Kontaminan
Abdi Jepri Bangun, Ina Widia, Erma Febriani, Tyara Hardini, Sarah
Muthiah, Nuzaha Baqiyatus S.A., Iflakhatul Ulfa
ABSTRAK
Pada praktikum ini dilakukan uji bilangan peroksida terhadap sampel minyak.
Metode yang digunakan dalam pengujian adalah titrasi iodometri. Titran yang
digunakan adalah larutan natrium tiosulfat 0,1 N yang sebelumnya telah dibakukan
dengan larutan kalium dikromat. Prinsip metode ini adalah mengukur kelebihan
iod yang dibebaskan dari kalium iodida melalui reaksi oksidasi peroksida di dalam
suhu ruang dalam medium asam asetat glasial dan kloroform (60% : 40%). Titik
akhir titrasi ditandai dengan hilangnya warna biru ketika larutan yang dititrasi
digoreskan pada indikator amilum 1% dimana warna larutan kembali menjadi
bening. Dengan prosedur yang sama, lakukan penetapan terhadap blanko. Setelah
dihitung dengan rumus yang tersedia, bilangan peroksida dalam sampel minyak
adalah sebesar 193,386 meq/kg. Hal ini membuktikan bahwa kualitas sampel
minyak kurang baik karena sangat melebihi batas yaitu 5 meq/kg. Hasil ini
dianggap wajar karena sampel yang digunakan adalah minyak yang sudah dipakai
berulang.
Kata kunci : bilangan peroksida, minyak, titrasi iodometri, natrium tiosulfat,
kalium iodida, indikator amilum, asam asetat glasial, kloroform.
ABSTRACT
In this lab test peroxide value of the oil sample. The method used in the assay
iodometric titration. Titrant used is sodium thiosulfate solution 0,1 N previously
standardized with potassium dichromate. The principle of this method is to
measure the excess iodine released from potassium iodide by the reaction of
peroxide oxidation at room temperature in the medium of glacial acetic acid and
chloroform (60%: 40%). Endpoint is characterized by loss of blue when titrated
solution streaking starch indicator 1% of where the color of the solution again
became clear. With the same procedure, perform the determination of the blank.
Having calculated with the formula provided, peroxide value in a sample of oil
amounted to 193.386 meq / kg. This proves that the quality of the oil sample is less
good because it exceeds the limit, which is 5 meq / kg. These results are
considered reasonable because the sample used is oil that has been used repeatedly.
Keywords: peroxide value, oil, iodometric titration, sodium thiosulfate, potassium
iodide, starch indicator, glacial acetic acid, chloroform.
PENDAHULUAN akan tetapi asam lemak tidak jenuh
Minyak goreng berfungsi sangat mudah terserang oksidasi.
sebagai pengantar panas, penambah Dimana lemak tidak dapat meleleh
rasa gurih dan penambah kalori pada satu titik suhu, akan tetapi lemak
bahan pangan. Mutu minyak goreng akan menjadi lunak pada suatu
ditentukan oleh titik asapnya, yaitu interval suhu tertentu. Hal ini
suhu pemanasan minyak sampai disebabkan karena pada umumnya
terbentuk akrolein yang tidak lemak merupakan campuran gliserida
diinginkan dan dapat menimbulkan dan masing-masing gliserida
rasa gatal pada tenggorokan. Hidrasi mempunyai titik cair sendiri-sendiri
gliserol akan membentuk aldehida (Tranggono & Setiaji, 1989).
tidak jenuh atau akrolein tersebut. Kerusakan minyak akan
Makin tinggi titik asap makin baik mempengaruhi mutu dan nilai gizi
mutu minyak goreng tersebut. Titik bahan pangan yang digoreng. Minyak
asap suatu minyak goreng tergantung yang rusak akibat proses oksidasi dan
dari kadar gliserol bebas. Lemak polimerisasi akan menghasilkan bahan
yang telah digunakan untuk dengan rupa yang kurang menarik dan
menggoreng titik asapnya akan cita rasa yang tidak enak, serta
turun, karena telah terjadi hidrolisis kerusakan sebagian vitamin dan asam
lemak (Winarno, 1997). lemak esensial yang terdapat dalam
Minyak atau lemak bersifat minyak. Oksidasi minyak akan
tidak larut dalam semua pelarut menghasilkan senyawa aldehida,
berair, tetapi larut dalam pelarut keton, hidrokarbon, alkohol, lakton
organik seperti misalnya : petroleum serta senyawa aromatis yang
eter, dietil eter, alkohol panas, mempunyai bau tengik dan rasa getir.
