D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK :
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan
pertolongan-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya tentang
Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil dengan Kelainan pada Cairan Amnion, Tali Pusat dan
Plasenta. Makalah ini disusun untuk memenuhi proses perkuliahan semester VI tentang Sistem
Reproduksi II.
Penulis
Kelompok
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Plasenta adalah akarnya janin untuk dapat melakukan pertukaran nutrisi melalui
perdarahan darah retroplasenta .setiap gangguan yang terjadi dalam plasenta akan
memberikan dampak yang serius terhadap tumbuh kembangnya janin. Plasenta normal
mempunyai berat rata-rata 1/6 dari berat janin dengan diameter 15 sampai 20 cm sedangkan
tebalnya 2,5 sampai 3 cm . ukuran plasenta besar dijumpai pada penyakit eritroblastosis
fetalis,sifilis,dan diabetes melitus,sedangkan ukuran plasenta kecil di jumpai pada penyakit
hipertensi termasuk pre-eklamsia dan eklamsia.
Tali pusat sangat penting artinya sehingga janin bebas bergerak dalam cairan amnion
sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik .Pada kehamilan dapat
terjadi berbagai komplikasi dari tali pusat. Gangguan sirkulasi tali pusat dicurigai
menyebabkan 20% kematian janin, dimana gangguan mekanis dari tali pusat dapat berupa
lilitan tali pusat dan prolaps tali pusat atau mungkin timbul dari anatomi tali pusat yang
abnormal seperti tali pusat yang tersimpul (true knot), koil abnormal (hypocoiling dan
hypercoiling), panjang tali pusat dan insersi tali pusat yang abnormal.
Gangguan aliran tali pusat 50 % secara signifikan menyebabkan asfiksia pada janin, yang
menimbulkan efek terhadap organ dan metabolisme janin baik akut maupun kronis, sehingga
pada akhirnya akan mempengaruhi luaran bayi lahir yang dapat mempengaruhi berat badan
bayi lahir. Tali pusat merupakan salah satu struktur dalam amnion yang memfiksasi antara
salah satu sisi plasenta dan tali pusat bayi sebagai penghubung, dengan panjang normal 50
60 cm terdiri dari tiga pembuluh darah : dua arteri dan satu vena. Sebuah tali pusat normal
memiliki rata rata 11 koil pembuluh darah tali pusat.
Tujuan
TINJAUAN TEORITIS
A. Polihidramnion
1. Pengertian
2. Klasifikasi Hidramnion
Menurut Manuaba (2012) beberpa klasifikasi Hidramnion adalah :
1. Mendadak/akut:
a. jika terjadi kenaikan fundus uteri sekitar 1 cm dalam sehari atau berlangsung
dalam waktu 14 hari.
b. Terdapat keluhan di antaranya:
Tidak nyaman
Sesak napas-dispnea
Dapat terjadi takikardia
c. Hidramnion mendadak/akut memerlukan terapi dengan segera untuk
mengurangi keluhan penderita.
d. Kompilikasi maternal hidramnion di antaranya:
Morniditas-mortalitas makin tinggi oleh karena kedalam kongenital janin.
Terjadi persalinan prematuritas beserta akibatnya
Lebih sering terjadi solusio plasenta
Lebih sering terjadi ketuban pecah spontan
Gangguan sirkulasi uretroplasenta.
2. Hidramnion menahun
a. kejadiannya berlangsung lebih lama dari 14 hari.
b. Keluhannya tidak terlalu berat dan mendadak
c. Mungkin pemeriksaan palpasi dan auskultasi masih dapat dilakukan.
