240210150051
Praktikum kali ini mengenai karakteristik sifat fungsional dari telur dan pati.
Sifat fungsional merupakan sifat fisikokimia yang memperngaruhi perilaku
komponen tersebut selama persiapan, pengolahan, penyimpanan dan konsumsi.
Pengujian karakteristik fungsional pada telur adalah daya buih dan stabilitas
emulsi, sedangkan pada pati adalah pengujian gelatinisasi pati. Sampel yang
digunakan untuk pengujian gelatinisasi pati adalah tepung maizena, tepung
tapioka, dan tepung beras.
Berdasarkan hasil pengamatan, daya buih yang paling tinggi adalah hasil
pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 5 dengan 553,40%, sedangkan yang
paling kecil adalah hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 7 dengan
419,48%. Hasil yang diperoleh dari setiap kelompok berbeda-beda yang dapat
disebabkan oleh pengaruh dari pengocokan itu sendiri dimana pengocokan putih
telur encer akan menghasilkan volume daya buih yang tinggi. Berdasarkan
literatur, volume buih yang tinggi diperoleh dari putih telur dengan elastisitas
rendah, sebaliknya struktur buih yang stabil pada umumnya akan dihasilkan dari
putih telur yang memiliki elastisitas yang tinggi. Jika putih telur terlalu banyak
dikocok atau direnggangkan seluas mungkin akan menyebabkan hilangnya
elastisitas (Stadelman dan Cotterill, 1995).
Proses pembentukan buih dimulai pada saat putih telur dikocok sehingga
gelembung udara akan ditangkap oleh putih telur, dan terbentuklah buih. Selama
Yushini Ayu Laras Ratri
240210150051
membentuk emulsi air dalam minyak, dan ester dari polioksietilena sorbitan
dengaan asam lemak yang di kenal sebagai TWEEN yang dapat membentuk
emulsi minyak dari air.
Zat pengemulsi memudahkan pembentukan emulsi dengan 3 mekanisme
(Tim Asisten praktikum farmasi fisika. 2008 : 30): (1) Mengurangi tegangan
antarmuka-stabilitas termodinamis; (2) Pembentukan suatu lapisan antarmuka
yang halus-pembatas mekanik untuk penggabungan; (3) Pembentukan lapisan
listrik rangkap-penghalang elektrik untuk mendekati partikel.
Pengujian stabilitas emulsi pada praktikum kali ini termasuk tipe emulsi oil
in water (o/w). Menurut Winarno (1992), kuning telur merupakan pengemulsi
yang baik karena kandungan lesitin pada kuning telur terdapat dalam bentuk
kompleks sebagai lesitin-protein. Lesitin merupakan campuran fosfatida dan
senyawa-senyawa lemak yang meliputi fosfatidil kolin, fosfatidil etanolamin,
fosfatidil inosil dan lain sebagainya (Tranggono, et. al., 1989).
Praktikum kali ini menggunakan metode gom basah, cara ini dilakukan bila
zat pengemulsi yang akan dipakai berupa cairan atau harus dilarutkan terlebih
dahulu dalam air seperti kuning telur. Metode ini dibuat dengan terlebih dahulu
dibuat mucilago yang kental dengan sedikit air lalu ditambah minyak sedikit demi
sedikit dengan pengadukan yang kuat, kemudian ditambahkan sisa air dan minyak
secara bergantian sambil diaduk sampai volume yang diinginkan (Anief, 2000).
Tujuan dari penambahan minyak sedikit demi sedikit pun agar emulsi tidak pecah.
Berdasarkan hasil pengamatan, warna emulsi sebelum di sentrifugasi
berwarna kuning pucat, sedangkan setelah di sentrifugasi terdapat 3 fase yaitu
minyak kuning, buih kuning pucat, dan endapan. Warna kuning berasal dari
kuning telur yang digunakan sebagai emulsifier. Tekstur yang didapat adalah
lapisan atas yang lengket, lapisan tengah yang berminyak dan lapisah yang kental
dan licin.
berpengaruh pada sifat fisik, sifat kimia, dan sifat fungsional pati. Pada struktur
granula pati, amilosa dan amilopektin tersusun dalam suatu cincin-cincin. Amilosa
dan amilopektin di dalam granula pati dihubungkan dengan ikatan hidrogen.
Proses gelatinisasi terjadi apabila granula pati dipanaskan di dalam air, maka
energi panas akan menyebabkan ikatan hidrogen terputus, dan air masuk ke dalam
granula pati. Air yang masuk selanjutnya membentuk ikatan hidrogen dengan
amilosa dan amilopektin. Meresapnya air ke dalam granula menyebabkan
trjadinya pembengkakan granula pati. Ukuran granula akan meningkat sampai
batas tertentu sebelum granula pati tersebut pecah. Pecahnya granula
menyebabkan bagian amilosa dan amilopektin berdifusi keluar. Proses masuknya
air ke dalam pati yang menyebabkan granula mengemang dan akhirnya pecah.
Karena jumlah gugus hidroksil dalam molekul pati sangat besar, maka
kemampuan menyerap air sangatlah besar pula. Terjadi peningkatan viskositas
disebabkan air yang dulunya berada di luar granula dan bebas bergerak sebelum
suspense dipanaskan, kini sudah berada dalam butir-butir pati dan tidak dapat
bergerak bebas lagi. Suhu gelatinisasi pati meupakan sifat khas untuk masing-
masing pati. Suhu gelatinisasi ini diawali dengan pembengkakan yang irreversible
granula pati dalam air panas dan diakhiri pada waktu telah kehilangan sifa
kristalnya (McCready, 1970). Berikut hasil pengamatan gelatinisasi pati.
Tepung
Putih Halus Cair
Maizena
2 fasa: atas
60 cair, bawah
Tepung
Putih Halus kental.
Tapioka
Sedikit
lengket
Tepung
Putih Halus Cair
Beras
70 Tepung Putih keruh Halus, elastis Kental +
Maizena
Yushini Ayu Laras Ratri
240210150051
T Jenis
Warna Tekstur Kekentalan Gambar
(oC) Tepung
Tepung Kental +,
Bening Halus, elastis
Tapioka lengket
Tepung
putih Halus, elastis Kental +
Beras
Kental ++,
Tepung
Putih keruh Halus, elastis hampir
Maizena
memadat
80 Tepung Kental ++,
Putih keruh Halus, elastis
Tapioka lengket
Tepung Kental ++,
Putih keruh Halus, elastis
Beras lengket
Tepung maizena tersusun atas 25% amilosa dan 75% amilopektin. Amilosa
mendorong proses mekar sehingga produk yang berasal dari pati-patian
beramilopektin tinggi bersifat porous, ringan, gating, dan mudah patah. Menurut
Moorthy (2004), kadar amilosa tepung tapioka berada pada kisaran 20-27%,
sedangkan amilopektin sekitar 83% yang mengakibatkan pasta yang terbentuk
menjadi bening dan kecil kemungkinan untuk terjadi retrogradasi (Friedman,
1950; Gliksman, 1969 dikutip Odigboh, 1983 dalam Chan, 1983). Tepung beras
dapat dibagi menjadi empat golongan berdasarkan kandungan amilosanya, yaitu :
beras dengan kadar amilosa tinggi 25-33%; beras dengan kadar amilosa menengah
20-25%; beras dengan kadar amilosa rendah (9-20%; dan beras dengan kadar
amilosa sangat rendah (< 9%) (Winarno, 1992).
Yushini Ayu Laras Ratri
240210150051
V. KESIMPULAN
1. Daya buih yang paling tinggi terdapat pada hasil pengamatan yang
dilakukan oleh kelompok 5 dengan 553,40%, sedangkan yang paling kecil
terdapat pada hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 7 dengan
419,48%
2. Pengujian stabilitas emulsi menggunakan metode gom basah.
3. Warna emulsi sebelum dilakukan sentrifugasi adalah kuning pucat,
sedangkan setelah di sentrifugasi terdapat tiga fase yaitu minyak kuning,
buih kuning pucat, dan endapan.
4. Berbagai sampel tepung yang diuji cenderung sudah mengalami
gelatinisasi pada suhu 70oC. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang ada.
Yushini Ayu Laras Ratri
240210150051
DAFTAR PUSTAKA
Chan, H. T., JR. 1983. Handbook Of Tropical Foods. Marcel Dekker Inc. New
York and Bassel.
Moorthy, S.N. 2004. Tropical sources of starch. Di dalam: Ann Charlotte Eliasson
(ed). Starch in Food: Structure, Function, and Application. CRC Press, Baco
Raton, Florida.
Winarno, F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
LAMPIRAN
JAWABAN PERTANYAAN
1. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi daya buih telur dan
stabilitas emulsi? Jelaskan!
Jawab:
Faktor yang mempengaruhi daya buih telur:
1. Umur telur
Semakin lama umur telur, maka daya buih akan semakin kecil
2. pH telur
Buih akan lebih stabil pada pH yang rendah, dan menurun daya buihnya
pada pH di atas 8,0
3. Metode pengocokan
Dengan menggunakan alat elektrik akan meningkatkan daya buih telur,
dan semakin cepat kecepatan pengocokan maka buih yang dihasilkan
akan semakin banyak
4. Penambahan Bahan-Bahan Kimia
Penambahan asam dan garam ke dalam telur akan meningkatkan daya
buih telur
5. Suhu
Pengocokan pada suhu ruang akan meningkatkan daya buih
dibandingkan pada suhu rendah
2. Apa saja bahan yang dapat digunakan untuk menstabilkan buih telur?
Jawab:
Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menstabilkan buih telur adalah
asam berupa asam yaitu asam asetat dan asam sitrat selain asam, cream of
tartar dapat menstabilkan pembuihan pada telur
Yushini Ayu Laras Ratri
240210150051