Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas Rahmat dan Hidayat Tuhan Yang Maha

Esa yang tak hentinya diberikan kepada kami sehingga kami dapat

menyelesaikan laporan Perpetaan kami dengan baik dan lancar meskipun

masih banyak kekurangan dari laporan kami. Terima kasih kami kepada

Bapak Ir. H. Djamaluddin, MT. dan Bapak DR. Amir Hamzah Muhiddin

sebagai pembimbing kami pada mata kuliah Perpetaan serta kakanda-

kakanda asisten yang membantu kami dalam pengarahan praktikum

Perpetaan.

Kami berharap laporan ini dapat berguna dalam memberikan

wawasan pengetahuan kepada pembaca dan dapat pula sebagai referensi

pembaca dalam pembelajaran dan praktikum. Kami juga menyadari

sepenuhnya bahwa dalam laporan praktikum Perpetaan ini masih memiliki

banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan

usulan demi perbaikan laporan yang telah kami buat di masa yang akan

datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa kritik dan saran

yang membangun.

Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami dan digunakan sebaik

mungkin. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna terutama

bagi kami. Kami sebagai penyusun laporan praktikum Perpetaan memohon

maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon

kritik serta saran yang membangun demi berbaikan di masa depan.

Gowa, 25 November

2015
Kelompok 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................

DAFTAR ISI ................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................

1.1 Latar Belakang ................................................

1.2 Maksud dan Tujuan ................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................

2.1 Definisi Theodolit ................................................

2.2 Bagian dan Fungsi Theodolit ................................................

2.3 Syarat-syarat Theodolit ................................................

2.4 Cara Kerja Penyiapan Theodolit ................................................

4
2.5 Pengelompokan Theodolit ................................................

2.6 Perawatan Theodolit ................................................

2.7 Metoda Pengukuran dengan Theodolit

................................................ 6

BAB III PENUTUP ................................................

3.1 Kesimpulan ................................................

3.2 Saran ................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Theodolit adalah salah satu alat yang digunakan dalam pengukuran

tinggi suatu daerah baik dalam pemetaan topografi daerah maupun dalam

keperluan pekerjaan-pekerjaan konstruksi untuk mengukur sudut mendatar

(horizontal) dan sudut tegak (vertikal) dan merupakan alat cangggih dalam

bidang survei. Dan memiliki tingkat ketelitian sampai pada sekon (detik).

Theodolit dasarnya berupa teleskop yang ditempatkan pada dasar sebuah

piringan yang dapat diputar mengelilingi sumbu vertikal dan sumbu

horizontal. Survei yang menggunakan theodolit adalah apabila dilakukan

pemetaan yang luas dan cukup sulit, terutama situs yang memiliki relief

atau memiliki perbedaan tinggi yang besar agar kenampakan dapat

dipetakan dengan efisien.

1.2 Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui cara menggunakan theodolit.


2. Mengetahui bagian-bagian beserta fungsi dari theodolit.
3. Mengetahui metoda pengukuran menggunakan theodolit.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Theodolit

Theodolite atau theodolit adalah salah satu alat ukur yang biasa

digunakan dalam menentukan tinggi suatu daerah baik dalam bidang

pemetaan kontur suatu daerah ataupun dalam melakukan survei dengan

sudut mendatar yang disebut sudut horizontal dan sudut tegak yang disebut
sudut vertikal dan merupakan alat paling canggih. Lain halnya dengan

waterpass yang hanya sudut mendatar (sudut horizontal) saja. Pada

theodolit sudut dapat dibaca sampai pada satuan sekon (detik). Sudut datar

(sudut horizontal) dan sudut tegak (sudut vertikal) tersebut dapat dibaca

dengan tingkat ketelitian sangat tinggi.

Dalam pekerjaan survei ataupun pemetaan dengan menggunakan

theodolit sering digunakan pengukuran menggunakan polygon. Pada bagian

theodolite dilengkapi dengan garis vertikal, stadia tengah (benang tengah),

stadia atas (benang atas) dan bawah (benang bawah), yang digunakan

dalam menghitung tinggi daerah sampai jarak ke titik pengukuran.

2.2 Bagian dan Fungsi Theodolit

1. Kompas, berfungsi untuk menentukan arah azimuth sebelum

melakukan pengukuran.
2. Visir, berfungsi sebagai pembidik objek.
3. Lensa okuler dan sekrup okuler, berfungsi untuk memfokuskan pada

benang yang digunakan dalam pengukuran jarak dan tinggi.


