Anda di halaman 1dari 13

FIQIH SIYASAH & MUAMALAH

MENGINFAKAN HARTA

lOGO

DI SUSUN OLEH :

ZAMRATUL TAUFIK

JURUSAN : PENDIDIKAN IPS

SEMESTER : I C

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

ANGKATAN 2009/2010
Kata Pengantar

Assalammualaikum. Wr. Wb.

Segala puji kehadirat Allah swt serta shalawat dan salam kami limpahkan
kepada Nabi Muhammad saw yang telah memberi kita akal yang sempurna. Dan
memberi kami kesehatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam makalah ini kami membahas tentang Harta dan Permasalahannya.


Yang meliputi pengertian harta tersebut, bagaimana harta diperoleh, pembagian
harta sampai kepada fungsi harta tersebut. Harta merupakan segala sesuatu yang
dapat disimpan untuk digunakan ketika dibutuhkan. Dan yang lainnya telah kami
rangkum dalam makalah ini. Untuk kami berharap semoga pembaca dapat
mengambil manfaat dari makalah ini.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih banyak untuk guru pembimbing kami
dan teman teman yang telah memberi dukungan dan kerja samanya. Kami juga
mohon maaf bila terdapat kesalahan dalam makalah ini.Dan kami juga berharap
teman teman dan pembaca dapat memberikan kritik dan saran dalam makalah
ini.

Wassalammualaikum. Wr. Wb.

Bukittinggi, 19 Mei 2017

Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar.........................................................................................................

Bab I Tentang Harta..............................................................................................

I.I. Pengertian Harta.................................................................................................

I.2. Unsur Unsur Harta.........................................................................................

I.3. Keutamaan Menginfakan Harta....................................................................

I.4. Fungsi Harta.....................................................................................................

Bab II Cara Memperoleh Harta..............................................................................

Bab III Pembagian Harta........................................................................................

Kesimpulan............................................................................................................

Daftar Pustaka.......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.
Di dalam ajaran Islam, ada dua tata hubungan yang harus dipelihara oleh
para pemeluknya. Keduanya disebut dengan dua kalimat : hablum minallah wa
hablum minan nas (Q.s. 3 :112). Terjemahan harfiahnya adalah tali manusia.
Hubungan itu dilambangkan dengan tali, karena ia menunjukkan ikatan atau
hubungan antara manusia dengan Tuhan dan anatar manusia dengan manusia.

Kedua hubungan itu harus berjalan secara serentak dan simultan. Kalau
dilukiskan, garis ke atas (vertikal) menunjukkan hubungan manusia yang bersifat
langsung dan tetap dengan Tuhan. Garis mendatar, horizontal, menunjukkan
hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, lingkungan dan
dirinya sendiri, selama ia hidup di dunia ini. Yang dituju adalah keselarasan dan
kemantapan hubungan dengan Allah dan dengan sesame manusia, termasuk
dirinya sendiri dan lingkungannya. Inilah aqiqah dan ini pulalah wasilah (jalan)
yang dibentangkan oleh ajaran Islambagi manusia, terutama manusia yang
memeluk ajaran agama itu.

Salah satu lembaga yang dianjurkan oleh ajaran Islam untuk dipergunakan
oleh seseorang sebagai sarana penyaluran rezeki atau menginfakkan hartanya
yang diberikan oleh Tuhan kepadanya adalah wakaf. Ada tiga sumber
pengetahuan yang harus dikaji untuk memahami lembaga itu, yaitu ajaran Islam
yang bersumber dari al-Quran dan al-Hadits serta Ijtihad para mujtahid, peraturan
perundang-undangan, baik yang dikeluarkan oleh Pemerintah Belanda dahulu
maupun yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia, wakaf yang tumbuh dalam
masyarakat.
2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Infaq dan Harta?


