Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Kolostrum yang dihasilkan ibu saat melahirkan sangat penting untuk


diberikan kepada bayinya. Menurut penelitian kolostrum yang keluar
sebelum ASI sebenarnya keluar sangat banyak mengandung protein,
vitamin A yang tinggi, mengandung karbohidrat dan lemak rendah,
sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama
kelahiran. Selain itu Kolostrum juga mengandung zat kekebalan
terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi
terutama diare dan kolostrum juga Membantu mengeluarkan
mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.
Namun semua hal itu tidak disadari oleh kebanyakan ibu-ibu menyusui
terutama pada ibu-ibu didaerah pedalaman, hal ini mungkin saja
karena kekurangan informasi dan pengetahuan tentang hal tersebut.
.
ASI eksklusif sangat penting untuk peningkatan SDM kita di masa yang
akan datang, terutarna dari segi kecukupan gizi sejak dini. Asi ekslusif
adalah pemberian ASI selama enam bulan pertama (A. August Burns).
Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan
menjamin tercapainya pengembangan potensial kecerdasan anak
secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal dengan
komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, Azrul
Anwar (2004).
Berdasarkan hasil penelitian dari para ahli, berbagai penyakit
berbahaya di masa bayi maupun usia dewasa bisa hindari bila bayi
diberi ASI eksklusif. Contohnya, penyakit seperti infeksi, diare, radang
otak, diabetes dan kanker. Bayi yang diberi ASI, 20 kali lipat jarang
terkena diare akut dibandingkan bayi yang hanya mengkonsumsi susu
formula. Selain itu, bayi yang di beri ASI 7 kali jarang tekena radang
paru-paru dan 4 kali tidak terkena radang otak atau meningitis (Tabloid
Ibu Anak, 2005).
Khasiat ASI tidak dapat dimungkiri, apalagi ASI yang keluar pertama
kali yang sering disebut kolostrum. Kolostrum yaitu cairan kuning
kental yang muncul di awal-awal menyusui sampai hari ke 4 atau 7
yang mengandung sejumlah zat penting. Kolostrum mengandung sel
darah putih dan antibodi untuk menjaga kekebalan bayi. Disamping itu,
kolostrum juga mengandung zat pencahar untuk melancarkan
pengeluaran mekonium, yakni kotoran bayi baru lahir yang berwarna
kehijau-hijauan (Tabloid Ibu Anak, 2005)
Kolostrum juga mengandung vitamin A kadar tinggi dan zat pemacu
pertumbuhan serta pematangan sel mukosa usus. Dengan begitu bayi
tidak akan mudah mengalami alergi. ASI juga mengandung enzim
pencernaan, enzim inilah yang dapat membantu pencernaan dalam
memproses berbagai nutrisi dan kandungan zat imun atau anti infeksi
lebih maksimal. Zat imun inilah yang kelak dapat menjadi benteng
kokoh anak dari berbagai penyakit infeksi yang berbahaya. Zat anti
infeksi ini banyak terdapat pada kolostrum (Tabloid Ibu Anak, 2005)
Segera setelah bayi dilahirkan, bayi harus segera disusukan atau
dikenal dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang bertujuan untuk
mendapatkan kolostrum. Sebuah slogam kampanye global bahwa
menyusui pada1 jam pertama kehidupan bayi dapat menyelamatkan
1 juta nyawa/tahun (Wirantara, 2008)
Namun kenyataanya, berdasarkan Survey Demografi Kesehata
Indonesia (SDKI) tahun 1997, baru 52% para ibu yang member ASI
ekslusif pada bayinya dan 30% sudah mendapat kolostrum dalam 1
jam setelah bayi lahir (Wahab, 2002). Dari hasil survey di BPS Junairah
Kalianda Lampung Selatan terdapat 20 ibu post partum pada semua
jenis persalinan dengan bayi lahir hidup, 8 orang post partum
memberikan kolostrumnya pada hari pertama setelah melahirkan. 12
orang ibu post partum membuang kolostrumnya setelah melahirkan,
kemudian memberikan ASI pada bayinya setelah hari ketiga
melahirkan.
Berdasarkan persentase Dinkes Provinsi Sumatra Utara Tahun 2004 s/d
2010 pemberian ASI secara ekslusif tidak menunjukkan peningkatan
yang cukup memuaskan, pada tahun 2004-2007 cendrung menurun.
Namun, pada tahun 2008 ada peningkatan yang cukup berarti yaitu
sebesar 10,33% dibandingkan tahun 2007 (Subdis Kesda Dinkes
Prov.SU, 200)
Di dalam masyarakat masih berkembamg pemahaman bahwa susu
yang keluar pertama kali adalah susu basi atau kotor sehingga harus
dibuang terlebih dahulu sebelum penyusuan. Pemahaman ini
umumnya turun menurun dari ibu atau neneknya dengan bersumber
pada asumsi dan ketidak tahuan individu. Praktek ini dilakukan dengan
memerah kolostrum dengan tangan atau dengan pompa susu sampai
dengan keluarnya ASI yang berwana putih susu. Praktek ini salah dan
harus dihindari (Wiratara, 2008)
Sebagian ibu khawatir dengan jumlah kolostrum yang hanya sedikit,
apakah mencukupi kebutuhan dari bayi ataukah harus ditambahkan
dengan susu formula. Sering kali pandangan ini yang membuat bayi
diberikan susu formula (Diemen, 2008).
Banyaknya mitos tentang menyusui membuat ibu menjadi kurang
percaya diri untuk memberikan ASI kepada bayinya, ketakutan yang
tidak beralasan malah membuat ibu-ibu berhenti menyusui dan
memilih susu buatan sebagai alternatife (Andriana, 2005).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu :
1. Apakah factor-faktor yang mempengaruhi ibu tidak
memberikan kolostrum terhadap bayi yang baru lahir.
2. Apakah hubungan pemberian kolostrum dengan bayi
yang baru lahir.

C. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN

Maksud dan tujuan penelitian adalah :


1. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi sehingga
ibu tidak memberikan kolostrum kepada bayi yang baru lahir
2. untuk mengetahui pemahaman ibu dalam pemberian
kolostrum yang baik dan benar terhadap yang baru lahir.
3. Untuk mengetahui hubungan pemberian kolostrum dengan
bayi yang baru lahir
4. untuk memberikan informasi tentang pentingnya pemberian
kolostrum kepada bayi yang baru lahir. Sehingga dapat
meningkatkan tumbuh kembang bayi.
5. agar tidak ada lagi yang percaya akan mitos yang
menyebutkan bahwa kolostrum atau cairan yang pertama
keluar adalah cairan yang tidak bersih dan tidak sehat.
6. Meningkatkan pemahaman ibu indar terhadap pemberian
kolostrum pada bayi baru lahir..heheheheh
D. MANFAAT DAN KEGUNAAN PENELITIAN
1. Memberikan informasi bagi para ibu tentang arti pentingnya
kolostrum yang mempunyai antigen dan antibodi yang dapat
menentang dan memerangkap serta meneutralkan sebarang
bakteria seperti Escheria Coli, Coliform, Salmonella,
Streptococcusp Pyogenes, Bacillus Cereus, Yersinia
Enterecolitia, Candia Albicans yang menjadi penyebab
pelbagai jenis penyakit kronik dan masalah kesehatan
2. Menjadi bahan masukan dan informasi bagi pemerintah dan
masyarakat mengenai kolostrum ini memiliki kadar gizi yang
paling tinggi. Kolostrum sangat kaya akan vitamin dan mineral.
Misalnya saja, pada hari ketiga setelah ibu melahirkan tingkat
vitamin A dan E ASI-nya bisa tiga kali lebih tinggi daripada ASI
yang keluar tiga minggu kemudian. Bahkan jumlah beta karoten
yang ada juga bisa 10 kali lebih tinggi.

3. KERANGKA PEMIKIRAN

Untuk memecahkan masalah diatas dapt ditempuh beberapa cara,


diantaranya yang paling efektif adalah pemberian penyuluhan ke pada
ibu-ibu hamil dan menyusui di desa-desa tentang pentingnya pemberian
kolostrum kepada bayi yang baru lahir.
Konsep ini diambil dengan alasan masyarakat desa masih banyak
yang buta aksara sehingga jika hanya diberikan buku-buku panduan
sangatlah tidak tepat. Sehingga pemberian penyuluhan itu dirasakan
sangat tepat. Untuk menarik minat ibu-ibu tersebut untuk datang ke
tempat diadakannya acara penyuluhan tersebut dapat dilakukan dengan
mengadakan pemeriksaaan kesehatan secara gratis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFENISI KOLOSTRUM
2.1 Pengertian Kolostrum
Kolostrum adalah susu awal yang terdapat dari 1 - 3 hari selepas ibu
melahirkan anak.Berwarna kekuning-kuningan lebih kental karena lebih
banyak mengandung protein dan vitamin A serta zat kekebalan tubuh
yang penting untuk melindungi bayi dan penyakit infeksi. Kolostrum ini
merupakan penahar yang dapat membersihkan zat - zat yang tak terpakai
pada usus bayi baru lahir, dan mempersiapkan saluran pencernaan bagi
makanan.Dalam beberapa hari pertama setelah kelahiran, kolostrum
keluar dari payudara untuk diminum bayi. Kolostrum TIDAK BISA
diproduksi secara sintetis!. Jumlah kolostrum memang tidak banyak.
Kolostrum hanya tersedia mulai hari pertama hingga maksimal hari ketiga
atau keempat. Menyusui tidak menyusui, kolostrum tetap ada. Setelah itu,
keluar susu peralihan. Kolostrum mengandung protein tinggi, sedangkan
kadar karbohidrat dan lemaknya rendah. Juga mengandung zat anti
infeksi 10 - 17 kali lebih banyak dibanding ASI matur. Total energinya lebih
rendah dibandingkan ASI matur. Dalam 24 jam ibu bisa menghasilkan 150
- 300 ml.