3. Etiologi
Penyebab pasti tidak diketahui pada sekitar 35 % dari semua kasus. Menurut
Manuaba (2012) terjadinya hidroamnion dapat berasal dari penyebab maternal atau fetal
yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 2.1. Etiologi terjadinya hidroamnion
Gangguan Keterangan
Sebab Fetal: Ibu hamil dengan diabetes
Obstruksi G.I seperti atresia melitus
Janin tidak dapat minum
esofagus, duodenal atresia
sehingga air ketuban tanpa
sirkulasi dengan baik-tertimbun
Kegagalan menelan dapat
disebabkan oleh tumor pada
leher janin
4. Manifetasi klinis
Menurut carol tahun 2012 tanda dan gejala yang muncul yaitu :
5. Patofisiologi
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan diagnostik
8. Penatalaksanaan
2 Sedasi ringan
5 Dilakukan induksi persalinan jika janin sudah mature dan gejalanya sudah
berat
B. Oligohidramnion
Pengertian
Volume cairan amnion yang berkurang sangat banyak ( secara khas jumlahnya
<500 mL pada aterm) dan cairan ini juga menjadi sangat pekat. Oligohidramnion dapat
menyebabkan partus lama, gangguan persalinan yang biasanya dimulai sebelum
kehamilan aterm. (leveno,2015)
2. Etiologi
Penyebab yang pasti tidak diketahui. Keadaan ini berkaitan dengan obstruksi
traktus urinarius janin : pada sebagian kasus dapat terjadi kegagalan ginjal janin.
Aliran darah plasenta tidak adekuat; ketuban pecah dini (Ruptur Premature Membran)
dapat terjadi.
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang terjadi menurut Lockhart tahun 2014 yaitu :
a. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
b. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
c. Sering berakhir dengan partus prematurus.
d. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih
jelas.
e. Persalinan lebih lama dari biasanya
f. Sewaktu his akan sakit sekali
g. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar
4. Komplikasi
1 Distosia
5. Pemeriksaan Diagnostik
6. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan menurut (Lockhart,2014) yaitu :
2 Monitoring janin
3 Pemberian infus larutn normal saline atau Ringer laktat untuk mengatasi
atau mencegah deselerasi yang bervariasi.
Tali pusat (umbilical cord) adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam
kandungan dengan plasenta. Saluran ini biasanya terdiri dari tiga pembuluh darah yaitu
satu pembuluh darah vena dan dua pembuluh darah arteri. (Manuaba,2012)
Pada umumnya tali pusat mempunyai panjang sekitar 55 cm. tali pusat terpendek
pernah dilaporkan sepanjang 2,5 cm sedangkan tali pusat terpanjang sekitar 300 cm. tali
pusat yang terlalu panjang dapat menimbulkan bahaya asfiksia sampai kematian.
(Manuaba,2012)
4. Etiologi
Menurut manuaba tahun 2012 penyebabnya yaitu :
Faktor dasar yang merupakan faktor predisposisi prolaps tali pusat adalah tidak
terisinya secara penuh pintu atas panggul dan serviks oleh bagian terendah janin. Faktor-
faktor etiologi prolaps tali pusat meliputi beberapa faktor yang sering berhubungan
dengan ibu, janin, plasenta, tali pusat dan iatrogenik:
1. Presentasi yang abnormal seperti letak lintang atau letak sungsang terutama presentasi
kaki.
2. Prematuritas.
3. Kehamilan ganda.
4. Polihidroamnion sering dihubungkan dengan bagian terendah janin yang tidak
engage.
5. Multiparitas predisposisi terjadinya multipresentasi.
6. Disproporsi janin-panggul.
7. Tumor di panggul yang mengganggu masuknya bagian terendah janin.
8. Tali pusat abnormal panjang (> 75 cm).
9. Plasenta letak rendah.
10. Solusio plasenta
11. Ketuban Pecah dini.
12. Amniotomi.
7. Manifestasi Klinis
Ketika terjadi prolaps tali pusat, yang biasa terjadi setelah ketuban pecah, ketika
bagian terendah janin (kepala, bokong, atau bahu) belum masuk pintu atas panggul
sehingga belum turun ke dalam rongga panggul dengan memadai untuk mencegah tali
pusat terbawa keluar pada saat cairan amnion memancar dengan tiba-tiba. Dengan tali
pusat menonjol keluar vagina, atau mungkin tersembunyi, dengan diagnosis ketika tali
pusat teraba ketika pemeriksaan vagina. Gawat janin, di deteksi dengan terjadinya
perubahan denyut jantung janin, kadang kala merupakan indikas pertama, terutama pada
kasus prolaps tali pusat yang tidak tampak (tidak menonjol keluar serviks) (Manuaba,
2012).
8. Pemeriksaan Diagnostik.
Diagnosis prolaps tali pusat dapat melibatkan beberapa cara:
1. Melihat tali pusat keluar dari introitus vagina.
2. Teraba secara kebetulan pada aktu pemeriksaan dalam
3. Auskultasi terdengar jantung janin yang ireguler, sering dengan bradikardi yang
jelas, terutama berhubungan dengan kontraksi uterus
4. Monitoring denyut jantung janin yang berkesinambungan memperlihatkan
adanya deselarasi variabel
5. Tekanan pada bagian terendah janin oleh manipulasi menyebabkan menurunnya
detak jantung secara tiba-tiba yang menandakan kompresi tali pusat.
9. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan prolaps tali pusat dengan segera adalah dengan metode yang dapat
mengurangi tekanan bagian terendah janin pada tali pusat dalam upaya untuk mencegah
atau meminimalkan kerusakan yang dapat terjadi pada sirkulas janin. Perubahan posisi,
seperti memiringkan tubuh ibu sehingga kepala dan bahu ibu lebih rendah dibandingkan
panggulnya, seperti pada posisi tredelenburg, posisi lutut-dada, atau meninggikan
panggul ibu dengan sebuah bantal memungkinkan bagian terendah janin bergerak keluar
dari rongga panggul dan mengurangi tekanan pda tali pusat. Selain itu, bagian terendah
dapat di dorong ke atas dengan tekanan dari tangan penolong yang menggunakan sarung
tangan steril dalam vagina. Tekanan ini perlu dipertahankan sampai persiapan melahirkan
janin selesai dilakukan. Jika tali pusat telah menonjol ke luar vagina, sebaiknya upaya
reposisi tali pusat dalam vagina tidak dilakukan. Upaya menghindari kedinginan atu
kekeringan tali pusat, tali pusat dapat dibungkus dengan handuk steril dan selalu
dilembabkan dengan salin steril yang hangat.
Tujuan dari terapi ini adalah untuk melahirkan janin sesegera mungkin. Jika
pembukaan serviks belum lengkap, persalinan seksio sesarea memberikan hasil yang
terbaik untuk kelangsungan hidup janin. Kadang kala, pada kasus-kasus tertentu prolaps
tali pusat dengan presentasi verteks dan pembukaan hampir lengkap dapat dilahirkan
menggunakan ekstrasi vakum
1. Pengertian
Plasenta previa terjadi ketika plasenta menanamkan dirinya dalam segmen bawah
uterus tempat plasenta tersebut mencapai ostium servisis internal. (Manuaba 2012)
2. Etiologi
4 Multiparitas
5 Villi plasenta akan terkoyak dari dinding uterus ketika segmen bawah
utrus melakukan kontraksi dan dilatasi pada trimester ketiga
3. Manifestasi Klinis
1 Perdarahan pervaginam tanpa rasa nyeri dengan darah yang berwarna merah cerah
sesudah usia kehamilan minggu ke 20 peristiwa ini terjadi tanpa peringatan dan
berhenti secara spontan
1 Plasenta letak rendah : plasenta menanamkan dirinya pada segmen bawah uterus
2 infeksi
6. Pemeriksaan Diagnostik
1 Pemeriksaan dalam atau VT dibawah kondisi doublet setup ( kondisi persiapan untuk
melakukan opreasi seksion emergensi) karena adanya kemungkinan adanya
perdarahan dilakukan untuk memastikan diagnosis :
7 Penatalaksanaan
4 Kelahiran dengan segera operasi seksio dilakukan begitu janin sudah cukup mature
atau jika terdapat perdarahan yang hebat. (Lockhart,2014)
B. Solusio Plasenta
1 Pengertian
2 Etiologi
3 Pembuluh darah pada dasar plasenta akan mengalami ruptur spontan akibat
kehilangan kelenturan atau perubahan abnormal pada vasculatur uterus
1 Kehamilan kembar
2 Hidramion
3 Penggunaan kokain
8 Hipertensi gestasional
4. Manifestasi Klinis
a. Solusio plasenta yang ringan
1 Mula timbul terjadinya bersifat gradual dengan perdarahan ringan hingga
berat
2 Rasa tidak nyaman yang samar-samar pada abdomen bagian bawah
3 Nyeri tekan yang ringan hingga sedang pada abdomen serta iritabilitas
abdomen bunyi denyut jantung janin (DJJ) yang kuat serta teratur.
b. Solusio plasenta yang sedang (sekitar 50% dari kasus pelepasan plasenta)
1 Mula timbul gradura atau mendadak dengan keluarnya darah dari vagina yang
2 berwarna merah gelap
3 Nyeri abdomen yang kontiniu
4 Uterus yang terasa nyeri ketika disentuh tetapi tetap kencang pada saat antar-
kontraksi
5 DJJ yang hampir tidak terdengar atau tidak teratur serta menunjukan
bradikardi
6 Kemungkinan terdapat tanda syok
7 Mula timbul persalinan biasanya terjadi dalam waktu 2 jam dan biasanya
berlangsung dengan cepat
1 Rasa nyeri yang hebat dan tidak dapat direndahkan dengan mula timbul yang
mendadak pada uterus (rasa nyeri ini di lukiskan sebagai rasa seperti dirobek
atau ditusuk pisau)
2 Uterus yang terasa nyeri ketika disentuh dan teraba keras seperti papan
3 Perdarahan per vagina yang sedang
4 Syok yang progresif cepat
5 Tidak terdengarnya bunyi DJJ
6 Derajat pelepasan plasenta pada solusio plasenta
1 Pelepasan ringan
Pelepasan ringan dimulai dengan pelepasan sebagian kecil plasenta dan
perdarahan internal (perdarahan tersembunyi; concealed bleeding) yang terdapat
diantara plasenta dan dinding uterus.
2 Pelepasan sedang
Pelepasan sedang dimulai dapat terjadi secara tiba-tiba atau berlanjut dari
pelepasan plasenta yang ringan menjadi pelepasan yang luas dengan disertai
perdarahan eksterna.
3 Pelepasan berat
Pada pelepasan yang berat akan terjadi perdarahan eksterna yang disertai syok
dan kemungkinan pula cardiac distress pada janin.
5. Komplikasi
2 Pasien postpartum berisiko untuk mengalami spasme vaskular, pembekuan atau atau
perdarahan intravaskuler, dan gagal ginjal akibat syok
3 Mortalitas perinatal tergantung pada derajat solusio plasenta dan tingkat maturitas
janin
4 Komplikasi fetal yang paling serius terjadi karena hipoksia, prematutitas dan anemia.
6. Pemeriksaan Diagnostik
1 Pemeriksaan dalam (VT) dalam kondisi double setup (persiapan untuk melahirkan
lewat seksio cesare emergensi) dan pemeriksaan USG dapat menyingkirkan
kemungkinan diagnosis plasenta perivia
7. Penatalaksanaan
1 Memantau tanda vital maternal, frekuensi DJJ, kontraksi uterus dan perdarahan per
vaginam
2 Kemungkinan melahirkan bayi per vaginam bergantung pada derajat dan waktuk
pelepasan plasenta dalam persalinan
3 Melahirkan bayi lewat operasi seksio cesarea diindikasikan untuk pelepasan plasenta
yang sedang hingga berat
6 Dukungan emosional
C. Retensio Plasenta
1. Pengertian
Retensio plasenta adalah kelahiran plasenta yang tertahan atau belum lahir melebihi waktu
30 menit setelah bayi lahir.
2. Etiologi
2. Pimpinan kala III yang salah (memijat rahim yang tidak merata, pijatan sebelum
plasenta lepas, pemberian uterotonika dan sebagainya)
3. Kontraksi rahim yang hipertonik, yang menyebabkan konstriksion ring, (bukan
retraction ring), hour glass contraction.
4. Plasenta yang adhesive, sukar lepas karena plasenta yang lebar dan tipis (plasenta
yang prematur, immature atau plasenta membranacea)
5. Vili chorialis yang melekatnya lebih dalam: plasenta akreta, plasenta increta, dan
plasenta perkreta.
6. Kelainan bentuk plasenta sehingga plasenta/ sebagian plasenta sukar lepas: plasenta
fenestrate, plasenta membranacea, plasenta bilabata, plasenta succenturiota,
plasenta spuria.
3. Faktor Predisposisi
1 Umur
2 Paritas
1 Adhesiva : implantasi yang kuat dan jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan
kegagalan mekanisme separasi fisiologis
4 Perkreta : implantasi jonjot korion menebus lapisan otot hingga mencapai lapisan
serosa dinding uterus
5 Inkarserata : tertahannya plasenta didalam kavum uteri karena konstruksi ostium uteri
Pada beberapa kasus dapat terjadi retensi plasenta berulang (habitual retensio
plasenta). Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan,
infeksi karena sebagai benda mati, plasenta inkarserata, polip plasenta, dan terjadi
degenarasi ganas korio karsinoma. Dalam melakukan pengeluaran plasenta secara
manual perlu diperhatikan tekniknya sehingga tidak menimbulkan komplikasi seperti
perforasi dinding uterus, bahaya infeksi, dan inversion uteri (Manuaba 2012)
6 Penatalaksanaan
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum, Kesadaran, Tekanan darah(TD), Nadi(N), Respirasi(RR), Suhu(S),
Berat badan(BB), Tinggi badan(TB)
Head To Toe
- Kepala : bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan.
- Leher : Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses menelan yang salah
- Mata : Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena kecemasan akan
kesehatan, sklera kunuing
- Telinga : Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
- Hidung : Adanya polip atau tidak dan pada pasien dengan hidramnion yan sesak
ditemukan pernapasan cuping hidung,
- Dada : Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola
mamae dan papila mamae
- Abdomen : Pada klien hidramnion abdomen tegang, terasa nyeri. Fundus uteri
tekanannya meningkat.
- Genitaliua : Adakah Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.( cristina ibrahim, 1993: 50)
- Anus : Kadang-kadang pada klien gravida ada luka pada anus karena ruptur
- Ekstermitas : Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
Pada pasien hidramnion biasanya ditemukan edema pada tungkai, vulva, dan
dinding perut.
e. anamnesa px hidramnion
- Inspeksi
Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak kulit jelas
dan kadang-kadang umbilicus mendatar. Kalau akut, si ibu terlihat sesak dan
sianosis, serta terlihat payah membawa kandungannya. Edema pada tungkai, vulva,
dinding perut
- Palpasi
Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi edema pada dinding perut, vulva , tungkai
dan vagina. Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya, Bagian-
bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan, Kalau pada letak kepala, kepala
janin bisa diraba, maka ballottement jelas sekali, Karena bebasnya janin bergerak dan
kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi kesalahan letak janin.
- Auskultasi
Denyut jantung janin sukar didengar atau kalau terdengar halus sekali.
Intervensi Keperawatan
N Diagnosa keperawatan NOC NIC
o
1. Gangguan pertukaran Respiratory status : Respiratory
gas b/d ventilasi perfusi Gas Exhange (0402), Management ( 3350)
(00030) indikator : Aktivitas :
040206 : sianosis 1. Monitor TTV
2. Monitor suara
040207 : somnolen
tambahan pernapasan
040208 : Tekanan
3. Palpasi ekspansi paru-
parsial oksigen dalam
paru
darah arteri (PaO2) 4. Monitor sekret
pernapasan pasien
040209 : Tekanan
5. Perkusi thoraks anterior
parsial karbondioksida
dan posterior
dalam arteri (PaCO2) 6. Monitor hasil X-ray
040214 : keseimbangan
ventilasi perfusi
4. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
5. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
6. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi: napas
dala, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/ dingin
7. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
4 Resiko Nutritional Status : Nutrition Management
Ketidakseimbangan Food and Fluid Intake (1100), aktivitas :
Nutrisi : kurang dari (1008), 1. Menanyakan apakah
kebutuhan tubuh b/d Indikator : pasien memiliki
makanan alergi
faktor bologis (00002) 100801 : asupan
2. Menyediakan pilihan
makanan yang masuk makanan
3. Menganjurkan pasien
100803 : asupan cairan
untuk mengatur pola
yang masuk makanan
100804 : cairan 4. Memonitor hasil
masukan kalori dan
intavena yang masuk
nutrisi
100805 : nutrisi 5. Mendorong pasien
dalam peningkatan
parenteral yang masuk
asupan protein,
vitamin, dan zat besi
1. Kepala :
Rambut : Kebersihan kulit kepala
Wajah : Adanya kloasma gravidarum atau tidak
Mata : Konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik
Hidung : Kebersihansekret ada atau tidak, Mulut
Kebersihanmukosa mulut merah atau tidak, gigi
Telinga :Kebersihan liang telinga, ada serumen atau tidak.
Leher : Kelenjar tiroid membesar atau tidak.
