26 April 2015
INTISARI
ABSTRACT
6
Akhmad Nurzaki 20110350089 Farmasi FKIK UMY
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
26 April 2015
sehingga mudah terinfeksi oleh muntah dan kesulitan dalam menelan
penyakit yang ditularkan melalui obat (Harris dkk, 2011).
udara (Misnadiarly, 2008).
Pemberian antibiotik secara
Data Pengobatan
Hasil yang didapat pada tabel oral direkomendasikan terutama pada
tersebut menunjukkan bahwa anak-anak dengan pneumonia berat
antibiotik secara intravena diberikan yang tidak ada kesulitan dalam
pada pengobatan pneumonia kondisi menelan karena antibiotik oral
berat, dimana penderita tidak dapat diketahui lebih aman dan efektif
makan dan minum atau bahkan (Harris dkk, 2011).
muntah sehingga pemberian Evaluasi Rasionalitas Penggunaan
antibiotik secara peroral tidak Antibiotik
memungkinkan. Untuk mengetahui kerasionalan
Pemberian antibiotik secara penggunaan antibiotik sesuai dengan
intravena direkomendasikan pada diagnosa pada terapi pneumonia
anak-anak dengan pneumonia berat
atau anak yang tidak bisa menerima
antibiotik oral misalnya karena
Table 2. Distribusi penggunaan antibiotik pada balita pneumonia
No. Antibiotik Bronkopneumonia Jumlah Persentase (%)
TT TK PT Pasien
1. Ampicillin (I.V) 1 - - 1 3,33 %
2. Cefotaxime 16 - - 16 53,33 %
(I.V)
3. Ceftazidime 5 - - 5 16,66 %
(I.V)
4. Ceftriaxone 1 - - 1 3,33 %
(I.V)
5. Cefixime (P.O) 1 - - 1 3,33 %
6. Cefotaxime - 3 - 3 9.99 %
(I.V) +
Ampicillin (I.V)
7. Cefotaxime - 1 - 1 3,33 %
(I.V) +
Kloramfenikol
(I.V)
8. Cefotaxime - - 1 1 3,33 %
(I.V)
Cefotaxime
(I.V)
9. Cefotaxime - - 1 1 3,33 %
(I.V)
Ceftazidime
7
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
26 April 2015
(I.V)
Total 24 4 2 30 100%
Keterangan : TT = Terapi Tunggal, TK = Terapi Kombinasi, PT = Penggantian Terapi
maka dilakukan analisis yang antibiotiknya sesuai dengan indikasi.
meliputi tepat indikasi, tepat jenis Dari data tersebut, ditemukan 12
Akhmad Nurzaki
obat, dan tepat dosis. Untuk evaluasi 20110350089 Farmasikenaikan
pasien mengalami FKIK UMY angka
tepat obat digunakan hitung leukosit, 13 pasien
Standar Pelayanan Medik di RS menunjukkan keabnormalan pada
PKU Muhammadiyah Yogyakarta hasil fototoraks dan pasien lainnya
yaitu British Thoracic Society : berdasarkan gejala klinis, berupa
Guidelines for The Management of nafas cepat dan adanya tarikan
Community Acquired Pneumonia in dinding dada bagian bawah kedalam.
Children: Update 2011. Untuk Hal ini mengindikasikan bahwa 30
tatalaksana umum pneumonia di RS pasien dengan diagnosa
PKU Muhammadiyah Yogyakarta bronkopneumonia membutuhkan
menggunakan standar sesuai jurnal terapi antibiotik.
ini. Sedangkan untuk evaluasi tepat Pada tabel tersebut dapat dilihat
dosis digunakan Standar Pelayanan bahwa antibiotik yang digunakan
Medik RS PKU Muhammadiyah pada banyak terapi untuk balita
Yogyakarta. pneumonia di RS PKU
Pada (tabel 3) diketahui 30 Muhammadiyah dalam satu
pasien bronkopneumonia pemberian golongan ialah antibiotik golongan
Table 3. Distribusi tepat indikasi pemberian antibiotik pada balita pneumonia
Kriteria Tepat Persentase Persentase
Indikasi Jumlah (%) (%)
Diagnosa Sesuai Tidak Pasien Kesesuaian Ketidaksesuaian
sesuai
Bronkopneumonia 30 0 30 100 % 0%
(Sumber : Data rekam medik RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta)
viii
Akhmad Nurzaki 20110350089 Farmasi FKIK UMY
NASKAH PUBLIKASI
9
(19,98%) menggunakan antibiotik penelitian yang sudah dilakukan,
ceftazidime. Digunakan ceftazidime penggunaan ampicillin telah banyak
karena aktif terhadap bakteri gram mengalami resistensi akibat
negatif (termasuk Pseudomonas pemakaian antibiotik yang
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH keliru dan
aeruginosa), gram positif (termasuk tidak sesuai dengan indikasi.26 April
Untuk2015
Staphylococcus aureus), dan bakteri itu digunakan turunannya yaitu
anaerob (Depkes RI, 2000). amoxicillin yang memiliki spektrum
Walaupun demikian, pemberian antibiotik yang sama. Walaupun
antibiotik segolongan pemakaiannya demikian penggunaan ampicillin
di rumah sakit tetap dilakukan dan tidak dapat dikatakan tidak tepat jika
tidak dapat dikatakan tidak tepat jika terdapat standar lain yang
terdapat standar lain yang menyatakan bahwa antibiotik
menyatakan bahwa antibiotik tersebut dapat direkomendasikan
tersebut dapat direkomendasikan untuk terapi pneumonia.
untuk terapi pneumonia dan Untuk golongan antibiotik lain
berdasarkan perkiraan yang tepat yaitu kloramfenikol merupakan
terkait jenis bakteri penginfeksinya. antibiotik spektrum luas yang
Pada golongan penisilin digunakan pada fibrosis sistik untuk
antibiotik yang digunakan untuk mengatasi infeksi pernapasan karena
terapi dalam tabel di atas adalah Burkholderia cepacia yang resisten
ampicillin yang diberikan secara terhadap antibiotik lain. Obat ini
intravena. Ampicillin aktif terhadap digunakan untuk penanganan infeksi
organisme gram positif dan gram yang mengancam jiwa, terutama
negatif tertentu, tapi diinaktivasi oleh akibat Hemophilus influenza dan
penisilinase, termasuk yang demam tifoid (Depkes RI, 2000).
dihasilkan oleh Staphylococcus Berdasarkan SPM Pneumonia di RS
aureus dan Basilus gram negatif PKU Muhammadiyah Yogyakarta
yang umum seperti Escherichia coli. pada anak usia >3 bulan penggunaan
Penggunaan ampicillin kloramfenikol dalam terapi
dipertimbangkan sebagai pemberian pneumonia dikombinasikan dengan
pada terapi yang disebabkan infeksi ampicillin karena penyebab
harus dengan penetapan diagnosa terbanyak pneumonia pada usia
yang jelas penyebab infeksi karena tersebut adalah H. influenza dan S.
bakteri dan terkait dengan resistensi pneumoniae. Menurut Farida (2008)
antibiotik (Depkes RI, 2000). penggantian ampicillin dengan
Menurut Harris dkk (2011) pada cefotaxime karena kasus dianggap
jurnal British Thoracic Society berat, sehingga kombinasi terapi
golongan penisilin yang dianjurkan menjadi cefotaxime (memiliki
berdasarkan update 2011 ialah aktifitas bakterisida) dan
amoxicillin. Menurut beberapa kloramfenikol (memiliki aktifitas
10
bakteriostatik), dengan harapan patogen gram negatif sedangkan
mendapatkan efek terapeutik yang ampicillin penangannya lebih ke
lebih baik. patogen gram positif, sehingga
Pemberian antibiotik NASKAH yang diharapkan KARYA
PUBLIKASI efek yang
TULIS sinergisme.
ILMIAH
segolongan dengan antibiotik yang Selanjutnya terapi antibiotik 26 Aprildari
2015
11
NASKAH PUBLIKASI
Pada tabel tersebut terdapat 2 ini tidak tepat dalam pemberian dosis
pasien dengan terapi antibiotik obat ampicillin. Pemberian dosis
kombinasi yang tidak tepat ampicillin dalam kasus ini berada
pemberian dosis. Pemberian dosis diatas dosis standar, yaitu pada
harus memperhitungkan BB pasien pasien Px. 27 ampicillin diberikan
karena BB merupakan faktor penting dengan dosis per hari 1400 mg dan
dalam penentuan dosis yang pada pasien Px. 30 ampicillin
diberikan pada balita. Pada pasien diberikan dengan dosis per hari 1600
dengan terapi kombinasi mg. Dimana menurut standar terapi
menggunakan antibiotik cefotaxime di rumah sakit ampicillin diberikan
+ ampicillin terdiri 2 pasien yaitu pada pasien balita dengan dosis 50-
pasien Px. 27 dengan diketahui BB 7 100 mg/kgBB/hari tiap 6 jam.