2.2 Manfaat Kolostrum


kolostrum ini memiliki kadar gizi yang paling tinggi. Kolostrum
sangat kaya akan vitamin dan mineral. Misalnya saja, pada hari
ketiga setelah ibu melahirkan tingkat vitamin A dan E ASI-nya bisa
tiga kali lebih tinggi daripada ASI yang keluar tiga minggu
kemudian. Bahkan jumlah beta karoten yang ada juga bisa 10 kali
lebih tinggi.
komposisi unik dari kolostrum ini akan membantu sistem
pencernaan bayi baru lahir yang belum berfungsi optimal. Misalnya
saja memudahkan perjalanan mekonium, zat berwarna hijau tua
yang terdapat dalam usus bayi baru lahir. Mekonium ini
mengandung faktor pertumbuhan esensial bagi bakteri Lactobacilus
bifidus dan merupakan medum biakan pertama dalam usus bayi.
Hal ini diperlukan untuk membantu pencernaan bayi agar siap
mengkonsumsi ASI matang.
kolostrum mempunyai antigen dan antibodi yang dapat menentang
dan memerangkap serta meneutralkan sebarang bakteria seperti
Escheria Coli, Coliform, Salmonella, Streptococcusp
Pyogenes, Bacillus Cereus, Yersinia Enterecolitia, Candia
Albicans yang menjadi penyebab pelbagai jenis penyakit kronik
dan masalah kesehatan.Antibodi yang berlimpah dalam kolostrum
juga membantu memberikan perlindungan terhadap berbagai
infeksi sistem pencernaannya. Kalaupun ada hal yang tidak pernah
berubah dalam ASI adalah perbandingan cairan, protein, mineral
serta gula susu. Kerja IgA pada bayi ibaratnya bagaikan cat yang
melapisi usus bayi dan mengikat bakteri serta virus, sehingga
bakteri dan virus itu tidak dapat berkembang biak. Setelah
beberapa jam, IgA dicernakan sebagai protein dan dikeluarkan. Jadi
setiap kali bayi mendapatkan ASI, dia akan mendapatkan lapisan
baru. Dari kenyataan itu, terlihat bahwa IgA sangat berperan dalam
mencegah diare. Seperti yang telah diketahui IgA juga dikenali
sebagai mukus antibodi bertindak mencegah bakteria melekat pada
dincling organ.
Pemberian kolostrum kepada bayi yang baru lahir dapat dikatakan
sebagai Imunisasi Automatik.
Pemberian kolostrum juga dapat Mengurangkan Berat dan Lemak
Badan.
Maka dari itu, kolostrum memiliki fungsi yang sangat vital dalam 10
hari pertama kehidupan bayi! Meskipun nantinya anda tidak dapat
menyusui bayi dalam jangka waktu yang lama, sebisa mungkin kolostrum
ini harus diberikan kepada bayi terlebih dahulu.
2.3 Kekebalan Tubuh
Disamping keunggulan komposisi dalam ASI dalam hal pemenuhan
zat-zat gizi, dalam ASI juga terkandung zat-zat yang dibutuhkan untuk
kekebalan tubuh bayi terhadap penyakit.
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup
tinggi. Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen
(merugikan) E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat
kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.
Lysosim , enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan
salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih
banyak daripada susu sapi.
Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel
per ml. Terdiri dari 3 macam yaitu: Bronchus-Asociated Lympocyte
Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue
(GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated
Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
Faktor bifidus , sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,
menunjang pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus. Bakteri ini
menjaga keasaman usus bayi dan berguna untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang merugikan.
2.4 Kandungan Gizi kolostrum
Kolostrum adalah konsentrasi tinggi karbohidrat, protein, dan zat
kebal tubuh. Zat kebal yang ada antara lain adalah: IgA dan sel darah
putih. Kolostrum amat rendah lemak, karena bayi baru lahir memang tidak
mudah mencerna lemak[]. 1 sendok teh kolostrum memiliki nilai gizi sesuai
dengan kurang lebih 30 cc susu formula. Usus bayi dapat menyerap 1
sendok teh kolostrum tanpa ada yang terbuang, sedangkan untuk 30 cc
susu formula yang diisapnya, hanya satu sendok teh sajalah yang dapat
diserap ususnya. Pada hari pertama mungkin hanya diperoleh 30 cc.
Namun, dalam setiap tetesnya terdapat berjuta-juta satuan zat antibodi.
SIgA adalah antibodi yang hanya terdapat dalam ASI. Kandungan SIgA
dalam kolostrum pada hari pertama adalah 800 gr/100 cc. Selanjutnya
mulai berkurang menjadi 600 gr/100 cc pada hari kedua, 400 gr/100 cc
pada hari ketiga, dan 200 gr/100 cc pada hari keempat.
2.5 Komponen Immunoglobulin
Komposisi imunoglobulin di dalam ASI berbeda dengan yang ada di
dalam serum. Di dalam serum komponen utama adalah IgG dalam jumlah
1250 mg/dL dan IgA hanya 250 mg/dL. Sebaliknya di dalam kolostrum IgA
1740 mg/dL dan IgG 100 mg/dL. IgA dan IgG di dalam ASI sebagian dari
IgA dan IgG dari serum, sebagian lagi dibentuk oleh kelenjar payudara.
Ada lebih dari 30 jenis imunoglobulin yang telah teridentifikasi di
dalam ASI, 18 di antaranya terdapat di dalam serum juga, sisanya hanya
ada di dalam ASI. IgA di dalam ASI terutama adalah IgA sekretori (sIgA).
Yang stabil pada pH yang rendah dan tahan terhadap enzim proteolitik.
Fungsinya di dalam usus adalah memproteksi mukosa usus agar jangan
diserang oleh virus dan bakteri. Imunoglobulin di dalam ASI masih
ditemukan setelah satu tahun.
Kadar imunoglobulin ternyata tidak tergantung pada gizi ibu. Pada
lampiran dapat dilihat adanya faktor antibakterial dalam kolostrum dan
ASI pada wanita Indian dengan gizi baik dan gizi buruk. Bersambung
Tabel faktor antibakterial dalam kolostrum dan ASI pada wanita Indian
dengan gizi baik dan gizi buruk

Kelompok

Kolostrum (1-5 hari)


Gizi baik

Gizi buruk

ASI
Gizi baik

Gizi buruk

Sumber: Reddy V, Bhaskaram C, Raghuramula N, et al. Acta Pediatr


Scand 66: 229,1977.
*Angka dalam tanda kurung mengindikasikan jumlah sampel yang
dianalisa. 2.7 Produksi ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh
isapan mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang
kelenjar Pictuitary Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin,
hormon utama yang mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses
pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down Replex, dimana
hisapan putting dapat merangsang kelenjar Pictuitary Posterior untuk
menghasilkan hormon oksitolesin, yang dapat merangsang serabutotot
halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat
mengalir secara lancar.
Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk
menampunga air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis
merupakan tenunan aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di dalam
putting dengan cabang yang menjadi ranting semakin mengecil.
Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang
besar menuju saluran ke dalam putting. Secara visual payudara dapat di
gambarkan sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar
yang mengsekresi dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila
sel-sel Myoepithelial di dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur
tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang
mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan
bertemu di dalam aerola dan membentuk sinus lactiterous. Pusat dari
areda (bagan yang berpigmen) adalah putingnya, yang tidak kaku
letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk kedalam) mulut bayi.
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:


v Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang
terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan
segera sesudah melahirkan anak.
o Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau
keempat, dari masa laktasi.
o Komposisi colostrum dari hari ke hari berubah.
o Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan,
lebih kuning dibandingkan ASI Mature.
o Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus
bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk
menerima makanan selanjutnya.
o Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature, tetapi
berlainan dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah casein
pada colostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat
memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
o Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat
memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
o Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI
Mature.
o Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml
colostrum.
o Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat
lebih tinggi atau lebih rendah.
o Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak.
o PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature.
o Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di bandingkan
ASI Mature.
o Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi
menjadi krang sempurna, yangakan menambah kadar antobodi pada bayi.
o Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.

v Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)


o Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature.
o Disekresi dari hari ke 4 hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang
berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 ke 5.
o Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat
semakin tinggi.
o Volume semakin meningkat.
v Air Susu Mature
o ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan
komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa
minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.
o Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang
mengatakan pada ibu yangs ehat ASI merupakan makanan satu-satunya
yang diberikan selama 6 bulan pertamabagi bayi.
o ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap
diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur
yang sesuai untu bayi.
o Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung
casienat, riboflaum dan karotin.
o Tidak menggumpal bila dipanaskan.
o Volume: 300 850 ml/24 jam
o Terdapat anti microbaterial factor, yaitu:
Antibodi terhadap bakteri dan virus.
Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T)
Enzim (lysozime, lactoperoxidese)
Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein)
Faktor resisten terhadap staphylococcus.
Complecement ( C3 dan C4)
2.8 Komposisi ASI
Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena
colostrum mengandung berbeda dengan air susu yang mature, karena
colostrum dan hanya sekitar 1% dalam air susu mature, lebih banyak
mengandung imunoglobin A (Iga), laktoterin dan sel-sel darah putih,
terhadap, yang kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi,
terhadap serangan penyakit (Infeksi) lebih sedikit mengandung lemak dan
laktosa, lebih banyak, mengandung vitamin dan lebih banyak
mengandung mineral-mineral natrium (Na) dan seng (Zn).
Berdasrkan sumber dari food and Nutrition Boart, National research
Council Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi Kolostrum
ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut:
Tabel 1
Komposisi Kolostrum, ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml
Zat-zat Gizi Kolostru ASI Susu
m Sapi
Energi (K Cal) 58 70 65
Protein (g) 2,3 0,9 3,4
- Kasein/whey 1: 1 : 1,2
- Kasein (mg) 140 1,5 -
- Laktamil bumil (mg) 218 187 -
- Laktoferin (mg) 330 161 -
- Ig A (mg) 364 167 -
142
Laktosa (g) 5,3 4,8
Lemak (g) 2,9 7,3 3,9
Vitamin 4,2
- Vit A (mg) 151 41
- Vit B1 (mg) 1,9 75 43
- Vit B2 (mg) 30 14 145
- Asam Nikotinmik (mg) 75 40 82
- Vit B6 (mg) - 160 64
- Asam pantotenik 183 12-15 340
- Biotin 0,06 246 2,8
- Asam folat 0,05 0,6 ,13
- Vit B12 0,05 0,1 0,6
- Vit C 5,9 0,1 1,1
- Vit D (mg) - 5 0,02
- Vit Z 1,5 0,04 0,07
- Vit K (mg) - 0,25 6
1,5
Mineral
- Kalsium (mg) 39 130
- Klorin (mg) 85 35 108
- Tembaga (mg) 40 40 14
- Zat besi (ferrum) (mg) 70 40 70
- Magnesium (mg) 4 100 12
- Fosfor (mg) 14 4 120
- Potassium (mg) 74 15 145
- Sodium (mg) 48 57 58
- Sulfur (mg) 22 15 30
14

Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dilihat


pada tabel 1. Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak
protein daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein,
dan sisanya berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang
tinggi akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi.
Bila bayi diberi susu sapi, sedangkan ASI walaupun mengandung lebih
sedikit total protein, namun bagian protein wheynya lebih banyak,
sehingga akan membetuk gumpalan yang lunak dan lebih mudah dicerna
serta diserapoleh usus bayi.
Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal
dari lemak, yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan
dengan lemak susu sapi, sebab ASI mengandung lebih banyak enzim
pemecah lemak (lipase). Kandungan total lemak sangat bervariasi dari
satu ibu ke ibu lainnya, dari satu fase laktasi air susu yang pertama kali
keluar hanya mengandung sekitar 1 2% lemak dan terlihat encer. Air
susu yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu
mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut Hand milk, mengandung
sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan
memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga
penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini.
Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang
terdapat dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi
dan erdapat lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi.
Disamping fungsinya sebagai sumber energi, juga didalam usus
sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Didalam usus asam
laktat tersebut membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak
diinginkan dan juga membantu penyerapan kalsium serta mineral-mineral
lain.
ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi
lebih mudah diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk bahan-
bahan pertama kehidupannya ASI juga mengandung lebih sedikit natrium,
kalium, fosfor dan chlor dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam
jumlah yang mencukupi kebutuhan bayi.
Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin
yang diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama
kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat vitamin D
dalam lemak susu, tetapi penyakit polio jarang terjadi pada anak yang
diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar matahari. Vitamin D yang
terlarut dalam air telah ditemukan terdapat dalam susu, meskipun fungsi
vitamin ini merupakan tambahan terhadap vitamin D yang terlarut lemak.

2.9 Perubahan dalam kandungan ASI


Kandungan ASI tidak selalu sarna, tetapi ada keragaman normal
yang sering terjadi. ASI juga akan sedikit beragam sesuai dengan diet
yang dijalankan oleh sang ibu, tetapi perubahan ini jarang menjadi
masalah. Kadang-kadang seorang ibu mendapatkan bahwa makanan yang
tidak biasa dimakannya akan mengganggu bayinya, tapi banyak ibu dapat
terus makan makanan yang biasa saat menyusui. Bahkan bumbu yang
keras, seperti cabai, tidak akan mempengaruhi ASI atau mengganggu
bayi.
Susu awal dan susu akhir
Kandungan susu berubah selama pemberian ASI :
1. Susu awal
Susu ini muncul pada awal pemberian, berwama bim dan encer.
Susu ini kaya akan protein, laktosa, vitamin, mineral dan air.
2. Susu akhir
Susu ini muncul diakhir pemberian ASI. Kelihatannya lebih putih
daripada susu awal karena susu akhir mengandung lebih banyak lemak.
Lemak ini membuat susu akhir kaya akan energi. Lemak memasok lebih
dari 50 % energi dalam ASI

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN


KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

1. Pengetahuan
Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan
seseorang diperoleh melalui indera penginderaan (telinga), dan indera
penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai
intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2005: 50).
Selanjutnya menurut Notoatmodjo (2003:128) bahwa untuk memperoleh
pengetahuan dibutuhkan proses kognitif, yang merupakan hal penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicakup
dalam kawasan yang kognitif mempunyai lima tingkatan yaitu :
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya. Contoh: Dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori
dan protein pada anak balita.
Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya
dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya
dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil
penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah
(problem solving cycle) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus
yang diberikan.
Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau sesuatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat membandingkan antara anak-
anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat
menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan
sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.
Cara Memperoleh Pengetahuan
Ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, menurut
Notoatmodjo (2002) sebagai berikut :
1) Cara coba-coba
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,
dicoba dengan kemungkinan lain.
2) Cara kekuasaan atau otoriter
Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan
baik : tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun ahli
ilmu pengetahuan.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Yaitu pengetahuan yang diperoleh dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi pada masa yang lalu. Seperti pepatah mengatakan bahwa
pengalaman adalah guru yang terbaik.
4) Melalui jalan pikiran
Cara memperoleh pengetahuan untuk memperoleh kebenaran dengan
cara penalaran, baik melalui cara induksi maksudnya bahwa cara
melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan-
pertanyaan yang dikemukakan kemudian dicari hubungan sehingga dapat
dibuat suatu kesimpulan
5) Metode penelitian ilmiah
6) Metode penelitian adalah sebagai suatu cara untuk memperoleh
kebenaran ilmu pengetahuan dan pemecahan suatu masalah, pada
dasarnya menggunakan metode ilmiah.
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Kolostrum
Pada Bayi Baru Lahir
Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Ironinya, pengetahuan
lama yang mendasar seperti menyusui justru kadang terlupakan. Padahal
kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar,
karena menyusui adalah suatu pengetahuan yang selama berjuta-juta
tahun mempunyai peran yang penting dalam mempertahankan kehidupan
manusia. Bagi ibu hal ini berarti kehilangan kepercayaan diri untuk dapat
memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan bagi bayi bukan saja
kehilangan sumber makanan yang vital, tetapi juga kehilangan cara
perawatan yang optimal. Didalam kehidupan kota-kota besar,kita lebih
sering melihat bayi diberi susu botol daripada disusui oleh ibunya.
Sementara di pedesaan kita sering melihat bayi yang baru berusia satu
bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI (Roesli,
2005).
Menurut Siregar (2004), dalam penelitiannya mengatakan bahwa
kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan
menyusui menyebabkan ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu
formula. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sylvia pada
tahun 2009 mengenai hubungan pengetahuan ibu post partum dengan
pemberian kolostrum, yaitu dari 30 responden, diperoleh yang
berpengetahuan baik sebanyak 17 responden (56,67%), kemudian diuji
dengan Chi Square diperoleh hasil tidak ada hubungan antara
pengetahuan ibu post partum dengan pemberian kolostrum.
2. Sikap
Pengertian Sikap
Menurut G.W Alport dalam (Widayatun, 1999) sikap adalah kesiapan
seseorang untuk bertindak. Seiring dengan pendapat G.W. Alport di atas,
Widayatun memberikan pengertian sikap adalah keadaan mental dan
syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan
pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua
obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek menurut Notoatmodjo (2005). Sikap
seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung atau memihak
(favorable) maupun tidak mendukung atau tudak memihak (unfavorable)
pada suatu objek. Menurut New Comb (dalam Notoatmodjo, 2005) sikap
adalah kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Menurut Azwar (1995)
mengemukakan sikap orang terhadap suatu objek berperan sebagai
perantara antara respon dan objek komponen.
Komponen Sikap
Sikap terdiri tiga komponen yang saling menunjang, yaitu komponen
kognitif,komponen aktif (afective) dan komponen konatif. Komponen-
komponen sikap menurut Allport dalam Notoatmodjo (2010) bahwa sikap
itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu:
1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek
3) Kecenderungan untu bertindak (Trend to behave)
Sikap menurut Notoatmodjo (2010) terdiri dari berbagai tingkatan antata
lain :
1) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulasi yang
diberikan objek.
2) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan atau menyelesaikan
tugas yang diberikan.
3) Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah.
4) Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu vang telah dipilihnya dengan
segala resiko.
Apabila individu berada dalam situasi yang benar-benar bebas dari
berbagai bentuk tekanan maka dapat diharapkan bahwa perilaku yang
ditampakkannya merupakan ekspresi sikap yang sebenarnya. Apabila
individu merasakan adanya tekanan maka apa yang diekspresikan
individu sebagai perilaku lisan atau tulisan itu sangat mungkin tidak
sejalan dengan sikap hati nuraninya,bahkan sangat bertentangan dengan
apa yang dipegangnya sebagai suatu keyakinan (belief). Ancaman fisik
yang timbul akibat dinyatakannya sikap murni secara terbuka dapat
berupa hukuman fisik langsung, permusuhan, tersingkirkan dari pergaulan
sosia,pengrusakan atau bentuk-bentuk perlakuan lain yan diterima dari
sesama anggota masyarakat atau dari penguasa. Ancaman mental dapat
berupa rasa malu yang diderita,perasaan tidak dianggap ikut konforitas
sosial. Kekhawtiran dianggap bodoh,rasa takut kehilangan simpati dari
orang lain dan semacamnya (Saefudin, 2002:18).
Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian Kolostrum pada Bayi
