Anda di halaman 1dari 7

1.

BENTUK KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT KERUSAKAN LAUT


menurut catatan hingga saat ini telah lebih dari 340.000 ton per hari limbah tambang
dibuanmg kelaut. Perlu anda ketahui jumblah limbah yang luar biasa ini hanya berasal dari 2
perusahaan besar yang berada diwilayah papua dan NTB. Belum termasuk perusahaan lain =.
Pencemaran laut oleh oli kapal juga telah memenuhi permukaan laut dengan 80 juta liter oli
pertahun sehingga memperparah kerusakaan laut. Selain pencemaran limbah
aktivitaseksploitasi hasil laut yang lebih dan menyalahi aturan, penambangan tidak terkontrol
dan menghasilkan zat-zat beracun hingga hancur dan terbengkalainya perawatan terumbu
karang akibat tingkah laku pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab ini hanya sebagian
kecil problem nyata yang terjadi pada kerusakan laut diindonesia.
2. DAMPAK KERUSAKAN LAUT AKIBAT ULAH MANUSIA
BERDASARKAN hasil penelitian dan pemantauan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia selama 10 tahun sejak 1996 hingga 2006 menunjukkan kerusakan terumbu karang
terparah yang sebelumnya berada di wilayah perairan Indonesia Barat, kini telah berpindah
ke kawasan Indonesia Timur. Sementara kerusakan terumbu karang sedang di perairan bagian
tengah dan kerusakan paling ringan di perairan Indonesia Barat.
LIPI melakukan pemantauan terhadap kondisi terumbu karang di 77 daerah yang terdiri
dari 908 stasiun yang tersebar di seluruh perairan Indonesia dari Sabang hingga Kepulauan
Padaido dan Kepulauan Raja Ampat menunjukkan, kondisi terumbu karang di Indonesia pada
akhir 2008 adalah 5,51 persen dalam kondisi sangat baik, 25,11 persen dalam kondisi baik,
37,33 persen dalam kondisi sedang dan 32,05 persen dalam kondisi buruk.
Perpindahan tingkat kerusakan terumbu karang terparah dari Barat ke Timur, karena di
wilayah Indonesia Barat berpenduduk padat, dan lokasi terumbu karang letaknya tidak jauh
dari permukiman penduduk, sehingga lebih terjaga dengan baik. Selain itu, pihak-pihak
terkait telah berjuang keras melakukan penyelamatan terumbu karang. Salah satunya melalui
program pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang (Coremap) yang sudah dimulai di
wilayah Barat Indonesia pada 1998.
Kerusakan terumbu karang perairan Indonesia bagian Tengah dan Timur yang memiliki
perairan lebih jernih, persen tutupan karang batu hidup rata-rata lebih rendah. Persen tutupan
karang batu hidup rata-rata di Biak Numfor, Raja Ampat, Wakatobi, Buton, Sikka dan Selayar
berkisar 17 40 persen. Hal ini dimungkinkan karena penduduknya relatif sedikit dan letak
terumbu karang jauh dari permukiman penduduk, sehingga terumbu karang tidak terjaga
dengan baik dan banyak yang rusak akibat pengemboman ikan.
Hal yang membanggakan di Papua adalah taman wisata alam laut Kepulauan Padaido di
Biak yang memiliki luas 183.000 hektar telah ditetapkan menjadi taman wisata alam laut
Padaido melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 91/Kpts-VI/1997. Taman
wisata laut Kepulauan Padaido yang terletak di bagian Selatan Samudera Pasifik merupakan
tipe perwakilan ekosistem terumbu karang gosong, algae, lamun, mangrove, hutan pantai dan
hutan dataran rendah di Papua. Pulau-pulau gosong yang ada di Kepulauan Padaido
sebanyak 29 buah yang dikelompokkan kedalam Kepulauan Padaido Atas dan Padaido
Bawah. Hamparan pasir putih, sebagian kecil merupakan pantai landai berpasir dan pantai
terjal.