khloroform dan bensena. Dimana Sedangkan pembentukan senyawa
asam lemak rantai pendek sampai polimer selama proses menggoreng
panjang rantai atom karbon sebanyak terjadi karena reaksi polimerisasi adisi
delapan bersifat larut dalam air. dari asam lemak tidak jenuh. Hal ini
Makin panjang rantai sehingga akan terbukti dengan terbentuknya bahan
terbentuk gugus karboksil yang tidak menyerupai gum yang mengendap di
bermuatan. Kemudian dilakukan dasar tempat penggorengan (Ketaren,
ekstraksi menggunakan pelarut non- 1986).
polar seperti petroleum. Asam lemak Bilangan peroksida adalah
jenuh sangat stabil terhadap oksidasi, nilai terpenting untuk menentukan
derajat kerusakan pada lemak dan tersebut dapat diamati dengan
minyak. Asam lemak tidak jenuh beberapa cara, salah satunya dengan
dapat mengikat oksigen pada ikatan mengamati jumlah senyawaan hasil
rangkapnya sehingga membentuk penguraian senyawaan peroksida
peroksida. Peroksida dapat (asam asam, alkohol, ester, aldehid,
ditentukan dengan metode iodometri. keton, dan sebagainya). Uji peroksida
Cara yang sering digunakan untuk ini pada dasarnya mengukur kadar
menentukan bilangan peroksida, senyawaan peroksida yang terbentuk
berdasarkan pada reaksi antara alkali selama proses oksidasi. Cara ini biasa
iodida dalam larutan asam dengan diterapkan untuk menilai mutu minyak
ikatan peroksida. Iod yang tetapi cara ini sangat sulit diterapkan
dibebaskan pada reaksi ini kemudian untuk jenis makanan yang berkadar
dititrasi dengan natrium tiosilfat. lemak rendah (Syarief & Hariyadi,
Penentuan peroksida ini kurang baik 1993).
dengan cara iodometri biasa
meskipun bereaksi sempurna dengan METODE PENELITIAN
alkali iod. Hal ini disebabkan karena
Alat yang digunakan untuk praktikum
peroksida jenis lainnya hanya
ini adalah Beaker glass, buret,
bereaksi sebagian. Di samping itu
erlenmeyer, klem, neraca analitik,
dapat terjadi kesalahan yang
pipet tetes, statif
disebabkan oleh reaksi antara alkali
iodida dengan oksigen dari udara Bahan yang digunakan untuk
(Ketaren, 1986). praktikum ini adalah Aquadest,
Jenis minyak yang mudah hidrogen peroksida, larutan kanji 1%,
teroksidasi adalah jenis minyak yang pelarut (60% asam asetat glasial dan
tidak jenuh. Semakin tidak jenuh 40% kloroform), potassium iodide
asam lemaknya akan semakin cepat jenuh, sodium tiosulfat.
teroksidasi. Selain itu, faktor
faktor seperti suhu, adanya logam Pembuatan blanko
Dibuat KIO3 0,1 N dalam 100 ml. dalam ruangan gelap dengan tetap
A Pembakuan Na2S2O3
No Perlakuan Hasil Gambar
.
1. KIO 3 KIO 3
Ditimbang 0,3567 gr
2. Na 2 S2 O3 dimasukkan ke Na 2 S2 O3
50 mL
dalam buret 50 mL
3. KIO 3 10 mL dimasukkan Warna biru menjadi
bening
ke dalam erlenmeyer dan
ditambahkan KI 0,5 mL dan
kanji 3 tetes
4. Dititrasi dan amati Terjadi perubahan
perubahan warna warna
5. Ditentukan nilai normalitas 0,167 N
Na 2 S2 O3
Perhitungan
1 Pembakuan natrium tiosulfat
N1V1 = N2V2
0,1.10 = N2.6
N2 = 0,167 N
gr 1000
0,1=
35,67 100
Gr = 0,3567 gr/100ml
3 Rata-rata volume sampel
V1= 0,25 ml
V2= 0,22 ml
V3= 0,22 ml
( 0,25+ 0,22+0,22 ) ml 0,67 ml
Ratarata volume sam pel= = =0,22 ml
3 3
1000
Bilangan peroksida ( M eq )= A N
5 G
1000
( 60,21 ) ml 0,167 N =193,386 meq/kg
5
karbon
dari asam lemak tidak jenuh menyerap iod.
ketengikan minyak.
