Anda di halaman 1dari 18

NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH

26 April 2015

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK


PENGOBATAN PNEUMONIA PADA BALITA RAWAT INAP DI RS PKU
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE JANUARI-DESEMBER
2013

EVALUATION RATIONAL USE OF ANTIBIOTICS FOR THE TREATMENT


OF PNEUMONIA IN PEDIATRIC PATIENTS CARE IN PKU
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA HOSPITAL PERIOD JANUARY-
DECEMBER 2013

Akhmad Nurzaki* Bangunawati Rahajeng, M.Si.,Apt** Dra. Salmah Orbayinah,


M.Kes.,Apt**
Undergraduated, Muhammadiyah University of Yogyakarta*
Lecturer, Muhammadiyah University of Yogyakarta**
zakifarmasi@yahoo.com

INTISARI

Penggunaan antibiotik yang rasional ialah penggunaan antibiotik yang


efektif yang didasarkan pada gejala klinis, faktor pemilihan obat dan faktor
penderita yang sesuai. Penggunaan antibiotik yang rasional harus memenuhi
beberapa kriteria, yaitu tepat indikasi, tepat obat, dan tepat dosis. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi kerasionalan penggunaan antibiotik untuk
pengobatan pneumonia pada balita rawat inap di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.
Penelitian ini berupa penelitian deskriptif dengan pengumpulan data
secara retrospektif yang didasarkan pada catatan medis. Penelitian ini dilakukan
terhadap 30 pasien medis penderita pneumonia balita yang memenuhi kriteria
inklusi. Pedoman yang digunakan dalam penelitian ini adalah British Thoracic
Society: Guidelines for The Management of Community Acquired Pneumonia in
Children: Update 2011 dan Standar Pelayanan Medik (SPM) pneumonia di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Hasil penelitian didapat penggunaan antibiotik yang rasional berdasarkan
tepat indikasi sebanyak 30 pasien (100%), tepat obat sebanyak 29 pasien (96,67%)
dari tepat indikasi, dan tepat dosis sebanyak 26 pasien (89,65%) dari tepat obat.
Sehingga didapat pemberian antibiotik yang rasional adalah sebanyak 26 pasien
(86,67%) dari total 30 pasien balita pneumonia yang dirawat inap periode Januari-
Desember 2013 dalam buku rekam medik.

Kata kunci : Kerasionalan, antibiotik, pneumonia, balita.

Akhmad Nurzaki 20110350089 Farmasi FKIK UMY


1
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
26 April 2015

ABSTRACT

The use of an antibiotic rationally is the use of an antibiotic effective


based on clinical symptoms , factors and drug choose factors in an appropriate
patients. The use of an antibiotic rationally must meet several criteria, it is
indication , right medicine , and precise doses. This study attempts to evaluate
rationally use of antibiotics for the treatment of pneumonia in pediatric patients
care in RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
This research used of descriptive research using collection retrospective
data based on medical records. The study had 30 pediatric patients pneumonia
who fulfilled the criteria of inclusion. The guideline used in this research was
British Thoracic Society: Guidelines for The Management of Community
Acquired Pneumonia in Children: Updates 2011 and Medical Service Standards
(SPM) pneumonia in the RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
The results showed the use of antibiotics in rational indications based on
proper about 30 patients (100%), proper medicine about 29 patients (96,67%)
from exact indication and precise doses of about 26 patients (89,65%) from exact
drug. antibiotic rationally used about 26 patients (86,67%) of the 30 pediatric
pneumonia patients hospitalized for in-patients on January to December 2013 in
medical record.

Key words : Rational, antibiotics, pneumonia, toddler

PENDAHULUAN (Dahlan, 2010). Pneumonia yang


terjadi di Indonesia cenderung
Pneumonia merupakan masalah
meningkat untuk period prevalence
kesehatan di dunia karena angka
pneumonia semua umur dari 2,1%
kematiannya yang tinggi, tidak hanya
tahun 2007 menjadi 2,7% tahun
di negara maju tetapi juga di negara
2013, pneumonia yang tinggi terjadi
berkembang seperti Afrika Selatan
pada kelompok umur 1-4 tahun,
dan Asia Tenggara. Angka kematian
kemudian mulai meningkat pada
anak di bawah lima tahun (Balita)
umur 45-54 tahun dan berdasarkan
akibat pneumonia lebih dari 20%
karakteristiknya pneumonia balita
dari total kematian di dunia untuk
paling banyak terjadi pada laki-laki
pneumonia pada tahun 1990, 2005,
(Kemenkes RI, 2013).
dan 2010 (33% , 23% , dan 20%).
Pada tahun 2011 di Daerah
Pneumonia adalah peradangan
Istimewa (D.I.) Yogyakarta terdapat
yang mengenai parenkim paru, distal
1.739 kasus pneumonia pada balita
dari bronkiolus respiratorius, dan
yang ditangani dari perkiraan 34.575
alveoli, serta menimbulkan
kasus pneumonia. Pneumonia yang
konsolidasi jaringan paru dan
sering dijumpai pada balita ialah
gangguan pertukaran gas setempat

Akhmad Nurzaki 20110350089 Farmasi FKIK UMY


2
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
26 April 2015

pneumonia yang disebabkan karena Penelitian ini merupakan jenis


infeksi bakteri. penelitian non-eksperimental yang
Antibiotik merupakan obat dirancang secara deskriptif karena
yang paling banyak digunakan pada penelitian diarahkan untuk
infeksi yang disebabkan oleh bakteri. menguraikan suatu keadaan di dalam
Berbagai studi menemukan bahwa suatu komunitas atau masyarakat.
sekitar 40-62% antibiotik digunakan Pengambilan data secara retrospektif
secara tidak tepat antara lain untuk karena penelitian ini berusaha
penyakit-penyakit yang sebenarnya melihat kebelakang, artinya
tidak memerlukan antibiotik. Pada pengumpulan data dimulai dari
penelitian kualitas penggunaan peristiwa yang telah terjadi.
antibiotik di berbagai bagian rumah
Bahan Penelitian
sakit ditemukan 30% sampai dengan Bahan penelitian ini adalah
80% tidak didasarkan pada indikasi Rekam Medik pasien balita rawat
(Kemenkes RI, 2011). inap di RS PKU Muhammadiyah
Terdapat beberapa kriteria Yogyakarta dengan diagnosa akhir
untuk dapat dikatakan suatu pneumonia lobaris dan
pemberian obat sudah rasional atau bronkopneumonia periode Januari-
tidak. Prinsip dari pemberian obat Desember 2013 yang memenuhi
yang rasional adalah enam tepat, kriteria inklusi.
yaitu tepat pasien, tepat indikasi,
tepat obat, tepat dosis, tepat waktu Kriteria inkusi dan eksklusi
pemberian, dan tepat informasi. Kriteria inklusinya adalah
Pemakaian atau peresepan pasien dengan umur <5 tahun yang
suatu obat dikatakan tidak rasional terdiagnosa akhir pneumonia lobaris
apabila kemungkinan untuk dan bronkopneumonia, Mendapatkan
memberikan manfaat kecil atau tidak pengobatan antibiotik untuk
ada sama sekali, atau kemungkinan pneumonia, dan dirawat di bangsal
manfaatnya tidak sebanding dengan rawat inap RS PKU Muhammadiyah
kemungkinan efek samping atau Yogyakarta untuk periode Januari-
biayanya (Vance dan Millington, Desember 2013. Sedangkan kriteria
1986). eksklusinya adalah data rekam medis
Pemilihan dan penggunaan pasien balita rawat inap tidak
terapi antibiotik yang tepat dan lengkap.
rasional akan menentukan
keberhasilan pengobatan. Populasi dan Sampel
Populasi
METODELOGI Populasi dalam penelitian ini
Rancangan Penelitian adalah pasien balita yang menjalani
rawat inap dengan diagnosa akhir

Akhmad Nurzaki 20110350089 Farmasi FKIK UMY


3
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
26 April 2015

pneumonia lobaris dan (SPM) pneumonia di RS PKU


bronkopneumonia di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Muhammadiyah Yogyakarta periode
Januari-Desember 2013. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di RS
Sampel PKU Muhammadiyah Yogyakarta di
Sampel dalam penelitian ini bagian rekam medik dan waktu
adalah balita yang dirawat inap penelitian ini dilakukan dari bulan
dengan diagnosa akhir pneumonia Agustus 2014-Januari 2015.
lobaris dan bronkopneumonia di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Prosedur pengumpulan data
tercatat dalam rekam medik rumah a. Proses pengumpulan data yang
sakit selama tahun 2013. dimulai dengan pemilihan kasus
Pengambilan sampel dengan dari berkas rekam medik yang
purposive sampling dan terpilih memenuhi kriteria inklusi.
sebagai sampel sesuai dengan b. Memilih kasus dari berkas rekam
kriteria inklusi. medik pada tahun 2013 dengan
urutan :
Instrumen Penelitian 1) Melakukan observasi laporan
Rekam Medik dari bagian rekam medik secara
Rekam medik yang diambil retrospektif selama periode
merupakan rekam medik pasien Januari-Desember 2013.
balita pneumonia periode Januari- Kemudian, dipilih kasus
Desember 2013 yaitu mencakup pneumonia pada pasien balita.
nama pasien, umur, hasil kriteria 2) Mengambil berkas rekam
awal dan akhir (termasuk data medik pasien dengan menulis
labolatorium dan radiologis), obat nama dan nomor rekam medis
yang diberikan (nama obat, dosis, tersebut pada kartu
jumlah, cara pemberian, frekuensi peminjaman status.
dalam lama penggunaan), kondisi 3) Dari berkas yang terkumpul
umum pasien waktu masuk, dan dipilih kasus pneumonia
riwayat penyakit. dengan pengobatan antibiotik
pada pasien balita yang
Pedoman Pengobatan Pneumonia
menjalani rawat inap.
Pedoman yang digunakan
4) Mencatat data rekam medik
dalam penelitian ini adalah British
kemudian ditulis ke lembar
Thoracic Society: Guidelines for The
penelitian.
Management of Community Acquired
c. Menganalisis kerasionalan
Pneumonia in Children: Update
penggunaan antibiotik yang
2011 dan didukung sumber lain,
terdapat di rekam medik pasien
yaitu Standar Pelayanan Medik
dengan pedoman yang diacu.

Akhmad Nurzaki 20110350089 Farmasi FKIK UMY


4
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
26 April 2015

d. Menentukan hasil, pembahasan 2. Tepat obat yaitu pemilihan jenis


dan kesimpulan. antibiotik yang diberikan sesuai
dengan British Thoracic Society:
Analisis Data Guidelines for The Management
Untuk mengetahui ketepatan of Community Acquired
penggunaan antibiotik yang Pneumonia in Children: Update
dilakukan di RS PKU 2011.
Muhammadiyah Yogyakarta 3. Tepat dosis dan cara pemakaian
dilakukan analisis deskriptif evaluatif dinyatakan tepat apabila sesuai
atau evaluasi perbandingan. Analisa dengan Standar Pelayanan Medik
data dalam bentuk persentase. (SPM) pneumonia di RS PKU
Analisis ketepatan dilakukan dengan Muhammadiyah Yogyakarta.
melihat penggunaan antibiotik tiap
kasus, kemudian dibandingkan HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan standar yang ada, yaitu : Distribusi pasien balita
1. Tepat indikasi, bila indikasi pneumonia pada penelitian ini
penggunaan antibiotik sesuai dilakukan berdasarkan jenis infeksi,
untuk pengobatan penyakit infeksi jenis kelamin dan umur.
karena bakteri berdasarkan British
Thoracic Society: Guidelines for Jenis Infeksi Pneumonia
The Management of Community
Acquired Pneumonia in Children:
Update 2011.
Table 1. Karakteristik pasien balita pneumonia
Variabel Jumlah Pasien Persentase (%)
Jenis infeksi
Pneumonia lobaris - -
Bronkopneumonia 30 100%
Jenis kelamin
Laki-laki 23 76,66%
Perempuan 7 23,34%
Umur
<2 bulan - -
2 bulan - <5 tahun 30 100%
Jumlah 30 100%
(Sumber: Data rekam medik RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta)

Menurut Hariadi (2010) Pada tabel tersebut, diketahui jenis


berdasarkan predileksi infeksi infeksi bronkopneumonia sebanyak
pneumonia terbagi menjadi 30 pasien (100%).
pneumonia lobaris, pneumonia Bronkopneumonia lebih sering
intertisial dan bronkopneumonia. terjadi pada pediatrik dan geriatrik

Akhmad Nurzaki 20110350089 Farmasi FKIK UMY


5
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
26 April 2015
(Hariadi dkk, 2010). Menurut hasil Organ paru pada perempuan
penelitian Widodo (2007) memiliki daya hambat aliran udara
menunjukkan ada hubungan yang yang lebih rendah dan daya hantar
bermakna antara status gizi dengan aliran udara yang lebih tinggi
terjadinya penyakit pneumonia pada sehingga sirkulasi udara dalam
balita (p=0,013), anak dengan status rongga pernapasan lebih lancar dan
gizi kurang beresiko 6,04 kali lebih paru terlindung dari infeksi patogen
besar mengalami pneumonia (Uekert dkk, 2006).
daripada anak dengan gizi
baik/sedang. Status gizi berhubungan Umur
dengan daya tahan tubuh, makin baik Penderita pneumonia
status gizi makin baik daya tahan, didominasi oleh bayi dan balita. Hal
sehingga memperkecil resiko ini dikarenakan puncak serangan
pneumonia. infeksi mikroorganisme penyebab
pneumonia bersifat rawan pada usia
Jenis Kelamin 0-3 tahun. Setelah itu, serangan
Menurut Kemenkes RI (2013) infeksi akan mulai menurun sedikit
jenis kelamin merupakan salah satu demi sedikit (Hartanto, 2010).
faktor resiko pneumonia. Pada tabel Menurut Depkes RI (2007)
tersebut, diketahui jenis kelamin klasifikasi pneumonia pada balita
penderita laki-laki sebanyak 23 dibagi dalam 2 kelompok umur
pasien (76,66%) sedangkan penderita berdasarkan batuk dan atau
berjenis kelamin perempuan kesukaran bernapas, yaitu kelompok
sebanyak 7 pasien (23,34%). umur <2 bulan dan kelompok umur 2
Karakteristik penderita bulan - <5 tahun.
pneumonia berjenis kelamin laki-laki Pada tabel tersebut, data
memiliki resiko sebesar 19% distribusi penderita berdasarkan
berbanding perempuan sebesar 18% umur diketahui jumlah penderita
(Kemenkes RI, 2013). Hal ini yang berumur 2 bulan - <5 tahun
diperkuat dengan data Profil sebanyak 30 pasien (100%). Hal ini
Kesehatan Indonesia tahun 2011 diperkuat dengan hasil Riset
yang menyebutkan bahwa penderita Kesehatan Dasar tahun 2013 yang
pneumonia sebagian besar berjenis menunjukkan pneumonia tertinggi
kelamin laki-laki (Kemenkes RI, terjadi pada kelompok umur 1-4
2012). tahun (Kemenkes RI, 2013).
Pneumonia lebih sering terjadi Anak dengan kelompok usia
pada anak laki-laki berusia balita. kurang dari lima tahun rentan
Hal ini mungkin berkaitan dengan mengalami pneumonia berat dengan
respon pada anak, karena secara gejala batuk dan sukar bernapas.
biologis sistem pertahanan tubuh Sistem kekebalan tubuh anak pada
laki-laki dan perempuan berbeda. usia tersebut juga sangat rentan

6
Akhmad Nurzaki 20110350089 Farmasi FKIK UMY
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
26 April 2015
sehingga mudah terinfeksi oleh muntah dan kesulitan dalam menelan
penyakit yang ditularkan melalui obat (Harris dkk, 2011).
udara (Misnadiarly, 2008).
Pemberian antibiotik secara
Data Pengobatan
Hasil yang didapat pada tabel oral direkomendasikan terutama pada
tersebut menunjukkan bahwa anak-anak dengan pneumonia berat
antibiotik secara intravena diberikan yang tidak ada kesulitan dalam
pada pengobatan pneumonia kondisi menelan karena antibiotik oral
berat, dimana penderita tidak dapat diketahui lebih aman dan efektif
makan dan minum atau bahkan (Harris dkk, 2011).
muntah sehingga pemberian Evaluasi Rasionalitas Penggunaan
antibiotik secara peroral tidak Antibiotik
memungkinkan. Untuk mengetahui kerasionalan
Pemberian antibiotik secara penggunaan antibiotik sesuai dengan
intravena direkomendasikan pada diagnosa pada terapi pneumonia
anak-anak dengan pneumonia berat
atau anak yang tidak bisa menerima
antibiotik oral misalnya karena
Table 2. Distribusi penggunaan antibiotik pada balita pneumonia
No. Antibiotik Bronkopneumonia Jumlah Persentase (%)
TT TK PT Pasien
1. Ampicillin (I.V) 1 - - 1 3,33 %
2. Cefotaxime 16 - - 16 53,33 %
(I.V)
3. Ceftazidime 5 - - 5 16,66 %
(I.V)
4. Ceftriaxone 1 - - 1 3,33 %
(I.V)
5. Cefixime (P.O) 1 - - 1 3,33 %
6. Cefotaxime - 3 - 3 9.99 %
(I.V) +
Ampicillin (I.V)
7. Cefotaxime - 1 - 1 3,33 %
(I.V) +
Kloramfenikol
(I.V)
8. Cefotaxime - - 1 1 3,33 %
(I.V)
Cefotaxime
(I.V)
9. Cefotaxime - - 1 1 3,33 %
(I.V)
Ceftazidime

7
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
26 April 2015

(I.V)
Total 24 4 2 30 100%
Keterangan : TT = Terapi Tunggal, TK = Terapi Kombinasi, PT = Penggantian Terapi
maka dilakukan analisis yang antibiotiknya sesuai dengan indikasi.
meliputi tepat indikasi, tepat jenis Dari data tersebut, ditemukan 12
Akhmad Nurzaki
obat, dan tepat dosis. Untuk evaluasi 20110350089 Farmasikenaikan
pasien mengalami FKIK UMY angka
tepat obat digunakan hitung leukosit, 13 pasien
Standar Pelayanan Medik di RS menunjukkan keabnormalan pada
PKU Muhammadiyah Yogyakarta hasil fototoraks dan pasien lainnya
yaitu British Thoracic Society : berdasarkan gejala klinis, berupa
Guidelines for The Management of nafas cepat dan adanya tarikan
Community Acquired Pneumonia in dinding dada bagian bawah kedalam.
Children: Update 2011. Untuk Hal ini mengindikasikan bahwa 30
tatalaksana umum pneumonia di RS pasien dengan diagnosa
PKU Muhammadiyah Yogyakarta bronkopneumonia membutuhkan
menggunakan standar sesuai jurnal terapi antibiotik.
ini. Sedangkan untuk evaluasi tepat Pada tabel tersebut dapat dilihat
dosis digunakan Standar Pelayanan bahwa antibiotik yang digunakan
Medik RS PKU Muhammadiyah pada banyak terapi untuk balita
Yogyakarta. pneumonia di RS PKU
Pada (tabel 3) diketahui 30 Muhammadiyah dalam satu
pasien bronkopneumonia pemberian golongan ialah antibiotik golongan
Table 3. Distribusi tepat indikasi pemberian antibiotik pada balita pneumonia
Kriteria Tepat Persentase Persentase
Indikasi Jumlah (%) (%)
Diagnosa Sesuai Tidak Pasien Kesesuaian Ketidaksesuaian
sesuai
Bronkopneumonia 30 0 30 100 % 0%
(Sumber : Data rekam medik RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta)

sefalosporin generasi ketiga yaitu hipersensitifitas dari penisilin. Pada


cefotaxime, ceftazidime, ceftriaxone tabel tersebut antibiotik yang paling
dan cefixime. Digunakan banyak digunakan ialah cefotaxime.
sefalosporin generasi ketiga karena Digunakan cefotaxime karena lebih
jauh lebih aktif terhadap aktif terhadap bakteri gram negatif
Enterobacteriaceae, termasuk strain dan aktif pada penyebab
penghasil penisilinase (Depkes RI, Streptococcus pneumoniae
2000). Sefalosporin mirip dengan dibandingkan sefalosporin yang lain
penisilin secara kimiawi, cara kerja, (Fisher dan Boyce, 2005).
dan toksisitas sehingga digunakan Streptococcus pneumoniae
sebagai alternatif bila terjadi (pneumococcus) adalah bakteri

viii
Akhmad Nurzaki 20110350089 Farmasi FKIK UMY
NASKAH PUBLIKASI

patogen yang paling umum pada sefalosporin generasi ketiga


anak usia 3 minggu sampai 4 tahun (ceftriaxone atau cefotaxime) harus
(Sandora dan Sectish, 2011). diresepkan untuk balita yang dirawat
Pemberian empiris parentral di rumah sakit (Bradley dkk, 2011).
Table 4. Distribusi ketepatan obat berdasarkan pemberian antibiotik pada balita
pneumonia

Kriteria Tepat Persentase Persentase


Obat (%)
Jumlah Kesesuaian (%)
Sesuai Tidak Pasien Ketidaksesuai
NO. Antibiotik an
Sesuai
1. Ampicillin 1 - 1 3,33% -
(I.V)
2. Cefotaxime 16 - 16 53,29% -
(I.V)
3. Ceftazidime 5 - 5 16,65% -
(I.V)
4. Ceftriaxone 1 - 1 3,33% -
(I.V)
5. Cefixime 1 - 1 3,33% -
(P.O)
6. Cefotaxime 3 - 3 9.99% -
(I.V) +
Ampicillin
(I.V)
7. Cefotaxime 1 - 1 3,33% -
(I.V) +
Kloramfenik
ol (I.V)
8. Cefotaxime - 1 1 - 3,33%
(I.V)
Cefotaxime
(I.V)
9. Cefotaxime 1 - 1 3,33% -
(I.V)
Ceftazidime
(I.V)
Total 29 1 30 96,67% 3,33%
(Sumber : Data rekam medik RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta)

