Anda di halaman 1dari 61

DARI REDAKSI

Assalamualaikum wr.wb..........
Dari meja redaksi kami ucapkan selamat jumpa kembali pada sajian buletin Infotek volume I No. 11 tahun 2012. Pada terbitan
kali ini disajikan ulasan mengenai ketahanan pangan, mengingat persoalan ketahanan pangan di daerah kita Nusa Tenggara
Barat masih memerlukan perhatian serius. Untuk itulah dewan redaksi sepakat mengangkat thema ketahanan pangan
rumah tangga berbasis iptek menuju kemandirian pangan
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Ketahanan Pangan adalah suatu kondisi terpenuhinya pangan yang cukup
sampai pada rumah tangga secara berkelanjutan baik jumlah dan mutunya, aman serta terjangkau bagi masyarakat.
Upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan harus dilakukan secara sinergis oleh seluruh komponen masyarakat tanpa
kecuali, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing, terlebih lagi bagi
aparat ketahanan pangan baik provinsi dan kabupaten/kota .
Litbang pertanian berkontribusi dari aspek teknologi menunjang ketahanan pangan. Untuk itu disajikan berbagai bahasan
terkait ketahanan pangan, baik yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Dimulai dari Rencana Aksi
Daerah Pangan dan Gizi Provinsi NTB 2011-2015, Model Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL)
sebagai basis pengembangan diversifikasi pangan dan gizi yang mandiri dan lestari. Olahan berbagai produk pangan juga
melengkapi sajian kali ini. Yang tidak kalah menariknya adalah beberapa hasil kajian yang berpengaruh kepada capaian
ketahanan pangan rumah tangga, beberapa diantaranya adalah perbenihan jagung komposit, Biosekuriti tingkatkan
produktivitas ayam dan lain lain.
Pada rubrik diseminasi disajikan kontribusi BPTP terhadap perbenihan khususnya padi di NTB yang dikelola oleh Unit
Pengelola Benih Sumber (UPBS-BPTP NTB), berikutnya bagaimana mengendalikan penyakit Blas pada padi dan lain-lain
artikel yang menarik pada rubrik Opini, Serba-serbi, Berita dalam Gambar dan profil petani berhasil yang dapat menjadi
inspirasi dan motivasi pembaca.
Akhirnya kami sampaikan selamat menikmati sajian-sajian kami, semoga bermanfaat bagi pembaca
Wassalamualaikum wr.wb

Daftar isi

FOKUS
1 RENCANA AKSI DAERAH PANGAN DAN GIZI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 2011-2015.1

2 M-KRPL SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN DIVERSIFIKASI PANGAN DAN GIZI YANG MANDIRI DAN
DEWAN REDAKSI
LESTARI..4
Pengarah 3 PENGOLAHAN PANGAN POTENSIAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA.9

Kepala BPTP NTB HASIL PENGKAJIAN


Dwi Praptomo S 1 PERBENIHAN JAGUNG KOMPOSIT SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN JAGUNG UNTUK
MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI DI NTB..13
Ketua
2 BIOSEKURITI TINGKATKAN PRODUKTIVITAS AYAM ARAB.17
Achmad Muzani 3 MENGENAL JENIS-JENIS MANGGA YANG DISUKAI KONSUMEN MANCA NEGARA.20
Sekertaris
DESIMINASI
Prisdimingggo
1 KONTRIBUSI UPBS BPTP NTB TERHADAP PERBENIHAN TANAMAN PANGAN DI NUSA TENGGARA
Anggota BARAT..22
2 PENYAKIT BLAS DAN PENGENDALIANNYA PADA TANAMAN PADI..26
Ketut Puspadi
3 KALENDER TANAM SAYUR, PENGATURAN PEMENUHAN GIZI HARIAN KELUARGA SECARA
Lalu Wirajaswadi
BERKESINAMBUNGAN...30
Yohanes G. Bulu OPINI
M. Nazam 1 PROSPEK KETAHANAN PANGAN NUSA TENGGARA BARAT (ANALISIS DARI ASPEK KEMANDIRIAN
PANGAN)....33
Redaksi Pelaksana 2 SISTEM VERTIKULTUR SOLUSI PERTANIAN ORGANIK DILAHAN SEMPIT (PERKOTAAN ) UNTUK
MENDUKUNG MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) DI NTB...37
Luh Gde Sri Astiti 3 RESI GUDANG GABAH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA DAN
Farida Sukmawati M KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA...39
4 WANITA DAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA...42
Ria Rustiana 5 PENINGKATAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN MASYARAKAT NUSA TENGGARA BARAT MELALUI
PEMANFAATAN PEKARANGAN...46
Muliadi
SERBA SERBI
1 PRAJA MADYA IPDN BERKUNJUNG KE BPTP NTB .51
Alamat Redaksi : 2 KUNJUNGAN MENRISTEK KE NTB DALAM RANGKA MEMPERKUAT SDM DAN IPTEK DI KORIDOR V
BPTP NTB Jl. Raya peninjauan Narmada MP3EI ..52
3 KEPALA BBP2TP MENINJAU MKRPL KARANG SIDEMEN ...53
Telp.(0370) 671312. Fax (0370) 671620
4 MURID SD DIPERKENALKAN M-KRPL ..55
E-mail : bptp-ntb@litbang.deptan.go.id
BERITA DALAM GAMBAR
1 PANEN RAYA DAN TEMU LAPANG KAJIAN BEBERAPA POLA TANAM BERBASIS JAGUNG DI LAHAN
KERING BERIKLIM KERING SEBAGAI ANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM..56
2 BUPATI KLU : TINGKATKAN PRODUKTIVITAS MELALUI INOVASI TEKNOLOGI.57
PROFIL

1 WAYAN SUKLA.58

i
Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi
Provinsi Nusa Tenggara Barat 2011-2015
Moh. Nazam

Pendahuluan
Ketersediaan pangan dan gizi yang akan menjadi acuan bagi para pemangku
"cukup" merupakan hak azasi manusia yang kepentingan dalam menjabarkan kegiatan
harus selalu dijamin oleh negara bersama nyata untuk mewujudkan sumberdaya manusia
masyarakat. Undang-Undang No.7 Tahun 1996 berkualitas dan meningkatkan ketahanan
tentang Pangan yang dijabarkan lebih lanjut pangan dan gizi masyarakat.
dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 68 Pencapaian Pembangunan Pangan dan Gizi
Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan, di NTB
mengartikan ketahanan pangan sebagai kondisi Secara umum, keberhasilan
terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang pembangunan pangan dan gizi di NTB dapat
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, dilihat dari indikator status gizi balita. Status gizi
baik jumlah maupun mutunya, aman, merata balita ditentukan berdasarkan tinggi badan dan
dan terjangkau. Dalam kerangka Millenium berat badan menurut umur dibandingkan dengan
Development Goals/MDGs, pemerintah standar baku WHO, 2005.
berkewajiban menurunkan angka kemiskinan
dan penderita kekurangan pangan sebesar
50% pada 2015 dari kondisi tahun 1990.
Keberhasilan pemerintah mempertahankan
surplus pangan khususnya beras nampaknya
belum menjamin terpenuhinya kebutuhan
pangan dan gizi masyarakat. Hal ini dapat
dilihat dari status pangan dan gizi masyarakat
yang masih jauh dari harapan. Oleh sebab itu
sangat logis dan wajar menjadikan program
ketahanan pangan dan gizi sebagai prioritas
pembangunan daerah. Rencana Aksi Daerah Gambar 1 memperlihatkan bahwa status
Pangan dan Gizi (RAD-PG) Nusa Tenggara balita berdasarkan tinggi badan NTB berada
Barat 2011- 2015 merupakan penjabaran pada urutan ketiga terburuk yaitu 48,2%jauh
operasional dari Rencana Pembangunan dibawah rata-rata nasional sebesar 35,6%.
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Nusa Jumlah balita yang sangat pendek sebanyak
Tenggara Barat dalam pembangunan pangan 29,0%, sedangkan yang pendek sebanyak
dan gizi yang bersifat terpadu (integrated), 19,2%. Jika dibandingkan dengan target MDGs
bertahap dan berkesinambungan tahun 2015 sebesar 32%, maka NTB masih
(sustainability), serta terukur keberhasilannya memerlukan usaha penurunan sebesar 16%
(measureable). Dokumen RAD-PG 2011-2015 selama kurun waktu 2011-2015.

1
Berdasarkan status gizi balita, jumlah balita Gambar 3 memperlihatkan bahwa
penderita kekurangan gizi di NTB pada tahun disparitas penduduk sangat rawan pangan di
2010 sebanyak 30,5% terdiri atas 11% gizi NTB relatif lebih baik yaitu berada pada urutan
buruk dan 19,5% gizi kurang. Kondisi tersebut ke 12 dari 33 provinsi atau sebesar 13,29% dan
menempatkan NTB pada posisi terburuk berada di atas rata-rata nasional sebesar
dibandingkan provinsi lain, jauh di bawah 14,47%.
rata-rata nasional sebesar 17, 5% (Gambar 2).
Permasalahan dan tantangan
Permasalahan pangan dan gizi di NTB
mencakup tiga hal pokok, yaitu: (1) Masalah
pangan dan gizi yang disebabkan oleh tingkat
ketersediaan (food availability), akses pangan
(food acces) dan penyerapan pangan (utility)
yang masih kurang; (2) Akar masalah pangan
dan gizi adalah kondisi sosial dan ekonomi yang
rendah dan terbatasnya infrastruktur, dan (3)
masih rendahnya indeks pembangunan
manusia (IPM) yang mencakup pendidikan,
Gambar 2. Angka prevalensi kekurangan gizi pada
kesehatan dan daya beli masyarakat. Walaupun
balita per provinsi tahun 2010
Sumber: Riskesdas, 2010 NTB termasuk salah satu provinsi yang mampu
Gambar 2 memperlihatkan bahwa jumlah surplus beras atau sudah mencukupi dari sisi
penderita kekurangan gizi di provinsi NTB berada ketersediaan, akan tetapi hal tersebut tidak
pada posisi terburuk yaitu mencapai 30,5%. menjamin setiap rumah tangga memiliki
Sedangkan target MDGs bahwa jumlah kemampuan mengakses dalam jumlah dan
penderita kekurangan gizi pada tahun 2015 mutu yang cukup serta terjangkau. Berbagai
sebesar 15.5%, yang terdiri atas gizi buruk 3,6% faktor penghambat antara lain masalah
dan gizi kurang 11,9%. Untuk mencapai target infrastruktur yang kurang memadai sehingga
MDGs sebesar 15% dari kondisi 2010, NTB distribusi terhambat, masalah sosial dan
harus menurunkan angka gizi buruk sebesar ekonomi yang membantasi daya beli. Kondisi
7.4% dan gizi kurang sebesar 7,6%. Sementara demikian pada akhirnya mempengaruhi
itu, disparitas penduduk sangat rawan pangan penyerapan pangan. Rendahnya tingkat
menurut provinsi di Indonesia pada tahun 2009, pendidikan juga mempengaruhi tingkat
ditunjukkan pada Gambar 3. pengetahuan masyarakat tentang pentingnya
pangan dan gizi serta rendahnya akses
masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan
yang layak. Data BPS (2010) menunjukkan
bahwa sekitar 15,15% penduduk tidak
mengenyam pendidikan, 23,83% tidak tamat SD
dan 25,74% hanya tamat SD. Meskipun
jumlah penduduk miskin terus mengalami
penurunan, tetapi jumlahnya masih cukup
banyak, yaitu 1.009.352 jiwa (21,6%). Dilihat
dari persentase penduduk miskin secara
Gambar 3. Disparitas penduduk sangat rawan nasional, maka angka kemiskinan di provinsi
pangan menurut provinsi, 2009. NTB termasuk tinggi, yaitu berada pada urutan
Sumber: Susenas, 2009 ke 28 dari 33 provinsi, seperti ditunjukkan
Gambar 4.

2
Arah kebijakan, strategi dan rencana aksi
daerah pangan dan gizi
RAD-PG Nusa Tenggara Barat
2011-2015 bertujuan: (1) meningkatkan status
gizi masyarakat dengan target penurunan
prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada balita
menjadi 10%, dan penurunan prevalensi pendek
balita menjadi 32%, serta penurunan proporsi
penduduk rawan pangan menjadi 10% pada
Gambar 4. Persentase penduduk di bawah garis kemiskinan
nasional menurut provinsi tahun 2010. tahun 2015, (2) mempertahankan dan
Sumber : BPS, Susenas (2010) dalam Laporan meningkatkan produksi pangan berbasis
Pencapaian MDGs 2010. kemandirian untuk ketersediaan energi minimal
2.200 kkal/kap/hari, dan penyediaan protein
Gambar 4 memperlihatkan kesenjangan
minimal 57 gram/kap/hari, (3) meningkatkan
tingkat kemiskinan yang perlu mendapat
keragaman konsumsi pangan untuk mencapai
perhatian serius. NTB termasuk di antara 17
gizi seimbang dengan kecukupan energi 2.000
provinsi dengan tingkat kemiskinan di bawah
Kkal/kap/hari dan protein sebesar 52 gram/kap/
rata-rata nasional atau urutan ke 6
hari dan cukup zat gizi mikro, serta
terbawah.Tantangan bagi pemerintah adalah (1)
meningkatkan keragaman konsumsi pangan
Meningkatkan iklim usaha yang kondusif di
dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada
daerah untuk meningkatkan kesempatan usaha
tahun 2015 sebesar 84, dan (4) meningkatkan
ekonomi dalam rangka peningkatan pendapatan
keamanan dan mutu pangan yang dikonsumsi
dan daya beli masyarakat; (2) Meningkatkan
masyarakat dengan meminimalkan pelanggaran
efektivitas penyelenggaraan bantuan dan
terhadap ketentuan keamanan pangan.
jaminan sosial, termasuk peningkatan jumlah
RAD-PG disusun melalui pendekatan lima pilar
dan kapasitas sumber daya manusia, seperti
pembangunan pangan dan gizi, meliputi:
tenaga lapangan yang terdidik dan terlatih serta
(1) perbaikan gizi masyarakat, terutama pada
memiliki kemampuan dalam penyelenggaraan
ibu pra-hamil, ibu hamil, dan anak melalui
pelayanan kesejahteraan sosial; (3)
peningkatkan ketersediaan dan jangkauan
Meningkatkan akses masyarakat miskin
pelayanan kesehatan berkelanjutan yang
terhadap layanan kebutuhan dasar (indikator
difokuskan pada intervensi gizi efektif pada ibu
kemiskinan non pendapatan) misalnya pada
pra-hamil, ibu hamil, bayi, dan anak balita;
kecukupan pangan (kalori), layanan kesehatan,
(2) peningkatan aksesibilitas pangan yang
air bersih dan sanitasi yang masih rendah, dan
beragam melalui peningkatan ketersediaan dan
cukup timpang antar golongan pendapatan; (4)
akses pangan yang difokuskan pada keluarga
Mengoptimalkan pelibatan masyarakat terutama
rentan pangan dan miskin; (3) peningkatan
masyarakat miskin dalam pelaksanaan program
pengawasan mutu dan keamanan pangan
-program penanggulangan kemiskinan; (5)
melalui peningkatan pengawasan keamanan
Terjadinya kesenjangan kemiskinan antar
pangan yang difokuskan pada makanan jajanan
wilayah dan antar kelompok pendapatan yang
yang memenuhi syarat dan produk industri
memerlukan penanganan yang berbeda antara
rum ah tangga (PIRT) ters ertif ik as i;
Jawa/Bali dengan luar Jawa/Bali; (6) Masih
(4) peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
banyaknya rumah tangga yang rentan terhadap
(PHBS) melalui peningkatan pemberdayaan
gejolak ekonomi dan sosial (bencana alam,
masyarakat dan peran pimpinan formal serta non
gangguan iklim dan konflik sosial) yang masuk
formal, terutama dalam perubahan perilaku atau
kedalam kelompok rumah tangga hampir
budaya konsumsi pangan yang difokuskan pada
miskin.

3
penganekaragaman konsumsi pangan berbasis Program/kegiatan yang diperlukan untuk
sumber daya lokal, perilaku hidup bersih dan mendukung lima pilar pembangunan pangan
sehat, serta merevitalisasi posyandu; dan dan gizi di NTB, secara garis besar seperti
(5) penguatan kelembagaan pangan dan gizi diuraikan pada Tabel 1.
melalui penguatan kelembagaan pangan dan gizi Tabel 1. Program/kegiatan Rencana Aksi
di tingkat provinsi dan kabupaten/kota hingga ke Daerah Pangan dan Gizi NTB 2011-2015
tingkat desa. Secara skematis ditunjukkan pada
Gambar 5.

Gambar 5. Skema pendekatan lima pilar pembangunan


pangan dan gizi di NTB
Sumber: Draft RAD-PG NTB 2011-2015.

M-KRPL SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN DIVERSIFIKASI PANGAN DAN GIZI YANG


MANDIRI DAN LESTARI
Moh. Nazam
Pendahuluan
Ketahanan dan kemandirian pangan International Convention Center (JICC) pada
nasional harus dimulai dari rumah tangga. Oktober 2010.
Pemanfaatan lahan pekarangan untuk Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah
pengembangan pangan rumah tangga tangga dalam mewujudkan kemandirian
merupakan salah satu alternatif untuk pangan perlu diaktualisasikan dalam bentuk
mewujudkan kemandirian pangan rumah gerakan budaya menanam di lahan
tangga. Hal tersebut dinyatakan Presiden Susilo pekarangan, baik di perkotaan maupun di
Bambang Yudoyono pada acara Konferensi perdesaan. Presiden SBY prihatin melihat
Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta kenyataan mengapa petani untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari harus membeli, padahal
sumberdaya di sekitarnya cukup tersedia untuk
memenuhi kebutuhan tersebut apabila
diusahakan secara baik. Sebagai tindak lanjut
pernyataan Presiden tersebut, Kementerian
Pertanian menyusun suatu konsep yang
disebut Model Kawasan Rumah Pangan
Lestari (M-KRPL). M-KRPL adalah konsep
pemanfaatan pekarangan untuk aneka pangan
Gambar 1 (tanaman, ternak, ikan) sebagai upaya
Keragaan pekarangan rumah peserta KRPL di NTB membangun kemandirian pangan rumah

4
tangga, pengembangan diversifikasi pangan, Penumbuhan M-KRPL di NTB dimulai
konservasi tanaman lokal, pengembangan pada November 2011, sebanyak satu unit yang
kearifan lokal, manajemen kebun bibit desa, dan dilaksanakan oleh Kelompoktani Karya Harum,
rekayasa teknik penanganan anomali iklim. Dusun Jeliman, Desa Karang Sidemen,
M-KRPL dibangun dari kumpulan Rumah Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten
Pangan Lestari (RPL) dalam satu kawasan (RT, Lombok Tengah. Jumlah petani yang dilibatkan
RW, Dusun atau Desa), dimana masing-masing sebanyak 20 kepala keluarga (KK). Melihat
RPL diharapkan memenuhi prinsip pemanfaatan keberhasilan M-KRPL di Desa Karang Sidemen
pekarangan yang ramah lingkungan dan mampu tersebut, maka pada TA. 2012 jumlah unit
memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, M-KRPL diperbanyak menjadi 8 unit dan
menghemat pengeluaran harian, meningkatkan direncanakan di setiap Kabupaten/Kota
diversifikasi pangan berbasis pangan lokal, terdapat satu unit M-KRPL. Hingga saat ini
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan jumlah M-KRPL yang sudah terbentuk
melalui partisipasi masyarakat. Pengembangan sebanyak 5 unit, tersebar di Kabupaten/Kota se
KRPL bertujuan: a) meningkatkan pengetahuan Pulau Lombok, yaitu:
dan keterampilan keluarga dan masyarakat 1. Kelompoktani Melet Maju, Dusun Sanggar
dalam pemanfaatan lahan pekarangan di Sari, Desa Sigar Penjalin, Kecamatan
perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya Tanjung, Kabupaten Lombok Utara dengan
tanaman pangan, buah-buahan, sayuran dan jumlah peserta 53 KK.
tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan 2. Kelompok Wanita Tani Melati, Dusun Iting
ternak dan ikan, pengolahan hasil serta Langgem, Kuripan Utara, Kecamatan
pengolahan limbah rumah tangga; b) memenuhi Kuripan, Kabupaten Lombok Barat, dengan
kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan jumlah peserta 33 KK.
masyarakat secara lestari dalam suatu 3. Kelompok Wanita Tani Anggrek Ungu,
kawasan; c) memelihara sumberdaya genetik/ Lingkungan Mapak Belatung, Kelurahan
plasma nutfah lokal, dan d) mengembangkan Jempong Baru, Kecamatan Sekarbela,
kegiatan ekonomi produktif keluarga dan Kota Mataram, dengan jumlah peserta 20
menciptakan lingkungan yang hijau, bersih dan KK
sehat secara mandiri. 4. Kelompoktani Karya Harum, Dusun
Potensi dan Sebaran KRPL di NTB Jeliman, Desa Karang Sidemen,
Provinsi NTB memiliki potensi sumberdaya Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten
pekarangan yang cukup luas yaitu sekitar Lombok Tengah dengan jumlah peserta 35
38.286 ha atau 3,96% dari luas lahan pertanian KK
di NTB. Jika 50% dari luas lahan pekarangan 5. Kelompok Wanita Tani Bunga Arabiang,
tersebut dapat dimanfaatkan untuk budidaya Dusun Labu Pandan, Desa Labu Pandan,
tanaman dan ternak dengan model KRPL, akan Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok
memberikan dampak yang besar bagi Timur dengan jumlah peserta 30 KK.
peningkatan ketahanan pangan rumah tangga. Komoditas yang dikembangkan adalah
Masyarakat perdesaan di NTB sebenarnya yang merupakan kebutuhan sehari-hari rumah
sudah terbiasa memanfaatkan pekarangan tangga serta memiliki nilai pasar yang cukup
untuk berbagai jenis tanaman, seperti sayuran, baik. Komoditas yang dominan adalah sayuran,
buah-buahan, ternak lokal, dan tanaman hias, ternak, tanaman pangan dan tanaman obat
namun belum dikelola secara baik. M-KRPL keluarga (toga). Jenis sayuran dominan adalah
lahir sebagai terobosan baru guna cabai, tomat, terong, sawi, kangkung, gambas,
meningkatkan akses pangan dan gizi serta paria dan mentimun. Jenis ternak yang umum
perbaikan ekonomi rumah tangga. dipelihara adalah ayam, itik dan entok.

5
Introduksi komoditas atau varietas baru juga telur dan bumbu masak yang semula Rp.
diperlukan dalam KRPL terutama untuk 25.000/hari, dengan adanya M-KRPL
komoditas yang mempunyai prospek cukup baik, pengeluaran tersebut dapat ditekan menjadi Rp.
dengan tujuan menambah keanekaragaman 5.000 s/d Rp. 10.000/hari atau terjadi
pangan dan gizi masyarakat dan memberikan penghematan sebesar Rp. 450.000 Rp.
nilai tambah, seperti selada, brocoli, paprika, 600.000/bulan.
bayam merah. KRPL juga diharapkan menjadi Disamping untuk konsumsi langsung, produksi
basis pangan dan gizi masa depan dengan sayuran dan ternak dapat dijual untuk
menambah pendapatan. Menurut petani
pendapatan rata-rata dari penjualan sayuran
pada lahan pekarangan sempit (luas <200 m 2)
Rp. 48.000/bulan, pekarangan sedang (luas 120
-400 m2) Rp. 67.000/bulan dan pada
pekarangan luas (>400 m 2) mencapai
Rp.111.000/bulan. Sementara itu tambahan
pendapatan dari penjualan hasil ternak berupa
telur dan DOC dapat mencapai Rp.356.000/
bulan.
Tambahan pendapatan juga diperoleh dari
Gambar 2. Pemanfaatan pekarangan dengan peningkatan nilai tambah dari hasil pengolahan,
aneka tanaman untuk memenuhi kebutuhan
seperti kripik bayam, kripik bunggol pisang,
pangan dan gizi keluarga serta ramah
lingkungan. rengginang singkong, jus dan dodol tomat. Bila
dihitung jumlah nilai produksi pekarangan baik
mengkonservasi komoditas lokal, seperti talas, yang dikonsumsi langsung maupun yang dijual,
ubi kayu, ubi jalar, uwi, gembili dan ganyong, maka pendapatan pekarangan berkisar antara
kelor dan labu serta tanaman obat keluarga, Rp.500.000 Rp.1.066.000/bulan.
seperti kunyit, lengkuas, jahe, kencur, sirih. Manfaat lain yang dirasakan dengan adanya
Kinerja M-KRPL diukur berdasarkan indikator M-KRPL adalah peningkatan kualitas
sebagai berikut: a) peningkatan pengetahuan, lingkungan. Pekarangan yang semula kumuh
keterampilan dan sikap terhadap pemanfaatan dan tidak dimanfaatkan telah berubah menjadi
pekarangan; b) keberlanjutan ketersediaan pekarangan yang hijau dan segar. Nilai estetika
bahan pangan dan gizi; c) kemudahan dalam juga diperoleh dari pekarangan yang tertata
akses pangan dan gizi keluarga; d) peningkatan dengan baik. Penataan yang baik memberikan
pola pangan harapan (PPH) rumah tangga; e) nilai tambah berupa hubungan fungsional yang
peningkatan angka kecukupan energi (AKE); f) baik antara tanaman, ternak dan ikan di
peningkatan kontribusi pendapatan usahatani pekarangan yang saling mendukung. M-KRPL
pekarangan terhadap pendapatan rumah juga menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru
tangga; g) konservasi sumber daya lokal dan h) berupa pasar input (kompos, benih, bibit
peningkatan nilai tambah produk-produk tanaman dan ternak) serta pasar output
pekarangan; sayuran, ternak dan ikan. Hasil penjualan
Dalam usianya yang relatif singkat (5 kompos, bibit cabai, terong dan ternak di
bulan), manfaat M-KRPL telah dirasakan oleh M-KRPL Karya Harum diperkirakan telah
masyarakat. Hasil wawancara dengan petani mencapai Rp. 10 juta lebih.
peserta M-KRPL Karya Harum, terungkap
bahwa pengeluaran rata-rata petani untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti sayur,

6
melalui peningkatan kapasitas SDM
( c a p ac i ty building) dan penguatan
kelembagaan. Dalam konteks membangun
KRPL, peningkatan kapasitas SDM dilakukan
melalui kegiatan sosialisasi, workshop
perencanaan partisipatif, sekolah lapang,
pengawalan teknologi, temu lapang, dan
Gambar 3. Perkembangan jumlah peserta M-KRPLR dan Non lokakarya lapang.
M-KRPL di NTB s/d Maret 2012
Dukungan teknologi dan penyediaan
Melihat kenyataan tersebut minat masyarakat benih: Dukungan teknologi terhadap
untuk menerapkan M-KRPL secara swadaya implementasi
terus bertambah model KRPL dalam bentuk: a) bimbingan
inovasi pembuatan media tanam, pembuatan
greenhouse/screen house, sistem vertikultur,
pembuatan kandang ternak dan kolam ikan; b)
bimbingan penerapan teknologi pembibitan dan
budidaya tanaman, ternak dan ikan; c)
bimbingan penerapan inovasi pembuatan
kompos; d) bimbingan inovasi pasca panen dan
pengolahan hasil. Di setiap M-KRPL dibangun
kebun bibit desa (KBD) yang berfungsi sebagai
tempat pembibitan untuk memenuhi kebutuhan
Gambar 4. Workshop perencanaan partisipatf untuk bibit kelompok maupun masyarakat sekitar
penentuan kebutuhan peserta M-KRPL
kawasan. Di setiap KBD dibangun greenhouse
Perkembangan peserta M-KRPL dan peserta sederhana dengan luas 20-40 m2. Teknologi
swadaya (Non M-KRPL), hingga akhir Maret greenhouse atau rumah tanaman merupakan
2012, ditunjukkan pada Gambar. alternatif solusi mengendalikan pengaruh iklim
Dalam Gambar terlihat bahwa peserta M-KRPL mikro pada tanaman, terutama bibit tanaman,
yang semula berjumlah 20 KK pada November seperti pengaruh langsung hujan, angin, serta
2011 dalam jangka waktu 5 bulan yaitu pada menghindari gangguan ternak seperti ayam dan
bulan Maret 2012 menjadi 154 KK. Peserta itik yang biasa dilepas di pekarangan. Untuk
Swadaya juga bertambah dari 5 KK pada menunjang kebutuhan benih dan bibit bagi
Desember 2011 menjadi 75 KK pada Maret setiap KBD, di BPTP juga dibangun kebun bibit
2012. Diperkirakan jumlah tersebut akan terus induk (KBI).
bertambah, mengingat anemo masyarakat
cukup positif terhadap hasil-hasil yang telah
dicapai.
Rahasia Menuju Keberlanjutan
Pemberdayaan pendamping: Di setiap lokasi
KRPL ditempatkan pendamping yang
membantu pengawalan teknologi dan
mengamati permasalahan-permasalahan yang
dihadapi petani mengkoordinasikan dengan
berbagai pihak terkait untuk memecahkan Gambar 5. Kebun Bibit Desa menjadi bagian
persoalan yang dihadapi. penting dalam M-KRPL untuk menjamin
Penguatan partisipasi masyarakat: dilakukan penyediaan bibit sesuai

7
kebutuhan secara berkelanjutan dan gizi keluarga secara mandiri sehingga
Pendekatan sistem: M-KRPL dikembangkan mendorong percepatan diversifikasi dan
dengan pendekatan sistem, dengan unit terkecil penganekaragaman pangan. Hasil M-KRPL
adalah rumah tangga dan dalam satu kawasan selain dapat dikonsumsi langsung juga dapat
(RT, RW, Dusun, Kelompok). M-KRPL dijual. Dengan demikian M-KPRL dapat
menempatkan rumah tangga sebagai pusat menghemat pengeluaran rumah tangga dan
alokasi sumber daya, produksi dan konsumsi. memberikan kontribusi yang baik terhadap
Sedangkan pendekatan kawasan ditujukan pendapatan rumah tangga.
untuk meningkatkan efisiensi usahatani baik Implikasi kebijakan
dalam pasar input maupun pasar output serta KRPL perlu dikembangkan secara massif bagi
meningkatkan kemampuan penetrasi pasar setiap rumah tangga karena telah terbukti
yang lebih berdaya saing dan memenuhi kuota mampu meningkatkan ketahanan pangan dan
tertentu. gizi keluarga secara mandiri dan berkelanjutan.
Pengembangan jejaring M-KRPL: Jejaring Perluasan dan percepatan diseminasi inovasi
M-KRPL perlu dikembangkan baik antar KRPL memerlukan dukungan dan partisipasi
M-KRPL maupun dengan pihak-pihak yang pemerintah daerah dan berbagai pihak terkait
terkait. Sebagai contoh: a) kerjasama M-KRPL dalam upaya mempercepat peningkatan
Karya Harum dengan PT BISI dalam hal kesejahteraan masyarakat.
perbenihan sayuran (mentimun, cabai, tomat, Sumber:
dll) yang semakin meningkat; b) Kerjasama [BKP] Badan Ketahanan Pangan. 2009.
M-KRPL Melet Maju dengan Ketua Pembina Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-
PKK Kabupaten Lombok Utara dalam 2014. Draft ke 3 Oktober 2009. Jakarta.
pengembangan pemanfaatan pekarangan di Chambers, R. 1996. Participatory Rural
Kabupaten Lombok Utara. Secara skematis Appraisal: Memahami Desa Secara Partisipatif.
model yang telah terbangun di M-KRPL Karya Oxfam Kanisius. Yogyakarta.
Harum, ditunjukkan pada Gambar. Eriyatno. 2003. Ilmu Sistem: Meningkatkan
Mutu dan Efektivitas Manajemen. Jilid Satu IPB
Press. Bogor.147 hal.
Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Umum
Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Draft
Akhir 6 Mei 2011. Jakarta.
Reijntjes, C., B. Harverkort dan A. W. Bayer.
1999. Pertanian Masa Depan: Pengantar untuk
Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar
Rendah. Edisi Indonesia. Kanisius (Anggota
IKAPI) Yogyakarta.
Sumaryanto. 2009b. Diversifikasi Sebagai Salah
Kesimpulan Satu Pilar Ketahanan Pangan. Forum Penelitian
Pengelolaan KRPL yang baik mampu Agro Ekonomi. Vol. 27 No. 2, Desember 2009:
meningkatkan ketersediaan dan akses pangan 93 108.

8
PENGOLAHAN PANGAN POTENSIAL
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA
Mardiana

Pendahuluan Komoditas jagung menunjukkan produksi


Pangan potensial merupakan jenis yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
pangan yang hasil produksinya belum optimal Hal ini selain disebabkan adanya perluasan
dan masih memungkinkan untuk dikembangkan areal tanam juga oleh upaya intensifikasi yang
atau ditingkatkan produksinya, baik melalui ditunjukkan dengan peningkatan produktivitas,
upaya ekstensifikasi maupun intensifikasi. Jenis yaitu dari 2,45 ton/ha pada tahun 2005 menjadi
pangan potensial yang ada di Provinsi Nusa 3,78 ton/ha pada tahun 2009. Ditinjau dari
Tenggara Barat (NTB) antara lain jagung, ubi produktivitas antar kota/ kabupaten,
jalar, ubi kayu, lobak, talas, sukun dan gadung. produktivitas tertinggi dicapai oleh Kabupaten
Pangan potensial tersebut memiliki kadar pati Lombok Timur yaitu 3,96 ton/ha, sedangkan
yang tinggi dan berpeluang dijadikan sebagai yang terendah dicapai oleh Kabupaten
bahan subsitusi atau pengganti beras sebagai Sumbawa Barat yaitu 3,33 ton/ha. Produksi ubi
makanan pokok. Upaya mencari bahan pokok jalar mengalami fluktuasi pada beberapa tahun
pengganti beras sangat penting karena tingkat terakhir. Produksi tertinggi dicapai pada tahun
ketergantungan masyarakat yang sangat tinggi 2006 dan terendah pada tahun 2008 yang
terhadap beras. Bila cadangan beras tidak kemudian meningkat lagi pada tahun 2009.
mencukupi, maka ketahanan pangan Produktivitas ubi jalar yang tertinggi dicapai oleh
masyarakat akan terganggu dan dapat Kabupaten Lombok Timur sebesar 11,86 ton/ha
membahayakan stabilitas tidak hanya di daerah sedangkan produktivitas yang terendah terjadi
tetapi juga secara nasional. di Kabupaten Dompu sebesar 11,42 ton/ha
Produksi beberapa pangan potensial seperti tahun 2009. Begitu pula dengan komoditas ubi
jagung, ubi jalar dan ubi kayu di NTB relatif kayu, mengalami fluktuasi seperti ubi jalar
berfluktuasi dalam beberapa tahun terakhir. dimana produksi tertinggi terjadi pada tahun
Berikut ini adalah gambaran produksi padi, 2005 dan terendah tahun 2008 namun
jagung, ubi jalar dan ubi kayu sejak tahun 2005 mengalami peningkatan kembali tahun 2009.
2009 (dalam ton). Produktivitas ubi kayu yang paling tinggi
dicapai oleh Kabupaten Lombok Timur sebesar
Tabel 1. Produksi Padi, Jagung, Ubi Jalar dan 13,51 ton, sedangkan terendah di Kota Bima
Ubi kayu di NTB Tahun 2005-2009 sebesar 12,28 ton/ha pada tahun 2009.
Bila dibandingkan dengan produksi padi
pada Tabel 1, terlihat bahwa produksi per tahun
ketiga jenis komoditas pangan potensial
tersebut memang lebih rendah. Hal ini
disebabkan luas areal penanaman yang jauh
lebih sempit dibandingkan luas areal
penanaman padi. Hal ini menunjukkan bahwa
pengembangan pangan potensial belum
dilaksanakan secara maksimal seperti padi.
Bila pangan potensial ini dikembangkan dengan
lebih optimal akan memberikan hasil yang besar
mengingat produktivitas ubi jalar dan ubi kayu
yang jauh lebih besar dibanding padi untuk

9
satuan luas yang sama. Berikut ini adalah karena kandungan patinya terfermentasi
perbandingan luas panen, produksi dan menjadi gula.
produktivitas tanaman padi, jagung, ubi jalar dan Dengan produktivitas dan daya simpan yang
ubi kayu tahun 2009. tinggi tersebut menyebabkan ubi jalar cocok
Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas dijadikan sebagai cadangan bahan pokok bagi
Tanaman Padi, Jagung, Ubi Jalar dan Ubi rumah tangga.
Kayu tahun 2009

Sumber : BPS NTB (2010)


Ubi Jalar Sebagai Pangan Alternatif
Dari ketiga pangan potensial di atas, Pengolahan Ubi Jalar
komoditas yang belum cukup populer adalah ubi Berbagai teknologi tepat guna
jalar. Dibandingkan dengan jagung dan ubi pengolahan ubi jalar telah banyak
kayu, pemanfaatan ubi jalar masih sangat dikembangkan oleh Balai Penelitian Tanaman
terbatas. Bila jagung dan ubi kayu telah diolah Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi)
sedemikian rupa menjadi berbagai jenis Kementerian Pertanian. Pengolahannya relatif
makanan baik jenis makanan basah maupun sederhana, mudah dilakukan dan rasa yang
kering, pengolahan pasca panen ubi jalar sangat enak. Berikut ini adalah beberapa contoh
sederhana yaitu direbus atau digoreng saja. pengolahan ubi jalar menjadi berbagai produk
Padahal bila ditinjau dari kandungan gizi, ubi makanan.
jalar tidak kalah dibanding komoditas lainnya.
Ubi jalar memiliki kandungan antioksidan yang
kuat untuk menetralisir keganasan radikal bebas
penyebab penuaan dini dan pencetus aneka
penyakit degeneratif seperti kanker dan jantung.
Zat gizi lain yang banyak terdapat dalam ubi jalar
adalah energi, vitamin C, vitamin B6 (piridoksin)
yang berperan penting dalam kekebalan tubuh.
Kandungan mineral dalam ubi jalar seperti
fosfor, kalsium, mangan, zat besi dan serat yang
larut untuk menyerap kelebihan lemak/kolesterol
dalam darah dan cocok sekali untuk penderita
diabetes. Selain itu, walaupun kadar pati ubi 1. Keripik Ubi Jalar Manis
jalar lebih rendah dibandingkan ubi kayu, namun Bahan Utama : Ubi jalar 1 kg
umur panen ubi jalar jauh lebih singkat, bisa Bumbu : 1 sdm garam, 3 siung bawang
hanya tiga bulan. Ubi jalar juga dapat disimpan putih, 1 sdt soda kue, 250 gram gula pasir, 2
dalam waktu yang cukup lama, yaitu sekitar lima liter air dan minyak goreng secukupnya
bulan tanpa menurunkan kualitasnya, justru Pengolahan bumbu : siapkan air bersih 1,5
akan membuat ubi jalar menjadi lebih manis liter dalam baskom, tamahkan garam 1 sdt,

10
soda kue 1 sdt dan 3 siung bawang putih yang Pembuatan Selai
telah dihaluskan. Aduk rata dan larutan bumbu Cuci bersih ubi jalar, kemudian kukus
siap digunakan. selama 30 menit, dipotong kecil-kecil dan
Penyiapan larutan gula : buang kulitnya
Siapkan air 0,5 liter dan tambahkan gula pasir Anggur dicuci, dipotong-potong dan dibuang
250 gram. Rebus larutan gula hingga mendidih kulitnya; nenas dikupas, dicuci dan dipotong
dan larutan gula siap digunakan dalam keadaan kecil-kecil; demikian pula dengan mangga,
panas. untuk memudahkan pemblenderan
Cara Pengolahan : Ubi jalar diblender bersama buah (anggur,
1. Pilih ubi jalar sehat, potong kedua ujung nenas atau mangga) dan ditambah air 600
dan kupas kulitnya, kemudian cuci bersih ml
2. Iris umbi tipis-tipis Hasil blenderan kemudian dimasak bersama
3. Rendam dalam larutan bumbu selama 15 selama 25 menit, pada saat memasak
menit ditambahkan gula, asam sitrat, dan pektin
4. Tiriskan irisan umbi, kemudian goreng sambil diaduk rata. Setelah 25 menit
dengan api sedang sampai matang diangkat dan didinginkan
5. Tiriskan, kemudian celupkan keripik ke Setelah dingin selai dimasukkan ke dalam
dalam larutan gula panas botol yang telah steril
6. Goreng kembali keripik dengan api kecil
Pasteurisasi
selama 2 menit, kemudian angkat dan
Botol beisi selai dikukus selama 20 menit di
tiriskan hingga minyaknya berkurang
dalam panci dengan keadaan tutup botol
Pengemasan : Masukkan keripik ubi jalar dalam setengah terbuka. Setelah 20 menit
kantong plastik dan pulas dengan sealer listrik diangkat dan ditutup rapat-rapat.
2. Selai Ubi Jalar Rasa Nenas, Anggur dan Untuk pemakaian jangka panjang selai
Mangga sebaiknya disimpan dalam kulkas.

Bahan Utama : Desa Rarang merupakan salah satu


500 gram ubi jalar ungu dan 500 gram kawasan pusat produksi ubi jalar di kawasan
anggur (untuk rasa anggur) Kabupaten Lombok Timur dan saat ini tengah
500 gram ubi jalar kuning dan 500 gram dikembangkan usahatani ubi jalar di areal
nenas (untuk rasa nenas) seluas 50 ha. Berdasarkan informasi petani di
500 gram ubi jalar kuning/ oranye dan 500 daerah tersebut, ubi jalar dijual petani kepada
gram mangga (untuk rasa mangga) tengkulak seharga Rp. 3.000/kg- Rp. 4.000,-/kg
sedangkan di tingkat pengecer bisa mencapai
Bahan Tambahan :
Rp. 7.000,-/kg Rp. 10.000,-/kg. Dengan
550 gram gula pasir
melakukan proses pengolahan lebih lanjut
3 gram asam sitrat
menjadi makanan jadi, kualitas dan harga jual
2 gram pektin
ubi jalar dapat ditingkatkan. Pengolahan ubi
Penyiapan botol kemasan : jalar bisa dijadikan sebagai alternatif upaya
Siapkan dulu botol kemasan, gunakan botol meningkatkan pendapatan keluarga. Dengan
dari bahan yang tahan panas, cuci bersih demikian akses keluarga terhadap sumber-
Sterilkan botol dengan dipanaskan dalam sumber pangan lainnya akan meningkat
oven listrik atau oven api dengan suhu sehingga ketahanan pangan keluarga juga
100C minimal selama 2 jam dapat ditingkatkan.
Botol yang sudah steril harus segera
digunakan, jangan terlalu lama dibiarkan

11
BEBERAPA RESEP OLAHAN UBI JALAR

12
PERBENIHAN JAGUNG KOMPOSIT SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN JAGUNG UNTUK
MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DAN MENINGKATKAN
PENDAPATAN PETANI DI NTB
Sudarto

Pendahuluan
Jagung merupakan salah komoditi kurang tepat, d). Tidak stabilnya harga jagung.
unggulan propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Telah banyak varietas-varietas jagung komposit
karena peranan jagung ke depan semakin yang dihasilkan oleh Balitserealia Maros dan
strategis baik untuk pemenuhan kebutuhan masing-masing mempunyai karakter yang
pangan maupun sebagai komoditas agribisnis. diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan
Luas panen jagung di NTB pada tahun 2011 pengguna. Namun varietas-varietas tersebut
adalah 39.380 ha dengan produktivitas rata-rata belum banyak dikenal oleh petani, baru
3,45 t/ha, sedang hasil penelitian menunjukkan beberapa daerah yang telah menerapkan dalam
bahwa produktivitas jagung dapat mencapai 7 usahataninya sehingga masih sangat terbatas
9 t/ha. Kesenjangan hasil tersebut diantaranya dijumpai pada pertanaman petani. Kebanyakan
karena manajemen budidaya yang kurang, petani hanya mengenal jenis jagung hibrida,
selain itu juga disebabkan ketersediaan benih padahal kalau dicermati dalam usatani jagung
dan pupuk pada saat diperlukan terutama hibrida harus diperhatikan dan diterapkan
jagung hibrida sehingga petani menanam benih dengan tepat komponen teknologinya.
as al- as a la n. D il ai n p ih ak , pro gram Kesalahan dalam menerapkan manajemen
pengembangan tanaman jagung selama dua produksi akan berakibat penurunan produksi.
tahun ini petani memperoleh benih dari program Selain varietas unggul yang mampu
BLBU. Disadari, kehadiran varietas jagung memberikan produktivitas tinggi, kualitas benih
introduksi baik bersari bebas (komposit) juga merupakan salah satu faktor penentu
maupun hibrida telah berkontribusi nyata tingginya produktivitas. Pemilihan suatu varietas
terhadap peningkatan produktivitas maupun unggul jagung komposit yang sesuai, dengan
produksi jagung nasional. Namun distribusi dari benih yang berkualitas merupakan langkah awal
varietas introduksi tersebut berjalan sangat menuju keberhasilan dalam usahatani jagung.
lambat pada tingkat petani. Sebagai upaya Ketersediaan benih berkualitas dengan jumlah
mempercepat arus distribusi varietas dan cukup, tepat waktu, dan mudah diperoleh petani
ketersediaan benih di lokasi tepat waktu, maka memegang peranan penting, dan hal ini tidak
perbenihan jagung terutama jagung komposit terlepas dari peranan para penangkar benih
dapat dilakukan didaerahnya sendiri sehingga yang cukup besar. Agar terjalin kesinambungan
petani dapat menyediakan sendiri tanpa yang berlanjut antara penghasil dengan
bergantung benih dari luar. Kendala yang pengguna teknologi, utamanya varietas maka
dihadapi oleh petani jagung umumnya adalah pen yediaan benih berk ualitas yang
a). Pengetahuan tentang varietas, b). berkelanjutan merupakan salah satu kegiatan
Terbatasnya ketersediaan benih tepat waktu yang sangat penting dalam rangka
dan mahalnya harga benih jagung terutama pengembangan jagung.
jagung hibrida, c). Teknologi budidaya yang Dengan adanya kegiatan perbenihan jagung,

13
perbaikan manajemen produksi maka akan Perkembangan luas panen dan produksi
menumbuhkan agroindustri perbenihan di jagung di Propinsi NTB dari tahun 2004 2009
perdesaan sehingga dapat menjadi simpul mengalami peningkatan, akan tetapi pada tahun
agribisbis. Untuk kesinambungan ketersediaan 2010 terjadi penurunan produksi mencapai
benih jagung sepanjang musim, maka 249.00 ton dengan luas panen 61.593 ha, dan
perbenihan akan dilaksanakan pada lahan pada tahun 2013 ditargetkan sebesar 613.496
kering (musim hujan) dan lahan sawah (musim ton dengan luas panen 116.268 ha (BPS, 2011).
kemarau). Propinsi NTB memiliki potensi dan peluang
dalam pengembangan meningkatkan produksi
PERKEMBANGAN JAGUNG DI NTB jagung. Salah satunya adalah dengan
Kebijakan pembangunan pertanian memperkenalkan varietas jagung komposit
ditujukan untuk meningkatkan ketahanan kepada petani karena selain mempunyai potensi
pangan, mengembangkan agribisnis dan sumber daya lahan yang luas, jenis tanah,
meningkatkan kesejahteraan petani. Dengan topografi dan agroklimat yang sesuai untuk
tujuan tersebut mengisyaratkan bahwa produk tanaman jagung terutama lahan kering.
pertanian yang dihasilkan harus memenuhi
syarat kuantitas, kualitas dan kontinyuitas KELEMBAGAAN TERKAIT DALAM
sehingga mempunyai daya saing. Jagung PERBENIHAN JAGUNG KOMPOSIT
merupakan salah satu komoditi dari sektor Dari aspek budidaya, jagung merupakan
tanaman pangan yang memiliki peran yang tanaman yang mudah dikembangkan oleh
cukup penting dan strategis dalam masyarakat, bisa dikembangkan pada lahan
pembangunan nasional dan regional. Peranan kering (musim hujan), dan lahan sawah (musim
jagung dalam subsektor tanaman pangan telah kemarau), jenis hama dan penyakitnya terbatas.
terbukti secara meyakinkan memberikan andil Untuk mendukung keberhasilan tersebut, maka
yang cukup besar bukan saja terhadap diperlukan daya dukung yang optimal terhadap
ketahanan pangan tetapi juga terhadap pencapaian sasaran produksi melalui
perekonomian. Dalam krisis ekonomi jagung pendekatan agribisnis yang diarahkan untuk
telah memperlihatkan ketangguhannya dengan meningkatkan pendapatan petani, menyediakan
tetap tumbuh positif dan menjadi penarik bagi kesempatan kerja yang produktif, memantapkan
pertumbuhan industri hulu dan mendorong struktur kelembagaan dengan menumbuhkan
pertumbuhan industri hilir yang kontribusinya usaha-usaha di perdesaan melalui perbenihan.
pada pertumbuhan ekonomi nasional cukup Petani dan kelompok tani merupakan pelaku
besar. Permintaan jagung dari tahun ke tahun utama pada tingkat keberhasilan dalam
semakin meningkat karena banyak perbenihan dan pengembangan, dengan
dimanfaatkan sebagai bahan pangan (Food), demikian ketuluhan hati dan kesungguhan
pakan ternak (Feed), dan bioetanol (Fuel). sangat diperlukan agar dapat melaksanakan
budidaya jagung dengan baik dan berproduksi
tinggi. Sebagai wadah dalam pengorganisasian
petani maka perlu dibentuk kelembagaan
ditingkat petani yaitu kelompok tani. Fungsi
kelompok tersebut adalah untuk koordinasi,
membina, mengurus agroindustri sampai
Produksi (ton) dengan pemasaran hasil.
Peran stakeholder adalah melaksanakan
Gambar 1. Data luas panen, produktivitas dan produksi bimbingan langsung kepada petani dalam
jagung di NTB tahun 2004-2010 kegiatan perbenihan dan pengembangan

14
jagung. BPSB berperan dalam sistem produksi varietas unggul jagung komposit dengan
dan penanganan pasca panen. Dalam sistem produkvitas tinggi sehingga mampu bersaing
produksi bersama-sama dengan BPTP dengan jagung hibrida. Varietas-varietas
melaksanakan bimbingan langsung dilapangan. tersebut adalah Srikandi Kuning, Srikandi
Selama kegiatan berlangsung (masa Putih, Lamuru, Bisma, Anoman, Sukmaraga
pertumbuhan) BPSB melakukan kunjungan dan lain sebagainya.
lapang dan mengadakan pengawasan mutu
serta penilaian kelayakan untuk proses KONSEP PERBENIH AN J AGUNG
selanjutnya. Sementara dalam penanganan KOMPOSIT
pasca panen BPSB memfasilitasi pengujian Program pengembangan jagung di Nusa
laboratorium dan sertifikasi benih (pengesahan Tenggara Barat akhir-akhir ini sudah mulai
label). menunjukkan hasil yang menggembirakan, hal
ini terlihat bahwa setiap hamparan lahan kering
di musim hujan sudah dibudidayakan tanaman
jagung. Akan tetapi dalam budidaya jagung
yang dilakukan oleh pelaku utama selalu
dihadapkan pada masalah pokok yaitu
ketersediaan benih saat tanam, teknologi
budidaya yang kurang sesuai, kurang solidnya
kinerja dan kelembagaan (pasar). Untuk
mengatasi masalah tersebut, maka perlu
dicoba terobosan baru berupa inovasi teknologi
melalui pendekatan perbenihan yang dilakukan
Gambar 2. Alur perbenihan jagung komposit di perdesaan. Pada prinsipnya pola tersebut
Dalam kegiatan ini peran dari instansi meramu kembali program pengembangan
terkait juga diperlukan dalam membuat jagung dengan memadukan terhadap sumber
kebijakan yang mendukung perbenihan dan daya alam dan sumber daya manusia. Langkah
pengembangan jagung komposit. Dalam -langkah yang ditempuh dalam perbenihan
pengembangan jagung komposit dapat jagung antara lain :
memberikan fasilitas penganggaran , sebagai
a. Mengidentifikasi masalah
mediator dengan BUMN, dan fasilitasi melalui
Selain untuk mengetahui secara detail
program BLBU.
mengenai kondisi fisik, sosial ekonomi dan
Sementara keberadaan pengusaha sangat
karakteristik lokasi juga bertujuan untuk
penting dalam usaha penangkaran jagung
menggali permasalahan dan kendala yang
karena merupakan jaminan kelangsungan
dihadapi petani dalam mengelola
pemasaran, dengan demikian kelompok tidak
usahataninya. Mengenal sifat permasalahan
lagi kesulitan dalam pemasaran produksi benih
dan mengetahui penyebab timbulnya
dan produksi jagung konsumsi.
permasalahan sangatlah penting artinya dalam
Lembaga penelitian yang berkompeten
upaya mencari solusi untuk mengatasinya
menangani penelitian jagung adalah Balit
tanpa menimbulkan dampak negatif atau
Tanaman Serealia di Maros. Hasil-hasil
masalah baru. Dari identifikasi tersebut juga
penelitian tanaman jagung yang menyangkut
akan terlihat existing farming setempat,
komponen teknologi telah banyak dilakukan dan
dengan mempelajari kebiasaan petani maka
telah pula dikembangkan pada sentra-sentra
peluang-peluang untuk memasukkan inovasi
produksi jagung nasional. Komponen-komponen
teknologi dalam pengembangan jagung akan
teknologi produksi antara lain dihasilkannya
lebih terarah. Dengan demikian pemilihan

15
usaha yang tepat sesuai dengan kondisi d. Komponen teknologi perbenihan jagung
sumberdaya, kesepakatan petani, sesuai komposit.
dengan preferensi petani/permintaan pasar Komponen teknologi yang diterapkan adalah
akan menciptakan sistem keterpaduan yang sebagai berikut :
saling sinergis. Persiapan lahan,
P ers i a pa n l a ha n d i lak uk an de ng an
b. Peningkatan SDM membersihkan rumput dengan cara membabat
Peningkatan sumber daya manusia dalam dengan sabit dan dilakukan pengolahan tanah.
usaha perbenihan, pengembangan dan Pengolahan tanah,
perbaikan manajemen produksi jagung perlu Ada dua cara untuk mempersiapkan media
dilakukan sampai pada tingkat kelompok tani tumbuh tanaman jagung ; a). Tanpa olah tanah,
sebagai pelaku utama dalam sistem budidaya b). Olah tanah sempurna.
dan produksi. Cara yang paling efektif untuk Tanpa olah tanah : seteleh lahan dibersihkan
peningkatan kualitas sumber daya manusia dari rumput/semak, kemudian dilakukan
adalah melalui pelatihan-pelatihan atau penyemprotan dengan herbisida. Setelah
kursus-kursus. Melalui kegiatan tersebut rumput terlihat mati kemudian dilakukan
nantinya usahatani jagung yang diterapkan pembuatan saluran draenase keliling dan
akan lebih dihayati dan dilaksanakan secara memotong 4 5 m pada petakan-petakan.
baik. Sedangkan pengolahan tanah sempurna
dilakukan dengan membajak sebanyak dua kali
c. Pendampingan penerapan teknologi dengan ternak sapi atau traktor.
Agar kegiatan dilapang berjalan dengan baik, Penanaman,
sebelum melakukan pendampingan perlu Penanaman pada lahan sawah dilakukan pada
adanya sosialisasi dan apresiasi program. bulan April/Mei (MK I) dan bulan Juli/Agustus
Dengan cara ini bertujuan menyamakan (MK II). Kebutuhan benih 20 kg/ha, jarak tanam
persepsi antara petani, peneliti/penyuluh, dinas/ 75 x 25 cm. Penanaman dengan cara di tugal,
instansi terkait dan pemerintah daerah dalam sebanyak 1 biji/lubang.
rangka penanganan perbenihan dan Pemupukan,
pengembangan berkelanjutan. Persentase takaran
Petani sejak awal sudah dilibatkan secara Jenis pupuk pupuk
langsung mulai dari perencanaan, pelaksanaan, (Takaran kg/ha) 7-10 25-30 40-45
pemasaran dan evaluasi. Keterlibatan petani HST HST HST
Urea (250-300) 30 % 40 % 30 %
dalam perencanaan dicerminkan dalam
kegiatan penentuan calon petani dan calon NPK (150-200) 100% - -
lokasi, PRA yaitu mempelajari masalah penting
secara kuantitatif/kualitatif, kemungkinan Penyiangan dan pembubunan,
pendalaman terhadap pengambilan keputusan Penyiangan dilakukan paling sedikit dua kali
dan penilaian dalam pemilihan teknologi serta atau tergantung dari pertumbuhan gulma.
pengelolaan sumber daya. Begitu pula dalam Pembubunan dilakukan bersamaan dengan
kegiatan on farmnya, pendampingan dilakukan penyiangan setelah pupuk susulan diberikan.
mulai dari persiapan lahan, penanaman, Pengendalian OPT,
pemeliharaan tanaman, panen dan penanganan Pengendalian hama dilakukan jika ada gejala
pasca panen. Hal ini agar petani memahami serangan hama, terutama penggerek batang.
betul teknologi perbenihan dan budidaya Jika ada gejala serangan penggerek batang
jagung. dapat diberikan insektisida Carbofuran melalui
pucuk dengan takaran 10 kg carbofuran

16
produk)/ha (3-4 butir carbofuran ditaburkan ke seleksi tongkol (tongkol yang memenuhi kriteria
pucuk tanaman). diproses lebih lanjut untuk dijadikan benih).
Penjemuran tongkol dilakukan sampai kadar air
biji sekitar 16 %, selanjutnya dipipil dengan
mesin pemipil dengan kecepatan sedang agar
biji tidak pecah/retak. Setelah biji terpipil,
dilakukan sortasi biji dengan menggunakan
saringan/ayakan 7 mm, biji-biji yang tidak
lolos saringan/ayakan dijadikan sebagai benih.
Biji-biji yang terpilih sebagai benih dijemur
kembali diterik matahari sampai kadar air
mencapai 10 %, kemudian dikemas dan diberi
label (nama varietas, tanggal panen, kadar air
waktu dikemas, daya kecambah) dan disimpan
dalam gudang atau ruang berAC.
PENUTUP
Sumber : Balit Penelitian Serealia Maros
Permasalahan yang dihadapi oleh petani
Pemberian air jagung umumnya masalah harga yang fluktuatif,
Pemberian air (Pemberian air perlu dilakukan hal dalam ini perlu dijalin kerjasama antar
jika tanaman menunjukkan gejala kekurangan lembaga terkait secara maksimal. Lembaga
air (daun mulai menggulung). Pendistribusian air -lembaga terkait dalam perbenihan dan
sebaiknya dilakukan melalui alur-alur diantara pengembangan jagung komposit antara lain
baris tanaman yang telah dibuat saat pembum- petani dan kelompok tani sebagai pelaku utama
bunan. Selama pertumbuhan tanaman jagung dalam sistem produksi, lembaga penelitian serta
pada musim kemarau biasanya memerlukan air lembaga terkait lainnya.
samapai 6-8 kali (tergantung saat tanam dan Konsep perbenihan dan pengembangan jagung
tekstur tanahnya) komposit dilakukan melalui pendekatan
Panen dan Prosesing, partisipatif dengan cara mengidentifikasi
Panen dapat dilakukan setelah masak fisiologis masalah yakni mengetahui secara detail
atau kelobot telah mengering berwarna mengenai kondisi biofisik dan sosial ekonomi
kecoklatan (kadar air 30 %). Tongkol dijemur masyarakat setempat. Peningkatan SDM
diterik matahari sampai kering sambil dilakukan melalui pelatihan-pelatihan serta kursus-kursus.

BIOSEKURITI TINGKATKAN PRODUKTIVITAS AYAM ARAB


Luh Gde Sri Astiti

Maraknya penderita gizi buruk di protein hewani adalah rendahnya daya beli dan
Indonesia akhir-akhir ini merupakan salah satu pendapatan masyarakat. Berbagai upaya
indikator rendahnya konsumsi protein hewani di dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah
Negara kita. Bila dibandingkan dengan yang diakibatkan oleh rendahnya konsumsi
negara-negara di ASEAN konsumsi protein protein hewani masyarakat Indonesia.
hewani rakyat Indonesia paling rendah yaitu Salah satunya adalah dengan menempatkan
sekitar 4,7 gram/orang/hari atau sekitar 4,5 kg/ pembangunan pangan dalam prioritas Rencana
kapita/tahun. Demikian pula dengan tingkat Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang
konsumsi telur yang hanya 67 butir/kapita/tahun. juga merupakan dukungan terhadap
Salah satu alasan tidak tercapainya konsumsi pembangunan pangan secara global.

17
Secara khusus di Indonesia telah ditetapkan seperti sesak nafas, batuk dan bersin serta
Undang-undang no 7. Tahun 1996 tentang penurunan produksi telur dan daya tetas telur.
pangan sehingga dapat tercipta ketahanan Sedangkan tipe velogenik menyebabkan ayam
pangan yang tercermin dalam tersedianya mengalami diare kehijauan, lesu, sesak nafas,
pangan yang cukup baik dari segi jumlah, mutu, ngorok dan bersin dengan angka kematian
aman dikonsumsi, merata dan dengan harga mencapai 100%.
yang terjangkau. Salah satu alternatif Biosekuriti mutlak harus diterapkan dalam
peningkatan gizi keluarga adalah dengan mengelola peternakan ayam karena biosekuriti
menggalakkan kembali kegiatan beternak di merupakan proteksi dari peternakan terhadap
pekarangan dalam skala rumah tangga, segala tipe agen penyakit baik berupa virus,
misalnya dengan beternak ayam Arab. bakteri, fungi atau parasit yang ada di alam dan
Disamping mudah dilakukan dan dengan biaya merupakan usaha terbaik dalam meminimalisasi
yang terjangkau, ayam Arab merupakan tipe timbulnya penyakit pada ternak. Biosekuriti
ayam kecil sehingga konsumsi pakannya relatif mencakup tiga hal utama yaitu
sedikit. Ayam Arab banyak diminati karena 1. Isolasi
merupakan ayam bukan ras dan memiliki Merupakan tindakan yang dilakukan guna
kemampuan untuk menghasilkan telur 190-250 meminimalkan keberadaan penyebab
butir telur per tahun. Disamping itu ayam Arab penyakit
mudah didapat, mudah dipelihara, hemat tempat Pengendalian lalu lintas (Traffic control)
karena menggunakan kandang dengan sistem Merupakan tindakan yang dilakukan untuk
battery serta mutu dan harga jual telur yang meminimalkan agen penyakit berhubungan
dihasilkan tidak berbeda dengan ayam kampung. dengan induk semang
Disamping segala keunggulannya ayam Arab 2. Pengendalian Lalu Lintas (Traffic Control)
juga sangat rentan terhadap perubahan musim. Merupakan tindakan yang dilakukan untuk
Bila tidak dilakukan antisipasi misalnya dengan meminimalkan agen penyakit berhubungan
penerapan biosekuriti maka produktivitas telur dengan induk semang.
tidak akan tercapai secara maksimal, bahkan 3. Sanitasi
dapat menyebabkan kerugian berupa kematian. Merupakan tindakan yang dilakukan untuk
Penyakit Newcastle Disease (ND) atau penyakit membuat tingkat kontaminasi lingkungan oleh
Tetelo merupakan salah satu penyakit pada agen penyakit seminimal mungkin.
ayam Arab yang sering menyerang disaat Adapun contoh kasus menarik untuk
perubahan musim. Penyakit ND adalah penyakit mengetahui peran biosekuriti dalam
virus yang disebabkan oleh golongan meningkatkan produktivitas ayam Arab adalah
paramyxovirus. Penularan penyakit ini terjadi kasus peternakan ayam Arab di Desa Peneda
melalui kontak langsung dengan secreta Gandor Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten
terutama feses ayam sakit atau melalui Lombok Timur. Peternakan ayam Arab di desa
makanan dan minuman yang terkontaminasi ini dimulai sejak tahun 2005 oleh 10 orang
virus ND atau dengan cara tidak langsung peternak dengan kepemilikan rata-rata 300 ekor
melalui perantara peternak atau orang-orang dan dilakukan dengan cara tradisional. Kendala
yang mempunyai akses ke kandang ayam. utama yang dihadapi oleh peternak adalah
Gejala penyakit ini bevariasi tergantung tipe kematian yang tinggi berkisar 20-100% pada
virus yang menginfeksi. Virus lentogenik gejala berbagai tingkatan umur baik DOC, Grower dan
klinis yang ditimbulkan lebih ringan dan pada Layer akibat penyakit Newcastle Disease.
ayam dewasa tidak diikuti dengan gejala saraf Penyebaran penyakit ini didukung oleh faktor-
dengan angka kematian sampai 25%. Virus faktor pendukung seperti kurangnya kebersihan
mesogenik menimbulkan gangguan pernafasan kandang, para peternak tidak melindungi

18
peternakan dari tamu-tamu yang datang, tidak sebelumnya terjadi kematian pada ayam dari
mencuci tangan dan kaki sebelum dan sesudah berbagai tingkatan umur (seperti terlihat pada
memasuki kandang serta tidak melakukan tabel 1). Hal ini dimungkinkan kerena setelah
karantina terhadap ayam-ayam yang baru dibeli penerapan komponen biosekuriti seluruh
sebelum dimasukkan ke dalam kandang. peternak mengelola peternakan ayam arab
Setelah dilakukan sosialisasi, penjelasan dan dengan melakukan proteksi pada peternakan
praktek tentang pentingnya penerapan terhadap segala sumber datangnya agen
biosekuriti untuk mencegah timbulnya penyakit penyakit baik langsung maupun tidak langsung.
baik bagi ternak, keluarga serta lingkungan di Secara langsung dengan membersihkan
sekitarnya, maka peternak melakukan kandang, tempat pakan dan air minum setiap
penerapan komponen-komponen biosekuriti hari sedangkan tidak langsung dengan
sebagai berikut: membatasi keluar masuknya pengunjung ke
1. Membersihkan kandang, tempat pakan dan dalam kandang serta karantina (isolasi)
air minum setiap hari terhadap ayam-ayam yang baru didatangkan
2. Mencuci tangan dan kaki sebelum dan dari luar. Pada peternakan ayam arab di Desa
sesudah memasuki kandang dengan Peneda Gandor terlihat bahwa penerapan
menempatkan ember berisi air dan sabun di komponen biosekuriti yang berkelanjutan dapat
pintu masuk kandang menekan angka kematian akibat penyakit ND
3. Menggunakan sandal (alas kaki) yang sampai dengan 0% pada berbagai tingkatan
khusus untuk masuk ke kandang umur yang berpengaruh pada peningkatan
4. Membatasi keluar masuknya pengunjung ke produktivitasnya.
dalam kandang
5. Melakukan karantina (isolasi) terhadap
ayam-ayam baru yang didatangkan dari luar
dan akan digabungkan dengan kelompok
ayam yang sudah ada.
Tabel 1. Jumlah kematian dan kesakitan Ayam arab dari
berbagai kelompok umur pada bulan Juli 2008
sebelum penerapan komponen biosekuriti

Kandang yang kotor sebagai faktor pendukung masuknya


agen penyakit

Hasil yang didapatkan bahwa selama


penerapan komponen biosekuriti secara
berkelanjutan dari bulan Juli 2008 sampai bulan
Juli 2009, tidak terjadi wabah penyakit ND di
seluruh peternak ayam arab di desa ini, Salah satu komponen biosekuriti
dibandingkan dengan periode yang sama pada
tahun sebelumnya. Dimana pada tahun

19
MENGENAL JENIS-JENIS MANGGA YANG DISUKAI KONSUMEN MANCA NEGARA
Muji Rahayu

Secara umum, tuntutan kualitas Kondisi itu mengindikasikan bahwa mangga


mangga untuk pasar ekspor adalah yang tumbuh dan berproduksi bagus di Indonesia. Hal
memiliki warna cerah kemerahan atau kuning, itu terlihat bahwa di sebaran wilayah Indonesia
residu pestisida dibawah ambang toleransi dan mangga dapat tumbuh dan berproduksi sangat
bebas dari serangan organisme pengganggu bagus, rata-rata tanaman mulai berproduk sejak
tanaman (OPT). Indonesia sebagai produsen umur 4 tahun dan umur 30 tahun merupakan
mangga keempat terbesar dunia masih belum um ur ek onom is tanam an. Rata -rata
bisa bicara di tingkat perdagangan dunia. produktivitas > 100 kg/pohon pada tanaman
Masalah preferensi konsumen adalah salah satu umur sekitar 15 tahun. Menyimak kondisi ini,
kendalanya. Oleh karenanya jenis-jenis sangat ironis terjadi pada situasi perdagangan
mangga yang disukai oleh konsumen mangga Indonesia karena minimnya volume
mancanegara perlu diketahui oleh para pelaku yang dapat diekspor. Perdagangan mangga
usaha dalam beragribisnis mangga di Indonesia dunia didominasi mangga dari Australia,
untuk tujuan ekspor. Philipine, Pakistan dan India. Sebagaimana kita
tahu Australia dan Philipine bukan kategori
negara produsen mangga terbesar, tetapi
mangga yang diproduksi oleh kedua negara
tersebut memang orientasinya adalah untuk
ekspor. Sejak perencanaan pemilihan varietas
yang ditanam, proses produksi di kebun dan
pasca panen hingga produk olahannya memang
disiapkan untuk ekspor. Agribisnis mangga di
kedua negara tersebut semakin eksis dengan
dukungan hasil penelitian yang secara konsisten
dapat memperbaiki produksi dan kualitas
Sekilas tentang produksi dan pasar mangga mangga yang dihasilkan.
Indonesia dibanding mangga mancanegara Kondisi Mangga di Indonesia.
Indonesia memiliki biodiversity mangga Belajar dari kondisi usahatani mangga di
yang sangat beragam dan produksinya Australia dan pemasaran mangga di beberapa
mencapai 2,2 juta ton/tahun yang merupakan Negara yaitu Malaysia, Singapore, Hongkong
urutan ke empat terbesar sebagai negara dan Australia memang banyak hal yang harus
penghasil mangga terbesar di dunia( Tabel 1). kita pelajari. Produksi dengan wilayah hamparan
dengan varietas dan umur tanaman yang sama
memudahkan akses perawatan tanaman dan
pasca panennya, hal itu merupakan kunci
efisiensi usahataninya. Kondisi ini sebenarnya
senafas dengan konsep dari Kementerian
pertanian tentang daerah-daerah
pengembangan kawasan produk hortikultura
apabila bisa diterapkan dengan serius dan
konsisten.
Memang pasar ekspor bukan satu-satunya jalan
untuk memasarkan produk mangga

20
Indonesia, bagaimanapun jumlah penduduk
Indonesia yang jumlahnya > 237,6 juta
merupakan pangsa pasar mangga yang tidak
bisa dilihat dengan sebelah mata. Preferensi
Varietas: Sindhri ($2,8/kg)
konsumen dalam negeri dengan mancanegara
Varietas: Kensington Pride ($3,8/Kg) Varietas :Alphonso($ 2/kg)
Produsen : Australia Negara Produsen Pakistan
Negara Produsen : India

jelas sangat beda, kalau masyarakat Indonesia


sangat memprioritaskan rasa sedangkan
preferensi dari mancanegara memprioritaskan
penampilan dan rasa. Oleh karenanya mangga-
mangga Indonesia yang pada umumnya Varietas: B74 Varietas: R2T2 Varietas: Irwinia
memiliki rasa yang prima tetapi berkulit hijau Negara Produsen: Australia
Harga: $ 3,5/Kg
Negara Produsen: Australia

(Arumanis, Manalagi, Gadung, Golek, Lali Jiwo,


Madu) belum menjadi pilihan bagi konsumen
mancanegara. Tetapi dengan gencarnya
ekspose green mangoes (Arumanis) dari
Indonesia, mangga Arumanis 143 pun dapat
diterima pasar luar negeri khususnya Singapore Varietas: Arumanis Varietas: Tomy Atkins Varietas: Haden
Negara Produsen: Indonesia
dan Hongkong, tetapi dengan harga relatif Harga: $ 1,8/Kg

dibawah harga mangga yang berkulit cerah.


Sebagai gambaran buah mangga Arumanis
diterima dengan harga $1,8/kg sedangkan
mangga Sindhri dari Pakistan $ 2,8/kg dan
Kensington dari Australia $ 2,5 /kg

Mengenal Jenis Mangga yang disukai oleh


konsumen Mancanegara
Pasar perdagangan buah tropik Varietas: Gedong Gincu Varietas: Doc May
Negara Produsen: Indonesia Negara Produsen: Thailand
terbesar berada di Hongkong. Ekspor buah ke Harga: $ 2/Kg

China dan Jepang lebih mudah dilakukan


melalui Hongkong karena proses karantinanya
lebih mudah dan tidak banyak persyaratan yang
harus dipenuhi. Hal itu sangat berbeda jika
ekspor ditujukan langung ke China. Negara
China menjadi pangsa pasar yang menggiurkan
untuk ekspor buah-buahan tropik karena
kebutuhannya yang sangat besar. Hal ini
disebabkan rata-rata tingkat konsumsi buah per
kapita cukup tinggi akibat kesadaran akan
pemenuhan gizi dan income perkapita yang KL Center Market, Malaysia

cukup tinggi pula. Apalagi dengan jumlah


penduduk yang lebih dari 1 Milyard, kapankan
Indonesia menjadi bagian pensuplai kebutuhan
buah-buahan bagi mereka?
Hasil observasi akan variasi jenis mangga yang
dipasarkan dibeberapa negara ditampilkan
dibawah ini :
Brisbane Market West Market, Kowloon Hongkong

21
KONTRIBUSI UPBS BPTP NTB TERHADAP PERBENIHAN TANAMAN PANGAN
DI NUSA TENGGARA BARAT
Sabar Untung

Pendahuluan
Di Indonesia padi merupakan komoditas dan selanjutnya meningkat minimal 5% tahun
yang sangat strategis, selain sebagai sumber 2008 dan 2009. Keberhasilan program P2BN
makanan pokok, usahatani padi juga masih tahun 2007 sampai 2009, ditindaklanjuti target
mendominasi matapencaharian masyarakat, surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014.
karena itu upaya peningkatan produksi Salah satu kegiatan utama dalam
komoditas pangan khususnya padi sangat program P2BN adalah memberikan bantuan
penting dan senantiasa mendapat prioritas yang langsung benih unggul ke petani, karena telah
tinggi. Sejak tahun 1990an sampai 2002 laju diyakini bahwa benih berkualitas dari varietas
unggul baru merupakan komponen teknologi
yang mampu memberikan kontribusi nyata
terhadap peningkatan produktifitas dan mutu
hasil padi. Sehubungan dengan hal tersebut
dalam mempercepat penyediaan benih
berkualitas dan penyebaran varietas unggul
baru tanaman pangan Badan Litbang Pertanian
membentuk Unit Pengelola Benih Sumber
(UPBS) BPTP di setiap daerah. Tugas utama
UPBS BPTP adalah melakukan desiminasi dan
promosi varietas unggul baru yang dilepas oleh
produksi padi melandai bahkan cenderung Kementrian Pertanian, dan varietas yang sudah
menurun, sementara kebutuhan beras terus dilepas lima tahun terakhir namun belum
meningkat sejalan dengan bertambahnya berkembang ditingkat petani maupun penangkar
jumlah penduduk, sehingga pada saat itu impor benih lokal. Bentuk kegiatannya adalah
beras cukup tinggi. Kondisi ini harus di memproduksi dan menyediakan benih dari
pandang sebagai tantangan untuk dapat varietas unggul baru kelas FS, yang selanjutnya
meningkatkan produktifitas dan produksi padi. didistribusikan kepada penangkar formal
Naik turunnya produksi beras dari tahun maupun informal, untuk diperbanyak guna
ke tahun akan mengganggu stabilitas ketahanan menghasilkan benih SS dan ES.
pangan nasional. Untuk menyiasati Nusa Tenggara Barat merupakan salah
ketidakstabilan tersebut, sejak tahun 2007 satu provinsi penyangga pangan nasional, Hal
pemerintah melalui Kementrian Pertanian ini dapat dilihat dari peran dan kontribusi Nusa
membuat program terobosan baru yaitu Tenggara Barat terhadap program pengawalan
program Peningkatan Produksi Beras Nasional pangan pemerintah pusat. Dalam
(P2BN) dengan sasaran peningkatan produksi mengamankan ketahanan pangan upaya
beras 2 juta ton pada tahun 2007, peningkatan produksi terus dilakukan,

22
salah satunya dengan memaksimalkan potensi Tabel 2. Perkembangan areal penangkaran dan
produksi benih Padi di Provinsi NTB TH.
alam melalui meningkatkan sasaran tanam.
2002 - 20011
Tabel 1. Data Sasaran Tanam padi dari tahun 2005 2011
di NTB

No Tahun Sasaran tanam (Ha)

1 2005 300.394
2 2006 331.916
3 2007 341.418
4 2008 359.714
5 2009 374.279
6 2011 389.305

Sasaran tanam padi di NTB setiap tahunnya


cenderung meningkat meskipun belum optimal,
sehingga perlu mencari potensi lain agar
ketahanan pangan bisa teratasi dengan baik.
Penggunaan varietas unggul baru dari benih
Produksi benih di NTB tahun 2002-2006 tidak
yang berkualitas diharapkan menjadi salah satu
sebesar periode 2007-2011. Terjadinya
terobosan yang bisa mendukung ketahanan
peningkatan yang cukup signifikan pada periode
pangan di NTB. Hingga saat ini petani di Nusa
2007-2011 diduga adanya program BLBU yang
Tenggara Barat cenderung mengunakan
setiap tahunnya membutuhkan ketersediaan
varietas lama seperti Ciherang, IR64 dan
benih bersertifikat cukup banyak. Program
varietas lainnya, yang menurut hasil penelitian
BLBU diharapkan mampu meningkatkan
di beberapa daerah termasuk NTB, varietas
produksi dan produktifitas padi, sehingga
tersebut telah mengalami degradasi keunggulan
penggunaan benih berkualitas dari varietas
terhadap cekaman lingkungan maupun hama
unggul baru merupakan sebuah opsi yang tepat.
penyakit yang akhirnya produktifitasnya rendah.
Seiring dengan program tersebut,Badan Litbang
Peran UPBS BPTP NTB Pertanian telah melepas cukup banyak varietas
Produksi benih sumber merupakan upaya unggul baru padi sawah, padi gogo dan padi
peningkatan kuantitas dan kualitas benih dari rawa, yang harus diperkenalkan oleh UPBS
satu generasi ke generasi berikutnya dengan BPTP kepada pengguna. Berdasarkan
memperhatikan karakter-karakter penting agar pengalaman tahun 1980an adopsi varietas
diwariskan dengan baik (Sembiring, 2009). membutuhkan waktu yang cukup lama, antara 4
Meningkatnya kepercayaan petani terhadap -5 tahun. Lima alasan utama yang menjadi
benih padi berkualitas, menuntut perhatian penentu pilihan petani adalah (1) potensi hasil
semua pihak terkait untuk dapat menyediakan tinggi (2) harga gabah tinggi (3) rasa nasi enak
benih bermutu sesuai kebutuhan petani dan sesuai preferensi konsumen (4) tahan terhadap
pada saat yang tepat. Karena itu perlu adanya hama dan penyakit dan (5) umur genjah. Dalam
sistem perbenihan yang mampu menjamin mempercepat penyebaran VUB tanaman
k etersediaan benih berm utu secara pangan untuk mendukung program P2BN di
berkelanjutan dengan harga terjangkau. Nusa Tenggara Barat, UPBS BPTP NTB telah
Keterbatasan akses petani terhadap informasi memproduksi dan mendistribusikan benih
benih varietas unggul baru dan tidak sumber ke penangkar sesuai dengan jumlah
tersedianya stok benih sesuai preferensi petani dan kelas benih yang tersedia.
merupakan penyebab utama petani untuk
menggunakan varietas padi seadanya.

23
Tabel 3. Produksi benih sumber UPBS BPTP NTB Bersamaan dengan itu UPBS BPTB NTB juga
tahun 2007 s/d 2011 baru terbentuk dengan tugas dan fungsi untuk
memproduksi benih sumber kelas FS dan SS
sekaligus mempercepat penyebarluasan
varietas unggul baru. Penyediaan benih unggul
memang perlu segera di implementasikan untuk
meningkatkan produksi tanaman pangan dan
mendukung ketahanan pangan di NTB. Model
pengelolaan benih sumber UPBS BPTP
bervariasi menyesuaikan model kegiatan yang
dilakukan, dan secara garis besar kegiatan
dikemas dalam bentuk; 1) Pemanfaatan Kebun
Percobaan, 2) Kerjasama dengan Penangkar,
dan 3) Sewa lahan. Model kerjasama yang
terus dikembangkan UPBS BPTP NTB adalah
pembinaan penangkar baru dan membangun
jaringan penangkaran. Sejak terbentuknya
UPBS BPTP NTB tahun 2008 sampai tahun
2011 pola kerjasama jaringan penangkaran dan
pembinaan penangkar baru terus ditingkatkan,
model ini dianggap yang paling cepat dan
proses adopsi varietas unggul baru ke petani
lebih mudah diterima.
Beberapa hal yang menjadi kendala
dalam perbenihan antara lain 1) Kebijakan
pemerintah melalui peraturan perundang
undangan yang belum mendorong pada makin
kondusifnya industri perbenihan 2) Rendahnya
kesadaran dan daya beli petani terhadap benih
bersertifikat 3) Belum berfungsinya institusi
penyedia benih (BBI) akibat keterbatasan dalam
tenaga profesional, fasilitas (sarana) penunjang
dan sumber dana pendukung kegiatan
perbenihan, 4) Kurang terjaminnya pemasaran
benih (Anonim, 2007).
Beberapa permasalahan yang berpotensi
menghambat perkembangan sistem perbenihan
padi memerlukan langkah-langkah perbaikan
agar berpihak terhadap upaya penumbuhan dan
pengembangan industri benih antara lain
melalui penyelarasan peraturan dan kebijakan
pusat dan daerah yang mendorong
Dalam mendukung program P2BN sejak tahun
perkembangan industri benih, adanya program
2008 Badan Litbang Pertanian telah melepas
perbenihan yang terintegrasi dengan
varietas unggul baru padi sawah lebih dari 13
peningkatan kerjasama dan koordinasi antar
varietas, yang mempunyai karakter dan
institusi perbenihan (Samaullah, 2007)
keunggulan genetik berbeda-beda.

24
Tabel 4. Daftar Jaringan Penangkar UPBS BPTP NTB tahun 2011

25
Tabel 5 Daftar jaringan penangkar Kedelai UPBS BPTP NTB tahun 2011

No Nama Penangkar Varietas yang Alamat


dikembangkan

1 Putri Tani Mandiri Anjasmoro Narmada Lombok Barat


Grobogan

2 Jumiri Argomulyo Labu Api Lombok Barat

3 Gapoktan Mertak Jati Argomulyo Praya Barat Lombok Tengah


Anjasmoro
Grobogan
4 Gapoktan Jati Agung Argomulyo Praya Barat - Lombok Tengah
Anjasmoro
Grobogan

PENYAKIT BLAS DAN PENGENDALIANNYA PADA TANAMAN PADI


Lalu Wirajaswadi

Pendahuluan iklim ekstrim dan ketidak mampuan petani men-


Penyakit blas (Pyricularia. oryzae Cav.) gendalikan penyakit berbahaya ini. Pada tahun
dalam lima tahun terakhir menjadi masalah 2007 luas serangan blas baru mencapai 464 ha,
utama padi sawah termasuk di Nusa Tenggara puncak serangan terjadi tahun 2010 dengan
Barat (NTB). Penyakit yang disebabkan oleh luas 3.729 ha kendati terjadi penurunan tahun
jamur ini mampu menyerang tanaman padi 2011 yakni seluas 1.553 ha (rata-rata
pada berbgai stadia pertumbuhan dari benih peningkatan luas serangan 1.089 ha/tahun).
sampai fase pengisian malai (generatif). Melihat kenyataan tersebut upaya pengendalian
Serangan yang berat terutama pada fase penyakit blas menjadi faktor penentu
generatif dapat menimbulkan puso atau gagal keberhasilan peningkatan produksi padi.
panen. Persoalan yang umum terjadi adalah
Bagi daerah NTB sebagai salah satu petani belum memahami penyebab penyakit
dari 11 propinsi produsen utama beras nasional dan gejala serangan dengan baik sehingga
dituntut untuk terus meningkatkan produktivitas menimbulkan kesalahan dalam upaya
dan produksi beras sebagai upaya pengendalian. Jika terjadi serangan petani
m em pertahank an swasembada dan biasanya menggunakan insektisida, padahal
meningkatkan pendapatan petani. Namun penyakit ini disebabkan oleh jamur sehingga
upaya tersebut akan terwujud apabila harus dikendalikan dengan fungisida. Tindakan
permasalahan hama dan penyakit dapat diatasi tersebut sangat merugikan karena selain
dengan baik. pemborosan biaya dan tenaga juga
Dalam lima tahun terakhir menambah parah pencemaran lingkungan
perkembangan penyakit blas di NTB hidup dan mematikan musuh alami yang sangat
menunjukkan peningkatan yang nyata, hal ini penting dalam sistem pengendalian.
diperkirakan sebagai dampak dari perubahan

26
Gejala Serangan terdapat bintik kecoklatan pada tangkai malai,
Penyakit blas disebabkan oleh jamur gabah varietas peka tidak membentuk tepi
Pyricularia oryzae Cav. Jamur ini yang jelas, lebih-lebih dalam keadaan lembab
membentuk bercak pada daun, ruas batang, dan ternaung. Bercak tersebut dikelilingi oleh
leher malai, cabang malai, dan kulit gabah. warna kuning pucat. Bercak tidak akan
Bercak pada pelepah daun jarang ditemukan. berkembang dan tetap seperti titik kecil pada
Bentuk khas dari bercak blas adalah elips varietas yang tahan. Bercak akan berkembang
dengan ujungnya kurang lebih runcing. Bercak sampai beberapa milimeter berbentuk bulat
yang telah berkembang, bagian tepi berwarna atau elips dengan tepi warna coklat pada
coklat dan bagian tengah berwarna putih varietas dengan reaksi sedang.
keabu-abuan. Bentuk dan warna bercak Jamur blas berkembang biak dengan
bervariasi tergantung pada keadaan sekitarnya, spora yang dihasilkan oleh satu bercak, sekitar
kepekaan varietas, dan umur bercak itu sendiri. 6 hari setelah inokulasi. Jumlah sporulasi
Bercak bermula kecil berwarna hijau gelap, meningkat pada kelembaban relatif di atas 93%.
abu-abu sedikit kebiru-biruan. Bercak ini terus Spora tidak terbentuk bila kelembaban relatif di
membesar pada varietas yang peka, khususnya bawah 93%. Satu bercak blas mampu
bila dalam keadaan lembab. Bercak yang telah menghasilkan 2000-6000 spora tiap hari dalam
berkembang penuh mencapai 1-1,5 cm dan kurun waktu 2 minggu di laboratorium.
lebar 0,3-0,5 cm dengan tepi berwarna coklat. Pembentukan spora mencapai puncaknya
Bercak pada daun dalam waktu 3-8 hari setelah timbulnya gejala
pada daun dan 10-12 hari setelah timbulnya
gejala pada pangkal malai. Spora yang
dihasilkan oleh bercak daun pada lima daun dari
atas dapat menginfeksi leher malai pada saat
berbunga awal. Spora pada umumnya
dilepaskan pada dini hari antara pukul 02.00-
06.00. Pelepasan spora di daerah tropis juga
terjadi pada siang hari setelah turun hujan.
Peranan air hujan sangat penting untuk
pelepasan spora. Banyak spora yang
tertangkap oleh daun tergantung pada
kecepatan angin dan posisi daun/sudut daun.
Gambar 1. Gejala khas serangan blas daun, Makin besar sudut daun makin banyak spora
bercak oval memanjang sekeliling berwarna yang tertangkap. Bila bercak hanya berupa titik
coklat. menjadi hampa, terkadang tangkai malai sebesar ujung jarum dan tidak berkembang lagi,
patah berarti varietas tersebut sangat tahan.
Perbedaan bentuk, warna, dan ukuran dari
bercak digunakan untuk membedakan
ketahanan varietas.
Infeksi buku batang (node blas)
menyebabkan bercak hitam dan batang patah,
sedangkan infeksi pada malai menyebabkan
blas leher, bercak coklat pada cabang malai dan
bercak coklat pada kulit gabah. Blas leher malai
Gambar 2. Gejala serangan blas pada menyebabkan kehampaan, kadang-kadang
pangkal malai malai patah terkulai.

27
dan gabah sakit. Dalam keadaan kering dan
suhu kamar, spora masih bertahan hidup
sampai satu tahun sedangkan miselia mampu
bertahan sampai lebih dari tiga tahun. Sumber
inokulum primer di lapangan umumnya adalah
jerami. Untuk daerah tropis, sumber inokulum
selalu ada sepanjang tahun karena adanya
spora di udara dan tanaman inang lain selain
padi.
Pengendalian Penyakit
Gambar 3. Pada serangan parah, bercak 1. Menanam varietas tahan
daun menyatu, daun mengering tanaman Merupakan cara paling murah dan mudah
terserang lebih pendek dari tanaman normal untuk pengendalian penyakit, namun saat ini
tidak banyak varietas padi sawah irigasi
Penyebaran penyakit tahan penaykit blas, karena pada mulanya
Di daerah tropis seperti Indonesia, spora penyakit blas hanya berkembang di
blas terapat di udara bebas sepanjang tahun, pertanaman padi gogo. Hingga tahun 2009,
hal ini merupakan faktor pendukung varietas unggul padi sawah irigasi yang
berkembangnya blas secara terus-menerus. toleran blas sangat terbatas yakni: Celebes,
Penyebaran penyakit blas sangat ditentukan Lok Ulo, Batang Piaman, Batang Lembag dan
oleh kondisi lingkungan, umumnya blas akan Inpari 11. Tidak dianjurkan penanaman satu
berkembang cepat dan meluas dalam kondisi: varietas dalam areal yang luas secara terus
Cuaca mendung menerus karena akan mempercepat
Hujan yang terus-menerus dan gerimis terbentuknya strain baru yang akan
Kelembaban udara tinggi, pembentukan mamatahkan ketahanan varietas yang
spora tertinggi jumlahnya bila kelembaban bersangkutan. Dalam suatu hamparan
nisbi mencapai 90% atau lebih dianjurkan menanam beberapa varietas yang
Kebasahan daun, dalam kondisi daun memiliki tingkat ketahanan yang beragam.
basah, suhu terbaik untuk berkecambahnya 2. Gunakan benih sehat
spora adalah pada 25-28oC. Penyakit blas, selain menyerang daun,
Penggunaan pupuk N berlebihan pangkal malai (leher), dan buku batang juga
Kekeringan, tanaman yang mengalami menyerang gabah sehingga ada
cekaman kekeringan memudahkan kemungkinan benih yang ditanam juga telah
terjadinya infeksi penyakit. terinfeksi jamur. Untuk menghindari hal
Jerami terinfeksi (sakit), jika berada disekitar tersebut gunakan benih bermutu bersertifikat,
pertanaman dapat menjadi sumber infeksi sebab sertifikat merupakan jaminan bahwa
Kelebihan nitrogen menambah benih dinyatakan bebas hama penyakit yang
kerentanan tanaman, demikian pula halnya ditularkan melalui benih.
dengan kekurangan air. Diduga bahwa kedua 3. Membenam jerami
faktor tersebut berpengaruh terhadap kadar Jamur P. oryzae penyebab penyakit blas
silisium tanaman. Karena penyebaran penyakit dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman padi/
dipicu kekurangan air sehingga padi lahan jerami dan biji dari pertanaman padi
kering (gogo) mendapat serangan yang lebih sebelumnya, sehingga sumber hidup
berat daripada padi sawah. Penyebaran spora inokulum selalu tersedia dari musim
terjadi selain oleh angin juga oleh biji dan jerami kemusim. Daerah tropis yang tidak
sakit. Blas mampu bertahan dalam sisa jerami mempunyai musim dingin sangat membantu

28
bertahannya patogen ini dalam keadaan Pengobatan benih dapat dilakukan dengan
kering. Telah dibuktikan dari salah satu cara perendaman benih, benih direndam
percobaan Kuribayasi di Hokaido bahwa dalam larutan fungisida selama 24 jam (sehari
miselia dan spora jamur dapat bertahan -semalam),dan selama periode ini larutan
selama satu tahun, tetapi bila jerami diaduk merata setiap 6 jam. Perbandingan
dibenam dalam tanah sebagai kompos, berat benih dan volume air adalah 1 : 2 (1 kg
miselia dan spora mati karena naiknya suhu benih direndam dalam 2 l air larutan
selama proses dekomposisi fungisida). Benih yang telah direndam
4. Hindari penggunaan pupuk N (urea, ZA) dianginkan kemudian diperam seperti
berlebihan. biasa sebelum disemai.
Hasil percobaan tingkat pemupukan N pada 5. Pengendalian dengan penyemprotan fungsida
padi menunjukkan adanya peningkatan Efektifitas fungisida melalui perlakuan
serangan blas pada dosis N yang benih hanya bertahan 6 minggu
meningkat. Hal ini diperkirakan akibat dari dan selanjutnya perlu dilakukan
menurunnya kadar silisium tanaman yang penyemprotan tanaman. Hasil percobaan
menimbulkan lemahnya jaringan sehingga sejumlah fungisida yang telah dilaksanakan
mudah terinfeksi. Untuk daerah endemik menunjukkan beberapa fungisida yang efektif
blas dianjurkan agar tidak menggunakan terhadap blas, antara lain Benomyl 50 WP,
pupuk N lebih tinggi dari 90 kg N per ha Mancozeb 80%, Carbendazim 50%,
(sekitar 200 kg urea/ha). Penelitian khusus Isoprotiolan 40%, dan difenoconazol 25%.
untuk mengetahui dosis N optimal dalam Penyemprotan dilakukan dua kali yaitu pada
kaitannya dengan serangan blas perlu saat anakan maksimum dan awal berbunga.
diadakan di daerah rawan (endemik). Beberapa fungisida yang efektif terhadap
Perlakuan benih (seed tratment) penyakit blas tersaji pada tabel 2
Pengendalian penyakit blas lebih efektif
Tabel 2. Fungisida untuk pengendalian penyakit
apabila dilakukan sedini mungkin. Karena blas melalui penyemprotan
patogen P. oryzae dapat ditularkan melalui
benih, maka perlu dilakukan pengobatan
benih terutama dengan fungisida sistemik
seperti Benomyl-thiram, atau Pyroquilon 50
WP. Beberapa fungisida yang efektif
terhadap penyakit blas melalui perlakuan
benih tersaji pada tabel 1.

Tabel 1. Fungisida untuk mencegah penyakit


blas melalui perlakuan benih
Nama Nama da- Dosis
Umum gang formulasi
Tricycla- BIM 4 g/kg benih
zole
Pyroquilon Fongeran 5-10 g/kg benih
Bynomyl-T Benlate-T 5 g/kg benih

29
KALENDER TANAM SAYUR, PENGATURAN PEMENUHAN GIZI HARIAN KELUARGA SECARA
BERKESINAMBUNGAN
Eka Widiastuti

Pekarangan menjadi salah satu sumber jika pemenuhan gizi keluarga terpenuhi secara
daya yang sedang dioptimalkan lengkap dan seimbang secara rutin.
pemanfaatannya untuk kebun keluarga sebagai Pemenuhan gizi tidak hanya berkaitan dengan
sumber pemenuhan gizi keluarga. Adanya krisis pemenuhan karbohidrat (konsumsi beras) tetapi
pangan sebagai akibat dari perubahan iklim juga berkaitan dengan pemenuhan sumber gizi
yang ekstrim menyebabkan masyarakat tidak lain seperti protein, lemak, vitamin dan mineral
hanya menggantungkan pemenuhan kebutuhan yang sumbernya terutama berasal dari sayuran
pangan keluarga pada pertanian tanaman pokok dan produk hewani seperti telur, daging dan
saja seperti padi. Usaha tani padi yang susu. Sayuran merupakan salah satu penyuplai
membutuhkan modal besar dari hari ke hari utama protein nabati, vitamin dan mineral
serta adanya alih fungsi lahan pertanian sehingga keberadaanya sangat penting bagi
potensial yang pesat ke sektor non pertanian keluarga
m en yebabk an masyarakat beralih Pemenuhan konsumsi sayuran keluarga
memanfaatkan sumber daya yang ada tidak hanya berkaitan dengan kemampuan
disekitarnya yaitu pekarangan. konsumsi sayuran keluarga saja tetapi juga
Pekarangan dapat didefinisikan sebagai merupakan kemampuan keluarga untuk
sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah menyediakan pasokan untuk konsumsi harian
dengan batas-batas yang jelas. GJA Tera sayuran keluarga. Artinya keluarga tidak hanya
seorang ahli pertanian Belanda memandang mampu menyediakan sayuran tetapi jumlah dan
pekarangan sebagai compound garden atau jenisnya juga mampu memenuhi kebutuhan
mixed garden yaitu kebun campuran karena di nutrisi dan gizi setiap anggota keluarga sesuai
dalam pekarangan terdapat keanekaragaman anjuran kesehatan setiap hari. Pemenuhan gizi
hayati baik berupa tanaman maupun hewan keluarga pada akhirnya berkaitan dengan jenis
yang dapat dijadikan sebagai tumpuan dan waktu panen sayuran sehingga nantinya
membangun ketahanan pangan keluarga jenis sayuran yang dikonsumsi keluarga dapat
khususnya dan masyarakat umumnya. memenuhi kebutuhan gizi keluarga sesuai
Pengembangan pekarangan sebagai salah satu anjuran setiap hari. Konsumsi sayuran
solusi terhadap krisis pangan mendapat masyarakat Indonesia masih sangat rendah,
dukungan dari pemerintah melalui program yaitu 113 gram/kapita/hari (BPS, 2011), padahal
M-KRPL (Model Kawasan Rumah Pangan anjuran konsumsi sayuran oleh WHO (Badan
Lestari). Pada program M-KRPL, pekarangan Kesehatan Dunia) untuk menjaga kesehatan
memiliki peran yang penting dan luas yaitu manusia adalah 200 gram/kapita/hari. Guna
sebagai wahana pemenuhan kebutuhan pangan memenuhi tuntutan tersebut maka diperlukan
dan gizi keluarga , kesehatan anggota keluarga perencanaan pengaturan penanaman sayuran
dan memiliki fungsi biodifersity (keragaman yang disebut sebagai kalender tanam sayur
hayati) untuk pelestarian pangan lokal masa Kelender tanam sayur merupakan
depan sehingga mampu mengembangkan penjadwalan tanam dan panen sayuran yang
kegiatan ekonomi produktif keluarga guna menekankan adanya perencanaan jenis
meningkatkan kesejahteraan keluarga. tanam an yang ak an dib udi da yak an
Ketahahan pangan keluarga sangat erat menggunakan indikator umur panen tanaman
kaitannya dengan pemenuhan gizi keluarga. sehingga nantinya petani dapat melakukan
Keluarga dianggap memiliki ketahanan pangan panen sayur setiap hari dengan jenis dan

30
jumlah yang tepat sesuai anjuran kesehatan. sebaliknya ada sayuran yang sangat rentan
Kalender tanam sayur sebenarnya ditanam pada musim kemarau.
bukan hal baru, secara tidak sadar masyarakat 3. Umur tanaman sayur, pemilihan sayuran yang
selama ini sudah melakukannya namun yang bervariasi umur panennya agar
belum adalah masyarakat belum memiliki record panen dapat dilakukan secara kontinyu setiap
(rekaman) riil rencana tanam sayur yang hari. Tanaman sayuran yang memiliki umur
mereka lakukan. Kalender tanam sayur sudah panen pendek seperti kangkung, sawi, bayam
diaplikasikan pada kegiatan AVRDC (Asean dapat ditanam secara bertahap sehingga
Vegetable Research Development Centre ). nantinya panen dapat dilakukan secara
Pada kegiatan AVRDC di beberapa negara Asia bertahap dan kontinyu. Penanaman secara
Pasifik, penerapan kalender tanam sayur pada bertahap ini juga akan meminimalkan
lahan tanam (home garden/ kebun keluarga) terjadinya kelebihan hasil panen yang tidak
seluas 35m2 dapat menghasilkan sayuran termanfaatkan.
rata-rata 750 gram/hari sepanjang tahun (225 4. Waktu yang tertera pada kelender tanam
kg/bulan), sehingga jika dibagi untuk keluarga menunjukkan waktu pindah tanam hingga
beranggotakan 4 orang, masing-masing dapat akhir masa panen satu jenis sayuran.
mengkonsumsi sayuran mendekati anjuran Tanam an sayur yang m em erluk an
WHO (= 187 gram/kapita/hari). Hasil analisa persemaian terlebih dahulu maka waktu
nutrisi menunjukkan hasil panen kebun keluarga persemaian dilakukan 2-3 minggu sebelum
tersebut menyediakan lebih dari 100% pindah tanam (transplanting) disesuaikan
kebutuhan sehari-hari vitamin A dan C, dan dengan jenis sayuranya. Misalnya cabe
tambahan zat besi dan protein yang berarti. persemaiannya selama 15 hari sedangkan
mentimun persemaiannya hanya 5 hari.
5. Teknik tanam yang digunakan, cara tanam
yang akan digunakan harus disesuaikan
dengan kondisi lahan rumah tangga. Rumah
tangga dengan skala pekarangan luas dapat
menanam sayur dengan bedengan-bedengan
kecil 3 m dan rumah tangga dengan
pekarangan sempit dapat menanam sayuran
dalam pot atau polibag.
Sebagai contoh dibawah ini disajikan
kalender tanam pada bedengan di dataran
Pada penyusunan kalender tanam sayur ada menengah (450m 550m dpl) dengan
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: menggunakan bedengan ukuran 3 m x 1 m
1. Pemilihan jenis sayuran yang sesuai (3m) sebanyak 10 bedengan.
dengan iklim daerah setempat misalnya Pada kelender tanam sayur di atas
sayuran untuk dataran tinggi jangan terlihat bahwa ada beberapa sayuran yang
dibudidayakan di dataran rendah karena memiliki umur panen pendek sehingga
perbedaan iklim mikro akan sangat keberadaannya mampu menutupi kekosongan
mempengaruhii keberhasilan penanaman konsumsi sayur pada saat tanaman sayuran
sayur. yang lain belum di panen sehingga kebutuhan
2. Musim, musim tanam (hujan/ kemarau) konsumsi sayur harian keluarga dapat
harus diperhatikan karena ada beberapa terpenuhi.
komoditas sayuran yang sangat rentan di Pekarangan dengan luasan yang sempit
tanam pada musim hujan begitu pula dapat menggunakan pot atau polibag sebagai

31
media tanam dengan jenis tanaman yang sama Untuk mengetahui jenis dan jumlah sayuran
namun dengan jumlah tanaman disesuaikan. yang dikonsumsi keluarga dapat dilakukan
Pada bedengan ukuran 3m jika terdapat 10 dengan cara:
tanaman (bervariasi sesuai jarak tanam masing- 1. Menimbang sayuran yang dipanen setiap
masing tanaman) maka bila menggunakan hari
media tanam polibag jumlah tanaman yang 2. Hasil timbangan dalam kilogram dikonversi
ditanam 10 tanaman (1 tanaman/ polibag) ke gram dan dibagi dengan jumlah anggota
sedangkan untuk tanaman sayuran yang keluarga yang mengkonsumsi sayur dalam
disebar seperti bayam, kangkung dan sawi satu rumah tangga sehingga diperoleh
jumlah tanaman dalam polibag dapat hasil konsumsi sayur untuk setiap anggota
menyesuaikan dengan ukuran polibag yang keluarga.
digunakan. Penggunaan polibag juga Pada masa mendatang diharapkan dengan
memudahkan penataan tanaman sesuai kondisi penerapan kalender tanam sayur ini penyediaan
pekarangan sehingga pekarangan juga memiliki sayuran sebagai salah satu sumber pemenuhan
fungsi estetika (keindahan). gizi harian keluarga dapat berlangsung secara
kontinyu dan berkelanjutan.

32
PROSPEK KETAHANAN PANGAN NUSA TENGGARA BARAT
(ANALISIS DARI ASPEK KEMANDIRIAN PANGAN)
Moh Nazam

Pendahuluan
Masalah ketahanan pangan masih Ketahanan pangan tidak secara spesifik
menjadi isu strategis yang perlu mendapat mempersoalkan sumber bahan pangan apakah
perhatian dan prioritas dari semua pihak. domestik atau impor. Kemandirian pangan
Ketahanan pangan sangat erat kaitannya identik dengan konsep swasembada pangan
dengan sektor pertanian karena merupakan yang saat ini menjadi salah satu target
sumber pangan pokok, memberikan lapangan pembangunan pertanian. Kemandirian pangan
kerja dan sumber pendapatan bagi lebih dari menjadi salah satu indikator pengukuran
45% penduduk NTB serta memiliki sensitivitas ketahanan pangan. Indikator keharusan
yang tinggi dari aspek politis, ekonomi dan ketahanan pangan adalah kecukupsediaan
kerawanan sosial. pangan agregat yang ber-asal dari produksi
Ketahanan pangan dan kemandirian domestik dan pengadaan luar negeri (impor).
pangan adalah dua istilah yang sesungguhnya Indikator kecukupsediaan pangan adalah
mempunyai pengertian yang sama, perbedaan derajat kemandirian pangan (swasem-bada
hanya terletak pada sumber bahan pangan. pangan). Ketahanan pangan dikatakan mantap
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya apabila seluruh kebutuhan pangan dapat
pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari dipenuhi dari produksi domestik (swa-sembada
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah mutlak). Dengan demikian strategi kebijakan
maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. ketahanan pangan adalah swadaya pangan
Kemandirian pangan adalah kemampuan (self reliance), sedangkan strategi kemandirian
produksi pangan dalam negeri yang didukung pangan adalah memacu produksi pangan
kelembagaan ketahanan pangan yang mampu domestik sehingga seluruh kebutuhan pangan
menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang dapat dipenuhi (swasembada pangan).
cukup di tingkat rumah tangga, baik dalam Tantangan utama ketahanan atau
jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang kemandirian pangan terkait fakta bahwa
terjangkau, yang didukung oleh sumber-sumber pertumbuhan permintaan pangan lebih cepat
pangan yang beragam sesuai dengan dari pertumbuhan penyediaan. Selain karena
keragaman lokal. jumlah penduduk yang terus bertambah, juga
dihadapkan pada ketersediaan sumber daya
lahan yang semakin langka (lack of resources),
baik luas maupun kualitas serta konflik dalam
penggunaannya (conflict of interest),
keterbatasan teknologi dan anomali iklim.
Kelangkaan sumber daya lahan terutama dipicu

33
oleh semakin meningkatnya alih fungsi lahan (1,92%/th). Jika potensi lahan yang sesuai
pertanian untuk penggunaan non pertanian untuk lahan sawah terus berkurang, sedangkan
yang bersifat permanen (irreversible) dan konversi lahan sawah ke non pertanian terus
multiplikasi. berlanjut dan sulit dikendalikan, maka luas baku
Sekalipun negara kita termasuk sawah dalam beberapa tahun ke depan akan
produsen beras terbesar ketiga dunia setelah mengalami penurunan.
Cina dan India, tetapi juga konsumen beras Pada sisi yang lain, luas panen padi
terbesar sekaligus pengimpor beras. Konsumsi sawah pertumbuhannya lambat yaitu rata-rata
beras penduduk NTB tahun 2010 masih cukup 0,41%/th. Hal ini disebabkan antara lain: (a)
tinggi, yaitu 118,15 kg/kap/th, dibandingkan terjadinya konversi lahan sawah terutama lahan
Thailand dan Jepang yang mampu menurunkan beririgasi teknis yang terus berlanjut, (b)
konsumsi beras menjadi 80 kg dan 50 kg/kap/th. meningkatnya luas lahan sawah terutama
Beras tidak hanya untuk konsumsi langsung, sawah beririgasi yang digunakan untuk
tetapi juga digunakan sebagai bahan baku usahatani komoditas lain, seperti tembakau,
industri yang diperkirakan mencapai 23,5% dari jagung, kacang tanah dan sayuran. Dalam 10
kebutuhan konsumsi penduduk. Meskipun impor tahun terakhir rata-rata luas areal tanaman
beras secara berangsur-angsur terjadi tembakau 23.802 ha/th, kacang tanah 31.354
penurunan, tetapi hal ini membuktikan bahwa ha, bawang merah 10.000 ha, cabai 8.096 ha
kemandirian pangan masih rapuh. dan beberapa tahun terakhir jagung juga banyak
diusahakan pada lahan sawah beririgasi.
Kapasitas Produksi Padi di NTB
Kapasitas produksi padi sawah Kondisi demikian menyebabkan IP padi sawah
sulit ditingkatkan. Dalam 10 tahun terakhir IP
Kapasitas produksi sawah
padi sawah rata-rata 131,88% dan secara
diproyeksikan dari luas baku sawah,
agregasi terjadi penurunan 0,61%/th.
produktivitas dan indeks pertanaman (IP).
Produktivitas padi sawah menunjukkan
Perkembangan kapasitas produksi dan produksi
gejala stagnasi (levelling of). Dalam 10 tahun
padi sawah 2001-2010 di NTB, disajikan pada
terakhir pertumbuhan produktivitas padi sawah
Tabel 1.
di NTB rata-rata 0,6%/th. Bahkan pada tahun
Tabel 1. Perkembangan kapasitas produksi dan produksi 2010 produktivitas padi mengalami penurunan
padi sawah di NTB 2001-2010
yang signifikan, dari 5,2 ton pada tahun 2009
menjadi 4,9 ton pada tahun 2010 atau turun
sekitar 6%. Upaya peningkatan produktivitas
terhambat oleh kelangkaan atau keterlambatan
sarana produksi (benih, pupuk, dll), telah
dicapainya batas maksimum potensi hasil
varietas penurunan kualitas lahan karena
Sumber: BPS NTB (2002-2011).
terdegradasi, semakin terbatasnya sumber daya
Luas baku sawah mengalami fluktuasi air dan terjadinya variabilitas iklim.
yang cukup dinamis. Selama periode 2001-2010 Variabilitas iklim sangat berpengaruh terhadap
luas baku sawah bertambah seluas 28.024 ha luas panen dan produktivitas padi. Kejadian-
atau (1,07%/th). Luas baku sawah adalah kejadian ekstrim seperti banjir, kekeringan dan
resultante dari percetakan sawah baru dan serangan organisme pengganggu tanaman
konversi lahan sawah ke non pertanian. terus meningkat baik frekuensi maupun
Pencetakan sawah baru seluas 78.544 ha intensitasnya. Pada tahun 2008 luas areal padi
(2,99%/th), sedangkan konversi lahan sawah ke yang mengalami gagal panen mencapai 48.000
non pertanian diperkirakan lebih dari 50.520 ha ha, yang mengakibatkan kehilangan produksi

34
244.000 ton. Pada tahun 2009 areal tanaman serta kebutuhan ekspor atau transfer. Konversi
padi sawah yang mengalami puso seluas 6.424 gabah kering giling (GKG) menjadi beras 63%
ha dan areal padi ladang seluas 17.255 ha, dipengaruhi oleh jenis dan kondisi alat
yang mengakibatkan kehilangan produksi padi penggilingan dan kualitas gabah. Konversi
95.115 ton. (rendemen) beras giling (milling recovery)
Kapasitas produksi padi ladang adalah persentase bobot/bobot beras giling
Hingga saat ini sumbangan produksi yang dapat diperoleh dari sejumlah gabah
padi ladang masih di bawah 10% terhadap total bernas, dalam keadaan bersih, tidak
produksi padi NTB. Meskipun potensi lahan mengandung gabah hampa dan kotoran pada
untuk perluasan areal padi ladang cukup besar, kadar air 14%.
namun memperbesar ketergantungan terhadap Hasil analisis memperlihatkan bahwa
p r o d uk s i padi la d an g m e n g a n d un g kebutuhan konsumsi padi NTB tahun 2010
ketidakpastian (uncertainty) dan resiko sebanyak 1,31 juta ton GKG, terdiri atas
kegagalan yang tinggi (vulnerability). konsumsi langsung penduduk sebesar 0,65 juta
Perkembangan luas panen, produksi dan ton, agrindustri 0,14 juta ton, benih 12 ribu ton,
produktivitas padi ladang di NTB, disajikan pada cadangan 0,13 juta ton dan sisanya untuk
Tabel 2. ekspor atau transfer.
Tabel 2. Luas panen, produktivitas dan produksi padi Prospek Ketahanan Pangan NTB
ladang di NTB 2001 2010
Hasil analisis data dan informasi aktual
2001-2010 menunjukkan bahwa kapasitas
produksi padi masih dapat mengimbangi
kebutuhan konsumsi yang meningkat dan
bahkan masih surplus, seperti ditunjukkan
Gambar 1.

Sumber: BPS NTB (2002-2011

Tabel 2 memperlihatkan bahwa luas


panen padi ladang terus mengalami
peningkatan. Peningkatan luas yang signifikan
dikarenakan potensi lahan untuk perluasan
areal masih cukup tersedia. Peningkatan luas
panen yang diikuti peningkatan produktivitas Gambar 1. Neraca produksi dan kebutuhan konsumsi padi
mampu meningkatkan produksi padi ladang NTB 2001-2010
yang signifikan. Gambar 1. memperlihatkan produksi padi NTB
dalam 10 tahun terakhir masih mengalami
Kebutuhan Konsumsi Beras di NTB
surplus. Surplus produksi terjadi karena
Proyeksi kebutuhan konsumsi beras
kapasitas produksi masih lebih besar dari
didasarkan pada jumlah penduduk, konsumsi
kebutuhan konsumsi. Luas baku dan luas panen
beras/kap/th, kebutuhan agroindustri, cadangan
padi masih dapat ditingkatkan, meskipun
pemerintah, kebutuhan benih padi dan ekspor
produktivitas dan IP padi relatif stagnan. Potensi
atau transfer. Kebutuhan konsumsi beras
lahan yang sesuai untuk lahan sawah dan
penduduk 139,15 kg/kap/th (Nainggolan, 2008,
ladang masih cukup tersedia untuk perluasan
Firdaus et al., 2008, BKP, 2009). Kebutuhan
areal padi menggantikan lahan sawah yang
agroindustri diperkirakan 23,5% dari kebutuhan
terkonversi. Hasil analisis kecenderungan
konsumsi penduduk, cadangan pemerintah
jangka panjang 2010-2025 dengan indikator
10%, kebutuhan benih padi sawah 20-60 kg/ha

35
keberlanjutan surplus beras menunjukkan bahwa Kesimpulan dan implikasi kebijakan
diperkirakan pada tahun 2021 akan terjadi defisit Prospek ketahanan pangan NTB masih
produksi, seperti ditunjukkan Gambar 2. cukup baik hingga 2020. Pada 2021
diperkirakan akan terjadi defisit pangan
apabila tidak dilakukan perbaikan sistem.
Upaya-upaya yang perlu dilakukan: (a)
pengendalian konversi lahan sawah, (b)
pengendalian pertumbuhan penduduk, (c)
perbaikan kualitas dan kesuburan lahan sawah,
(d) perbaikan jaringan irigasi, (e) perbaikan
inovasi teknologi dan (f) pemberian insentif
Gambar 2. Perkiraan neraca produksi dan kebutuhan usahatani padi.
konsumsi padi NTB 2010-2025
Sumber
Luas baku sawah diperkirakan akan Badan Litbang Pertanian. 2005a. Prospek dan
mengalami penurunan karena potensi lahan Arah Pengembangan Agribisnis Padi. Badan
yang sesuai untuk lahan sawah semakin Litbang Pertanian. Jakarta.
terbatas dan tidak akan mampu mengimbangi Badan Litbang Pertanian. 2005b. Rencana Aksi
laju konversi lahan yang terus berlanjut. Jika Pemantapan Ketahanan Pangan 2005-2010.
tidak ada upaya pengendalian yang ketat, luas Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
baku sawah pada 2025 diperkirakan akan [BKP] Badan Ketahanan Pangan. 2009.
tersisa 170.000 ha. Konversi lahan sawah Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-
diperkirakan akan berlanjut pada kisaran 1-2%/ 2014. Draft ke 3 Oktober 2009. Jakarta.
th. Dengan demikian luas panen padi sawah FAO. 2007. Paddy rice yield (t/ha), by country
hanya akan mengandalkan IP padi yang and geographical region, 1961-2007. FAOSTAT
diperkirakan sulit ditingkatkan karena Database, 2008. FAO, Rome. 22 Sep 2008.
keterbatasan sumber air, variabilitas iklim, Firdaus, M., L.M. Baga dan P. Pratiwi. 2008.
rendahnya daya saing padi serta degradasi Swasembada Beras dari Masa Ke Masa. Telaah
lahan. Pada sisi lain kebutuhan konsumsi akan Efektivitas Kebijakan dan Perumusan Strategi
terus meningkat seiring pertumbuhan jumlah Nasional. IPB Press. Bogor.
penduduk dan meningkatnya industri berbahan Nainggolan, K. 2008. Melawan Kelaparan dan
baku beras. Peluang untuk meningkatkan Kemiskinan Abad ke-21.Kekal Press. Bogor
produksi padi adalah melalui peningkatan Nazam, M. 2011. Penyusunan model untuk
produktivitas. Penggunaan varietas unggul baru penetapan luas lahan optimum usahatani padi
(VUB) padi dan peningkatan penerapan sawah pada wilayah beriklim kering mendukung
pengelolaan tanaman terpadu (PTT) serta kemandirian pangan berkelanjutan (Studi kasus
perbaikan kualitas lahan diharapkan dapat provinsi Nusa Tenggara Barat. [Disertasi]
meningkatkan produktivitas padi. Pascasarjana IPB. Bogor.
Simatupang, P. 2007. Analisis Kritis Terhadap
Paradigma dan Kerangka Dasar Kebijakan
Ketahanan Pangan Nasional. Forum Penelitian
Agro Ekonomi. Volume 25 No. 1, Juli 2007 :
1 18.

36
SISTEM VERTIKULTUR SOLUSI PERTANIAN ORGANIK DI LAHAN SEMPIT (PERKOTAAN )
UNTUK MENDUKUNG MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) DI NTB
Yanti Triguna

Pesatnya pertumbuhan ekonomi di Istilah vertikultur berasal dari bahasa


daerah perkotaan menyebabkan penduduk dari Inggris, verticulture. Terdiri dari dua
pedesaan berpindah ke daerah perkotaan. kata,vertical dan culture. Di dalam dunia
Berdasarkan data BPS, pada tahun 2015 pertanian, pengertian vertikultur adalah
diperkirakan 800 juta orang akan hidup di budidaya tanaman dengan cara bertingkat atau
daerah perkotaan. Hal ini akan membawa bersusun, memanfaatkan ruang ke arah atas.
dampak terhadap peningkatan kebutuhan Sistem pertanian vertikultur adalah sistem
pangan, bahan makanan yang diperlukan bisa budidaya pertanian yang dilakukan secara
mencapai 6,600 ton yang dihasilkan dari luar vertikal atau bertingkat. Sistem ini
daerah tersebut. Ini menjadi masalah serius cocok diterapkan di lahan-lahan sempit atau di
sementara lahan diperkotaan cendrung pemukiman yang padat penduduknya. Sistem
berkurang dari tahun ke tahun karena beralih ini dapat menjadi solusi kesulitan mencari lahan
fungsi ke non pertanian yaitu pembangunan pertanian yang tergusur oleh perumahan dan
perumahan dan tempat-tempat hiburan maupun industri.
industri lainnya. Sesuai dengan konsep Pada dasarnya sistem bertani semacam
ketahanan pangan, yang dimulai dari Rumah ini tidak jauh berbeda dengan di kebun atau
tangga, pemanfaatan lahan pekarangan ladang. Sama-sama membutuhkan sinar
merupakan salah satu alternatif untuk matahari, air dan unsur hara untuk
mewujudkan kemandirian pangan. Disamping pertumbuhannya. Perbedaannya hanya terletak
itu juga, sekitar 10,3 juta ha atau 14% luas pada lahan yang digunakan. Dalam sistem
lahan pekarangan nasional dari seluruh luas pertanian konvensional, misalnya, satu meter
lahan pertanian belum dimanfatkan (BPS, persegi hanya bisa menanam lima pohon,
2010). dengan vertikultur, pada luas lahan yang sama
Kementerian Pertanian menyusun suatu digunakan dapat ditanami sampai 20 pohon
konsep yang disebut dengan Model Kawasan atau lebih 40%. Teknik pertanian bertingkat,
Rumah Pangan Lestari (MKRPL) yaitu biasa untuk budidaya tanaman semusim atau
pemanfaatan pekarangan yang ramah berumur pendek, seperti sayuran. Aneka
lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan sayuran yang dapat ditanam antara lain seledri,
pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan selada, kangkung, bayam, kemangi, sawi,
pendapatan yang pada akhirnya akan caisim atau kailan. Tanaman cabai, tomat, atau
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. terong, juga sertatanaman hias dapat di
Melalui penerapan model ini diharapkan mampu budidayakan dengan sistem ini.
menjadi salah satu solusi untuk menjawab yang Manfaat lain sistem Vertikultur :
selama ini menjadi kendala dalam pemenuhan a. Efisiensi penggunaan lahan
kebutuhan pangan terutama masyarakat b. Dapat di pindahkan dengan mudah
perkotaan sekaligus menumbuh-kembangkan c. Mudah dalam hal monitoring dan
kegiatan pertanian di wilayah perkotaan. pemeliharaan.
Implementasi MKRPL di perkotaan yang
Seiring dengan tren meningkatnya
dikembangkan adalah dengan cara menanam
kesadaran masyarakat akan bahan pangan
vertikal atau bertingkat, yang populernya disebut
yang aman bagi kesehatan, sayur-sayuran
sistem pertanian vertikultur.
dengan kualitas yang baik dan beragam, maka
budidaya tanaman secara vertikal dapat

37
di kembangkan dengan sistem organik. kecil ukuran 0,5 dim yang bersambung ke
Budidaya tanaman sistem organik menghindari selang plastik ukuran selang infus. Air
penggunaan pupuk dan pestisida kimia tetapi di bercampur nutrisi atau pupuk kemudian
ganti dengan pupuk kandang dan kompos. dialirkan dalam tonggak melalui selang plastik
Kompos dapat di buat dari limbah rumah yang biasa digunakan untuk akuarium.
tangga. Limbah rumah tangga merupakan salah 3. Penanaman
satu sumber sampah terbesar yang kandungan Cara penanaman pada wadah Vertikultur
bahan organiknya bisa mencapai 78% (Badan tergantung pada jenis tanamannya.
Litbang Pertanian, 2011) Ada 3 cara yaitu: 1. tanam langsung, 2.
Persemaian, 3. Persemaian dan penyempitan.
Teknik Budidaya Sayuran Sistem Vertikultur
Persemaian dibutuhkan oleh tanaman yang
1. Wadah Media
berbiji kecil, misalnya sawi, kubis, tomat, cabai,
Berbagai bahan dapat digunakan
terong, lobak, selada dan wortel. Untuk
sebagai wadah media tumbuh tanaman, yang
tanaman yang bernilai ekonomis tinggi dan
penting susunan wadah tetap memenuhi prinsip
membutuhkan perawatan yang agak khusus,
bahwa pertanaman dapat disusun ke atas,
misalnya paprika, cabai hot beauty atau cabai
namun tanaman dibagian bawah masih
keriting dan tomat buah dilakukan cara
memperoleh sinar matahari yang cukup. Kolom
penanaman yang terakhir.
vertikal dapat menggunakan pipa PVC (pralon),
4. Pemeliharaan
bambu, pipa dari tanah (plempem). Kolom
Pemeliharaan meliputi penyiraman,
susun (mendatar) dapat berupa bambu, pralon,
pemupukan dan pengedalian hama dan
papan, karung plastik/plastik/polybag/seng
dengan kerangka bambu/kayu, pot gantung dari
pot plastik, tempurung kelapa, kaleng bekas
dsb. Mula-mula satu lonjor pralon dipotong
menjadi 2 atau 3 bagian agar mudah dalam
menyiram dan memeliharanya. Kemudin
ditentukan jarak lubang disesuaikan dengan
jenis tanaman. Untuk tanaman cabe, terong dan
tomat jarak lubang 30 cm. Sawi, slada, kol
bunga dan lainnya yang berukuran sejenis 20
cm. Setelah jarak lubang ditentukan dan diberi
tanda, dilubangi memakai gergaji/solder,
kemudian dipanaskan dengan api kecil yang
penyakit. Penyiraman bisa dilakukan secara
tidak berjelaga seperti spiritus, setelah paralon
manual atau dengan sistem drainase.
lunak/lembek maka dapat dilubangi sesuai
Pemupukan dengan pupuk organik cair
ukuran yang dikehendaki, Garis tengah lubang
seukupnya secara rutin denagn cara di siram.
3-5 cm sudah cukup untuk berbagai jenis
Pengendalian hama dan penyakit secara
tanaman. Supaya lubang tidak pulih segera
manual jika melebihi ambang batas dapat
didinginkan dengan kain basah.
disemprot dengan pestisida organik.
2. Pembuatan media Tanaman
5. Pemanenan
Media tanam yang digunakan dapat
Keragaman jenis sayuran menyebabkan
berupa tanah campuran kompos atau pupuk
teknik pemanenan juga beragam.
kandang dan pasir dengan perbandingan 1:1:1.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
Semua bahan dicampur merata dengan sekop,
dalam pemanenan, antara lain penentuan saat
kemudin dimasukkan kedalam paralon sampai
panen, menunda panen, cara panen, dan alat
penuh. Di bagian tengah tonggak diisi paralon

38
panen. Sayuran siap dipanen kalau sudah secara manual yang dilakukan pada tingkat
mencapai tingkat perkembangan tertentu, petani dengan cara dipetik, dicabut dan
dengan sendirinya setiap jenis sayuran dipotong.
mempunyai saat panen sesuai dengan jenis dan
kegunaannya. Beberapa cara pemanenan

RESI GUDANG GABAH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA DAN


KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
Yohanes G. Bulu

Apa itu Resi Gudang? memfungsikan Lumbung untuk menyimpan hasil


Sistem Resi Gudang diatur dalam panennya yang disebabkan oleh
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang b e rk em b a n g n ya varietas baru dan
kegiatan yang berkaitan dengan penerbitan, berkembangnya ekonomi pasar di perdesaan.
pengalihan, penjaminan, dan penyelesaian Sebagian besar hasil gabah dijual petani untuk
transaksi Resi Gudang. Resi Gudang adalah memenuhi kebutuhan non pangan, namun pada
surat berharga yang diterbitkan oleh pengelola masa paceklik rumah tangga di bagian Selatan
gudang sebgai bukti kepemilikan barang yang Pulau Lombok ini mengalami kekurangan
disimpan di gudang. ketersediaan pangan bagi keluarga.
Menurut Estuwati (2011), Resi Gudang Berdasarkan pengalaman tersebut, mulai
merupakan salah satu bentuk system tunda jual tahun 2000 sampai sekarang ini model
yang menjadi alternatif dalam peningkatan nilai ketahanan pangan rumah tangga petani di desa
tukar petani. Resi gudang adalah proses dan Setanggor dan sekitarnya berubah. Hasil gabah
pelaksanaan tunda jual yang dilakukan petani yang diproduksi oleh sebagian besar petani
atau kelompok tani untuk memperoleh nilai pada MH seluruhnya dijual dalam bentuk gabah
tambah penjualan hasil produksi usahatani yang kering panen (GKP). Sebagian kecil petani
lebih tinggi pada saat panen raya. Proses tunda melakukan pengeringan yang optimal, mereka
jual gabah yang dilakukan petani, Poktan dan lebih memilih melakukan penyimpanan guna
Gapoktan yang sifatnya informal lebih memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Hasil
menguntungkan baik dari aspek ketahanan produksi gabah MK I sebagian besar petani
pangan rumah tangga, peningkatan nilai tambah melakukan tunda jual dan sebagian kecil lainnya
(pendapatan) dan kegiatan bisnis usahatani menyimpan untuk ketahanan pangan. Tunda
padi dibanding dengan lembaga formal yang jual yang dilakukan petani dari hasil produksi
ditunjuk untuk mengelola gudang penyimpanan. gabah MK I hanya berkisar 1 2 bulan. Setalah
itu, petani menjual dengan perolehan nilai
Model Ketahanan Pangan Rumah Tangga
dan Tunda Jual di Desa Setanggor tambah penjualan berkisar 10% -15 % dari
Menjamin ketersediaan padi di setiap harga pada saat panen. Hasil produksi gabah
rumah tangga merupakan salah satu cara untuk MK II, sebagian besar hasil penen disimpan
meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga untuk ketahanan pangan dan sebagian kecil
di desa Setanggor. Penyimpanan hasil panen hasil panen dijual untuk biaya usahatani pada
gabah telah dilakukan petani di desa Setanggor MH (Gambar 1).
kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok
Tengah sejak tahun 1980-an dengan
memfungsikan Lumbung Padi untuk menjamin
ketersediaan pangan rumah tangga dalam satu
tahun. Pada tahun 1990-an petani tidak lagi

39
dalam usaha agribisnis usahatani padi. Hal ini,
sistem Resi Gudang tersebut merupakan tunda
jual gabah guna memperoleh nilai tambah
sehingga Gapoktan maupun Poktan tidak
mempunyai wewenang untuk merubah bentuk
gabah menjadi beras. Sistem Resi Gudang
seperti ini tidak memberdayakan kelembagaan
tani dalam pengembangan usaha agribisnis.
Informasi mengenai sistem Resi Gudang
yang diperoleh Poktan dan Gapoktan kemudian
muncul ide untuk mengembangkan tunda jual
(Resi Gudang) di tingkat Gapoktan dengan
Gambar 1. Model Ketahanan pangan dan agribisnis
usahatani padi desa Setanggor tanpa membebani biaya gudang bagi anggota
Peningkatan Keuntungan Usahatani Padi kelompok. Berbeda dengan sistem Resi Gudang
Melalui Tunda Jual yang dilakukan oleh PT iPASAR, bahwa petani
Tunda jual meningkatkan keuntungan
dibebankan biaya gudang sebesar Rp.70/kg.
petani. Tunda jual gabah merupakan bagian dari
Membangun jejaring kerja, untuk
usaha agribisnis usahatani padi. Petani dan
menangkap peluang. Berbagai upaya
kelompok tani di desa Setanggor dan Tanak
dilakukan oleh Gapoktan Mertak Jati dalam
Rarang mengelompokkan penjualan gabah
pengembangan agribisnis dan kemandirian
dalam tiga kategori yang mempunyai perbedaan
petani dengan membangun kerjasama dengan
harga, yaitu gabah kering anen (GKP), gabah
Kantor Katahanan Pangan Kabupaten Lombok
kering giling (GKG), dan gabah kering lumbung
Tengah. Melalui pertemuan-pertemuan yang
(GKL). Hasil produksi MH 2011/2012 berupa
dilakukan antara Gapoktan dengan Kantor
gabah kering panen (GKP) umumnya dijual
Ketahanan Pangan membuahkan hasil untuk
petani di sawah maupun di rumah dengan harga
mengembangkan usaha agribisnis padi.
rata-rata Rp 3350/kg. Gabah kering giling (GKG)
Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lombok
yang merupakan hasil dari tunda jual selama 2
Tengah melalui Program Lembaga Distribusi
bulan kemudian dijual petani dengan harga Rp
Pangan Masyarakat (LDPM) memberikan
4.000/kg, sedangkan gabah kering lumbung
bantuan modal kepada Gapoktan Mertak Jati
(GKL) dijual petani dengan harga berkisar
sebesar Rp.150,000.000 dengan perincian
Rp.4.500/kg Rp.5.000/kg. Jika petani
Rp.30.000.000 untuk membangun gudang
melakukan tunda jual selam 2 bulan dari hasil
ukuran 5 x 7 meter dan Rp 120.000.000
panen sebanyak 6 ton dengan peningkatan
digunakan untuk jual beli gabah serta
harga Rp 4.500/kg dibandingkan harga pada
penggilingan gabah menjadi beras. Pada
saat panen sebesar Rp 3.350/kg maka petani
tahap penumbuhan usaha agribisnis padi dan
memperoleh keuntungan sebesar Rp 6.900.000.
beras ini diharapkan untuk berkelanjutan
Kerjasama dengan berbagai pihak
sehingga pada tahap pengembangan maka
menginspirasi keswadayaan petani dan
Gapoktan akan memperoleh danan
kelompok. Penawaran PT iPASAR Grup kepada
pengembangan sebesar Rp.75.000.000. Pada
Gapoktan Mertak Jati dan Jati Agung di desa
tahap berikutnya, yaitu tahap kemandirian
Setanggor untuk mengambil bagian dalam
Gapoktan akan memperluas kerjasama
Sistem Resi Gudang dinilai sebagian Poktan
agribisnis perberasan dan usaha agribisnis
yang mengikuti pertemuan dengan pihak
usahatani padi dengan menghasilkan calon
perusahaan kurang memberikan kemandirian
benih.

40
Mem ak s im alk an k earif an lok al Gapoktan Jati Agung akan terfokus untuk
memerlukan peningkatan kapasitas masyarakat memproses gabah menjadi beras. Hasil
setempat. Model pemberdayaan keembagaan sampingan berupa sekam dan dedak
tani tersebut di atas lebih menguntungkan bagi merupakan bagian keuntungan yang diperoleh
petani. Oleh karena itu, diperlukan bimbingan oleh Gapoktan Jati Agung selain hasil
dan pendampingan yang efektif dalam pembagian keuntungan dalam penjualan beras.
pengembangan agribisnis. Gapoktan Mertak Jati Hanya sebuah kekunan, kerjasama dan
telah mengembangkan kerjasama agribisnis kejujuran yang mampu mengantarkan
dengan Gapoktan Jati Agung yang memiliki kelembagaan tani sehingga pada akhirnya
heler padi diskontinyu. Gapoktan Mertak Jati akan memberikan keuntungan, peningkatan
melakukan pembelian gabah, sedangkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

41
WANITA DAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
Mardiana

UU No 7 tahun 1996 tentang Pangan dan harga-harga komoditas pangan. Dengan


Bab I pasal 1 menyebutkan bahwa ketahanan demikian keluarga miskin merupakan elemen
pangan adalah : terpenuhinya pangan bagi yang sangat rentan dalam hal ketahanan
rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangannya.
pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutu, Wanita, Kemiskinan dan Ketahanan Pangan
aman, merata dan terjangkau. Sesuai dengan Fakta menunjukkan bahwa wanita
penjelasan UU tersebut ketersediaan pangan merupakan bagian terbesar penyandang
yang cukup di tingkat rumah tangga merupakan kemiskinan. Suatu laporan yang menganalisis
syarat keharusan tercapainya ketahanan hubungan antara gender dan kemiskinan
pangan. Hal berikutnya adalah terpenuhinya menunjukkan bahwa setengah dari jumlah
syarat bermutu, aman, merata dan terjangkau. penduduk dunia yang termasuk kategori miskin
Bermutu dan aman berhubungan dengan aspek sebagian besar adalah wanita, hingga
keamanan pangan, merata mengandung memunculkan istilah feminisasi kemiskinan
konsekuensi pangan harus tersedia di setiap (Chen et al., 2007 dalam Wahyuni, 2010). Data
tempat/ daerah dan waktu. Terjangkau BPS (1990-2006) menunjukkan bahwa lebih
berkaitan dengan akses dan daya beli rumah dari 50 persen total penduduk Indonesia adalah
tangga terhadap pangan yang dibutuhkan. wanita, dimana lebih dari 70 persen atau
Pangan merupakan kebutuhan dasar sekitar 82,6 juta jiwa berada di pedesaan dan
manusia. Pangan tidak saja berarti strategis 55 persen di antaranya hidup dari pertanian
secara ekonomi, tetapi juga sangat berarti dari (Elizabeth, 2007).
segi pertahanan dan keamanan, sosial dan Pembangunan pertanian yang terjadi
politis (Hasan, 1998 dalam Ariani dan Ashari, sampai saat ini masih belum berpihak pada
2003). Penguatan ketahanan pangan di tingkat wanita. Di sektor pertanian, wanita yang
rumah tangga menjadi demikian penting karena bekerja di usahatani tidak dianggap berprofesi
diketahui bahwa ketersediaan pangan di tingkat sebagai petani, namun hanya sebagai istri atau
nasional yang cukup ternyata tidak menjamin anggota keluarga petani. Sering terjadi
adanya ketahanan pangan di tingkat wilayah perbedaan upah yang diterima antara wanita
dan di tingkat rumah tangga/individu. Hal ini dengan laki-laki berbeda untuk satuan kerja
disebabkan ketahanan pangan tidak mutlak yang sama atau dengan kata lain ada
hanya masalah pangan tersedia atau tidak, diskriminasi upah. Selain itu, wanita memiliki
namun lebih pada distribusinya dan daya banyak keterbatasan dibandingkan laki-laki
jangkau atau akses masyarakat terhadap seperti keterbatasan pendidikan, keterampilan,
pangan tersebut. rasa percaya terhadap kemampuan diri, serta
Studi Saliem, et al. (2001) menunjukkan akses untuk mendapatkan pendidikan dan
bahwa walaupun ketahanan pangan di tingkat pelatihan, kesempatan kerja dan berusaha
regional (propinsi) tergolong tahan pangan serta akses terhadap inovasi teknologi.
terjamin namun di propinsi yang bersangkutan Tingginya proporsi wanita terhadap
masih ditemukan rumah tangga yang tergolong jumlah penduduk secara total serta perannya
rawan pangan dengan proporsi yang tinggi dalam keluarga menyebabkan posisi wanita
(Rachman, 2006). Tidak terpenuhinya terutama dalam mendukung ketahanan pangan
ketahanan pangan di tingkat rumah tangga lebih keluarga menjadi penting. Berbagai studi
disebabkan oleh faktor distribusi dan daya beli. menunjukkan bahwa peran ganda wanita baik
Daya beli dipengaruhi oleh tingkat pendapatan di sektor publik dalam membantu suami

42
mencari nafkah dan peran domestiknya sebagai meningkatkan jenis dan ragam komoditas
ibu rumah tangga sangat strategis dalam pangan yang dihasilkan. Penerapan teknologi
menentukan ketahanan pangan keluarganya. terutama pasca panen, pengolahan dan
Elizabeth (2007) mengungkapkan bahwa wanita pem asaran produk pangan dapat
tani berperan aktif dalam membantu aktivitas mempengaruhi mutu dan keamanan pangan
usahatani dan mencari nafkah di subsektor off bagi masyarakat. Terkait dengan hal tersebut,
dan on farm, sehingga semakin rendah tingkat perlu peningkatan kapasitas wanita menguasai
ekonomi suatu rumah tangga petani, makin teknologi yang mampu meningkatkan nilai
besar curahan tenaga dan waktu wanita tani tambah dan penghasilan keluarga melalui
dalam upaya memperoleh pendapatan. Adapun pelatihan dan penciptaan teknologi tepat guna
pada sisi domestik peran perempuan dalam yang mudah diakses wanita.
pengambilan keputusan dalam pelaksanaan Sampai saat ini teknologi sederhana atau
aktivitas pangan keluarga cukup besar. teknologi tepat guna telah banyak dihasilkan,
Puspitawati dan Fahmi (2008) menyatakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat
bahwa wanita mendominasi aktivitas mengatur sendiri. Teknologi tepat guna dalam
kebutuhan sehari-hari, kreativitas ide untuk pengolahan hasil pertanian relatif paling sesuai
mengurangi kebutuhan pangan, dan dengan kondisi wanita yang mempunyai beban
menentukan pengeluaran untuk pangan. kerja domestik lebih besar sehingga alokasi
Wanita juga dapat dikatakan lebih responsif waktu di rumah lebih banyak. Dalam rangka
dalam mengatasi persoalan pangan keluarga peningkatan pendapatan keluarga, pengolahan
dan upaya peningkatan pendapatan keluarga pangan non beras menjadi suatu usaha dengan
yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Ardhian, prospek yang cukup menjanjikan.
2004). Dengan demikian, setiap usaha yang Ketergantungan masyarakat terhadap
ditujukan untuk meningkatkan kapasitas wanita beras dan terigu sangat besar, sedangkan dari
dalam mendukung peranannya menjaga hari ke hari harga beras dan terigu cenderung
ketahanan pangan keluarga baik pada sisi terus meningkat sedangkan ketersediaannya
publik maupun domestik menjadi hal yang relatif menurun sampai harus diimpor.
utama. Disamping harga yang mahal, berbagai
penelitian menunjukkan bahwa konsumsi beras
Peningkatan Peran Wanita Dalam
Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna dan terigu dalam jumlah besar tidak baik untuk
kesehatan. Peneliti Dr. Qi Sun dari Harvard
Ketahanan pangan keluarga dapat
School of Public Health Boston mengatakan
dicapai melalui peningkatan hasil produksi untuk
bahwa setiap kenaikan asupan nasi putih
m enanggulangi k onsumsinya m aupun
dikaitkan dengan risiko kenaikan diabetes yang
meningkatkan penjualan hasil produksi atau
lebih tinggi (VivaNews, 2012). Nasi yang
sumberdaya lainnya sehingga dapat
berasal dari beras diketahui memiliki indeks
meningkatkan pendapatan. Rachman (2006)
glikemik yang tinggi, sehingga yang dapat
mengungkapkan bahwa bagi rumah tangga
meningkatkan resiko terjadinya penyakit
pertanian, salah satu faktor yang dapat
diabetes. Begitu pula dengan terigu yang
mendorong peningkatan pendapatan adalah
diperoleh melalui pengolahan gandum,
melalui penerapan dan adopsi teknologi
kandungan zat gizinya sangat berkurang dari
pertanian. Melalui adopsi teknologi pertanian
semula karena kulit ari yang banyak
mulai dari kegiatan hulu sampai hilir diharapkan
mengandung viatamin dan mineral telah
mampu meningkatkan produktivitas usahatani,
terbuang. Adapun sumber-sumber pangan
nilai tambah produk dan pendapatan petani.
lokal seperti jagung, kacang-kacangan, ubi
Penerapan teknologi disamping
jalar, singkong, talas, sukun, dan lain-lain relatif
meningkatkan jumlah produksi juga

43
masih terbatas pengolahannya oleh Blender
masyarakat, padahal sumberdayanya sangat Cara pembuatan :
besar dan tersedia sepanjang waktu. Cabe dibersihkan, buang tangkai dan bagian
Kementerian Pertanian dalam hal ini yang busuk, cuci sampai bersih dan tiriskan
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan Cabe dibelah membujur dan bijinya tidak
dan Um b i - um b i a n ( B a l i tk a b i) t e l ah perlu dibuang. Proses ini dapat
menghasilkan berbagai teknologi sederhana mempercepat pengeringan
dalam pengolahan berbagai jenis umbi dan Blanching :
kacang yang mudah untuk dilakukan. Ubi jalar a. penyiapan larutan bisulfit panas (0,2%).
dan singkong dapat diolah sedemikian rupa Kalsium metabisulfit atau Natrium bisulfit
menjadi berbagai olahan yang lezat seperti sebanyak 20 gram dilarutkan ke dalam setiap
butter cookies, cocochip, bola-bola cassava, 20 liter air bersih. Kemudian larutan ini
stick mocaf, sweet potato stick, cake tape, kue dipanskan sampai mendidih, setelah
mangkok, onde-onde ubi jalar ungu, mie ubi mendidih api dikecilkan sekedar menjaga
jalar, tiwul, dan es krim ubi jalar. larutan tetap mendidih.
Begitupun dari Kementerian Negara b. Pencelupan dalam larutan sulfit panas, cabe
Riset dan Teknologi (Ristek) telah menghasilkan dicelupkan ke dalam larutan sulfit panas dan
banyak teknologi berbahan dasar diaduk-aduk selama tiga menit. Setiap satu
kacang-kacangan, umbi, buah dan sayuran kilogram cabe memerlukan dua liter larutan
seperti keripik sanjai, manisan kering ubi jalar, sulfit. Setelah itu cabe diangkat dan
tepung sagu, tepung ganyong, rengginang, ditiriskan. Biji dari cabe yang telah dibelah
mentega kacang tanah, kerupuk terung, minyak banyak yang terleps saat pencelupan. Bji
kulit jeruk, cabe giling dalam kemasan, cabe yang terlepas juga diangkat dan ditiriskan.
kering dan bubuk, selai tomat, saos pepaya, Larutan ini dapat dipakai berulang-ulang
dan lain-lain. Setelah blanching, cabe beserta bijinya
Berikut ini adalah beberapa contoh pengolahan segera dijemur atau dikeringkan dengan
makanan yang mudah dilakukan oleh wanita mesin pengering. Suhu pengeringan tidak
dengan memanfaatkan hasil pekarangan : boleh lebih dari 75C dan suhu terbaik
1. Cabe Kering dan Cabe Bubuk adalah 70C. Pengeringan dilakukan
Bahan : samapi kadar air kurang dari 9%. Cabe
Buah cabe yang matang dan merah merata yang kadar airnya telah mencapai 9% akan
Kalsium metabisulfit atau natrium bisulfit terasa kering jika diremas dengan telapak
Peralatan : tangan.
Pisau dan talenan Cabe kering digiling sampai halus dengan
Pengering. Alat ini digunakan untuk menggunakan blender
mengeringkan cabe segar menjadi cabe Cabe kering atau cabe bubuk dikemas
kering, ada yang menggunakan sumber dalam kantong plastik yang tertutup rapat.
panas matahari, batubara, sekam atau Karung plastik yang dilapisi plastik tipis
minyak. Jika panas matahari cukup, untuk menahan uap air dari luar juga
pengeringan dapat dilakukan dengan dapat digunakan untuk mengemas cabe
menggunakan tampah, tikar, atau kering atau cabe bubuk dalam jumlah
anyaman bambu sebagai wadah besar. Cabe disimpan di tempat kerig dan
penjemuran sejuk/ tidak panas
Panci untuk blanching (merendam cabe 2. Manisan Pepaya
dalam larutan bisulfit panas) Bahan :
Kompor Buah pepaya yang matang konsumsi tapi

44
masih agak keras, sudah terasa manis dan dicuci dengan air bersih dan ditiriskan.
bila digores tidak mengeluarkan getah, jumlah Perendaman di dalam Larutan
10 kilogram Sulfit.
Larutan gula pasir dengan konsentrasi 40%, Larutan sulfit dipanaskan sampai suhu 64~68
untuk mendapatkan 10 liter larutan gula 40%, 0 C. kemudian irisan pepaya direndamkan ke
gula sebanyak 4 kg ditambah air sedikit demi dalam larutan sulfit hangat tersebut selama
sedikit sambil diaduk sampai volumenya 10 10 menit sambil diaduk-aduk secara pelan-
liter pelan. Setelah itu irisan pepaya dicuci dengan
Pengawet sodium benzoat 4 gram air segar dan ditiriskan.
10 gram asam sitrat untuk menurunkan pH Perendaman di dalam Larutan Gula
sehingga menghambat pertumbuhan mikroba a. Irisan pepaya direndam di dalam larutan gula
Larutan penguat buah, dengan mencampur 40% selama 24 jam.
CaCO3 (kapur sirih) sebanyak 2 3 gram ke b. Setelah itu irisan ditiriskan. Sedangkan
dalam 1 liter air. Jumlah larutan yang larutan gula dipanaskan sampai suhu 90 0 C
dibutuhkan adalah 10 liter selama 10 menit.
Larutan penghambat reaksi pencoklatan, c. Setelah dingin, kadar gula diukur dengan
diperoleh dengan mencampur natrium bisulfit refraktometer. Bila kadar gula kurang dari
sebanyak 1,8 2,2 gram ke dalam 1 liter air, 40%, ke dalam larutan ditambahkan lagi gula
jumlah larutan yang dibutuhkan 10 liter hingga kadar gula kembali menjadi 40 %.
Peralatan: d. Setelah itu, irisan pepaya direndam lagi ke
Pisau dan landasannya, disarankan dalam larutan gula dan dibiarkan lagi selama
menggunakan dua pisau yang berbeda. 24 jam. Selanjutnya prosedur No. 2 dan 3
Untuk pengupasan digunakan pisau yang diulangi lagi sampai 2 kali. Dengan demikian
biasa digunakan di rumahtangga. Sedangkan perendaman dilakukan selama 3 hari.
untuk mengiris digunakan pisau besar yang Pengeringan
biasa digunakan untuk pemotong dan Setelah itu, irisan buah ditiriskan.
pencincang daging. Selanjutnya irisan buah dijemur (jika tersedia
Baskom untuk merendam irisan pepaya. cukup sinar matahari), atau dikeringkan
Kemasan. Kemasan yang ekonomis yang dengan alat pengering sampai kadar air 30
dapat digunakan adalah kantong plastik % dengan tanda irisan buah susut menjadi
polietilen. seperti ukuran semula dan menjadi lentur.
Sealer untuk menutup kantong plastik dengan
menggunakan panas. Pengemasan
Alat pengering. Alat ini digunakan untuk Manisan pepaya ini dikemas di dalam
mengeringkan irisan pepaya sampai kadar kantong plastik polietilen, kemudian di-seal
air dibawah 9%. dengan rapat.
Refraktometer. Alat ini digunakan untuk
mengukur konsentrasi larutan sukrosa Daftar Pustaka :
secara cepat. Ardhian, D. 2004. Pangan dan Perempuan
Cara pembuatan Pedesaan Antara Beleggu Perdagangan
Pengirisan dan Perendaman di dalam Larut Global dan Marginalisasi Peran. Makalah
K a p u r S i r i h . disampaikan dalam Diskusi Terbatas Elsppat
Buah pepaya dikupas, dibelah dan dibuang Peranan Perempuan Pedesaan Dalam
bijinya. Setelah itu buah dicuci sampai Membangun Ketahanan Pangan,
bersih. Setelah itu, buah direndam di dalam Pembangunan Pedesaan dan Partisipasi
larutan kapur sirih selama 1 jam. Kemudian Politik Lokal, Bogor, 24 Februari 2004.

45
Elizabeth, R. 2007. Pemberdayaan Wanita BBP2TP. Badan Litbang. Departemen Pertanian
Mendukung Strategi Gender Mainstreaming RI.
Dalam Kebijakan Pembangunan Pertanian di Puspitawati, H., dan S.A. Fahmi. 2008.
Perdesaan. Forum Penelitian Agro Ekonomi. 25 Analisis Pembagian Peran Gender Pada
(2) : 126-135. Keluarga Petani. Jurnal Ilmu Keluarga dan
Ginting, E., S.S. Antarlina, I. Sudaryono, A. Konsumen. Departemen Ilmu Keluarga dan
Winarto dan Sugiono . 2008. Resep Produk Konsumen FEMA IPB. 1(2) : 24-33
Olahan Umbi-umbian dan Kacang-kacangan. Saliem, H.P, M. Ariani, Y. Marisa, T.B.
Balitkabi. Departemen Pertanian RI. Purwantini dan E.M. Lokollo. 2001. Analisis
Kementerian Negara Riset dan Teknologi. 2005. Ketahanan Pangan Tingkat Rumah Tangga
Teknologi Tepat Guna Pembuatan Manisan dan Regional. Laporan Hasil Penelitian. Pusat
Pepaya. www.iptek.net.id/ind/warintek Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Kementerian Negara Riset dan Teknologi. 2005. Pertanian. Badan Litbang Pertanian,
Teknologi Tepat Guna Pembuatan Cabe Kering Departemen Pertanian. Bogor dalam
dan Cabe Bubuk. www.iptek.net.id/ind/warintek Rachman.,H.P.S. 2006. Peran Inovasi
Nazam, M. 2012. Perkembangan Model Teknologi Pertanian Dalam Pemantapan
Kawasan Rumah Pangan Lestari 2012. Balai Ketahanan pangan Nasional. Prosiding Jilid II,
Pengkajian Teknologi Pertanian NTB. Seminar Nasional Pemasyarakatan Inovasi
Rachman., H.P.S. 2006. Peran Inovasi eknologi Teknologi Pertanian Sebagai Penggerak
Pertanian Dalam Pemantapan Ketahanan Ketahanan Pangan. Mataram, 5-6 September
Pangan Nasional. Prosiding Jilid II, Seminar 2006. BBP2TP. Badan Litbang. Departemen
Nasional Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Petanian RI.
Pertanian sebagai Penggerak Ketahanan
Pangan. Mataram, 5-6 september 2006.

PENINGKATAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN


MASYARAKAT NUSA TENGGARA BARAT MELALUI PEMANFAATAN PEKARANGAN
Mardiana
Pola Pangan Harapan (Desirable gizi sangat tergantung pada keseimbangan
Dietary Pattern) atau disingkat PPH adalah jumlah antar kelompok pangan, keseimbangan
susunan beragam pangan yang didasarkan antara asupan (konsumsi) zat gizi dengan
pada sumbangan energi dari kelompok pangan kebutuhannya, maupun jumlahnya antar waktu
utama (baik disebut absolut maupun relatif) dari makan. Pangan yang dikonsumsi secara
suatu pola ketersediaan dan atau konsumsi beragam dalam jumlah cukup dan seimbang
pangan. FAO-RAPA (1989) dalam Deptan akan mampu memenuhi kebutuhan gizi. Pada
(2006) mendefinisikan PPH sebagai komposisi konsep PPH, pangan dikelompokkan menjadi
kelompok pangan utama yang bila dikonsumsi sembilan bagian yaitu (1) padi-padian,
dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi (2) umbi-umbian, (3) pangan hewani, (4) minyak
lainnya. Dengan demikian PPH merupakan dan lemak, (5) buah dan biji berminyak, (6)
susunan beragam pangan yang didasarkan atas kacang-kacangan, (7) gula, (8) sayuran dan
proporsi keseimbangan energi dari berbagai buah-buahan, (9) lain-lain.
kelompok pangan untuk memenuhi kebutuhan Konsep PPH bertujuan untuk menghasilkan
gizi baik dalam jumlah maupun mutunya. suatu komposisi norma (standar) pangan untuk
Konsep PPH merupakan implementasi memenuhi kebutuhan gizi penduduk dengan
dari konsep gizi seimbang yang didasarkan mempertimbangkan keseimbangan gizi
pada konsep triguna pangan. Keseimbangan (nutritional balance) yang didukung oleh

46
citarasa (palatability), daya cerna (digestability), minyak dan lemak, dan buah/biji berminyak); (2)
daya terima masyarakat (acceptability), serta pangan sumber protein (kacang-kacangan dan
kuantitas dan kemampuan daya beli pangan hewani); serta (3) pangan sumber
(affortability). Dengan pendekatan PPH ini mutu vitamin dan mineral (sayur dan buah) diberikan
konsumsi pangan penduduk dapat dilihat dari skor maksimum relatif sama yaitu 33,3 yang
skor pangan (dietary score) dan dikenal sebagai berasal dari 100 dibagi 3. Kontribusi energi
skor PPH. Semakin tinggi skor PPH suatu terhadap Angka Kecukupan Gizi (AKG)
kelompok masyarakat menunjukkan bahwa kelompok pangan sumber karbohidrat dan
konsumsi pangan semakin beragam dan energi adalah 74% sehingga diperoleh bobot
seimbang (Deptan, 2006). 33,3/74 atau sama dengan 0,5. Pangan sumber
protein memberi kontribusi energi sebesar 17%
Perhitungan Skor PPH
sehingga diperoleh bobot 33,3/17 atau sama
Susunan PPH Nasional sudah
dengan 2,0. Adapun kelompok pangan sumber
disepakati sejak tahun 1993 melalui Widyakarya
vitamin dan mineral memberi kontribusi energi
Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) dengan
sebesar 6% sehingga bobotnya 33,3/6 atau
angka kecukupan energi (AKE) sebesar 2150
sama dengan 5,0. Pangan lainnya (aneka
kkal/kapita/hari dan mengalami penyempurnaan
minuman dan bumbu) memberi kontribusi
pada tahun 2004 dengan mendasarkan pada
energi sebesar 3%. Bobot kelompok ini adalah
AKE sebesar 2000 kkal/kapita/hari. Susunan
0/3 atau sama dengan nol, dengan asumsi
pola pangan harapan nasional dapat dilihat
bahwa bumbu dan minuman dikonsumsi tidak
pada Tabel 1.
untuk tujuan memenuhi kebutuhan gizi.
Tabel 1. Susunan Pola Pangan Harapan Nasional
Berdasarkan susunan skor PPH seperti
pada Tabel 1. dan cara perhitungannya seperti
tersebut di atas, terlihat bahwa kelompok
pangan yang memiliki bobot tinggi adalah
kelompok pangan hewani, kacangan-kacangan
serta sayur dan buah, yaitu masing-masing 2, 2
dan 5. Hal ini menunjukkan bahwa sensitivitas
kelompok ini terhadap peningkatan maupun
penurunan skor PPH cukup tinggi. Artinya, jika
Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 1993 konsumsi kelompok pangan ini meningkat,
dalam Analisa Kebutuhan Konsumsi Pangan, Badan maka skor PPH relatif jauh lebih meningkat jika
Ketahanan Pangan, 2006
dibandingkan dengan peningkatan skor PPH
akibat peningkatan konsumsi kelompok pangan
Skor pangan (kolom 6) diperoleh dari hasil
lainnya dan begitu pula sebaliknya, jika
perkalian antara tingkat kontribusi energi
konsumsi kelompok pangan tersebut menurun
kelompok pangan (kolom 4) dengan bobotny
maka skor PPH juga akan mengalami
(kolom 5). Hasil perkalian dari masing-masing
penurunan secara cukup signifikan. Dengan
kelompok pangan dijumlahkan sehingga
demikian tujuan peningkatan skor PPH pada
diperoleh skor total 100. Bobot disempurnakan
suatu kelompok masyarakat dapat ditempuh
sesuai pola pangan harapan baru berdasarkan
dengan meningkatkan konsumsi ketiga
anjuran FAO-RAPA (1989) dan prinsip
kelompok pangan tersebut, tanpa mengabaikan
penerapan sistem skor untuk penilaian
kontrol terhadap konsumsi kelompok pangan
konsumsi pangan berdasarkan Guthrie, et al
lainnya.
(1981) dalam Deptan (2006). Setiap kelompok
Analisis PPH dapat menggunakan data
pangan utama yaitu (1) pangan sumber
berupa data konsumsi dan data ketersediaan
karbohidrat dan energi (serealia, umbi-umbian,

47
(Neraca Bahan Makanan/NBM), tergantung minimal dua kali recall 24 jam dapat
pada tujuannya. Data konsumsi digunakan menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih
untuk mengevaluasi skor mutu konsumsi optimal dan memberikan gambaran variasi yang
pangan sedangkan data ketersediaan lebih besar tentang intake harian individu
digunakan untuk mengevaluasi skor mutu (Sanjur, 1997). Pengambilan data dilakukan
ketersediaan pangan. Data konsumsi pangan dengan hari yang tidak berturut-turut.
dikumpulkan oleh tiga lembaga yaitu Badan Langkah-langkah pelaksanaan recall 24 jam :
Pusat Statistik (data Survey Sosial Ekonomi 1. Petugas atau pewawancara menanyakan
Nasional (SUSENAS), Direktorat Gizi kembali dan mencatat semua makanan dan
Masyarakat (data Survey Konsumsi Gizi/SKG) minuman yang dikonsumsi responden dalam
dan Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan Ukuran Rumah Tangga (URT) selama kurun
Badan Katahanan Pangan (data Pemantauan waktu 24 jam yang lalu. Dalam membantu
Pola Konsumsi Pangan/PPKM). Adapun data responden mengingat apa yang dimakan,
NBM dikumpulkan oleh Lembaga Ketahanan perlu diberi penjelasan waktu kegiatannya
Pangan atau Departemen/Dinas Pertanian. seperti waktu baru bangun, setelah
Pada survey konsumsi pangan, metode sembahyang, pulang dari sekolah/ bekerja,
pengumpulan data dapat dibedakan menjadi sesudah tidur siang dan sebagainya. Selain
dua, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Jika survey dari makanan utama, makanan kecil atau
dilakukan dengan metode dimana diperoleh jajanan juga dicatat. Termasuk makanan
data jumlah pangan dari setiap jenis pangan yang dimakan di luar rumah seperti restoran,
yang dikonsumsi metode tersebut adalah di kantor, di rumah teman atau saudara.
kuantitatif, sebaliknya jika hanya diperoleh data Untuk masyarakat perkotaan konsumsi
jenis pangan yang dikonsumsi berikut berapa suplemen/ tablet yang mengandung vitamin
frekuensi konsumsi per satuan waktu tanpa dan mineral juga dicatat serta adanya
jumlah pangan yang dikonsumsi, metode pemberian tablet besi atau vitamin A.
tersebut adalah kualitatif. Termasuk dalam Petugas melakukan konversi dari URT ke
metode kuantitatif adalah 24-hour recall, dalam ukuran berat (gram). Dalam
Estimated Food Records, Food Weighed, Food menaksir/memperkirakan ke dalam ukuran
Account, dan Household Food Record. Metode berat pewawancara menggunakan berbagai
kualitatif biasanya dilakukan untuk mengetahui alat bantu seperti contoh ukuran rumah
kebiasaan makan (food habits) seperti frekuensi tangga (piring, sendok, gelas dan lain-lain)
makan, frekuensi konsumsi pangan tertentu dan atau food model. Makanan yang dikonsumsi
cara memperoleh pangan. Termasuk dalam dapat dihitung dengan alat bantu ini atau
metode ini adalah Food Frequency dengan menimbang langsung contoh
Questionnaire dan Dietary History. makanan siap saji yang akan dimakan
Metode Recall 24 hour relatif paling banyak berikut informasi tentang komposisi makanan
dilakukan karena memiliki beberapa kelebihan jadi.
seperti murah, mudah, cepat dan responsi, 2. Mengkonversi bahan makanan ke dalam zat
dapat mengcover sampel dalam jumlah banyak, gizi dengan menggunakan beberapa
dan dapat digunakan pada seluruh lapisan instrumen seperti Daftar Komposisi Bahan
masyarakat termasuk masyarakat yang buta Makanan (DKBM), Daftar Konversi Berat
huruf. Namun demikian Recall 24 hour kurang Mentah Masak, dan Daftar Konversi Berat
dapat mempresentasikan kebiasaan makan Penyerapan Minyak. Konversi ini antara lain
individu, sehingga lebih disarank an meliputi konversi bentuk, jenis, satuan.
menggunakan Repeated 24 hour Recall. Pangan yang dikonsumsi rumah tangga
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat dalam berbagai bentuk, jenis

