Anda di halaman 1dari 12

NAMA : SATRIANI

NIM/KELAS : 60800113014/A

MATA KULIAH : TEORI PERENCANAAN

TEORI PERTANIAN

A. Pertanian
1. Pengertian Pertanian
a. AT. Mosher (1966) Sumber https://organichcs.com/2014/01/10/sekilas-
definisi-konsep-petani-dan-pertanian/ diakses pada 1 Desember 2016
Definisi Pertanian adalah : Suatu bentuk proses produksi yang sudah khas
yang didasarkan pada proses pertumbuhan daripada hewan dan tumbuhan.
b. A.T Mosher (1968;19) sumber : http://informasi34.blogspot.co.id/2008/12/teori-
teori-pertanian.html diakses pada 1 Desember 2016.
Mengartikan, pertanian adalah sejenis proses produksi khas yang didasarkan
atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan.
c. Agropolitan (UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang)
Kawasan agropolitan merupakan kawasan yang terdiri atas satu atau lebih
pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai system produksi pertanian
dan pengelolahan SDA tertentu yang ditunjukan oleh adanya keterkaitan
fungsional dan hierarki keruangan suatu system produksi permukiman dan
sistem agrobisnis.
d. Kawasan Peruntukan Pertanian (Permentan No 41 Tahun 2009 Tantang
Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian)
Kawasan peruntukan pertanian adalah kawasan yang dialokasikan dan
memenuhi kritenia untuk budidaya tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan dan peternakan;
e. Ketahanan Pangan (Permentan No 41 Tahun 2009 Tantang Kriteria Teknis
Kawasan Peruntukan Pertanian)
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga
yang tercermin dan tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman merata dan terjangkau.
d. Sektor Pertanian Sumodiningrat dan Mudrajat dalam Eko Sri Mei Ningsih,
2010 Tesis Analisis Komoditi Unggulan Sektor Pertanian Kab. Sukoharjo
Sebelumdan Selama Otonomi Daerah Universitas Sebelas Maret.
Sektor pertanian merupakan penggerak pembangunan (engine of grow ) baik
dari segi penyedia bahan baku, kesempatan kerja, bahan pangan serta
sebagai daya beli bagi produk yang dihasilkan oleh sektor lain. Secara
alamiah pembangunan ekonomi harus didukung oleh berkembangnya sektor
pertanian yang kuat baik dari sisi penawaran maupun sisi permintaan.
Dari sisi penawaran, sektor pertanian harus mampu menciptakan surplus
produksi yang menguntungkan bagi produsen dan dapat di bantukan
kembali pada kegiatan produksi yang ditanamkan kembali pada kegiatan
produksi yang tinggi dan menciptakan kegiatan industri yang bertumpu
pada kemampuan sektor pertanian sebagai sumber dari investasi dan
penyedia bahan baku bagi industri yang bersangkutan.
Dari sisi permintaan adalah pertanian yang kuat harus menciptakan
permintaan potensial bagi produk sektor pertanian itu sendiri/ produk
kegiatan lain yang tidak dihasilkan oleh sektor lain.
2. Faktor-Faktor Produksi Pertanian
a. Faktor Fisik Dalam Lokasi Produksi Pertanian Rustiadi, et al (2011)
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, hal. 64
Pertanian terkait dengan pemanfaatan dan perbaikan genetik serta
pertumbuhan tanaman dan hewani dalam menghasilkan produk akhir guna
memebuhi konsumsi manusia. Dimana terdapat 3 komponen fisik utama
yakni :
1) Iklim;
2) Tanah;
3) Topografi.
b. Faktor Sosial dalam bentuk bottom up Pada Upaya Pengembangan Pertanian
Rustiadi, et al (2011) Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, hal. 461
Proses bottom up membangun modal sosial. Adanya modal sosaial
sebagai kehidupan sosial akan terwujud berupa terbentuknya keputusan dan
tindakan bersama stakeholder yang lebih efektif dalam mencapai tujuan
bersama Putnam (1993) dalam Rustiadi, et al (2011).
Dalam proses bottom up akan membantu peningkatan SDM dan sosialisasi
antar petani melalui Gapoktan dan sebagainya. Pengembangan pertanian ini
merupakan pengembangan berbasis rakyat namun tidak lepas dari proses
peningkatan SDM pula yang dipenuhi oleh pemerintah yakni berupa
penyuluhan dan bantuan alat-alat pertanian serta pengembangan
infrastruktur.
B. Petani
1. Pengertian Petani
a. Anwas (1992), Petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan
pertaniannya atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh
kehidupan dari kegiatan itu, sedangkan Pengertian Pertanian adalah kegiatan
manusia mengusahakan terus dengan maksud memperoleh hasil-hasil
tanaman ataupun hasil hewan, tanpa mengakibatkan kerusakan alam.
b. Slamet (2000), disebut petani asli apabila memiliki tanah sendiri, bukan
sekedar penggarap maupun penyewa. Berdasarkan hal tersebut, secara
konsep, tanah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
seorang petani.
2. Kepadatan Agraris
Kepadatan penduduk agraris untuk menunjukkan jumlah penduduk yang
tergantung hidupnya pada pertanian (jumlah petani dan keluarganya) per luas
lahan pertanian (Mutaali, 2012) Daya Dukung Lingkungan Untuk Perencanaan
Pengembangan Wilayah hal. 36-38.
C. Lahan
1. Pengertian Lahan
a. Surastopo (1982) dalam Mutaali (2012) Daya Dukung Lingkungan Untuk
Perencanaan Pengembangan Wilayah hal. 29
Dimensi dan kualitas lapisan hidup (lahan) merupakan perhatian utama
geografi fisik, yaitu fakor-faktor fisik yang memungkinkan lapisan hidup
(lahan) menjadi tempat bagi manusia).
b. Lahan Pertanian (Mutaali, 2012) Daya Dukung Lingkungan Untuk
Perencanaan Pengembangan Wilayah hal. 37
Lahan dibagi atas 2, yakni lahan dapat disusahakan dan yang tidak dapat
diusahakan:
1) Lahan yang dapat diusahakan (Cultivated Land)
Merupakan lahan yang potensial digunakan untuk usaha pertanian namun
juga dibatasi pada lahan pertanian yang telah diusahakan (cultivated
land) seperti luas sawah, lading, dan telagan di suatu wilayah.
2) Lahan yang tidak dapat diusahakan (Non arable Land).
c. Pola Penggunaan Lahan Von Thunen (1862) dalam Rustiadi, et al (2011)
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, hal. 64.
Von Thunen menggambarkan suatu kecenderungan pola ruang dengan
bentuk wilayah melingkar seputar kota, yang didasarkan pada economic
rent dimana setiap tipe penggunaan lahan akan menghasilkan hasil bersih
per unit areal berbeda-beda sehingga membentuk zone-zone konsentrik.
1) Zona Kesatu, yang paling dekat dengan kota/pasar diusahakan tanaman
yang mudah rusak (highly persishable) seperti sayuran dan kentang (free
cash cropping). Jenis jenis hasil pertanian tersebut membutuhkan
tenaga kerja intensif dan biaya transportasi yang tinggi.
2) Zona Kedua, merupakan hutan dengan hasil kayu (foresting).
3) Zona Ketiga, menghasilkan biji-bijian seperti gandum, dengan hasil yang
relative tahan lama dan ongkos transportasi murah.
4) Zona Keempat, merupakan lahan garapan dan rerumputan yang
ditekankan pada hasil pertanian seperti susu, mentega dan keju.
5) Zona Kelima, untuk pertanian yang berubah-ubah dua sampai tiga jenis
tanaman.
6) Zona Keenam, berupa lahan yang paling jauh dari pusat, digunakan
untuk rerumputan dan peternakan domba dan sapi.
Gambar 1. Penggunaan Lahan Model Von Thunen
2. Kesesuaian Lahan
a. Kelas Kemampuan Lahan Klingebiel dan Montgomerry (1966) dalam
Rustiadi, et al (2011) Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, hal. 407
Tabel 2
Kelas Kemampuan Lahan
KELAS KRITERIA PENGGUNAAN
DOMINAN
I Tidak ada/ sedikit hambatan. Sesuai untuk semua Terutama pertanian
penggunaan, terutama pertanian. Karakteristik:
topografi datar, erosi kecil, kedalaman efektif
dalam, drainase baik, mudah diolah, kapasitas
menahan air baik, subur, tidak terancam banjir.
II Beberapa hambatan/ancaman kerusakan, pilihan Pertanian tanaman semusim,
penggunaan berkurang,memerlukan konservasi padang penggembalaan,
sedang. hutan produksi.
III Beberapa hambatan berat, pilihan penggunaan Pertanian tanaman semusim,
berkurang, memerlukan konservasi khusus. memerlukan pengolahan
tanah, padang rumput, hutan
produksi, penggunaan non-
pertanian (permukiman, dsb)
IV Hambatan lebih besar, pilihan tanaman terbatas. Pertanian dengan
Perlu pengelolaan hati-hati dan konservasi lebih pengelolaan, rumput, hutan
sulit. produksi, penggembalaan,
penggunaan non-pertanian
V Tidak terancam erosi, tetapi mempunyai Tanaman rumput padang
hambatan lain yang tidak mudah dihilangkan, penggembalaan, hutan
sehingga membatasi pilihan penggunaannya. produksi, hutan lindung
Tanah ini biasanya terletak pada topografi datar- dan suaka alam.
hampir datar tetapi sering terlanda banjir, berbatu Penggunaan non-
atau iklim yang kurang sesuai. pertanian
KELAS KRITERIA PENGGUNAAN
DOMINAN
VI Lahan ini mempunyai beberapa hambatan atau Tanaman rumput,
ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan padang penggembalaan,
penggunaannya atau memerlukan tindakan hutan produksi, hutan
konservasi yang sedang. Pengelolaan perlu hati- lindung dan cagar alam
hati termasuk tindakan konservasi untuk Penggunaan non-
mencegah kerusakan. pertanian
VII Lahan ini mempunyai hambatan dan ancaman Padang rumput dan hutan
berat yang tidak dapat dihilangkan, karena itu
produksi
pemanfaatannya harus bersifat konservasi. Jika
digunakan untuk padang rumput atau hutan
produksi harus dilakukan pencegahan erosi yang
berat.
VIII Lahan ini sebaiknya dibiarkan secara Hutan lindung, rekreasi
alami. Pembatas dan ancaman sangat alam dan cagar alam
berat dan tidak mungkin dilakukan
tindakan konservasi, sehingga perlu
dilindungi.
Sumber : Klingebiel dan Montgomerry (1966) dalam Rustiadi, et al (2011)