Kawasan ini memiliki daya tarik yang memikat dengan air yang sangat jernih dan
keragaman terumbu karangnya yang relatif masih utuh dan indah. Kawasan ini memiliki
keragaman hayati yang tinggi, terdapat 95 jenis karang, 155 jenis ikan, 48 jenis pohon, 26
jenis burung, 14 jenis reptilian dan 7 jenis mamalia. (Survey LIPI, 1994). Cukup banyak
diantara jenis yang ada merupakan biota langka dan dilindungi.
Sayangnya, kawasan Kepulauan Padaido merupakan lintasan gempa karena terletak pada
jalur luar subduksi atau tunjaman lempeng Pasifik. Sejak 1965 sampai sekarang, tercatat telah
terjadi lebih dari 10 kali gempa dengan kekuatan 5-8 Skala Richter. Tinggi gelombang laut
bervariasi antara satu sampai 1,5 meter. Gelombang tertinggi biasa terjadi pada Mei-Juni.
Taman Nasional Teluk Cenderawasih di Papua juga merupakan perwakilan ekosistem
terumbu karang, pantai, mangrove dan hutan tropika daratan pulau terletak di wilayah Kepala
Burung Papua. Taman Nasional Teluk Cenderawasih merupakan taman nasional perairan laut
terluas di Indonesia, terdiri dari daratan dan pesisir pantai: 0,9 persen, daratan pulau-pulau:
3,8 persen, terumbu karang: 5,5 persen dan perairan laut: 89,8 persen dengan total area:
1.453.500 hektar.
Dasar penetapannya adalah Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 8009/Kpts-II/2002,
tanggal 29 Agustus 2002. Taman Nasional Teluk Cenderawasih memiliki potensi karang yang
tinggi, terdiri dari 150 jenis karang dari 15 famili, yang tersebar di tepian 18 pulau besar dan
kecil. Presentasi penutupan karang hidup bervariasi antara 30,40 persen sampai 65,64 persen.
Umumnya, ekosistem terumbu karang terbagi menjadi dua zona: zona rataan terumbu (reef
flat) dan zona lereng terumbu (reef slope).Jenis-jenis karang yang dapat dilihat antara lain
koloni karang biru (Heliopora coerulea), karang hitam (Antiphates spp), famili Faviidae dan
Pectinidae, serta berbagai jenis karang lunak.(sumber LIPI)
3. KERUGIAN EKONOMI AKIBAT KERUSAKAN LAUT
Stockholm - Perubahan iklim akan berdampak luas pada kondisi bumi, salah satunya
adalah peningkatan permukaan air laut. Dampak ekonomi dari persoalan kelautan itu sendiri
diperkirakan sebesar 2 triliun dolar AS. Laporan dari Stockholm Environment Istitute
menyebutkan, angka tersebut berdasarkan skenario peningkatan temperatur bumi sebesar
empat derajat celcius pada tahun 2100. Kondisi ini akan berpengaruh pada kemampuan laut
menyerap karbon dari atmosfer. Akibatnya, hal tersebut akan berpengaruh kuat pada
perekonomian, terutama di sektor perikanan, pariwisata, dan kelauatan. "Jika peningkatan
temperatur bisa ditahan pada dua derajat celcius, maka dampak ekonominya bisa ditahan
pada 1,4 triliun dolar AS," kata peneliti dari Stockholm University, Kevin Noone, seperti
dilansir Newscientist. Noone menambahkan, angka USD 2 triliun bukanlah skenario kasus
terburuk. Angka tersebut belum termasuk perhitungan beberapa faktor yang sulit
dinominalkan, seperti nilai dari spesies-spesies yang akan punah karena habitatnya rusak.
"Pentingnya nilai laut tidak bisa dipandang remeh. Setiap nafas yang kita hela (oksigen)
berasal dari organisme yang hidup di laut
4. CARA MENGATASI KERUSAKAN LAUT
Untuk menanggulangi pencemaran laut dewasa ini tidaklah begitu mudah, hal ini
disebabkan karena laut mempunyai jangkauan batas yang tidak nyata. Meskipun demikian
ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran laut, antara lain:
dengan cara membuat alat pengolah limbah, penimbunan (alokasi) bahan pencemar di tempat
yang aman, dan daur ulang limbah. Selain itu, mengingat demikian luas laut kita maka salah
satu cara Penanggulangan Pencemaran Di Laut adalah dengan upaya pencegahan. Langkah
ini, tentu lebih mudah dan murah dibandingkan dengan upaya perbaikan atau rehabilitasi
lingkungan laut yang telah tercemar.
Terkait dengan itu, agar dapat dilakukan pencegahan pencemaran laut sedini mungkin,
perlu dilakukan pemantauan. Pemantauan adalah pengukuran berdasarkan waktu, atau
pengulangan pengukuran, atau pengukuran berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu.
Sedangkan Pemantauan lingkungan laut dapat diartikan sebagai pengulangan pengukuran
pada komponen atau parameter lingkungan laut untuk mengetahui adanya perubahan
lingkungan akibat pengaruh dari luar. Pelaksanaan pemantauan lingkungan dapat meliputi
segi-segi hukum, kelembagaan dan pembuatan keputusan dari masalah-masalah pencemaran
lingkungan. Dengan demikian dalam pelaksanaan pemantauan lingkungan laut haruslah
dimiliki suatu sistem yang dikenal dengan istilah sistem pemantauan lingkungan laut.
Pemantauan laut sering dilakukan untuk berbagai tujuan. Meskipun demikian, umumnya
pemantauan ini dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan informasi tentang empat
kategori.
Pertama, kepatuhan (compliance). Untuk memastikan bahwa kegiatan (industri dan
sebagainya) benar-benar telah dilakukan sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dan
persyaratan-persyaratan izin yang ditentukan. Kedua, verifikasi model. Yaitu untuk
memeriksa berlakunya anggapan-anggapan dan ramalan-ramalan yang digunakan sebagai
dasar untuk mengevaluasi alternatif-alternatif pengelolaan. Ketiga, pemantauan perubahan,
yaitu untuk mengidentifikasi dan kuantifikasi perubahan lingkungan laut jangka panjang yang
diharapkan atau dihipotesiskan sebagai akibat yang mungkin timbul oleh kegiatan manusia.
Keempat, penerapan baku mutu pengendalian pencemaran laut, yang khususnya dilakukan
dalam pelaksanaan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan ANDAL
(Analisis Dampak Lingkungan) sebagai upaya pengelolaan lingkungan.
Selain kegiatan pemantaun lingkungan laut tersebut, ada beberapa tindakan nyata yang
dapat dilakukan agar pencemaran dan kerusakan ekosistem laut dapat dicegah dan dihindari
sedini mungkin:
a) Kegiatan berupa pelarangan dan pencegahan, yaitu melarang dan mencegah semua kegiatan
yang dapat mencemari ekosistem laut.
b) Kegiatan pengendalian dan pengarahan yang meliputi teknik penangkapan biota, eksploitasi
sumberdaya pasir dan batu, pengurukan dan pengerukan perairan, penanggulan pantai,
pemanfaatan dan penataan ruang kawasan pesisir, konflik, dan pembuangan limbah.
c) Kegiatan penyuluhan tentang keterbatasan sumberdaya, daya dukung, kepekaan dan
kelentingan pesisir, teknik penangkapan, budidaya dan sebagainya yang berwawasan
lingkungan laut kepada pemuka masyarakat.
d) Melakukan kegiatan konservasi yang meliputi konservasi pada kawasan ekosistem laut
(karang, mangrove, lagun, dan rumput laut), biota, kualitas perairan dan sebagainya.
e) Melakukan kegiatan pengembangan yang meliputi budidaya, penelitian, pendidikan dan
pembuatan buku-buku pedoman dan Perda yang dijabarkan dari UU lingkungan hidup terkait
lingkungan laut.
f) Melakukan kegiatan berupa penerapan dalam kehidupan masyarakat berupa penerapan
peraturan-peraturan dan sanksi hukum yang terkait dengan pencemaran lingkungan laut.
Akhirnya, sesungguhnya kualitas lingkungan laut itu sangat berhubungan erat dengan
kualitas manusia. Bukankah manusia itu dianggap sebagai pemilik kekuasaan? Sayangnya,
kekuasaan ini seringkali membuat manusia bertindak serakah, sehingga kualitas lingkungan
laut menjadi rusak. Untuk itu, adanya kegiatan ekplorasi dan ekploitasi sumberdaya laut yang
tidak mempertimbangkan kehidupan generasi saat ini dan akan datang harus segera dihindari
sedini mungkin, bila tidak siap-siap kita didera derita ekosistem laut yang rusak
5. CARA MENCEGAH KERUSAKAN LAUT
Ada beberapa cara untuk mencegah kerusakan laut salah satunya dengan cara konsevasi
laut dan terumbu karang.