48
dengan satuan yang berbeda. Oleh karena Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan
itu perlu dilakukan konversi ke dalam satuan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian
dan jenis komoditas yang sama (yang dengan Departemen Gizi Masyarakat
disepakati). Contoh : (a). Jika rumahtangga Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian
mengkonsumsi pangan dengan satuan URT Bogor.
misalnya lima butir telur ayam dan 3 potong
Skor PPH di Nusa Tenggara Barat
tempe, maka berat telur dan tempe dalam
satuan gram diperoleh setelah dilakukan Sampai saat ini, skor PPH masyarakat di
konversi satuan, satu (1) butir telur ayam Nusa Tenggara Barat (NTB) relatif masih cukup
sama dengan 60 gram (gr) dan satu (1) rendah. Data tahun 2011 menunjukkan bahwa
potong tempe sama dengan 25 gr; (b). capaian skor PPH yaitu sebesar 76,7, masih
Rumah tangga mengkonsumsi komoditas lebih rendah dibanding rata-rata nasional yaitu
jagung dalam berbagai bentuk, yaitu jagung sebesar 77,5. Berikut ini adalah capaian
basah dengan kulit, jagung kering dengan konsumsi energi, protein dan skor PPH selama
kulit dan jagung pipilan. Bila jenis pangan empat tahun yaitu dari tahun 2007 sampai
yang disepakati adalah jagung pipilan maka dengan tahun 2010.
jagung basah dengan kulit dan jagung kering
Tabel 2. Perkembangan Capaian Konsumsi Energi dan
dengan kulit perlu diubah menjadi jagung Protein Penduduk NTB Tahun 2007 2010
pipilan dengan memperhatikan angka
konversi yaitu masing-masing 0.39 dan 0.60;
(c). Jika rumah tangga mengkonsumsi 500
gr nasi dan 200 gr ayam dada rebus goreng
maka perlu dihitung berat pangan mentah
yaitu beras dan ayam dengan menggunakan
Daftar Konversi Berat Mentah Masak serta
jumlah minyak goreng yang digunakan
dengan menggunakan Daftar Konversi Berat
Penyerapan Minyak. Dengan demikian berat Sumber : Susenas dan BKP NTB, 2012
nasi dan berat ayam dada rebus goreng Pada Tabel 2 tersebut terdapat
perlu dikalikan dengan faktor konversi perbedaan antara skor PPH pada tahun 2009
sebesar 0.4 dan 1.3 untuk memperoleh berat dan 2010 yang dirilis oleh BKP NTB dengan
beras dan ayam. Berat minyak goreng yang hasil Susenas. Hal ini disebabkan adanya
digunakan dalah sebesar 16% dari ayam perbedaan metode dalam pengumpulan data,
mentah. Contoh : Berat beras dari 500 gr Susenas menggunakan data pengeluaran
nasi = 0.4 x 500 = 200 gr beras. Berat ayam pangan sedangkan BKP NTB menggunakan
dada dari 200 gr ayam dada rebus goreng = data konsumsi pangan. Pada tahun 2010,
1.3 x 200 = 260 gr. Berat minyak goreng berdasarkan data Susenas posisi capaian skor
yang digunakan = 16% x 260 = 41.6 gr, PPH NTB secara nasional berada di urutan
sehingga konsumsi rumah tangga tersebut terendah, namun berdasarkan data BKP NTB
adalah 200 gr beras, 260 gr dada ayam dan posisi NTB berada pada urutan ke-23.
41.6 gr minyak goreng. Walaupun terdapat perbedaan, harus diakui
3. Setelah data konsumsi terkumpul dengan bahwa sampai saat ini capaian skor PPH NTB
lengkap, kemudian dilakukan pengolahan dan masih lebih rendah dari PPH Nasional baik
analisis data. Dalam hal ini dapat berdasarkan Susenas maupun data BKP NTB.
menggunakan software Analisis Konsumsi Konsumsi energi masyarakat NTB telah
Pangan Wilayah hasil kerjasama Pusat melampaui target nasional yaitu sebesar 2000

49
kkal/kapita/hari, namun konsumsi pangan mengembangkan pangan rumah tangga.
sumber protein dan jenis pangan lainnya secara Pemerintah melalui Kementerian Pertanian
umum masih rendah dibanding standar nasional. berkomitmen melibatkan rumah tangga dalam
Konsumsi pangan masih sangat didominasi oleh mewujudkan kemandirian pangan tersebut
sumber karbohidrat yang berasal dari beras. dengan menggerakkan lagi budaya menanam di
Seperti yang terjadi di desa Karang Sidemen lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di
Lombok Tengah, konsumsi beras masyarakat pedesaan melalui Program Model Kawasan
sangat tinggi, sekitar 360 gram/kapita/hari, lebih Rumah Pangan Lestari (MKRPL). MKRPL
tinggi dari standar nasional sebesar 275 gram/ dilaksanakan berdasarkan konsep pemanfaatan
kapita/hari. Selain disebabkan daya beli yang pekarangan untuk aneka pangan baik tanaman,
relatif rendah, hal ini disebabkan pengetahuan ternak, maupun ikan sebagai upaya
gizi yang masih kurang, yang beranggapan membangun kemandirian pangan rumah
bahwa hal yang paling penting adalah kenyang tangga. Dengan adanya MKRPL diharapkan
sehingga konsumsi beras pun menjadi tinggi. masyarakat mampu memanfaatkan pekarangan
Sebaliknya, konsumsi protein terutama protein rumahnya untuk memenuhi kebutuhan pangan
hewani relatif sangat rendah. Penduduk rata- dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran
rata mengkonsumsi ikan satu sampai tiga kali harian, meningkatkan diversifikasi pangan
per minggu, sedangkan daging sekitar dua berbasis pangan lokal, serta meningkatkan
sampai tiga kali dalam satu bulan. Sebagian pendapatan.
besar sumber protein hewani diperoleh dari telur Pemanfaatan pekarangan secara optimal
dengan jumlah terbatas yaitu sekitar satu sampai memungkinkan rumah tangga meningkatkan
tiga butir per hari untuk seluruh keluarga dengan akses mereka terhadap pangan baik langsung
rata-rata jumlah anggota keluarga lima orang. maupun tidak langsung. Akses langsung artinya
Konsumsi sayur juga relatif terbatas, bila dirata- pangan baik nabati maupun hewani tersedia
rata setara dua ikat bayam per hari. Hal ini langsung di pekarangan rumah tangga. Adapun
mengakibatkan skor PPH pun menjadi rendah. peningkatan akses tidak langsung
Upaya Peningkatan Skor PPH Melalui dimungkinkan dengan peningkatan pendapatan
Pemanfaatan Pekarangan rumah tangga melalui penjualan pangan hasil
Seperti yang disampaikan Presiden RI
pekarangan sehingga dapat digunakan untuk
pada acara Konferensi Dewan Ketahanan
membeli kebutuhan lainnya. Ketersediaan
Pangan di Jakarta International Convention
pangan yang cukup di tingkat rumah tangga
Center (JICC) bulan Oktober 2010, bahwa
akan memungkinkan peningkatan jumlah serta
ketahanan dan kemandirian pangan nasional
keragaman konsumsi pangan masyarakat
harus dimulai dari rumah tangga. Kemandirian
sehingga potensi peningkatan skor PPH
pangan rumah tangga dapat diwujudkan melalui
masyarakat pun menjadi lebih tinggi.
pemanfaatan lahan pekarangan untuk

50
Praja Madya IPDN Berkunjung Ke BPTP NTB

Sebanyak 153 Praja Madya Institut menyampaikan ucapan terima kasih atas
Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang kesediaannya memilih BPTP NTB sebagai
berasal dari berbagai daerah di nusantara salah satu objek kunjungan dan berharap
mengunjungi kebun BPTP NTB (Rabu kegiatan semacam ini dimasa yang akan
20/6/2012). Rombongan dipimpin langsung datang terus dapat dikembangkan.
oleh Direktur IPDN Kampus Nusa Tengga
Barat, Drs. H. Abdul Malik, MM. Dalam
sambutannya Abdul Malik mengucapkan terima
kasih atas kesediaan BPTP NTB menerima

Selanjutnya Dr. Dwi Praptomo sekilas


menyampaikan tupoksi BPTP NTB dan
program-program yang sedang dilaksanakan
BPTP NTB pada tahun ini antara lain Model
Kawasan Rumah Pangan Lestari
kunjungan ini. Lebih jauh dijelaskannya (MKRPL), PSDSK dan SLPTT Padi, Jagung
kegiatan Praktik Pengenalan Pertanian dan dan Kedelai.
Peternakan bagi Praja Madya IPDN merupakan Selama kunjungannya di BPTP NTB, para praja
salah satu kegiatan pembelajaran dimaksudkan dipandu peneliti, penyuluh dan penanggung-
untuk membuka wawasan para praja terhadap jawab kegiatan. Kunjungan dilakukan pada tiga
dunia pertanian dan mengetahui kegiatan yang meliputi Kebun Bibit Induk (KBI)
MKRPL, Unit Pengembangan Benih Sumber
(UPBS) dan usahatani ternak kambing di lahan
sempit. Para Praja sangat tertarik dengan ber-
bagai terknologi pertanian yang dilakukan
BPTP NTB, terutama kegiatan MKRPL,
perbenihan padi dan peternakan.
(Prisdiminggo)

program-program unggulan daerah maupun


nasional. Kepala BPTP NTB,
Dr. Dwi Praptomo, dalam kata penerimaannya

51
Kunjungan Menristek Ke NTB Dalam Rangka Memperkuat SDM Dan IPTEK Di
Koridor V MP3EI
Daerah (SIDa) sebagai salah satu bentuk
koordinasi dan kerjasama membangun daerah
berbasis iptek melalui optimalisasi seluruh
sumberdaya secara sinergi dan terintegrasi.
Dialog SDM dan Iptek dilakukan di Pendopo
Gubernur NTB di Mataram pada hari Jumat 24
Pebruari 2012 dengan menampilkan paparan
Gubernur NTB, Gubernur Bali yang diwakili
Asisten II dan Gubernur NTT yang diwakili
Asisten I, berisi potensi daerah masing-masing,
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) permasalahan yang dihadapi dan harapan ke
Prof.Dr.Ir. H. Gusti Muhammad Hatta, MS depan dalam rangka pembangunan wilayah
didampingi para Deputi dan Pimpinan Lembaga koridor V MP3EI (Bali NTB NTT), yang
Pemerintah Non Kementerian (LPNK) berbasis pariwisata didukung ketahanan
melakukan kunjungan kerja ke NTB pada pangan.
tanggal 24-25 Pebruari 2012. Selain jajaran Menristek dalam sambutannya menyatakan
Kemenristek, juga hadir perwakilan dari bahwa maksud kunjungannya ke NTB adalah
Kemdiknas, Kementerian Pariwisata dan dalam rangka: 1) sosialisasi MP3EI berbasis
Ekonomi Kreatif, dan Kementerian Pertanian,
yaitu dari Badan Litbang Pertanian yang diwakili
Kepala Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP)

SDM dan Iptek, 2) peluncuran Sistem Inovasi


Daerah (SIDa), 3) menyampaikan pidato ilmiah
pada Wisuda Universitas Mataram, dan 4) mem-
perkenalkan Lembaga Pemerintah non Ke-
menterian (LPNK). Adapun 7 LPNK di bawah
Dr.Ir. Kasdi Subagyono, MSc. Kunjungan ini koordinasi Kemristek yang hadir terdiri dari:
dilakukan dalam rangka melakukan dialog di BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir),
bidang Sumberdaya Manusia (SDM) dan Iptek BIG (Badan Informasi Geospasial dulu Bako-
dengan para Pimpinan Daerah, akademisi, para surtanal), BATAN (Badan Tenaga Nuklir),
pakar, tokoh masyarakat, swasta, LSM, untuk LAPAN (Lembaga Antariksa Nasional), LIPI
membahas masalah-masalah di daerah dan (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), BSN
upaya-upaya membangun daerah melalui (Badan Standarisasi Nasional), dan BPPT
penguatan SDM dan Iptek. Selain itu Menristek (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi).
juga meluncurkan (launching) Sistem Inovasi Acara dilanjutkan dengan diskusi antara

52
Menristek dengan peserta pertemuan, kemudian mempercepat akselerasi pembangunan di
dilanjutkan dengan pemberian Peta Terbaru koridor V ini. Menristek dalam sambutannya
untuk Propinsi Bali, NTB, dan NTT kepada sekaligus meluncurkan SIDa ini menyatakan
Gubernur masing-masing daerah.Pada hari bahwa sistem jaringan inovasi SIDa ini berbasis
kedua, Sabtu 25 Februari 2012 kunjungan ABG (Akademisi, Bussinessman, dan
Menristek ke NTB, dilanjutkan dengan acara Government). Peran penting Litbang yang
launching Sistem Inovasi Daerah (SIDa) di Desa diwakili akademisi dan unsur kelitbangan
Banyumulek, Kabupaten Lombok Barat. lainnya sangat diharapkan sebagai motor
Gubernur NTB, Dr. TGH. Zainul Majdi, MA penggerak SIDa. Acara diakhiri dengan
dalam sambutannya menyatakan bahwa masih emberian proyek ristek kepada peneliti Unram
banyak fasilitas yang tersedia di NTB ini yang dan BPTP NTB. BPTP NTB mendapatkan 6
belum dimanfaatkan secara optimal, oleh judul penelitian dari Kemristek untuk
karena itu momen peluncuran SIDa ini sangat tahun 2012 ini.
penting dalam rangka pemanfaatan asset (Sumber : Farida Sukmawati M).
dasumberdaya yang tersedia untuk

Kepala BBP2TP Meninjau MKRPL Karang Sidemen


per minggu. Sementara itu, hasil ternak seperti
telur diupayakan untuk ditetaskan dan anaknya
dikadaskan kepada tetangga yang ingin
memelihara ternak.
Ditanya mengenai bahan media tanam,
petani sudah bisa membuat pupuk kompos dari
kotoran sapi. Tanaman yang ada di pekarangan
ada yang ditanam langsung, ada yang
menggunakan wadah dari polibag maupun
memanfaatkan barang bekas, seperti karung,
bambu, maupun sabut kelapa. Petani juga telah
Kepala Balai Besar Pengkajian dan berhasil membuat biogas dari limbah ternak
Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) sapi dan digunakan sebagai bahan bakar
Dr. Ir. Kasdi Subagyono, M.Sc, Jumat 24
Februari 2012 meninjau Model Kawasan Rumah
Pangan Lestari (MKRPL) Desa Karang
Sidemen, Kabupaten Lombok Tengah.
Dalam kunjungannya Kepala BBP2TP
yang didampingi Kepala BPTP NTB Dr. Ir. Dwi
Praptomo S, MS menyempatkan diri berdialog
dengan para petani tentang manfaat adanya
MKRPL. Menurut petani manfaat langsung
MKRPL adalah terjadi penghematan penge-
luaran rumah tangga sebesar Rp.20.000 Rp.
25.000 per hari.
Disamping itu pendapatan dari hasil
penjualan mencapai Rp.25.000 Rp. 35.000

53
kompor gas di pondok pertemuan kelompok.
Jumlah ternak sapi milik kelompok sebanyak 50
ekor yang dipelihara dalam kandang kolektif,
dilengkapi bangunan prosessing kompos dan
biogas. Selanjutnya ditanya bagaimana
tanggapan masyarakat terhadap MKRPL, para
petani menjelaskan bahwa tanggapan
masyarakat sangat positif. Hal ini terlihat dari
jumlah peserta yang bertambah dari 20 menjadi
35 rum ah tangga, bahk an ban yak
masyarakatdari luar Desa yang sengaja
berkunjung baik perorangan maupun
rombongan untuk belajar cara pemanfaatan
pekarangan. Kepala BBP2TP menilai kondisi
biofisik dan agroklimat Desa Karang Sidemen,
kemungkinan cocok untuk pengembangan
ternak kelinci.
Kepala BBP2TP berada di NTB selama
dua hari dalam rangka menghadiri Dialog
Pengembangan SDM dan Iptek dalam
Menduk ung Im plem entas i Mas terplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) Koridor Bali-Nusa
Tenggara dan Launching Sistem Inovasi Daerah
(SiDA) oleh Menristek Prof. Dr. Gusti Muhamad
Hatta. Pada akhir kunjungannya di MKRPL
Karang Sidemen, Kepala BBP2TP meminta
agar satu unit MKRPL diimplementasikan di
wilayah perkotaan. (Sumber : Moh. Nazam).

54
Murid SD Diperkenalkan M-KRPL

Sebanyak 72 orang murid SD Bertaraf sekolah dan fasilitas umum lainnya. Semoga.
Internasional Mataram bersama 6 orang guru (Ria Rustiana )
pendamping melakukan kunjungan Study
Edukasi ke Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Nusa Tenggara Barat (BPTP NTB),
Kamis, 19/4/2011. Rombongan diterima oleh
Kasi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian,
Ir. Prisdiminggo.
Dalam kunjungan ini murid-murid dibagi tiga
kelompok sehingga informasi yang diterima
dapat lebih efektif. Tiap-tiap kelompok
berkesempatan meninjau objek yang sama
secara bergiliran. Materi yang diberikan dalam
kunjungan ini adalah miniatur Model Kawasan
Rumah Pangan Lestari (MKRPL) dan Kebun
Bibit yang sedang dirancang oleh BPTP NTB.
Saat berkunjung ke miniatur MKRPL dan ke
kebun bibit, para murid begitu antusias dan
banyak pertanyaan yang mereka sampaikan
seputar cara penanaman dan perbanyakan bibit
sayuran.
Selain mengunjungi miniatur MKRPL, mereka
juga mengunjungi objek lainnya seperti UPBS,
Kebun Lahan Sempit, Demplot Usaha ternak di
lahan sempit, laboratorium dan perpustakaan
digital.
Setelah berkeliling di kompleks BPTP NTB
selama tiga jam, salah seorang guru
pendamping, Ibu Rebeca Hasibuan sangat
tertarik dengan penataan miniatur KRPL dan
berharap miniatur serupa dapat diperkenalkan di
lingkungan TK-SD Bertaraf Internasional yang
berlokasi di Seganteng, Cakranegara, Kota
Mataram. Menanggapi hal tersebut, pihak BPTP
NTB menyambut baik maksud untuk
mengembangkan MKRPL di lingkungan
pekarangan sekolah dan menyarankan untuk
menindaklanjutinya dengan bersurat resmi ke
BPTP NTB.
Nampaknya banyak pihak yang tertarik dengan
MKRPL, dan BPTP harus dapat menfasilitasi
untuk memperluas jaringan kerja sehingga
KRPL dapat menyebar ke lingkungan,

55
Panen Raya dan Temu Lapang Kajian Beberapa Pola Tanam Berbasis Jagung di Lahan Kering
Beriklim Kering Sebagai Antisipasi Perubahan Iklim

Wakil Gubernur NTB, yang dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasihnya karena acara
panen dan temu lapang disambut sangat antusias oleh peserta terutama petani. Selain itu, Wakil
Gubernur menyampaikan adanya peningkatan hasil dari panen jagung sebesar 12,5% dari tahun
sebelumnya.

Panen jagung secara simbolis dilakukan oleh Wakil Gubernur NTB, Kepala BPTP NTB, Kepala
Dinas Pertanian NTB, Wakil Bupati Sumbawa Barat, Ketua DPRD Sumbawa Barat dan Kepala
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Sumbawa Barat. Acara dilanjutkan dengan laporan
kegiatan dari Kepala Dishutbun Kabupaten Sumbawa Barat dan sambutan Wakil Bupati Sumbawa
Barat..

56
Bupati KLU : Tingkatkan Produktivitas Melalui Inovasi Teknologi

Bupati Kabupaten Lombok Utara (KLU), H.


Djohan Syamsu, SH, pada acara Temu Lapang
Gelar Teknologi Manajemen Pembiakan Ternak
Melalui Pakan Jerami Padi dan Legum Pohon
menyampaikan penerapan inovasi baru perlu
dikembangkan di daerah ini.

Kepala BPTP NTB, Dr. Ir. Dwi Praptomo S., MS,


dalam penjelasannya mengatakan, dilaksana-
kannya kegiatan ini di Kabupaten Lombok Utara
untuk mengadaptasikan penggunaan jerami padi
dan pemberian legum pohon (turi) sebagai pakan
pada pembiakan sapi Bali. Pada musim kemarau,
kelompoktani Ngiring Datu mengalami kesulitan
dalam penyediaan pakan. Diharapkan dengan
pemberian jerami dan legum pohon dapat menga-
tasi paceklik pakan di musim kemarau, sedangkan
pada musim hujan peternak dapat memberikan
rumput lapangan.

57
Wayan Sukla
yang dihadapi oleh para petani khususnya
di wilayah kecamatan Lunyuk. Setip kali musim
tanam tiba, petani selalu kesulitan benih
bersertifikat karena benih tersebut harus
didatangkan dari Sumbawa dan Lombok.
Melihat kondisi tersebut Wayan Sukla
terinspirasi untuk membuat benih bersertifikat
dengan melakukan penangkaran benih.
Konsoltasi dengan BPP dilakukan secara
intensif termasuk diantaranya darimana
memperoleh benih sumbernya dan disarankan
oleh Koordinator BPP kecamatan Lunyuk untuk
Wayan Sukla
menghubungi BPTP NTB untuk berkonsultasi
tentang teknologi perbenihan dan informasi
Petani penggerak masyarakat
tentang benih sumber. Pada tahun 2009
kecamatan Lunyuk Wayan Sukla, awalnya
sebagai buruh tani dan mencari kayu bakar di
hutan wilayah kecamatan Lunyuk kabupaten
Sumbawa, karena hanya mengenyam
pendidikan sampai kelas 3 Sekolah Dasar. Lahir
di Bali tahun 1963 dan merantau ke Lunyuk
mengikuti orang tua sejak tahun 1977. Hasil
jualan kayu bakar dan sumber lainnya ditabung
dan pada tahun 2008 membeli sebidang lahan
sawah seluas 0,50 ha yang terletak di desa
Emang Lestari kecamatan Lunyuk. Bapak dari 4
anak (2 laki-laki dan 2 perempuan) mulai
belajar usahatani dengan menanam padi
Benih yang dihasilkan Wayan Sukla
selama satu tahun dengan selalu berkonsultasi
dengan Penyuluh Lapangan kecamatan Lunyuk. mulailah mencoba untuk menjadi penangkar
Pengalaman menjadi buruh tani, Wayan Sukla benih padi dengan harapan dapat membantu
dengan cermat membaca kondisi masalah para petani dalam penyediaan benih sehingga

58
tidak selalu bergantung benih dari luar. Benih Selain menjadi penangkar benih, Wayan Sukla
sumber diperoleh dari BPTP, dengan bimbingan juga berinisiatif mendirikan komite BPP dengan
para Penyuluh Lapangan BPP Lunyuk dan tujuan untuk mendekatkan para petani dengan
BPSB kabupaten Sumbawa maka pada musim BPP dan para penyuluhnya serta menjadikan
kemarau pertama (MK I) tahun 2009 kantor BPP sebagai rumah kedua bagi petani.
memproduksi benih label ungu varietas Komite BPP tersebut beranggotakan semua
Ciherang, Cigeulis dan Situbagendit dengan petani di wilayah kecamatan Lunyuk. Dengan
luas keseluruhan 0,50 ha. Hasil padi yang andanya komite tersebut kini para petani lebih
diperoleh cukup menggembirakan yakni mampu aktif berkonsultasi ke BPP dan biasanya
berproduksi keseluruhan 6,46 t/ha gabah kering dilakukan pada malam hari. Sebagai rasa terima
panen. Setelah dilakukan prosesing benih kasihnya para petani terhadap pelayanan para
menghasilkan benih bersertifikat 4,76 t/ha, penyuluh, mereka menyumbangkan beberapa
sehingga dapat menyediakan benih seluas 238 fasilitas di BPP seperti kursi pertemuan
ha (9,95 %) dari luas lahan sawah 2.391 ha sebanyak 50 buah dan LCD untuk keperluan
(MH) dan 2.001 ha (MK I). Untuk memenuhi memutar video tentang informasi-informasi yang
kebutuhan benih secara keseluruhan Wayan berhubungan dengan pertanian dan pasar.
Sukla mengajak petani lain untuk melakukan Tidak hanya ini yang dia perbuat, Wayan Sukla
penangkaran benih sehingga sampai saat ini selalu memberi motivasi kepada para petani
telah berkembang menjadi 57 ha. Kecamatan untuk tidak merasa puas terhadap apa yang
Lunyuk telah mencapai swasembada benih padi mereka sudah peroleh dan miliki tetapi terus
dan sudah dapat memenuhi kebutuhan mencari tahu informasi-informasi tentang
kecamatan lainnya di Pulau Sumbawa. inovasi baru untuk mengembangkan
usahataninya (Sudarto).

59

Anda mungkin juga menyukai