Kelompok 2
Yunita Sari G44140070
Indria Nur Fitriani G44140083
Samuel Pieter G44140092
Aniva Rizkia Dewi G44154003
Dosen :
Prof. Dr. Dyah Iswantini Pradono, MSc. Agr
M Khotib, SSi, MSi
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
ABSTRAK
Teori
Kinetika reaksi saponifikasi meliputi, (a) Penentuan orde reaksi; (b) Penentuan
konstanta laju; (c) Penentuan energi aktivasi; (d) Penentuan faktor frekuensi atau faktor
(pra eksponensial) dengan memvariasikan parameter (factor) proses yang sesuai, yaitu
kelebihan presentase larutan kaustik, suhu, dan kecepatan pengadukan. Penelitian ini
bertujuan menghasilkan presisi data konsentrasi - waktu dari operasi reaktor yang diaduk
terus menerus dan titrasi volumetrik pada spesies reaksi.
Pemodelan dan persamaan laju
rA = - dCA/dt = k CA CB (1)
Konversi fraksional sebagai berikut xA = (CAo CA)/CAo
Diferensiasi yang didapatkan -dCA/dt = CAo dxA /dt (2)
Menghubungkan CA dan CB dengan XA , didapatkan CA = CAo(1-xA) (3)
dan CB = CBo 3(CAo CA) (4)
Membagi persamaan dengan CAo, didapatkan CB/CAo = CBo/CAo 3 (CAo CA) / CAo
dan CB = CBo 3 xA CAo (5)
Substitusi persamaan (2), (3) dan (5) pada persamaan (1), hasil :
CAo dxA /dt = k CAo (1 xA) ( CBo 3 xA CAo)
Membagi dengan CAo yang mengarah ke dxA /dt = k (1-xA)(CBo 3 xA CAo) (6)
Memisahkan variabel, hasil: dxA / (1-xA)(CBo 3 xA CAo) = k dt (7)
Mengintegrasikan dengan kondisi batas xA = 0, at t = 0 to xA = xA at t = t results in
Substitusi persamaan (12) dan (13) pada persamaan (9) dan didaptakan
1 / (CBo-3CAo) [ ln{(CBo-3xA CAo)/(1-xA)} ] = kt (14)
Bab II
Metode
Labu reaktor tiga leher memiliki pengadukan dan pengatur pemanas serta
pengambilan sampel dari suntikan kaca dengan ujung jarum yang dipanjangkan dengan
tabung karet neoprene untuk menarik sampel dari fase yang berbeda.
Berat dari lanolin dan larutan kaustik memiliki kekuatan ketika direaksikan pada pengaduk
dan dipanaskan pada kaca rakitan reaktor yang digunakan untuk mengoperasikan reaktor
pada suhu konstan. Sebelum memulai reaksi konsentrasi CAo dan CBo diperkirakan.
Penambahan kaustik harus lambat sebab reaksi yang cenderung berbuih. Sampel diambil
pada interval yang telah ditentukan sebelumnya untuk analisis menggunakan titrasi
volumetrik sesuai metode AOCS.
Bab III
Hasil dan Pembahasan
Gambar 2 menunjukkan data konsentrasi terhadap waktu dengan kemiringan pada kurva
didapatkan konstanta laju reaksi k = 0.0164 mol/L menit pada suhu 100C. Data
menggambarkan penurunan pada luas kemiringan untuk titik-titik yang artinya saat reaksi
berlangsung terjadi penurunan laju reaksi dengan penurunan konsentrasi.