1. Konservasi laut
Sebagai dampak manusia pada peningkatan lingkungan laut, konservasi kelautan adalah
bidang yang berkembang. Konservasi laut adalah perlindungan spesies laut dan ekosistem di
laut dan di laut di seluruh dunia. Ini melibatkan perlindungan dan pemulihan spesies,
populasi dan habitat dan aktivitas manusia seperti penangkapan ikan yang berlebihan
mengurangi, perusakan habitat, polusi, penangkapan ikan paus dan isu-isu lain yang efek
kehidupan laut dan habitat.
a. Konservasi Laut Teknik
Pekerjaan konservasi laut dapat dilakukan dengan menegakkan dan menciptakan hukum,
seperti Endangered Species Act dan Kelautan Undang-Undang Perlindungan Mamalia. Hal
ini juga dapat dilakukan dengan membangun area perlindungan laut, mempelajari populasi
melalui melakukan penilaian saham dan mengurangi aktivitas manusia dengan tujuan
memulihkan populasi.
b. Isu Konservasi Laut
Isu-isu saat ini dan muncul dalam konservasi laut meliputi:
1. Pengasaman laut
2. Mengurangi bycatch dalam perikanan laut dan keterlibatan dalam peralatan memancing
3. Membangun area perlindungan laut
4. mengatur perburuan paus
5. Melindungi terumbu karang melalui mempelajari masalah pemutihan karang
6. Mengatasi masalah seluruh dunia spesies invasive
7. Berurusan dengan masalah finning hiu
2. Terumbu karang
a. Pengertian terumbu karang
Terumbu karang adalah salah satu komponen utama sumber daya pada laut pesisir dan
laut utama. Selain itu, terumbu karang juga merupakan kumpulan fauna laut yang menyatu
dan membentuk sebuah terumbu. Sementara kondisi strukturnya mayoritas terdiri atas
kalsium dan juga karbon. Berbagai jenis mikroorganisme yang hidup dan melayang pada
kolom perairan laut adalah penghidupannya. Bahkan kita juga mendengar bahwa keberadaan
struktur hidup terumbu karang adalah yang terbesar bahkan tertua di jagat dunia ini. Butuh
jutaan tahun untuk mengkondisikan terumbu karang seperti saat ini. Peranan strategis
terumbu karang bagi spesies makhluk hidup di laut adalah seperti rumah. Jika kemudian
rumahnya saja tidak dirawat bahkan dimusnahkan, bersiaplah akan datangnya kepunahan
makhluk hidup di dalamnya. Dalam skala yang lebih meluas, maka keseimbangan akan
terganggu dan ini adalah bencana dunia.
b. Fungsi terumbu karang
Ada beberapa fungsi penting keberadaan terumbu karang dalam menjaga
menyeimbangkan kondisi di lautan. Ada pun fungsi yang dimaksud adalah:
1. Pelindung Ekosistem di Pantai
Pada fungsi ini, terumbu karang berguna menahan dan memecah energi dari gelombang
sehingga mampu mencegah terjadinya abrasi air laut yang bisa mengakibatkan kerusakan di
sekelilingnya.
2. Penghasil Oksigen
Terumbu karang juga mempunyai kegunaan dalam hal memproduksi sumber oksigen.
Tidak berlebihan jika kemudian terumbu karang disebut-sebut sebagai habitat yang sangat
nyaman bagi ragam biota di lautan.
3. Tempat Berlindung
Terumbu karang adalah hunian hewan dan tanaman laut berkumpul mencari makanan,
berkembang biak dan membesarkan anaknya. Intinya terumbu karang adalah tempat
berlindung biota laut. Jika terumbu karang terawat, manusia bisa menikmati besarnya
potensial perikanan yang didapat sebagai makanan keseharian bahkan mata pencaharian.
