana frekuensi nadi menjadi cepat pada saat
inspirasi dan melambat waktu ekspirasi. Hal demikian adalah normal dan mudah dijumpai
pada anak-anak. Jenis nadi tidak teratur lainnya adalah abnormal.

D. Pemeriksaan Frekuensi Pernafasan

Pemeriksaan frekuensi pernafasan dilakukan dengan menghitung jumlah pernafasan, yaitu


inspirasi yang diikuti ekspirasi dalam satu menit penuh. Selain frekuensi, pemeriksa juga
menilai kedalaman dan irama gerakan ventilasi (jenis/sifat pernafasan). Selain itu,
pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan umum klien, mengikuti perkembangan
penyakit, dan membantu menegakkan diagnosa.

Jenis Pernafasan

1. Chyne Stokes: pernafasan yang sangat dalam yang berangsur-angsur menjadi dangkal
dan berhenti sama sekali (apnoe) selama beberapa detik untuk kemudian menjadi
dalam lagi. (keracunan obat bius, penyakit jantung, penyakit paru, penyakit ginjal
kronis, dan perdarahan pada susunan saraf pusat)

2. Biot : pernapasan dalam dan dangkal yang disertai masa apnoe yang tidak teratur.
(meningitis)

3. Kusmaul : pernapasan yang inspirasi dan ekspirasi sama panjangnya dan sama
dalamnya, sehingga keseluruhan pernafasan menjadi lambat dan dalam. (keracunan
alkohol dan obat bius, koma, diabetes, uremia

Batasan Normal
Batasan normal beraneka ragam tergantung usia. Pada bayi: 30 60 kali/menit, anak-anak: 20
30 kali/menit, remaja: 15 24 kali/menit, dan dewasa: 16 20 kali/menit.

Jenis Ketidaknormalan Bunyi Pernafasan

1. Crackel (bunyi nafas seperti retakan/pecahan)

2. Friction (bunyi nafas seperti ada tarikan dinding dada ke dalam)

3. Grunting (bunyi nafas seperti rintihan)

4. Ronchi (bunyi nafas seperti terengah-engah)

5. Stridor (bunyi nafas kasar)

6. Wheezing (bunyi nafas seperti siulan).

Anda mungkin juga menyukai