Baru Lahir
Pengalaman dan pendidikan wanita sejak kecil akan mempengaruhi sikap
dan penampilan mereka dalam kaitannya dengan menyusui dikemudian
hari. Seorang wanita yang dalam keluarga atau lingkungan sosialnya
secara teratur mempunyai kebiasaan menyusui atau sering melihat
wanita yang menyusui bayinya secara teratur akan mempuyai pandangan
yang positif tentang pemberian ASI. Didaerah yang mempunyai budaya
susu formula/botol, gadis dan wanita muda didaerah tersebut tidak
mempunyai sikap positif terhadap menyusui, sesuai dengan pengalaman
sehari-hari. Tidak mengherankan jika wanita dewasa dalam lingkungan ini
hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki sama sekali informasi,
pengalaman cara menyusui, keyakinan akan kemampuannya menyusui,
dan tidak memiliki anggota keluarga dekat, teman atau dukungan sosial
lain yang dapat membantu mereka dalam menghadapi masalah waktu
mulai menyusui (Perinasia, 1994:10).
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fahriyati
(2007) bahwa dari 26 responden yang memiliki sikap tidak mendukung
terhadap pemberian kolostrum sebanyak 16 responden (61,54%)
sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sikap ibu terhadap
pemberian kolostrum tidak mendukung. Sikap tidak mendukung tersebut
kemungkinan disebabkan karena masih adanya responden yang berumur
dibawah 20 tahun, umur yang tergolong muda kemungkinan
pengalamannya masih kurang sehingga menyebabkan ibu kurang
memahami pentingnya pemberian kolostrum pada bayinya.
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sylvia pada tahun
2009, mengenai hubungan sikap ibu post partum dengan pemberian
kolostrum yaitu dari 30 responden yang diteliti, diperoleh sikap
mendukung sebanyak 18 responden (60%), dan setelah diuji
menggunakan Chi Square didapatkan hasil tidak ada hubungan antara
sikap ibu post partum dengan pemberian kolostrum.
3. Petugas Kesehatan
Pengertian Petugas Kesehatan
Petugas/Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (UU
RI No.23/92, I: l (3)).
Sikap petugas kesehatan dari berbagai tingkat pelayanan petugas
kesehatan yang kurang mengikuti perkembangan ilmu dokter tentang
pemberian kolostrum serta ASI terdapat kecenderungan pelayanan
petugas kesehatan yang kurang menggembirakan terutama penanggung
jawab ruang bersalin dan perawatan di rumah sakit yang belum
mengupayakan agar ibu bersalin mampu memberikan kolostrum kepada
bayinya, melainkan langsung memberikan susu botol kepada bayi baru
lahir. PP-ASI adalah peningkatan pemberian ASI termsuk kolostrum dimana
menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat dan keluarga untuk
mendukung ibu menyusui dalam melaksanakan tugas sesuai kodratnya
(Varney, 2008:839).
Petugas kesehatan juga memerlukan sikap yang mendukung terhadap
menyusui yang didapat melalui pengalaman dan pengertian mengenai
berbagai keuntungan pemberian ASI. Petugas kesehatan membina atau
membangun kembali kebudayaan menyusui dengan menmgkatkan sikap
positif yang sekaligus dapat menjadi teladan bagi wanita lainnya
(Perinasia, 1994:2).
C. HUBUNGAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PEMBERIAN
KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR
Agar menyusui dapat berhasil dimulai dan dimantapkan, ibu memerlukan
dukungan yang aktif selama hamil dan selanjutnya setelah melahirkan.
Dukungan ini bukan hanya dari keluarga atau masyarakat melainkan juga
dari seluruh sistem pelayanan kesehatan. Sebaiknya, semua petugas
kesehatan yang memberi pelayanan dari ibu hamil dan ibu yang baru
melahirkan, diwajibkan untuk meningkatkan pemberian ASI dan dapat
memberikan penyuluhan yang benar dengan memberikan pengetahuan
praktis dan memperagakan penatalaksanaan menyusui (Perinasia,
1994:2).
Menurut penelitian Amirrudin yang telah dilakukan pada tahun 2006 di
Kelurahan Pa Baeng-Baeng Makassar, mengenai peran petugas kesehatan
terhadap pemberian kolostrum didapatkan bahwa dari 25 tenaga
kesehatan hanya 3 tenaga kesehatan (12,0%) yang mendukung
pemberian kolostrum dan 22 tenaga kesehatan (88,0%) tidak mendukung
pemberian kolostrum. dengan uji statistik menggunakan Fishers Exact
Test menunjukkan nilai p = 0,667( >0,05) yang berarti tidak ada
hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI
eksklusif (termasuk kolostrum). Sikap dan pengetahuan yang dimiliki
adalah kesiapan patugas dalam mendukung ibu memberikan kolostrum
pada bayinya (Perinasia, 1994:1).
4. Dukungan Keluarga
Pengertian Dukungan Keluarga
Menurut Kar dalam Notoatmodjo (2010) dukungan sosial dari orang lain
yang relevan menjadi penentu yang luas. Pendekatan yang
menyenangkan dari pihak yang berhadapan dengan ibu dalam lingkungan
yang simpatik dan bersahabat akan membawa ibu kepada pembinaan
lingkungan emosi, yang didalamnya proses laktasi dimulai dan
dikembangkan. Dari semua dukungan bagi ibu menyusui dukungan sang
ayah (suami) adalah dukungan yang paling berarti (Roesli, 2008:21).
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian Kolostrum
pada Bayi Baru Lahir
Dukungan keluarga sangat diperlukan untuk ketentraman ibu menyusui.
Nasehat dari orang yang berpengalaman akan membantu keberhasilan
menyusui (Roesli, 2008:21). Seorang wanita yang berada di lingkungan
yang mendukung kebiasaan menyusui akan mempunyai pandangan yang
positif tentang pemberian ASI. Wanita yang tidak mempunyaj sikap positif
terhadap menyusui dan berada di lingkungan dan memiliki keluarga yang
tidak mendukung ASI, maka menyusui dianggap kuno dan dalam keadaan
seperti ini hanya beberapa ibu yang berhasil menyusui bayinya
(Perinasia,1994:10).
Menurut Apriana (2004) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa
ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian kolostrum,
dukungan keluarga memberikan pengaruh positif terhadap pemberian
kolostrum. Ibu yang mendapat dukungan keluarga akan mempunyai
kesempatan dua kali untuk menyusui bayinya secara dini dibandingkan
dengan ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarganya. Roesli
(2005) juga mengatakan bahwa dari semua dukungan bagi ibu menyusui
dukungan sang ayah (suami) adalah dukungan yang paling berarti, suami
dapat berperan aktif dengan memberikan dukungan secara emosional dan
bantuan-bantuan praktis seperti menggendong, menenangkan bayi,
mengganti popok, memandikan, dan segera memberikan kepada ibu
untuk disusui
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Perumusan masalah
Adapun masalah yang dihadapi diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Apakah factor-faktor yang mempengaruhi ibu tidak
memberikan kolostrum terhadap bayi yang baru lahir.
2. Apakah hubungan pemberian kolostrum dengan bayi yang
baru lahir.