2. Unsur-unsur harta
3. Apa keutamaan menginfakkan harta?
4. Hukum Yang Terkait Dengan Menginfakkan atau sedekah?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Infak dan Harta
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta)
untuk kepentingan sesuatu. Menurut terminologi syariat infaq berarti
mengeluarkan sebagian harta atau pendapatan/ penghasilan untuk suatu
kepentingan yang diperintahkan ialam. Jika zakat ada nishab. Infaq dikeluarkan
setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah,
apakah ia disaat lapang maupun sempit (QS.3:134). Jika zakat harus diberikan
kepada mustahik tertentu (8 asnaf), maka infaq boleh diberikan kepada siapapun.
Misalnya untuk kedua orang tua, anak yatim, dan sebagainya (QS.2:215).
Infaq adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang setiap kali ia
memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendakinya. Allah memberi kebebasan
kepada pemiliknya untuk menentukan jenis harta, berapa jumlah yang sebaiknya
diserahkan. Terkait dengan infaq ini rasulullah bersabda dalam hadis yang
diriwayatkan Bukhari dan Muslim ada malaikat yang senantiasa berdoa setiap
pagi dan sore: ya allah berilah orang yang berinfaq, gantinya. Dan berkata yang
lain : ya allah jadikanlah orang yang menahan infaq, kehancuran.(HR.Bukhari)
Sedangkan Harta dalam bahasa arab disebut al mal yang berasal dari kata
maala, yamiilu, mailan yang berarti condong , cenderung , dan miring. Sedangkan
harta (al mal) menurut istilah imam hanafiyah ialah:

Sesuatu yang digandrungi tabiat manusia dan memungkinkan untuk
disimpan hingga dibutuhkan
Menurut hanafiyah, harta musti disimpan sehingga sesuatu yang tidak
dapat disimpan tidak disebut harta. Menurut Hanafiyah manfaat tidak termasuk
harta, tetapi manfaat termasuk milik, Hanafiyah membedakan harta dengan
milik,yaitu:
Milik adalah sesuatu yang dapat digunakan secara khusus dan tidak
dicampuri penggunaanya oleh orang lain.
Harta adalah segala sesuatu yang dapat disimpan untuk digunakan
ketika dibutuhkan. Menurut hanafiyah yang dimaksud harta hanyalah sesuatu
yang berwujud (ayan).
Menurut sebagian ulama, yang dimaksud dengan hata ialah :
Sesuatu yang diinginkan manusia berdasarkan tabiatnya, baik manusia itu
akan memberikannya atau akan menyimpannya.
Sementara menurut T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, yang dimaksud
dengan harta ialah :
1. Nama selain manusia yang diciptakan allah untuk mencukupi kebutuhan
hidup manusia, dapat dipelihara pada suatu tempat, dan dikelola (tasharruf)
dengan jalan ikhtiar.
2. Sesuatu yang dapat dimiliki oleh setiap manusia, baik oleh seluruh manusia
maupun oleh sebagin manusia
3. Sesuatu yang sah untuk diperjualbelikan
4. Sesuatu yang dapat dimiliki dan mempunyai nilai(harga)
5. Sesuatu yang berwujud, Sesutu yang tidak berwujud meskipun dapat
diambil manfaatnya tidak termasuk harta,
6. Sesuatu yang dapat disimpan dalam waktu yang lama atau sebentar dan
dapat diambil manfaatnya ketika dibutuhkan.

B. Unsur-unsur Harta
Menurut para fuqaha harta bersendi pada dua unsur, yaitu unsur
aniyah dan unsur urf. Unsur aniyah ialah bahwa harta itu ada wujudnya dalam
kenyataan (ayan).
Unsur urf ialah segala sesuatu yang dipandang harta oleh seluruh manusia
atau sebagian manusia, tidaklah manusia memelihara sesuatu kecuali
menginginkan manfaatnya, baik manfaat madiyah maupun manfaat manawiyah.

C. Keutamaan Menginfakan Harta

Di dalam kalam suci Illahi dan di dalam sabda-sabda Rasul-Nya yang


terpercaya terdapat dorongan dan keutamaan menginfakkan harta. Dorongan dan
pembicaraan tentang masalah tersebut sedemikian banyaknya hingga tak terbatas.
Dengan memperhatikan masalah tersebut, diketahuilah bahwa harta bukanlah
untuk disimpan, tetapi diciptakan untuk diinfakkan di jalan Allah SWT. Karena
sedemikian banyaknya penjelasan tentang masalah ini, sehingga mengumpulkan
sepersepuluh atau bahkan seperduapuluhnya saja sulit. Sebagai contoh,
sebagaimana yang biasa dilakukan oleh Maulana Zakariyya, dalam risalah ini
akan dikemukakan beberapa ayat Al Quran dan hadits beserta penjelasannya.
Ayat ke-1

Artinya : (Kitab ini, Al Quran) adalah petunjuk bagi orang yang takut kepada
Allah.(Yaitu)mereka yang beriman kepada yang ghoib dan menegakkan sholat,
dan menafkahkan sebagian rezeqi yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan
mereka yang beriman kepada kitab ( Al Quran ) yang telah diturunkan kepadamu,
dan kitab-kitab yang diturunkan sebelum kamu, dan mereka yakin akan adanya
( kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang berada di atas jalan yang benar dari
Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.( QS Al Baqarah 2- 5
)
Dalam ayat di atas, terdapat beberapa masalah yang perlu direnungkan:
1. Petunjuk bagi orang yang takut kepada Allah SWT. Maksudnya adalah, orang-
orang yang tidak takut kepada Maalik ( Yang Maha Merajai seluruh alam ),
tidak menganggapnya sebagai Maalik, dan tidak mengetahui penciptanya, tentu
tidak akan dapat melihat jalan-jalan kebenaran yang ditunjukkan oleh Al
Quran. Jalan tersebut hanya akan dapat dilihat oleh orang yang melihat,
sedangkan orang yang tidak memiliki mata sebagai perantara untuk melihat,
tentu tidak akan melihat apa-apa. Begitu juga bagi orang yang dalam hatinya
tidak mempunyai perasaan takut kepada Maalik, ia tentu tidak akan
menghiraukan perintah Maalik.
2. Menegakkan sholat. Maksudnya adalah, hendaknya kita mengerjakan shalat
dengan tertib, penuh perhatian dan menjaga adab-adab dan syarat rukunnya.
Adapaun mengenai masalah shalat ini, perincian dan penjelasannya sudah
dibicarakan di dalam Fadhilah Shalat. Di dalamnya dikutip perkataan Ibnu
Abbas r.a., bahwa yang dimaksud dengan menegakkan shalat adalah
mengerjakan ruku dan sujud dengan benar, konsentrasi/ tawajjuh dan khusyu.
Qatadah rah.a. berkata bahwa arti menegakkan shalat adalah dengan menjaga
waktu-waktunya, berwudhu dengan sempurna dan ruku serta sujud dikerjakan
dengan benar.
3. Mencapai Falaah ( keberuntungan ) adalah sesuatu yang sangat tinggi. Makna
Falaah adalah meliputi kebahagiaan dan kejayaan agama maupun dunia. Imam
Raghib rah.a. menulis bahwa kejayaan dunia adalah tercapainya berbagai
kebaikan sehingga menjadikan kehidupan dunia menjadi baik, yaitu berupa
kekayaan dan kemuliaan.

Perumpamaan yang diberikan Allah menyangkut pelipatgandaan pahala bagi


orang yang berinfak di jalan Allah untuk mencari keridhaan-Nya; bahwa kebaikan
itu dilipatgandakan mulai dari sepuluh kali hingga 700 kali lipat.Maka Allah
berfirman, Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan
Allah yakni dalam rangka ketaatan kepada Allah, seperti berinfak untuk jihad,
misalnya untuk pengadaan kavaleri, perlengkapan senjata dan semacamnya.Dari
Ibnu Abbas dikatakan, Dirham yang diinfakkan dalam jihad dan haji akan
dilipatgandakan hingga 700 kali lipat.Oleh karena itu, Allah berfirman, Adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir;
seratus biji. Perumpamaan lebih menarik daripada hanya dengan menyebutkan
700 kali lipat, karena perumpamaan itu mengandung isyarat bahwa pahala amal
saleh itu dikembangkan oleh Allah Azza wa Jalla bagi pelakunya, seperti
berkembangbiaknya biji tanam di tanah yang subur. Sunnah juga menyebutkan
ihwal pelipatgandaan kebaikan hingga 700 kali.

D. Hukum Yang Terkait Dengan Menginfakkan atau Sedekah

Pada dasarnya sedekah dapat diberikan kepada dan dimana saja tanpa terikat
oleh waktu dan tempat. Namun ada waktu dan tempat tertentu yang lebih
diutamakan yaitu lebih dianjurkan pada bulan Ramadhan. Dijelaskan pula dalam
kitab Kifayat al-Akhyar, sedekah sangat dianjurkan ketika sedang menghadapi
perkara penting, sakit atau berpergian, berada dikota Mekkah dan Madinah,
peperangan, haji, dan pada waktu-waktu yang utama seperti sepuluh hari di bulan
Dzulhijah, dan hari raya.

Menginfakkan harta atau sedekah juga dapat diberikan kepada siapa saja
yang membutuhkan, namun ada beberapa kelompok orang yang lebih utama yaitu
kepada family yang paling memusuhi, family yang jauh hendaklah didahulukan
dari tetangga yang bukan family. Karena selain sedekah, pemberian itu akan
saling mempererat hubungan silaturahmi. Selain itu dalam menggunakan cara kita
juga harus memilih cara yang lebih baik dalam bersedekah yaitu dengan cara
sembunyi-sembunyi. Hal itu lebih utama dibandingkan terang-terangan.

E. Hadist-hadist yang menguatkan tentang menginfakan harta

Artinya :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu sesungguhnya Rasulullah Shalallahu alaihi


wa sallam bersabda : Allah berfirman : "Wahai anak Adam belanjakanlah, maka
Aku akan memberi belanja kepadamu". (Hadits ditakhrij olah Bukhari).

Artinya :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu sesungguhnya Rasulullah Shalallahu alaihi


wa sallam bersabda : Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman :
"Belanjakanlah maka Aku memberi belanja kepadamu". Beliau bersabda :
"Tangan Allah itu penuh, tidak terkurangi oleh nafkah, terus memberi siang dan
malam". Beliau bersabda : "Tahukah kaliari sesuatu yang sudah di nafkahkanNya
sejak Dia menciptakan langit dan bumi, sesungguhnya apa yang di tanganNya
tidaklah berkurang, pada waktu itu singgasanaNya di atas air dan ditanganNya
memegang timbangan (mizan)". (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Artinya :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu sampai kepada Nabi Shalallahu alaihi wa
sallam beliau bersabda: "Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman :
"Wahai anak Adam, berikanlah nafkah maka Aku beri nafkah atasmu". Beliau
bersabda : "Tangan Kanan Allah itu penuh, banyak memberi di siang dan malam
hari, dan tidak kurang sedikit pun karenanya". (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Ibnu Majah mengeluarkan sebuah hadits dari Ali dan abu Darda, yang
menceritakan tentang Rasulullah saw. Yang mengatakan, Siapa saja yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian tinggal di rumahnya, maka setiap
dirham yang ia infakkan menjadi tujuh ratus dirham (pahalanya).Dan siapa saja
yang ikut berperang di jalan Allah, kemudian menginfakkan hartanya untuk itu,
maka bagi setiap dirham akan menjadi tujuh ratus kali dirham di hari kiamat
esok.

Kesimpulan
Ini merupakan anjuran yang agung dari Allah untuk hamba-hambaNya
untuk menafkahkan harta di jalan-Nya; yaitu jalan yang menyampaikannya
kepada-Nya.Termasuk dalam hal ini adalah menafkahkan hartanya dalam
meningkatkan ilmu yang bermanfaat, dalam mengadakan persiapan berjihad di
jalan-Nya, dalam mempersiapkan para tentara maupun membekali mereka, dan
dalam segala macam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kaum muslimin.
Kemudian disusul berinfak kepada orang-orang yang membutuhkan, fakir miskin,
dan kemungkinan saja dua cara itu dapat disatukan hingga menjadi nafkah untuk
menolong orang-orang yang membutuhkan dan sekaligus bakti sosial dan
ketaatan.
Dalam menginfakkan hartanya, nafkah-nafkahnya seperti ini akan dilipat
gandakan. Kelipatannya diumpamakan dengan tujuh ratus kali lipat hingga

berlipat ganda banyaknya lagi dari itu. Karena itu Allah berfirman, (
) Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Itu
tentunya sesuai dengan apa yang ada dalam hati orang yang berinfak tersebut dari
keimanan dan keikhlasan yang tulus, dan juga sesuai dengan kebaikan dan
manfaat yang dihasilkan dari infaknya tersebut, karena beberapa jalan kebajikan
dengan berinfak padanya akan mengakibatkan manfaat-manfaat yang terus
menerus dan kemas-lahatan yang bermacam-macam, maka balasan itu tentunya
sesuai dengan jenis perbuatannya.

Dari pembahasan diatas bahwa dengan melakukan amal kebaikan yang berniatkan
hanya untuk mendapat ridha Allah akan di lipatganakan pula pahalanya. Jadi kita
senantiasa agar selalu berbuat kebaikan dengan hati yang ikhlas dan berharap agar
mendapat ridha Allah atas amal perbuatan yang kita lakukan. Dan juga kita
berharap rezeki yang telah Allah berikan kepada kita menjadi berkah.

DAFTAR PUSTAKA

Suhendi, Hendi. 2008. Fiqih Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Lathif,Azharudin. 2005. Fiqih Muamalat, Jakarta: UIN Jakarta Press.

Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak dan Sedekah


(Cet.I; Jakarta: Gema Insani Press, 1998).

Abdeellah, 2010, memanfaatkan harta (fiqh muamalah)(online)


(http:wordpress.com/2010/11/04/memanfaatkan-hartafiqh-muamalah/,di
akses 17-Mei 2017

Anda mungkin juga menyukai