Dari hasil percobaan diperoleh volume
Semakin besar bilangan
Na2S2O3 yang diperlukan dalam titrasi ini
peroksida berarti semakin banyak
sebanyak 0,21 mL,untuk titrasi yang pertama
peroksida yang terdapat pada
yaiutu sebanyak 0,25 mL,kedua sebanyak 0,2
minyak. Pada sampel minyak yang
mL dan yang ketiga sebanyak 0,2 mL.
digunakan terdapat banyak bilangan dengan rantai karbon yang lebih pendek
peroksida yaitu sebesar 193,386 meq/1000 sehingga dapat mengambil hidrogen dari
gram. hal ini berarti pada minyak tersebut molekul tak jenuh lain menghasilkan
terjadi reaksi dengan oksigen pada ikat an peroksida dan radikal bebas yang baru. Hal
rangkap dan terjadi reaksi berantai yang ini dipercepat oleh radiasi energi tinggi,
terus menerus menyediakan radikal bebas energi panas, katalis logam, atau enzim.
yang menghasi lkan peroksida lebih Senyawa dengan rantai C lebih pendek ini
lanjut. adalah asam-asam lemak, aldehid-aldehid,
Berdasarkan perhitungan dan keton yang bersifat volatil dan
tersebut, dapat dinyatakan bahwa minyak menimbulkan bau tengik pada lemak.
bekas tidak sesuai standar SNI-3741- Pada suhu yang terlalu tinggi dan
2013 tentang standar mutu minyak goreng dilakukan secara berulang-ulang, ikatan
karena nilai bilangan peroksida dan angka gliserin dapat pecah sehingga lepasnya dua
asam pada minyak goreng bekas molekul air dan membentuk senyawa
penggorengan jajanan pasar tersebut akrolein. Senyawa akrolein bersifat volatil
melebihi nilai maksimal bilangan dan membentuk asap yang dapat
peroksida 10 meq/kg dan asam lemak mengiritasi mata. Pembentukan
bebas maksimal 0,3 % seperti yang telah senyawa ini menyebabkan warna
tertulis dalam SNI - 3741- 2013. gelap.
Peroksida terbentuk pada tahap
inisiasi oksidasi. Menurut, sebuah atom SIMPULAN
hidrogen yang terikat pada suatu atom Hasil analisisis bilangan
karbon yang peroksida sample minyak goring
letaknya di sebelah atom karbon lain yang FILMA yang telah mengalami
mempunyai ikatan rangkap dapat disingkirkan penggorengan 3 kali dengan metode
oleh suatu kuantum energi sehingga membentuk titrasi redoks adalah 193,386
radikal bebas. meq/1000 gram. Hal tersebut
Pada tahap inisiasi oksidasi ini hidrogen menunjukkan bahwa kadar angka
diambil dari senyawa asam lemak tidak jenuh peroksida dalam sampel minyak
menghasikan radikal bebas. Molekul-molekul sangatlah tinggi yang melebihi batas
minyak yang mengandung radikal bebas SNI - 3741- 2013.
mengalami oksidasi. Kemudian radikal ini
bereaksi dengan oksigen membentuk radikal DAFTAR PUSTAKA
peroksi (peroksida aktif), yang selanjutnya dapat Ketaren, S. 1986. Pengantar
membentuk hidroperoksida bersifat sangat tidak Teknologi Minyak Dan Lemak
stabil dan mudah pecah menjadi senyawa
Pangan. Jakarta : Penerbit Tranggono dan Setiaji, B. 1989.
Universitas Indonesia Biokimia Pangan. Yogyakarta :
Syarief R. dan Hariyadi. 1993. Teknologi Pusat Antar Universitas pangan
Bahan Makanan. Jakarta : Gizi UGM.
Mediyatama Sarana Perkasa. Winarno, F.G . 1997. Kimia Pangan
dan Gizi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.