4. Sekrup mikrometer, berfungsi untuk menyetel pembacaan sudut

dalam satuan kecil baik menit maupun detik (sekon).


5. Cermin, berfungsi memantulkan cahaya agar dalam pembacaan

dapat lebih jelas.


6. Pengunci vertikal, berfungsi untuk mengunci telescope pada theodolit

untuk arah vertikal.


7. Sekrup penggerak halus vertikal, berfungsi untuk menggerakkan

teleskop secara halus ke arah vertikal.


8. Lensa objektif dan sekrup objektif, berfungsi untuk membidik titik

atau objek atau target dan memfokuskan bayangan target pada

lensa.
9. Pengunci horizontal, berfungsi untuk mengunci theodolit pada bidang

horizontal.
10.Sekrup penggerak halus horizontal, berfungsi dalam menggerakkan

theodolit ke arah horizontal secara halus.


11.Sekrup kaki tiga, berfungsi dalam menyetel nivo kotak dan nivo

tabung agar gelembung udara tepat pada pusat lingkaran nivo yang

bertujuan menstabilkan theodolit sebelum digunakan.


12.Nivo kotak dan nivo tabung, berfungsi menstabilkan kedudukan

theodolit sebelum digunakan.


13.Monitor atau layar digital, berfungsi dalam pembacaan sudut baik

dalam arah vertikal maupun horizontal.


14.Center point, berfungsi dalam menentukan kedudukan theodolit agar

tepat berdiri di atas titik yang telah ditentukan.


15.Tripod atau Statif, berfungsi sebagai penyangga atau kaki dari

theodolit dan dilengkapi dengan pengunci untuk mengunci theodolit

dengan statif.

2.3 Syarat-syarat Theodolit

Syarat-syarat utama yang perlu dilakukan sebelum melakukan

pengukuran menggunakan alat theodolit hingga alat siap untuk digunakan,

yaitu:

1. Sumbu vertikal harus tegak atau benar-benar vertikal.


2. Sumbu horizontal harus mendatar atau benar-benar horizontal

dengan cara memasukkan gelembung pada kotak tengah nivo

tabung dan nivo kotak.


3. Garis bidikan tegak lurus terhadap sumbu horizontal.
4. Penyesuaian indeks pada skala lingkaran tegak theodolit.

2.4 Cara Kerja Penyiapan Theodolit

1. Dirikan statif dan kuatkan pedal atau kaki statif dengan

menginjak atau menancapkan kaki-kaki statif agar tidak

mudah roboh.
2. Menyatukan atau memasangkan alat theodolit pada bagian

atas statif yang kemudian dikunci pada bagian atas statif.


3. Mendatarkan pesawat atau menyetel nivo kotak dengan cara

mengatur ketinggian dari setiap kaki-kaki dari statif atau tripot

agar stabil.
4. Menyetel nivo tabung, yaitu dengan menyetel sekrup ungkit

(helling) yang berada di bagian bawah dari pesawat dengan

memutarnya sampai gelembung pada nivo tabung tepat

berada pada kotanya yang menandakan pesawat telah stabil.


5. Memeriksa kembali kedudukan gelembung dari nivo tabung

maupun nivo kotak denang memutar teropong atau teleskop

kesegala arah. Sampai pada setiap arah gelombang udara

pada nivo tepat berada dalam kotaknya.

2.5 Pengelompokan Theodolit

2.5.1 Berdasarkan Konstruksinya

1. Theodolit Reiterasi (Sumbu Tunggal)


Theodolit yang dirangkap menjadi satu yaitu lingkaran skala

mendatar dengan kiap, sehingga bacaan skala horizontalnya

tidak dapat untuk disetel atau diatur.


2. Theodolit Repitisi
Theodolit yang tidak dirangkap seperti pada theodolit reiterasi

yang lingkaran horizontalnya dapat disetel atau diatur

mengelilingi sumbu tegak.


3. Theodolit Elektro Optis
Theodolit yang dalam pembacaannya menggunakan sistem

sensor yang mana sensor ini bekerja sebagai elektro optis yaitu

alat penerima gelombang elektromagnetis. Hasil yang akan

dikeluarkan adalah sistem analog dan ditransfer pada sistem

angka digital. Yang kemudian dihitung secara otomatis yang

akan tampil nantinya pada LCD dalam angka decimal.