Variabel bebas = pemberian kolostrum


Variabel tergantung = Perubahan sistem imun
Variabel perancu = asupan IgA dari kolostrum
Menurut teori = sistem imun didalam tubuh bayi menurun karena kekurangan zat
antibodi IgA yang terkandung dalam kolostrum.
Hipotesa =
1. Diduga Masih kurangnya pengetahuan ibu-ibu terhadap fungsi-fungsi ASI pada
anaknya sehinga sering dijumpai kebiasaaan ibu-ibu dalam hal pemberian ASI yang
bertentangan.
2. Diduga bahwa Pemberian kolostrum yang cukup untuk bayi dapat meningkatkan
sistem imun pada bayi.
BAB IV
METODE PENELITIAN

1. Jenis dan rancangan penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan
untuk mempelajari bagaimana fenomena saat ini dengan cara mengumpulkan, menyusun,
menganalisa dan menginterpretasikan data dan memberikan penyuluhan sehingga dapat
membandingkan fenomena yang satu dengan fenomena yang lain.
2. Populasi
Populasi yang diambil adalah ibu-ibu hamil dan menyusui didaerah pedalaman
kecamatan sawa.
3. Sampel
Sampel yang diambil adalah beberapa bayi,anak serta ibu-ibu hamil dan menyusui.
Kriteria inklusi:
- Tidak punya penyakit lain yang membahayakan
- Tidak menderita gizi buruk
- Bersedia mengikuti penelitian
Kriteria eksklusi:
- Sample (bayi, anak dan ibu-ibu) dengan gizi buruk
- Sample (bayi, anak dan ibu-ibu) yang memiliki penyakit lain
- Sample (bayi, anak dan ibu-ibu) yang mencabut kesediaan sebagai responden
Metode pengambilan sampel atau sampling yang dapat dilakukan adalah probability
sampling, yaitu dengan claster sampling, pengambilan sampling di rumah sakit.
4. Variabel
Variabel yang digunakan adalah variabel bebas dan tergantung. Variabel bebas yang
digunakan adalah pengaruh defisiensi Zn. Sedangkan variabel tergantung yang digunakan
adalah perkembangan kognitif anak dan penyakit yang ditimbulkan.
5. Waktu atau periode penelitian
Penyuluhan ini dilakukan selama 6 minggu terhadap ibu-ibu hamil dan menyusui.
Dan akan dilihat perkembangannya setiap seminggu sekali apakah mereka sudah paham akan
pentingnya pemberian kolostrum kepada bayi.
6. Lokasi penelitian
Penyuluhan mengenai arti pentingnya pemberian kolostrum kepada bayi yang baru
lahir ini dilakukan di desa-desa terpencil yang ada di kecamatan sawa. Karena menurut
penelitian kurangnya pengetahuan tentang arti pentingnya pemberian kolostrum tersebut
banyak dialami oleh masyarakat kalangan bawah. Hal ini disebabkan karena kurangnya
sarana dan prasarana untuk memperoleh pengetahuan tentang hal tersebut.
7. Prosedur penelitian
Pengukuran sampel dapat menggunakan variabel beb

Anda mungkin juga menyukai