Bahkan dikatakan, kondisi terumbu karang sehat mampu menghasilkan sebanyak 25 ton ikan
pada setiap tahunnya. Selain itu, fungsi terumbu karang bisa juga menjadi objek wisata yang
menarik karena ragam warna-warninya yang memukau, serta kandungan kimia pada terumbu
karang bisa berfungsi sebagai obat-obatan.
c. Kerusakan terumbu karang
Seiring dengan berjalannya waktu dan meningkatnya teknologi yang mengakibatkan
tingginya permintaan pada produksi laut, maka hal ini pelan-pelan merusak terumbu karang
lebih dan merusak lautan. Padahal sejak dahulu manusia yang hidup di pesisir pantai,
merasakan hubungan harmonis antara laut dan manusia. Jika kondisinya sudah rusak, maka
penyebab utamanya adalah ulah manusia itu sendiri. Adapun kegiatan yang bisa merusak
terumbu karang adalah sebagai berikut:
Kegiatan tangkap hasil laut berlebih (over-exploitation).
Penggunaan teknologi perusak; potassium cyanide, bom ikan, dan sebagainya.
Erosi dari daratan.
Polusi kegiatan industri.
Tidak tertatanya pertambangan di laut.
Tentu ini adalah tanggung jawab bersama yang dimotori oleh pemerintah. Sebab utama
atau akar permasalahan dari timbulnya perusakan ini tak lain adalah seputar kondisi
penduduk yang miskin, pemahaman minim akan tingkat konsumsi berlebihan bagi
keseimbangan sumber daya alam, lembaga dan penegakan hukum yang tidak maksimal, dan
rendahnya wawasan ekosistem. Hal lainya adalah gagalnya pemerintah dalam menangani
sistem perekonomian dan pengambilan kebijakan dalam hal pemeliharaan ekosistem bagi
kelangsungan laut yang tidak rusak.
d. Pemanfaatan sampah sebagai media rehabilitasi karang (Build Reef) dengan metode
transplatasi karang buatan
Permasalahan kependudukan di Indonesia yang saat ini masih belum dapat teratasi adalah
melimpahnya sampah yang tidak terkelola dengan baik, sehingga menyebabkan polusi di
mana-mana, mulai polusi udara, polusi tanah, hingga polusi air. Pemerintah dinilai belum
efektif menangani keberadaan sampah yang menumpuk terutama di tempat pembuangan
akhir (TPA). Sebaliknya, jumlah sampah terus bertambah setiap tahun hingga menjadi sebuah
pekerjaan rumah bagi pemerintah yang harus segera dicari pemecahannya. Sampah dapat
dimusnahkan atau bahkan dimanfaatkan untuk keperluan tertentu. Di sini akan dibahas
pemanfaatan sampah sebagai media rehabilitasi karang (Build Reef).

Indonesia sebagai negara maritim memiliki spesies biota laut yang beraneka ragam dan
sangat indah. Ironis sekali apabila keindahan tersebut sirna dikarenakan ulah penduduknya
yang tidak peduli akan kelestarian alam di sekitarnya. Sampah yang dibuang di sungai pada
akhirnya akan berkumpul di laut. Akibatnya, laut akan tercemar dan merusak ekosistem
alaminya. Rusaknya ekosistem akan menyebabkan berkurangnya keanekaragaman jenis biota
laut di dalamnya. Biota laut yang sangat penting dalam kelestarian ekosistem laut diantaranya
ialah terumbu karang. Kerusakan terumbu karang dapat terjadi sebagai akibat limbah
domestik, limbah industri, pembangunan dermaga, pengerukan alur pelayaran, bocoran
minyak dan penambangan minyak lepas pantai serta ceceran minyak dari kapal tanker.
Demikian juga dengan kegiatan di laut ada yang langsung dan tidak langsung merusak
terumbu karang. Kegiatan yang langsung merusak diantaranya pemotongan terumbu karang
untuk pembuatan alur pelayaran dan penambangan batu karang. Penambangan pasir,
pengumpulan karang dan kerang-kerangan untuk cindera mata juga langsung merusak
karang, dan kegiatan secara tidak langsung merusak karang dapat berbentuk limbah atau
buangan lain yang menganggu lingkungan terumbu karang. Pemerintah sebenamya telah
mengeluarkan undang-undang sebagai upaya pelestarian lingkungan, yaitu:
1. Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan;
2. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan;
4. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
5. Undang-Undang No.27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil;
6. Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
7. Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;
8. Peraturan Pemerintah RI No.15 Tahun 1990 tentang Usaha Perikanan;
9. Keputusan Presiden RI No.43 Tahun 1978 tanggal 15 Desember 1978 tentang Ratifikasi
CITIES.
Namun, agaknya undang-undang tersebut belum dapat mencegah kerusakan ekosistem
laut secara tuntas. Tanpa adanya kesadaran seluruh lapisan masyarakat beserta pemerintah,
permasalahan tersebut mustahil teatasi. Memperbaiki ekosistem terumbu karang bisa dengan
menempatkan suatu struktur buatan atau dikenal dengan transplantasi karang buatan. Di
banyak tempat, karang buatan telah diketahui sebagai suatu metode yang paling mudah
diterapkan untuk perbaikan ekosistem karang yang rusak dan meningkatkan produksi
perikanan serta mengembangkan potensi ekowisata. Buktinya adalah Kelompok Nelayan
Segara Gunung dari Buleleng, Bali mengakui bahwa pendapatan penduduk bertambah seiring
adanya program konservasi terumbu karang yang mulai dilakukan sejak 2004 silam.
Cara rehabilitasi karang dapat menggunakan struktur karang buatan atau dikenal dengan
sebutan rak. Rak ini biasanya terbuat dari beton dengan penambahan bambu pada struktur
rak. Bahan untuk pembuatan rak ini dapat diganti dengan bahan lain, misalnya sampah.
Sampah anorganik dapat dipakai untuk menggantikan beton dan sampah organik digunakan
pada struktur rak. Berat satu buah rak dapat mencapai 100 kg untuk proses fiksasi di lokasi
penumbuhan karang buatan tersebut.
Langkah selanjutnya adalah memilih koloni karang yang akan ditempelkan pada rak.
Koloni karang ditempelkan pada substrat mini sehingga koloni akan lengket pada struktur
rak. Keranjang berisi koloni karang akan ditaruh agak jauh dari rak untuk menghindari
kerusakan selama proses fiksasi sekaligus memperkuat struktur rak. Penempelan koloni
karang lunak pada struktur buatan bertujuan menarik ikan-ikan dan organisme lain untuk
memastikan pemulihan terumbu karang. Koloni karang lunak berasal dari petani lokal untuk
menjamin bahwa kegiatan Build Reef tidak akan membahayakan populasi karang alami.
Sampah dapat diperoleh dari TPA, bisa juga dengan cara menyaring sampah dari muara
sungai sebelum masuk ke laut. Cara ini akan membawa dua manfaat sekaligus, yaitu
mencegah pencemaran air dan memperoleh sampah sebagai bahan dengan mudah. Dengan
pemanfaatan sampah sebagai media rehabilitasi karang dengan metode transplantasi buatan
ini diharapkan dapat mengurangi pencemaran akibat sampah serta menjaga kelestarian alam,
khususnya laut.
6. SOLUSI
Ada beberapa solusi yang harus dilakukan salah satunya dengan Penggunaan Teknik dan
Peralatan Penangkapan Ikan yang merusak Lingkungan ditiadakan. Alat Pengumpul
Ikan Harus dibatasi baik jumlah maupun ukuran agar tidak terjadi tangkap lebih dan
mengganggu daur hidup. Dilarang keras menggunakan Bahan Peledak, Beracun, dan Pukat
Harimau yang bisa menyebabkan kerusakan laut dan yang terakhir adalah dengan membuat
terumbu karang baru agar ekosistem laut bisa secara perlahan kembali normal sebelum
terjadinya kerusakan laut.

DAFTAR PUSTAKA
http://akbar.blog.uns.ac.id/
http://bernadtalip.blogspot.com/2011/10/kerusakan-laut-karena-ulah-ulah-manusia.html
http://informasi-budidaya.blogspot.com/2012/03/kerugian-ekonomi-akibat-kerusakan-
laut.html
http://www.artikellingkunganhidup.com/apa-itu-konservasi-laut.html
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/02/penanggulangan-pencemaran-di-laut.html

Anda mungkin juga menyukai