b. Kesesuaian Lahan (Permentan No 41 Tahun 2009 Tantang Kriteria Teknis


Kawasan Peruntukan Pertanian)
Tabel 2
Tipologi lahan kawasan berdasarkan kesesuaian lahan dan persyaratan agroklirnat
c. Daya Dukung Lahan Lingkungan Untuk Lahan Pertanian (Mutaali, 2012)
Daya Dukung Lingkungan Untuk Perencanaan Pengembangan Wilayah hal.
44-45
Daya dukung lahan lingkungan untuk lahan pertanian adalah kemampuan
suatu wilayah dalam memproduksi beras guna memenuhi kebutuhan pangan
penduduk setempat untuk hidup sejahtera atau mencapai kondisi
swasembada beras (Mutaali, 2012). Dengan formula sebagai berikut :
Lp /Pd
= KFM /Pr

keterangan :
= daya dukung wilayah pertanian;
Lp = luas lahan panen (ha);
Pd = Jumlah Penduduk (jiwa);
KFM = Kebutuhan Fisik Minimum (kg/kapita/tahun);
Pr = produksi lahan rata-rata per hektar (kg/ha)

Asumsi bila :
1) < 1 berarti wilayah tersebut tidak mampu melaksanakan swasembada
pangan, atau dapat diartikan bahwa jumlah penduduknya telah melebihi
jumlah penduduk optimal;
2) > 1 berarti wilayah tersebut mampu melaksanakan swasembada
pangan, atau dapat diartikan bahwa jumlah penduduknya telah melebihi
jumlah penduduk optimal;
3) = 1 berarti wilayah tersebut memiliki daya dukung lingkungan
optimal. Jadi, angka satu merupakan batas ambang daya dukung
linkungan.
D. Kebijakan Pemerintah
1. Penyebar Luasan Informasi (http://pangan.litbang.pertanian.go.id)
Pemberdayaan teknologi merupakan bentuk komitmen pemerintah terhadap
upaya penyebar luasan informasi kepada masyarakat. Segala bentuk
penelitian dan kebijakan pertanian dapat diakses dengan mudah pada website
pemerintah.

Gambar 3. Halaman Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian

2. Pengawasan dan Pembinaan (Permentan No 41 Tahun 2009 Tantang


Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian)
a. Pemantauan
Pemantauan merupakan usaha atau perbuatan mengamati, mengawasi dan
memeriksa dengan cermat dengan melakukan pengendalian lahan pertanian
sesuai dengan kriteria teknis kawasan peruntukan pertanian secara
peniodik ,berjenjang dan berkelanjutan dan terpadu kepada para pihak yang
berkepentingan, pelaku usaha, petani dan pemerintah daerah oleh
Bupati/Walikota, Gubernur dan Menteni Pertanian.
b. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara periodik berdasarkan hasl pemantauan yang
diperoleh dan pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota, yang
hasilnya dapat digunakan dalam perbaikan perencanaan kawasan peruntukan
pertanian sesuai dengan peruntukannya untuk berbagai komoditas pertanian
yang Iebih balk dan berwawasan lingkungan. Evaluasi akan dilaksanakan
secara periodik, berkelanjutan dan terpadu dengan melibatkan berbagai
instansi terkait mulal dan tingkat kabupaten/kota, propinsi dan pemenintah.
c. Pelaporan
Laporan diperlukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan
dan permasalahan serta upaya pemecahan dalam penicapalan sasaran.
Laporan sebagal alat manajemen yang mencakup data dan informasi tentang
perkembangan pelaksanaan pemanfaatan Iahan sesuai dengan kritenia teknis
kawasan peruntukan pertanian yang telah ditetapkan. Laporan mu
merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi dan disampaikan oleh
setiap pelaku kepada Pemenintah Daerah dan Pemerintah secara peniodik
dan benjenjang serta berkelanjutan sehingga dapat diketahui kinerja
pemanfaatan lahan tersebut untuk pembangunan pertanian
d. Pembinaan
Pembinaan difokuskan pada aspek pelaporan yang disampaikan oleh para
pelaku ushatani dan pemerintah daerah. Berdasarkan Iaporan tersebut
dilakukan bimbingan dan rekomendasi tenhadap permasalahan dan solusi
yang dibenikan kepada pemerintah daerah, para pelaku usahatani, dan
termasuk petaninya.
e. Pengendalian
Pengendalian kawasan peruntukan pertanian yang dilakukan secara
terkoordinasi oleh Pemerintah, pemenintah daerah melalui pembenian
insentif, disinsentif serta mekanisme penizinan, proteksi dan penyuIuhan.
Pemerintah dapat memberikan insentif d~1am bentuk pengalokasian
anggaran secara khusus atau bentuk lainnya kepada pemenintah daerah
provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota dan kepada para pelaku
agnibisnis sesual peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan peruntukan pertanian
dilindungi dan lahan yang terdapat pada kawasan peruntukan pertanian
ditetapkan sebagal lahan berkelanjutan dan dilarang dialihfungsikan kecuali
untuk kepentingan umum sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjuta
3. Program Nawacita Pertanian (datacenter.bappedakaltim.com)
Presiden terpilih memiliki 9 program yang disebut Nawacita yang coba
diterapkan pada segala aspek pembangunan. Adalah sebagai berikut,
a. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar
negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan
pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional
dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
b. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan
memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada
institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi
melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.
c. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
d. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
e. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan
kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta
peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja"
dan "Indonesia Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program
kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program rumah Kampung Deret atau
rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat di tahun
2019.
f. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa
Asia lainnya.
g. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
h. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali
kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan
kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan,
seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan
cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum
pendidikan Indonesia.
i. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan
ruang-ruang dialog antarwarga.
Gambar 4. Sasaran Nawacita di Bidang Pertanian

(a)
(b)

Gambar 5. (a) dan (b) Dukungan Dalam Pembangunan Pertanian


E. Masalah dan Tantangan Pertanian Indonesia
Masalah pertanian Indonesia dari tahun ke tahun tidak banyak berubah
(Agricultural Project Analysts Association, 8 November 2011) yaitu:
1. Masalah ketersediaan saprodi (pupuk, benih unggul);
2. Masalah tidak adanya modal usaha;
3. Sempitnya luas lahan milik petani sehingga biaya (cost)/musim tanam sangat
tinggi;
4. Harga jual produk pertanian sangat rendah;
5. Teknologi Pasca Panen di kalangan petani sangat minim sehingga pada saat
panen langsung dijual, padahal jika diolah menjadi bahan olahan harga akan
lebih mahal;
6. Tidak punya bergainning yang kuat dalam memasarkan hasil-hasil pertanian.

Penyelesaian masalah-masalah diatas perlu penanganan yang kompleks harus


terintegrasi dari hulu (saprodi) sampai hulu (pasca panen & pemasaran). Tentunya
sudah banyak pakar-pakar pertanian kita yang memberikan solusi tapi jika tidak
didukung oleh pemerintah akan sia-sia. Untuk itu diperlukan kebijakan pemerintah
yang tidak sepotong-sepotong tetapi harus terintegrasi. Karena sifat produk
pertanian terintegrasi jika dari benih sudah jelek maka harga jual pun pasti rendah

Anda mungkin juga menyukai