Tabel 1 Data kinetik pada saponifikasi
Time,tmin CA(mol/lit) XA CB(mol/lit) ln(CA) ln(CB) -dCA/dt -dCB/dt -ln -ln
dCA/dt dCB/dt
0.0 0.312 0.000 2.844 -1.165 1.045 0 0
10 0.148 0.525 2.153 -1.911 0.767 0.01639 0.0691 -4.1111 -2.6722
20 0.079 0.747 2.145 -2.538 0.763 0.01165 0.0350 -4.4524 -3.3524
30 0.058 0.815 2.081 -2.847 0.733 0.00846 0.0254 -4.7724 -3.6730
35 0.047 0.849 2.050 -3.058 0.718 0.00757 0.0227 -4.8836 -3.7854
40 0.026 0.917 1.986 -3.650 0.686 0.00715 0.0215 -4.9406 -3.8397
Pengaruh suhu pada konstanta laju reaksi dapat dilihat pada Gambar 3. Logaritma natural
pada k berbanding terbalik terhadap suhu absolut. Gambar tersebut menunjukkan linieritas,
hubungan antara ln k dan 1 / T untuk plot Arrhenius.
ln k = - (Ea/Rg)(1/T) + ln A
dengan kemiringan yaitu -(Ea / Rg) mewakili nilai negatif energi aktivasi dibagi dengan
tetapann tetapan hukum gas ideal. Nilai intersep (ln A) untuk faktor frekuensi. Nilai nilai
energi aktivasi dan faktor frekuensi didapatkan dari,
Nilai energi aktivasi terendah menunjukkan bahwa reaksi saponifikasi terjadi secara cepat
pada suhu kisaran 85C-150C, dan pembatas energi yang dibutuhkan oleh molekul untuk
bercampur dan saling bertumbukkan sehingga reaksi terjadi dan menghasilkan produk.
Tabel 2 Ketergantungan suhu terhadap konstanta laju reaksi spesifik
Temp, C Temp, K 1/T (K) Reaksi spesifik konstanta laju k, ln( k)
mol/(lit.min)
80 353 0.00281 0.00396 -5.5315
90 363 0.00277 0.0080 -4.8271
100 373 0.00270 0.0164 -4.1105
110 383 0.00268 0.0429 -3.1489
120 393 0.00260 0.1004 -2.2986
150 423 0.00236 -
Pentingnya menambahkan kelebihan larutan kaustik dapat dilihat pada Gambar 5 dengan
memplotkan ln (-dCA / dt), dan ln (-dCB / dt) terhadap CA, dan CB. Plot ini menghasilkan
orde reaksi saponifikasi pada lanolin nA = 1,42 dan untuk soda kaustik nB = 1,04 sehingga
orde reaksi total saponifikasi N = nA + nB = 1,42 + 1,04 = 2,46.
SIMPULAN
Appleton HA. 2007. The Handbook of Soap Manufacture. London (USA): Scott
Greenwood & Son.
Frost A A, Schwemer WC. 1952. The kinetics of competitive consecutive second order
reactions - the saponification of ethyl adipate and of ethyl succinate. Journal of
American Chemical Society. 74:1268-1273
Garu MG, Nougues JM, Puigjaner L. 2002. Comparative study of two chemical reactions
with different behavior in laboratory 2 liters batch and semi-batch reactors. Chemical
Engineering Journal. 88: 225-232.
Ma JJ, Ma LY, Zhang ZQ, Wang YQ, Zhang H, Duan QF.2014. Study and modeling on
saponification dynamics of the mixture of insect wax and oil tea camellia seed oil.
Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. 6(4): 568-574
Newberger MR, Kadlec RH. 1973. Kinetics of the saponification of diethyl adipate.
American Institute of Chemical Engineers Journal. 19(5):1272-1275.
Patil TA. 2016. Saponification of Lanolin for Cosmetic Applications. International Journal
of Advanced Scientific and Technical Research. 6 (1): 495-503. ISSN 2249-9954
Raghad, Fareed, Kassim, Almilly. 2014. Kinetics of the Saponification of Mixed Fats
Consisting of Olein and Stearin. Journal of Engineering. 20: 144159.
Vincente G, Martinez M, Aracil J. 2006. Kinetics of Brassica Carinata Oil Methanolysis.
Energy Fuels. 20(4):1722-1726
Vogel AI. 1961. Quantitative Inorganc Analysis 3rd Ed. London(USA):Longmans.