Anda di halaman 1dari 2

FATIN MENCARI TERAPI

Berawal dari kondisi ibunya Fatin yang sakit. Ayahnya Fatin dan Fatin berbeda
pendapat dalam penanganan penyakit ibunya Fatin. Ayah Fatin lebih memilih ke tabib
Ani yang tersohor. Sedangkan Fatin lebih memilih ke rumah sakit untuk menjalani
kemoterapi. Namun, Fatin yang bersikeras agar ibunya menjalani kemoterapi, mencari
informasi tentang klinik tersebut dan menemukan pro kontra dokter tentang terapi
mujarab yang diiklankan oleh klinik itu.
Dari skenario tersebut, kami menyimpulkan bahwa antara dokter dengan tabib
masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Ayah Fatin lebih memilih ke tabib
karena faktor budaya dan kepopuleran tabib tersebut. Sedangkan Fatin lebih memilih ke
dokter karena faktor pendidikan. Dari segi medis, dokter lebih mempunyai peralatan
yang bisa menunjang terapi ibunya, dokter juga lebih terpercaya dan konkret. Namun,
masa penyembuhannya lama dan biaya lebih mahal. Di samping itu, tabib mempunyai
pengalaman yang lebih banyak dalam penyembuhan alternatif. Dari segi ekonomi, tabib
juga lebih murah dibandingkan dokter. Akan tetapi, tabib menggunakan metode yang
tidak dapat dijelaskan secara ilmiah dan tidak mempunyai bukti konkret. Apabila terjadi
salah penanganan yang dilakukan oleh tabib, maka bisa jadi kondisi ibunya Fatin akan
semakin memburuk atau bahkan meninggal dunia. Tabib sendiri tidak bisa disalahkan
karena tidak ada bukti dan lisensi yang jelas. Sedangkan dokter lebih mengggunakan
metode yang berkembang sesuai kemajuan zaman. Jadi, dokter menyembuhkan pasien
sesuai perkembangan ilmu kedokteran.
Dari perbedaan pendapat antara Fatin dengan ayahnya, membuat Fatin menjadi
berpikir kritis dan tidak gegabah, maka dari itu Fatin membuat rumusan masalah yang
jelas, angka statistika, penelitian, dan mencari jurnal yang memiliki Impact Factor yang
tercantum dalam indeks scopus seperti jurnal di Pubmed dan Cochrane bukan artikel
kesehatan di buletin. Fatin juga membuat pertanyaan kritis dan melakukan analisis serta
sintesis sebelum mempercayainya seperti yang dilakukan di tutorial Problem Based
Learning.
Dari cara berpikir Fatin, kami mendapatkan pengertian tentang indeks scopus,
Impact Factor, angka statistika, berpikir kritis, dan rumusan masalah yang jelas dari
bukti ilmiah. Kami mengartikan indeks scopus sebagai database jurnal yang berisikan
abstrak dari berbagai disiplin ilmu dan telah terakreditasi secara internasional. Selain
itu, kita juga mendapatkan pengertian Impact Factor sebagai angka yang
menggambarkan rerata jumlah kutipan dari suatu artikel (dalam kurung waktu 2 tahun),
semakin tinggi Impact Factor, jurnal akan lebih valid. Pengertian berpikir kritis juga
kami dapatkan yaitu kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan
mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik simpulan, evaluasi
argumen, dan memecahkan masalah. Selain itu, pengertian angka statistika juga kita
dapatkan yaitu sekumpulan angka baik yang sudah tersusun atau belum dalam suatu
grafik untuk menerangkan sesuatu. Rumusan masalah yang kami dapat yaitu masalah
yang harus feasible, jelas, signifikan, etis, dan dirumuskan dalam kalimat pertanyaan
yang dikaitkan variabel penelitian.
Dari simpulan di atas, kami dapat mengetahui tentang perbedaan tabib dan
dokter. Selain itu, kami mendapatkan pelajaran tentang cara berpikir kritis yang harus
kami terapkan dalam kehidupan. Di skenario pertama ini, kami juga dapat belajar
bagaimana seharusnya cara berpikir dokter yang baik.

Anda mungkin juga menyukai