kg dan pasien Px. 30 dengan Sehingga ampicillin menurut SPM
diketahui BB 7,8 kg dari total 3 seharusnya diberikan pada pasien Px.
pasien yang menggunakan kombinasi 27 dengan dosis per hari 350-700 mg
12
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
26 April 2015
dan pada pasien Px. 30 dengan dosis 2 kali per hari, cefixime diberikan 2
per hari 390-780 mg. kali per hari secara per oral, dan
Parameter kedua yaitu tepat kloramfenikol diberikan 4 kali per
dosis berdasarkan frekuensi hari. Distribusi ketepatan dosis
pemberian. Menurut SPM berdasarkan frekuensi pemberian
pneumonia yang digunakan dalam antibiotik pada balita pneumonia di
penelitian, ampicillin diberikan tiap 6 RS PKU Muhammadiyah
jam, cefotaxime diberikan 3-4 kali Yogyakarta periode Januari-
per hari, ceftazidime diberikan 1-2 Desember 2013 dapat dilihat pada
kali per hari, ceftriaxone diberikan 1- tabel berikut :
Table 6. Distribusi ketepatan dosis berdasarkan frekuensi pemberian antibiotik
pada balita pneumonia
Kriteria Tepat
Frekuensi Pemberian
13
tepat dalam pemberian dosis dan 1 RS PKU Muhammadiyah
pasien tidak tepat dalam frekuensi YogyakartaKARYA
NASKAH PUBLIKASI periode Januari-
TULIS ILMIAH
pemberian antibiotik. Berikut Desember 2013 : 26 April 2015
xiv
Pada tabel dapat dilihat bahwa rekam medik pasien dan keadaan
dari 30 pasien, yang memenuhi tepat pasien setelah menjalani rawat inap
indikasi sebanyak 30 pasien (100%), tidak dapat diketahui dengan jelas,
tepat obat sebanyak 29 pasien serta apabila pasien mendapatkan
(96,67%) dari tepat indikasi, dan pemberian antibiotik dengan terapi
tepat dosis sebanyak 26 pasien rawat jalan tidak dapat dianalisis
(89,65%) dari tepat obat. Sehingga rasionalitas penggunaannya sehingga
didapat pemberian antibiotik NASKAH
yang evaluasi KARYA
PUBLIKASI kerasionalan menjadi
TULIS ILMIAH
rasional adalah sebanyak 26 pasien
Akhmad Farmasi FKIK UMY
kurang optimal.
Nurzaki 20110350089 26 April 2015
15
prospektif sehingga dapat InternaPublishing. Jakarta. p.
diketahui kajian terapi antibiotik 2196.
pada pasien rawat inap dan ketika Departemen Kesehatan RI, 2000.
melakukan pengobatan rawat Informatorium Obat Nasional
jalan. Indonesia 2000, Dirjend POM,
2. Perlunya melakukan komunikasi Departemen Kesehatan
pada dokter untuk memberikan NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
Republik Indonesia, Jakarta.
26 April 2015
pertimbangan pengobatan sesuai Departemen kesehatan RI, 2007.
kondisi penyakit pasien yang Pedoman Tatalaksana
sebenarnya. Pneumonia Balita. Departemen
3. Perlunya perhatian khusus Kesehatan Republik Indonesia,
kerasionalan penggunaan Jakarta.
antibiotik untuk terapi pada balita Farida H., Herawati., Hapsari.
Akhmad MM.,Nurzaki 20110350089
pneumonia agar tidak terjadi Notoatmodjo. Harsoyo.,
resistensi dan kegagalan terapi Hardian. 2008. Penggunaan
akibat penggunaan antibiotik yang Antibiotik Secara Bijak Untuk
tidak sesuai standar. Mengurangi Resistensi
Antibiotik, Studi Intervensi di
DAFTAR PUSTAKA Bagian Kesehatan Anak RS Dr.
Bradley J.S., Byington CL., Shah Kariadi. Sari Pediatri, Vol. 10,
S.S., Alverson B., Carter E.R., No. 1. Juni 2008. Semarang.
Harrison C., Kaplan S.L, Mace Fisher G.R., dan Boyce G.T., 2005.
S.E., McCracken Jr G.H., Pneumonia Syndromes.
Moore M.R., St Peter S.D., Pediatric Infectious Diseases. A
Stockwell J.A., and Swanson Problem-Oriented Approach.
J.T. 2011. The Management of Fourth Edition. Lippincott
Community-Acquired Williams & Wilkins. USA.
Pneumonia in Infants and Hartanto, S., Halim, S., Yuliana,
Children Older than 3 Mounths O.Y., 2010. Pemetaan
of Age : Clinical Practice Penderita Pneumonia di
Guidelines by the Pediatric Surabaya dengan
Infectious Diseases Society and Menggunakan Geostatistik.
the Infectious Diseases Society Journal Teknik Industri.
of America. Clin Infect Dis. 53 Vol.12, No.1, Juni 2010, p 41-
(7): 617-630 46,
Dahlan, Z. 2010. Pneumonia. Dalam Hariadi., Winami., Slamet., Jusuf,
Sudoyo, A.W., Setiohadi, B., W., 2010. Buku Ajar Ilmu
Alwi, I., Marcellus, S.K., Penyakit Paru. Surabaya:
Setiati, S. (Eds). Buku Ajar Departemen Ilmu Penyakit
Ilmu penyakit Dalam. Edisi V.
16
Paru FK UNAIR-RSUD Dr. E.D., 2009. Pneumonia.
Soetomo Surabaya. Surabaya. Pedoman Pelayanan Medis.
Harris, M., Clark, J., Coote, N., Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Fletcher, P., Harnden, A., Jakarta.
McKean, M., Thomson, A., Sandora, T.J., dan Sectish, T.C.,
2011. British Thoracic Society 2011. Community-Acquired
Guidelines for The Pneumonia. Chap 392: 1474-
Management of Community NASKAH PUBLIKASI
1479KARYA TULIS ILMIAH
cit Kliegman, R.M.,
26 April 2015
Acquired Pneumonia in Stanton, B.F., Schor, N.F.,
Children: Update 2011. Geme III, J.W., Behrman, R.E.,
Thorax. 2011:66:ii1-ii23. 2011. Nelson Textbook of
Kementrian Kesehatan RI, 2011. Pediatric. 19th ed. Publisher
Pedoman Umum Penggunaan Elsevier. The United States of
Antibiotik. Kementrian America.
Kesehatan Republik Indonesia, Uekert, S. J., G. Akan., M. Evans., Z,
Jakarta. Li., K. Rosberg., C. Tisler., D.
Kementrian Kesehatan RI, 2012. DaSilva., E. Anderson., R.
Profil Kesehatan Indonesia Gangnon., D. B. Allen., J. E.
Tahun 2011. Kementrian Gern., R. F. Lemanske, 2006.
Kesehatan Republik Indonesia, Sex-Related Differences in
Jakarta. Immune Development and The
Kementrian Kesehatan RI, 2013. Expression of Atopy in Early
Riset Kesehatan Dasar tahun Childhood. J Allergy Clin
2013. Kementrian Kesehatan Immunol 118; 6: 1375-1381.
Republik Indonesia, Jakarta. Vance, M.A., Millington, W.R.,
Lacy C., Amstrong L., Goldman M., 1986. Principles of Irrational
Lance L, 2006. Drug Drug Therapy. Int Health Sev.
Information Handbook: A 1986:16(3):355-61.
Comprehensive Resource for Widodo (2007). Lingkungan Fisik
all Clinicians and Healthcare Kamar Tidur dan Pneumonia
th
Professionals, 14 Ed, Lexi- pada Anak Balita di Puskesmas
Comp Inc, United States. Kawalu Kota Tasikmalaya.
Misnadiarly, 2008. Penyakit Infeksi Jurnal Kesehatan Masyarakat
Saluran Napas Pneumonia pada Nasional Vol.2, No.2, Oktober
Anak, Orang Dewasa, Usia 2007, p. 66.
Lanjut Edisi 1. Pustaka Obor
Populer. Jakarta.
Pudjiadi, A.H., Hegar, B.,
Handryastuti, S., Idris, N.S.,
Gandaputra, E.P., Harmoniati,
17
Akhmad Nurzaki 20110350089 Farmasi FKIK UMY
18