2. Toraks :
Inspeksi: Frekuensi pernapasan teratur atau tidak, pada payudara ada striae
dan linea atau tidak, areola mamae hiperpigmentasi atau tidak, serta puting
susu menonjol datar atau terbenam.
Palpasi : Ada pembengkakan pada payudara atau tidak.
Auskultasi : Bunyi napas normal atau tidak, bunyi jantung SI-S2 diapeks
3. Abdomen :
Inspeksi : Ada striae dan linea atau tidak, ada bekas luka operasi atau tidak.
Palpasi : Tinggi fundus uteri, pemeriksaan leupold.
Auskultasi : DJJ normal tidak.
4. Vulva : Kebersihan vulva, fluor albus ada atau tidak.
5. Ekstremitas : ada varises atau tidak, edema ada atau tidak.
6. Pemeriksaan vaginal toucher
7. Teraba tali pusat pada daerah ostium uterus.
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane alveolar kapiler
2. Ketakutan dan kecemasan b/d perubahan dalam status kesehatan
3. Resiko infeksi b/d pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat kerusakan integritas kulit
(prosedur invasive)
4. Resiko Cedera b/d factor resiko internal/hiposia jaringan (hipoksia janin )
Intervensi Keperawatan.
Diagnosa Keperawatan Nursing Outcomes Nursing Interventions Classification
classification ( NOC) (NIC )
Gangguan Pertukaran gas Respiratory Status :Gas Respiratory Monitoring (3350)
berhubungan dengan Exchange(0402)
Setelah dilakukan asuhan - Pantau tanda-tanda vital sign
perubahan membrane
keperawatan 3 x 24 jam pada pasien
alveolar-kapiler - Posisikan pasien unytuk
diharapkan gangguan
ventilasi yang maksimal
pertukaran gas dapat diatasi - Monitor status pernapasan dan
dengan criteria hasil : oksigen
1. Pertial pressure of - Perhatikan pada ibu adanya
Pengkajian
1. Anamnesa :
a Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, medicalrecord dll.
c Inspeksi
d Palpasi abdomen
a Riwayat Obstetri
b Riwayat mensturasi
c Riwayat Kontrasepsi
3. Pemeriksaan fisik
a) Umum
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.
Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
3. Hidung
5. Leher
Diafragma meningga.
8. Abdomen
9. Vagina
Hipertropi epithelium
b. Khusus
Diagnosa Keperawatan
Hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan dari rencana keperawatan, sehingga asuhan
keperawatan yang diberikan memberi hasil yang positif.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Polihidramnion adalah Keadaan ini berupa volume cairan amnion yang abnormal banyak
didalam uterus >2000 mL. Oligohidramnion adalah Volume cairan amnion yang berkurang
sangat banyak ( secara khas jumlahnya <500 mL pada aterm) dan cairan ini juga menjadi sangat
pekat.. Tali pusat (umbilical cord) adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan
dengan plasenta. Saluran ini biasanya terdiri dari tiga pembuluh darah yaitu satu pembuluh darah
vena dan dua pembuluh darah arteri. Plasenta adalah akarnya janin untuk dapat melakukan
pertukaran nutrisi melalui perdarahan darah retroplasenta (Manuaba, 2010). Plasenta normal
beratnya kira-kira 500 gram atau 1/6 dari berat badan janin, diameternya rata-rata 15-20 cm
dengan tebal 2,5 cm.
Pembentukan tali pusat dimulai dari mesoderm connecting stalk yang memiliki
kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting
stalk tersebut akan menjadi tali pusat. Pada tahap awal perkembangan rongga perut masih terlalu
kecil untuk usus yang berkembang, sehingga sebagian usus terdesak kedalam rongga selon
ekstraembrional pada tali pusat.
3.2 Saran
Setelah membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem reproduksi
diharapkan dapat mengaplikasikan sesuai dengan teori yang disusun.
DAFTAR PUSTAKA
Green, carol.2012.Rencana Asuhan Keperawatan : Maternal & Bayi Baru Lahir.Jakarta : EGC
Leveno,kenneth.2015.Manual Komplikasi Kehamilan Williams.Jakarta : EGC
Lockhart dan Saputra. (2014). Asuhan Kebidanan Kehamilan Fisiologis dan Patologis.
Manuaba. (2012). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC
Sondakh, Jenny. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Erlangga