2.5.2 Berdasarkan Skala (Tingkat) Ketelitian

1. Theodolit Presisi (Type T3/Wild)


2. Theodolit Satu Sekon (Type T2/Wild)
3. Theodolit Sepuluh Sekon (Type TM-10c/Sokkisha)
4. Theodolit Satu Menit (Type T0/Wild)
5. Theodolit Sepuluh Menit (Type DK-1/Kem)

2.6 Perawatan Theodolit

1. Merawat theodolit selalu dalam keadaan bersih.


2. Menjauhkan alat dari air yang dapat merusak alat.
3. Menyimpan alat di tempat dengan jangkauan jauh dari air atau

pada lemari yang diberi lampu.


4. Memberikan pelicin atau minyak pada bagian gerakan

mendatar (horizontal), tegak (vertikal), maupun sekrup-sekrup

alat baik sekrup gerakan halus sampai pada sekrup untuk

memfokuskan lensa.

2.7 Metoda Pengukuran dengan Theodolit

Metoda Pengukuran Grid :

1. Pengukuran Situasi
Dalam pengukuran situasi digunakan pengukuran grid, yang

mana digunakan dalam bidang teknik pertambangan dan

geologi yang mana digunakan untuk merencanakan daerah

yang akan ditambang, yang memerlukan pemetaan topografi

dengan skala besar, misalnya skala 1 : 500 sampai 1 : 2500

dan seterusnya, yang bergantung pada tingkat ketelitian yang

diperlukan. Ukuran grid yang digunakan yaitu : 10m x 10m;

20m x 20m; 25m x 25m. Pengukuran dengan metoda ini

bertujuan untuk mengukur situasi, untuk menentukan

ketinggian yang diukur dari permukaan air laut dari setiap


titik-titik yang telah diukur, dan membuat garis kontur dalam

menentukan bentuk topografi daerah yang diukur.

Metoda grid ini menggunakan alat theodolit dengan cara

mengukur sudut antar titik-titik yang telah ditentukan

sebelumnya.
Keterangan
1 6 = Titik pengukuran grid
6 = Petak grid
2. Pengukuran Detil
Metoda pengukuran menggunakan grid juga dapat digunakan

dalam pengukuran detil yang dilakukan dalam keadaan

darurat, yaitu apabila pengukuran titik-titik atau target telah

ditentukan jaraknya mendapatkan rintangan alam, baik seperti

sungai, hutan, bukit dan sebagainya.

Dalam pengukuran ini juga menggunakan alat theodolit. Dan

juga pengukuran sudut antar titik-titik yang telah ditentukan.


Keterangan :
1 6 = Titik pengukuran grid
6 = Petak grid
6 = Sungai
6 = Garis kontur

a dan b = Titik ukur bantu

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Frick, H. 1979. Ilmu dan Alat Ukur Tanah. Yogyakarta: Kanisius


Imbron, A. A. Dkk. 2014. Theodolit. Lampung: Universitas Lampung.

https://www.academia.edu/8509917/theodolit. Diakses tanggal 25

November 2015.

Hidayati, Nur dkk. 2012. Pengukuran Beda Tinggi Menggunakan Alat

Theodolit. Yogyakarta: Politeknik Kesehatan Yogyakarta.

http://www.scribd.com/doc/100681239/LAPORAN-praktikum-

Theodolit#scribd. Diakses tanggal 25 November 2015.

Nizar, C. Alat Ukur Waterpass dan Theodolit. http://www.ilmusipil.com/alat-

ukur-waterpass-dan-theodolit. Diakses tanggal 25 November 2015.

Wardana, B. Theodolit. https://www.academia.edu/4778272/Theodolite.

Diakses tanggal 25 November 2015.

Khoir, A. Dkk. Pengukuran Gempa Bumi Berdasarkan Metode Geodesi (GPS

dan Theodolite). Probolinggo: SMK Negeri 2 Kota Probolinggo.

https://www.academia.edu/8831325/Pengukuran_Geodesi_Mengguna

kan_Alat_Theodolite_dan_GPS. Diakses tanggal 25 November 2015.

Prihandito, A. 1988. Proyeksi Peta. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai