Februari 2017
DISKUSI KASUS
GANGGUAN SOMATOFORM
Disusun Oleh:
Lady Manga P
N 111 15 048
Pembimbing:
dr. A Soraya T.U,M.kes, Sp.KJ
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki
gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) dimana tidak dapat
ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik ini cukup
serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien
atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial
atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian
klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset,
keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh pura-
pura yang disadari atau gangguan buatan.1,2
Gambaran yang penting dari gangguan somatoform adalah adanya gejala
fisik, dimana tidak ada kelainan organik atau mekanisme fisiologik. Dan untuk hal
tersebut terdapat bukti positif atau perkiraan yang kuat bahwa gejala tersebut
terkait dengan adanya faktor psikologis atau konflik. Karena gejala tak spesifik
dari beberapa sistem organ dapat terjadi pada penderita anxietas maupun penderita
somatoform disorder, diagnosis anxietas sering disalah diagnosiskan menjadi
somatoform disorder, begitu pula sebaliknya. Adanya somatoform disorder, tidak
menyebabkan diagnosis anxietas menjadi hilang. Pada DSM-IV ada 5 kategori
penting dari somatoform disorder, yaitu hipokhondriasis, gangguan somatisasi,
gangguan konversi, gangguan dismorfik tubuh dan gangguan nyeri somatoform.1
Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian
(histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk
dokternya untuk menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa
perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut.3
2 Etiologi
Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang
mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam
transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan
metabolisme (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer
non dominan.1
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai
berikut:1
a Faktor-faktor Biologis
Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis (biasanya pada
gangguan somatisasi).
b Faktor Psikososial
Penyebab gangguan melibatkan interpretasi gejala sebagai suatu tipe
komunikasi sosial, hasilnya adalah menghindari kewajiban (contohnya harus
pergi ke tempat kerja yang tidak disukai), mengekspresikan emosi (contohnya
marah kepada pasangan) atau untuk mensimbolisasikan suatu perasaan atau
keyakinan (contoh: nyeri pada usus seseorang).
3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala
fisik yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah
berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa
tidak ada kelainan yang mendasari keluhannya.1,2
Beberapa orang biasanya mengeluhkan masalah dalam bernafas atau
menelan, atau ada yang menekan di dalam tenggorokan. Masalah-masalah
seperti ini dapat merefleksikan aktivitas yang berlebihan dari cabang simpatis
sistem saraf otonomik, yang dapat dihubungkan dengan kecemasan. Kadang kala,
sejumlah simptom muncul dalam bentuk yang lebih tidak biasa, seperti
kelumpuhan pada tangan atau kaki yang tidak konsisten dengan kerja sistem
saraf. Dalam kasus-kasus lain, juga dapat ditemukan manifestasi dimana
seseorang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit yang
serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan.1,4
Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian
(histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk
dokternya untuk menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa
perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut.3
Dalam kasus-kasus lain, orang berfokus pada keyakinan bahwa mereka
menderita penyakit serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat
ditemukan.1
Kardiopulmonal:
- Jantung saya terasa berdebar debar. Saya kira saya akan mati
Gastrointestinal:
- Saya pernah dirawat karena sakit maag dan belum ada dokter yang dapat
menyembuhkannya
Genitourinaria:
- Saya mengalami kesulitan dalam mengontrol BAK, sudah dilakukan
pemeriksaan namun tidak di temukan apa-apa
Musculoskeletal:
- Saya telah belajar untuk hidup dalam kelemahan dan kelelahan sepanjang
waktu
Sensoris:
- Pandangan saya kabur seperti berkabut, tetapi dokter mengatakan kacamata
tidak akan membantu
c. Gangguan yang melibatkan keluhan fisik yang tidak dapat dijelaska (cth
lelah atau kelemahan tubuh) dengan durasi kurang dari 6 bulan dan tidak
disebabkan gangguan jiwa lain.
6 Tatalaksana
Tujuan pengobatan
1 Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan
pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak
untuk kehidupan nyata).
2 Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes
diagnosis, treatment, dan obat-obatan yang tidak perlu.
3 Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid
(memperparah kondisi).
2 Sebagai Dokter wajib mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak
membenarkan pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran
tidak untuk kehidupan nyata).
DAFTAR PUSTAKA
1 Kaplan, H.I., Saddock, B.J., dan Grebb J.A., 2010. Kaplan-Sadock Sinopsis
Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid 2. Jakarta: Binanupa
Aksara
2 Mansjoer, A., dkk (editor), 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1.
Penerbit Media Aesculapicus : Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
3 Departemen Kesehatan R.I., 1995. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III Cetakan Pertama. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI
4 Elvira, S. D., dkk (editor), 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
5 Setio, M. (editor), 1994. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC