Ekoper
Ekoper
Indonesia sebagai negara maritim memiliki spesies biota laut yang beraneka ragam dan
sangat indah. Ironis sekali apabila keindahan tersebut sirna dikarenakan ulah penduduknya
yang tidak peduli akan kelestarian alam di sekitarnya. Sampah yang dibuang di sungai pada
akhirnya akan berkumpul di laut. Akibatnya, laut akan tercemar dan merusak ekosistem
alaminya. Rusaknya ekosistem akan menyebabkan berkurangnya keanekaragaman jenis biota
laut di dalamnya. Biota laut yang sangat penting dalam kelestarian ekosistem laut diantaranya
ialah terumbu karang. Kerusakan terumbu karang dapat terjadi sebagai akibat limbah
domestik, limbah industri, pembangunan dermaga, pengerukan alur pelayaran, bocoran
minyak dan penambangan minyak lepas pantai serta ceceran minyak dari kapal tanker.
Demikian juga dengan kegiatan di laut ada yang langsung dan tidak langsung merusak
terumbu karang. Kegiatan yang langsung merusak diantaranya pemotongan terumbu karang
untuk pembuatan alur pelayaran dan penambangan batu karang. Penambangan pasir,
pengumpulan karang dan kerang-kerangan untuk cindera mata juga langsung merusak
karang, dan kegiatan secara tidak langsung merusak karang dapat berbentuk limbah atau
buangan lain yang menganggu lingkungan terumbu karang. Pemerintah sebenamya telah
mengeluarkan undang-undang sebagai upaya pelestarian lingkungan, yaitu:
1. Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan;
2. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan;
4. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
5. Undang-Undang No.27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil;
6. Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
7. Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;
8. Peraturan Pemerintah RI No.15 Tahun 1990 tentang Usaha Perikanan;
9. Keputusan Presiden RI No.43 Tahun 1978 tanggal 15 Desember 1978 tentang Ratifikasi
CITIES.
Namun, agaknya undang-undang tersebut belum dapat mencegah kerusakan ekosistem
laut secara tuntas. Tanpa adanya kesadaran seluruh lapisan masyarakat beserta pemerintah,
permasalahan tersebut mustahil teatasi. Memperbaiki ekosistem terumbu karang bisa dengan
menempatkan suatu struktur buatan atau dikenal dengan transplantasi karang buatan. Di
banyak tempat, karang buatan telah diketahui sebagai suatu metode yang paling mudah
diterapkan untuk perbaikan ekosistem karang yang rusak dan meningkatkan produksi
perikanan serta mengembangkan potensi ekowisata. Buktinya adalah Kelompok Nelayan
Segara Gunung dari Buleleng, Bali mengakui bahwa pendapatan penduduk bertambah seiring
adanya program konservasi terumbu karang yang mulai dilakukan sejak 2004 silam.
Cara rehabilitasi karang dapat menggunakan struktur karang buatan atau dikenal dengan
sebutan rak. Rak ini biasanya terbuat dari beton dengan penambahan bambu pada struktur
rak. Bahan untuk pembuatan rak ini dapat diganti dengan bahan lain, misalnya sampah.
Sampah anorganik dapat dipakai untuk menggantikan beton dan sampah organik digunakan
pada struktur rak. Berat satu buah rak dapat mencapai 100 kg untuk proses fiksasi di lokasi
penumbuhan karang buatan tersebut.
Langkah selanjutnya adalah memilih koloni karang yang akan ditempelkan pada rak.
Koloni karang ditempelkan pada substrat mini sehingga koloni akan lengket pada struktur
rak. Keranjang berisi koloni karang akan ditaruh agak jauh dari rak untuk menghindari
kerusakan selama proses fiksasi sekaligus memperkuat struktur rak. Penempelan koloni
karang lunak pada struktur buatan bertujuan menarik ikan-ikan dan organisme lain untuk
memastikan pemulihan terumbu karang. Koloni karang lunak berasal dari petani lokal untuk
menjamin bahwa kegiatan Build Reef tidak akan membahayakan populasi karang alami.
Sampah dapat diperoleh dari TPA, bisa juga dengan cara menyaring sampah dari muara
sungai sebelum masuk ke laut. Cara ini akan membawa dua manfaat sekaligus, yaitu
mencegah pencemaran air dan memperoleh sampah sebagai bahan dengan mudah. Dengan
pemanfaatan sampah sebagai media rehabilitasi karang dengan metode transplantasi buatan
ini diharapkan dapat mengurangi pencemaran akibat sampah serta menjaga kelestarian alam,
khususnya laut.
6. SOLUSI
Ada beberapa solusi yang harus dilakukan salah satunya dengan Penggunaan Teknik dan
Peralatan Penangkapan Ikan yang merusak Lingkungan ditiadakan. Alat Pengumpul
Ikan Harus dibatasi baik jumlah maupun ukuran agar tidak terjadi tangkap lebih dan
mengganggu daur hidup. Dilarang keras menggunakan Bahan Peledak, Beracun, dan Pukat
Harimau yang bisa menyebabkan kerusakan laut dan yang terakhir adalah dengan membuat
terumbu karang baru agar ekosistem laut bisa secara perlahan kembali normal sebelum
terjadinya kerusakan laut.
DAFTAR PUSTAKA
http://akbar.blog.uns.ac.id/
http://bernadtalip.blogspot.com/2011/10/kerusakan-laut-karena-ulah-ulah-manusia.html
http://informasi-budidaya.blogspot.com/2012/03/kerugian-ekonomi-akibat-kerusakan-
laut.html
http://www.artikellingkunganhidup.com/apa-itu-konservasi-laut.html
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/02/penanggulangan-pencemaran-di-laut.html