Berdasarkan jurnal British antibiotik intravena pada pneumonia


Thoracic Society update 2011 antara lain cefotaxime, ceftriaxone
golongan sefalosporin yang dan cefuroxime. Namun pada data
direkomendasikan untuk terapi rekam medik terdapat 6 pasien

9
(19,98%) menggunakan antibiotik penelitian yang sudah dilakukan,
ceftazidime. Digunakan ceftazidime penggunaan ampicillin telah banyak
karena aktif terhadap bakteri gram mengalami resistensi akibat
negatif (termasuk Pseudomonas pemakaian antibiotik yang
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH keliru dan
aeruginosa), gram positif (termasuk tidak sesuai dengan indikasi.26 April
Untuk2015
Staphylococcus aureus), dan bakteri itu digunakan turunannya yaitu
anaerob (Depkes RI, 2000). amoxicillin yang memiliki spektrum
Walaupun demikian, pemberian antibiotik yang sama. Walaupun
antibiotik segolongan pemakaiannya demikian penggunaan ampicillin
di rumah sakit tetap dilakukan dan tidak dapat dikatakan tidak tepat jika
tidak dapat dikatakan tidak tepat jika terdapat standar lain yang
terdapat standar lain yang menyatakan bahwa antibiotik
menyatakan bahwa antibiotik tersebut dapat direkomendasikan
tersebut dapat direkomendasikan untuk terapi pneumonia.
untuk terapi pneumonia dan Untuk golongan antibiotik lain
berdasarkan perkiraan yang tepat yaitu kloramfenikol merupakan
terkait jenis bakteri penginfeksinya. antibiotik spektrum luas yang
Pada golongan penisilin digunakan pada fibrosis sistik untuk
antibiotik yang digunakan untuk mengatasi infeksi pernapasan karena
terapi dalam tabel di atas adalah Burkholderia cepacia yang resisten
ampicillin yang diberikan secara terhadap antibiotik lain. Obat ini
intravena. Ampicillin aktif terhadap digunakan untuk penanganan infeksi
organisme gram positif dan gram yang mengancam jiwa, terutama
negatif tertentu, tapi diinaktivasi oleh akibat Hemophilus influenza dan
penisilinase, termasuk yang demam tifoid (Depkes RI, 2000).
dihasilkan oleh Staphylococcus Berdasarkan SPM Pneumonia di RS
aureus dan Basilus gram negatif PKU Muhammadiyah Yogyakarta
yang umum seperti Escherichia coli. pada anak usia >3 bulan penggunaan
Penggunaan ampicillin kloramfenikol dalam terapi
dipertimbangkan sebagai pemberian pneumonia dikombinasikan dengan
pada terapi yang disebabkan infeksi ampicillin karena penyebab
harus dengan penetapan diagnosa terbanyak pneumonia pada usia
yang jelas penyebab infeksi karena tersebut adalah H. influenza dan S.
bakteri dan terkait dengan resistensi pneumoniae. Menurut Farida (2008)
antibiotik (Depkes RI, 2000). penggantian ampicillin dengan
Menurut Harris dkk (2011) pada cefotaxime karena kasus dianggap
jurnal British Thoracic Society berat, sehingga kombinasi terapi
golongan penisilin yang dianjurkan menjadi cefotaxime (memiliki
berdasarkan update 2011 ialah aktifitas bakterisida) dan
amoxicillin. Menurut beberapa kloramfenikol (memiliki aktifitas

10
bakteriostatik), dengan harapan patogen gram negatif sedangkan
mendapatkan efek terapeutik yang ampicillin penangannya lebih ke
lebih baik. patogen gram positif, sehingga
Pemberian antibiotik NASKAH yang diharapkan KARYA
PUBLIKASI efek yang
TULIS sinergisme.
ILMIAH
segolongan dengan antibiotik yang Selanjutnya terapi antibiotik 26 Aprildari
2015

ditentukan dalam Thorax an golongan sefalosporin (cefotaxime)


International Journal of Respiratory dengan golongan antibiotik lain
Medicine tetapi tidak (kloramfenikol) digunakan pada
direkomendasikan pada 6 pasien dari infeksi pneumonia balita umur diatas
30 pasien pneumonia. Sebagai 3 bulan yang community acquired
contoh kasus, jenis antibiotik yang akibat kuman gram positif dan
seharusnya digunakan untuk terapi sensitif terhadap kuman gram negatif
rawat inap adalah cefotaxime atau terutama hemofilus (Pudjiadi dkk,
cefuroxime atau ceftriaxone dari 2009).
golongan sefalosporin, tetapi Terdapat 2 pasien yang
diberikan ceftazidime atau cefixime dilakukan penggantian antibiotik
yang juga dari golongan dalam satu golongan sefalosporin
sefalosporin. Ceftazidime digunakan yaitu dari cefotaxime menjadi
pada infeksi P. aeruginosa, cefixime ceftazidime dan cefotaxime dengan
digunakan untuk infeksi saluran taxegram yang juga berisi
pernapasan yang disebabkan cefotaxime, penggantian antibiotik
Streptococcus pnemoniae, S. dalam satu golongan pemakaiannya
pyogenes, Haemophylus influenza, di rumah sakit tetap dimungkinkan
dan Enterobacteriaceae (Lacy dkk, dengan bukti yang jelas terhadap
2006). mikroorganisme patogen penyebab
Pada terapi kombinasi terdapat infeksi dan memungkinkan untuk
4 pasien menggunakan kombinasi efek perbaikan kondisi pasien
antibiotik, yaitu kombinasi dari terhadap terapi yang dijalani.
golongan sefalosporin dengan Penggantian cefotaxime menjadi
golongan penisilin, dan kombinasi ceftazidime ini terjadi pada hari ke-4
dari golongan sefalosporin dengan yakni hari terakhir perawatan
golongan antibiotik lain seperti dirumah sakit, dengan pergantian
kloramfenikol. Terapi antibotik dari terapi ini pasien mengalami
golongan sefalosporin (cefotaxime) perbaikan kondisi sehingga pada
dengan golongan penisilin keesokan harinya dibolehkan pulang
(ampicillin) digunakan jika kasus dan melakukan pengobatan rawat
dianggap berat dan dimungkinkan jalan. Pada terapi kombinasi terdapat
terinfeksi oleh patogen ganda (gram 1 pasien dengan terapi antibiotik dari
positif dan gram negatif) karena golongan yang sama yaitu golongan
cefotaxime penanganannya lebih ke sepalosporin, obat yang dipakai ialah

11
NASKAH PUBLIKASI

injeksi cefotaxime dengan injeksi tercantum di dalam standar medis


taxegram yang juga berisi cefotaxime dan tentunya tidak efektif
dipakai bersama-sama pada hari ke-2 penggunaannya dan dapat
dan hari ke-3 perawatan yang mengalami ketoksikan karena kadar
pemakaiannya dalam 2 hari. obat yang berlebih didalam darah.
Penggunaan kombinasi ini tidak
Table 5. Distribusi ketepatan dosis berdasarkan pemberian dosis antibiotik pada
balita pneumonia
Kriteria Tepat
Pemberian Dosis Jumlah
No. Antibiotik Sesuai Tidak Pasien Ket.
Sesuai
1. Ampicillin 1 - 1 -
2. Cefotaxime 16 - 16 -
3. Ceftazidime 5 - 5 -
4. Ceftriaxone 1 - 1 -
5. Cefixime (P.O) 1 - 1 -
6. Cefotaxime + 1 2 3 Over dose ampicillin
Ampicillin
7. Cefotaxime + 1 - 1 -
Kloramfenikol
8. Cefotaxime 1 - 1 -
Ceftazidime
Total 27 2 29 -
(Sumber : Data rekam medik RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta)

Pada tabel tersebut terdapat 2 ini tidak tepat dalam pemberian dosis
pasien dengan terapi antibiotik obat ampicillin. Pemberian dosis
kombinasi yang tidak tepat ampicillin dalam kasus ini berada
pemberian dosis. Pemberian dosis diatas dosis standar, yaitu pada
harus memperhitungkan BB pasien pasien Px. 27 ampicillin diberikan
karena BB merupakan faktor penting dengan dosis per hari 1400 mg dan
dalam penentuan dosis yang pada pasien Px. 30 ampicillin
diberikan pada balita. Pada pasien diberikan dengan dosis per hari 1600
dengan terapi kombinasi mg. Dimana menurut standar terapi
menggunakan antibiotik cefotaxime di rumah sakit ampicillin diberikan
+ ampicillin terdiri 2 pasien yaitu pada pasien balita dengan dosis 50-
pasien Px. 27 dengan diketahui BB 7 100 mg/kgBB/hari tiap 6 jam.
kg dan pasien Px. 30 dengan Sehingga ampicillin menurut SPM
diketahui BB 7,8 kg dari total 3 seharusnya diberikan pada pasien Px.
pasien yang menggunakan kombinasi 27 dengan dosis per hari 350-700 mg

12
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
26 April 2015

dan pada pasien Px. 30 dengan dosis 2 kali per hari, cefixime diberikan 2
per hari 390-780 mg. kali per hari secara per oral, dan
Parameter kedua yaitu tepat kloramfenikol diberikan 4 kali per
dosis berdasarkan frekuensi hari. Distribusi ketepatan dosis
pemberian. Menurut SPM berdasarkan frekuensi pemberian
pneumonia yang digunakan dalam antibiotik pada balita pneumonia di
penelitian, ampicillin diberikan tiap 6 RS PKU Muhammadiyah
jam, cefotaxime diberikan 3-4 kali Yogyakarta periode Januari-
per hari, ceftazidime diberikan 1-2 Desember 2013 dapat dilihat pada
kali per hari, ceftriaxone diberikan 1- tabel berikut :
Table 6. Distribusi ketepatan dosis berdasarkan frekuensi pemberian antibiotik
pada balita pneumonia
Kriteria Tepat
Frekuensi Pemberian

Sesuai Tidak Jumlah


Sesuai Pasien
No Antibiotik Ket.
1. Ampicillin - 1 1 Ampicillin diberikan
2 kali sehari
2. Cefotaxime 16 - 16 -
3. Ceftazidime 5 - 5 -
4. Ceftriaxone 1 - 1 -
5. Cefixime (P.O) 1 - 1 -
6. Cefotaxime + 3 - 3 -
Ampicillin
7. Cefotaxime + 1 - 1 -
Kloramfenikol
8. Cefotaxime 1 - 1 -
Ceftazidime
Total 28 1 29 -
(Sumber : Data rekam medik RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta)

Pada tabel tersebut, terdapat 1 diketahui jumlah dan persentase


pasien dengan frekuensi pemberian pemberian antibiotik pada pasien
ampicillin tidak sesuai dengan pneumonia yang tepat dosis.
standar yaitu ampicillin diberikan 2 Terdapat 3 pasien dari 30 pasien
kali sehari, dimana seharusnya untuk pneumonia dengan penggunaan
terapi pneumonia ampicillin antibiotik yang tidak tepat dosis
diberikan 4 kali sehari. berdasarkan standar yang digunakan
Setelah ditinjau dari yakni SPM pneumonia di RS PKU
tepat pemberian dosis dan tepat muhammadiyah Yogyakarta. Dari 3
frekuensi pemberian, maka dapat pasien terdapat 2 pasien yang tidak

13
tepat dalam pemberian dosis dan 1 RS PKU Muhammadiyah
pasien tidak tepat dalam frekuensi YogyakartaKARYA
NASKAH PUBLIKASI periode Januari-
TULIS ILMIAH
pemberian antibiotik. Berikut Desember 2013 : 26 April 2015

distribusi ketepatan dosis pemberian


antibiotik pada balita pneumonia di
Table 7. Distribusi ketepatan dosis pemberian antibiotik pada balita pneumonia
Kriteria Tepat
Dosis Jumlah Persentase Persentase
Pasien (%)
No Antibiotik Kesesuaian (%)
Sesuai Tidak Ketidaksesua
Sesuai
ian
1. Ampicillin - 1 1 - 3,45%
2. Cefotaxime 16 - 16 55,15% -
3. Ceftazidime 5 - 5 17,25% -
4. Ceftriaxone 1 - 1 3,45% -
5. Cefixime 1 - 1 3,45% -
(P.O)
6. Cefotaxime 1 2 3 3,45% 6,90%
+ Ampicillin
7. Cefotaxime 1 - 1 3,45% -
+
Kloramfenik
ol
8. Cefotaxime 1 - 1 3,45% -

Ceftazidime
Total 26 3 29 89,65% 10,35%
(Sumber : Data rekam medik RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta)

Rasionalitas Penggunaan diuraikan berapa jumlah dan


Antibiotik persentase rasionalitas penggunaan
Dari semua data rincian tepat antibiotik pada pasien pneumonia
indikasi, tepat obat, dan tepat dosis yang tersaji pada tabel.
pemberian antibiotik maka dapat
Table 8. Rasionalitas antibiotik pada pasien balita pneumonia
Tepat Tepat Tepat Rasional Tidak
Indikasi Obat Dosis Rasional
Jumlah 30 29 26 26 4
Pemberian
Persentase % 100% 96,67% 89,65% 86,67% 13,33%

xiv
Pada tabel dapat dilihat bahwa rekam medik pasien dan keadaan
dari 30 pasien, yang memenuhi tepat pasien setelah menjalani rawat inap
indikasi sebanyak 30 pasien (100%), tidak dapat diketahui dengan jelas,
tepat obat sebanyak 29 pasien serta apabila pasien mendapatkan
(96,67%) dari tepat indikasi, dan pemberian antibiotik dengan terapi
tepat dosis sebanyak 26 pasien rawat jalan tidak dapat dianalisis
(89,65%) dari tepat obat. Sehingga rasionalitas penggunaannya sehingga
didapat pemberian antibiotik NASKAH
yang evaluasi KARYA
PUBLIKASI kerasionalan menjadi
TULIS ILMIAH
rasional adalah sebanyak 26 pasien
Akhmad Farmasi FKIK UMY
kurang optimal.
Nurzaki 20110350089 26 April 2015

(86,67%) dari total 30 pasien balita


pneumonia yang dirawat inap KESIMPULAN DAN SARAN
periode Januari-Desember 2013 Kesimpulan
dalam buku rekam medik. Berdasarkan hasil penelitian
Penyebab ketidakrasionalan tentang evaluasi Akhmad Nurzaki 20110350089
kerasionalan
pemberian antibiotik pada penelitian penggunaan antibiotik untuk
ini antara lain adalah : pengobatan pneumonia pada balita
1. Adanya pergantian jenis antibiotik rawat inap di RS PKU
yang sama yakni injeksi Muhammadiyah Yogyakarta periode
cefotaxime diganti dengan injeksi Januari-Desember 2013, dapat
taxegram (isi cefotaxime) yang disimpulkan berdasarkan ketepatan
dilakukan oleh dokter dan pada penggunaan antibotik pada
hari pergantian antibiotik, kedua pengobatan balita pneumonia rawat
antibiotik ini tetap diberikan inap di RS PKU Muhammadiyah
bersama dalam 2 hari. Hal ini Yogyakarta dari 30 pasien, yang
tidak dapat diketahui alasannya memenuhi tepat indikasi sebanyak
karena peneliti tidak berinteraksi 30 pasien (100%), tepat obat
langsung dengan dokter. sebanyak 29 pasien (96,67%) dari
2. Adanya pemberian antibiotik tepat indikasi, dan tepat dosis
dengan dosis yang tidak sesuai sebanyak 26 pasien (89,65%) dari
dengan SPM Pneumonia di rumah tepat obat. Sehingga didapat
sakit. pemberian antibiotik yang rasional
Penelitian yang dilakukan ini adalah sebanyak 26 pasien (86,67%)
bersifat retrospektif, kekurangan dari dari total 30 pasien balita pneumonia
data yang diambil secara retrospektif yang dirawat inap periode Januari-
ini adalah peneliti tidak dapat Desember 2013.
berinteraksi langsung dengan pasien Saran
untuk dapat mengetahui kondisi 1. Perlu dilakukan penelitian yang
pasien yang sesungguhnya sehingga mengkaji kerasionalan
kondisi pasien hanya dapat diketahui penggunaan antibiotik pada pasien
dari catatan yang tertera pada buku balita pneumonia secara

15
prospektif sehingga dapat InternaPublishing. Jakarta. p.
diketahui kajian terapi antibiotik 2196.
pada pasien rawat inap dan ketika Departemen Kesehatan RI, 2000.
melakukan pengobatan rawat Informatorium Obat Nasional
jalan. Indonesia 2000, Dirjend POM,
2. Perlunya melakukan komunikasi Departemen Kesehatan
pada dokter untuk memberikan NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
Republik Indonesia, Jakarta.
26 April 2015
pertimbangan pengobatan sesuai Departemen kesehatan RI, 2007.
kondisi penyakit pasien yang Pedoman Tatalaksana
sebenarnya. Pneumonia Balita. Departemen
3. Perlunya perhatian khusus Kesehatan Republik Indonesia,
kerasionalan penggunaan Jakarta.
antibiotik untuk terapi pada balita Farida H., Herawati., Hapsari.
Akhmad MM.,Nurzaki 20110350089
pneumonia agar tidak terjadi Notoatmodjo. Harsoyo.,
resistensi dan kegagalan terapi Hardian. 2008. Penggunaan
akibat penggunaan antibiotik yang Antibiotik Secara Bijak Untuk
tidak sesuai standar. Mengurangi Resistensi
Antibiotik, Studi Intervensi di
DAFTAR PUSTAKA Bagian Kesehatan Anak RS Dr.
Bradley J.S., Byington CL., Shah Kariadi. Sari Pediatri, Vol. 10,
S.S., Alverson B., Carter E.R., No. 1. Juni 2008. Semarang.
Harrison C., Kaplan S.L, Mace Fisher G.R., dan Boyce G.T., 2005.
S.E., McCracken Jr G.H., Pneumonia Syndromes.
Moore M.R., St Peter S.D., Pediatric Infectious Diseases. A
Stockwell J.A., and Swanson Problem-Oriented Approach.
J.T. 2011. The Management of Fourth Edition. Lippincott
Community-Acquired Williams & Wilkins. USA.
Pneumonia in Infants and Hartanto, S., Halim, S., Yuliana,
Children Older than 3 Mounths O.Y., 2010. Pemetaan
of Age : Clinical Practice Penderita Pneumonia di
Guidelines by the Pediatric Surabaya dengan
Infectious Diseases Society and Menggunakan Geostatistik.
the Infectious Diseases Society Journal Teknik Industri.
of America. Clin Infect Dis. 53 Vol.12, No.1, Juni 2010, p 41-
(7): 617-630 46,
Dahlan, Z. 2010. Pneumonia. Dalam Hariadi., Winami., Slamet., Jusuf,
Sudoyo, A.W., Setiohadi, B., W., 2010. Buku Ajar Ilmu
Alwi, I., Marcellus, S.K., Penyakit Paru. Surabaya:
Setiati, S. (Eds). Buku Ajar Departemen Ilmu Penyakit
Ilmu penyakit Dalam. Edisi V.

16
Paru FK UNAIR-RSUD Dr. E.D., 2009. Pneumonia.
Soetomo Surabaya. Surabaya. Pedoman Pelayanan Medis.
Harris, M., Clark, J., Coote, N., Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Fletcher, P., Harnden, A., Jakarta.
McKean, M., Thomson, A., Sandora, T.J., dan Sectish, T.C.,
2011. British Thoracic Society 2011. Community-Acquired
Guidelines for The Pneumonia. Chap 392: 1474-
Management of Community NASKAH PUBLIKASI
1479KARYA TULIS ILMIAH
cit Kliegman, R.M.,
26 April 2015
Acquired Pneumonia in Stanton, B.F., Schor, N.F.,
Children: Update 2011. Geme III, J.W., Behrman, R.E.,
Thorax. 2011:66:ii1-ii23. 2011. Nelson Textbook of
Kementrian Kesehatan RI, 2011. Pediatric. 19th ed. Publisher
Pedoman Umum Penggunaan Elsevier. The United States of
Antibiotik. Kementrian America.
Kesehatan Republik Indonesia, Uekert, S. J., G. Akan., M. Evans., Z,
Jakarta. Li., K. Rosberg., C. Tisler., D.
Kementrian Kesehatan RI, 2012. DaSilva., E. Anderson., R.
Profil Kesehatan Indonesia Gangnon., D. B. Allen., J. E.
Tahun 2011. Kementrian Gern., R. F. Lemanske, 2006.
Kesehatan Republik Indonesia, Sex-Related Differences in
Jakarta. Immune Development and The
Kementrian Kesehatan RI, 2013. Expression of Atopy in Early
Riset Kesehatan Dasar tahun Childhood. J Allergy Clin
2013. Kementrian Kesehatan Immunol 118; 6: 1375-1381.
Republik Indonesia, Jakarta. Vance, M.A., Millington, W.R.,
Lacy C., Amstrong L., Goldman M., 1986. Principles of Irrational
Lance L, 2006. Drug Drug Therapy. Int Health Sev.
Information Handbook: A 1986:16(3):355-61.
Comprehensive Resource for Widodo (2007). Lingkungan Fisik
all Clinicians and Healthcare Kamar Tidur dan Pneumonia
th
Professionals, 14 Ed, Lexi- pada Anak Balita di Puskesmas
Comp Inc, United States. Kawalu Kota Tasikmalaya.
Misnadiarly, 2008. Penyakit Infeksi Jurnal Kesehatan Masyarakat
Saluran Napas Pneumonia pada Nasional Vol.2, No.2, Oktober
Anak, Orang Dewasa, Usia 2007, p. 66.
Lanjut Edisi 1. Pustaka Obor
Populer. Jakarta.
Pudjiadi, A.H., Hegar, B.,
Handryastuti, S., Idris, N.S.,
Gandaputra, E.P., Harmoniati,

17
Akhmad Nurzaki 20110350089 Farmasi FKIK UMY

18

Anda mungkin juga menyukai