Anda di halaman 1dari 40

hbASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN KELAINAN

PADA CAIRAN AMNION TALI PUSAT DAN PLASENTA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK :

TIMO RAULI LUMBAN GAOL 032014071


TRIS HAYATI HAREFA 032014072
VINNY A. VALENTINA Br PERANGIN ANGIN 032014074
WAHYUNINGSIH JUANGI PUTRI GEA 032014075

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK

STIKES SANTA ELISABETH MEDAN


2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan
pertolongan-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya tentang
Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil dengan Kelainan pada Cairan Amnion, Tali Pusat dan
Plasenta. Makalah ini disusun untuk memenuhi proses perkuliahan semester VI tentang Sistem
Reproduksi II.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing


dan membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun
sebagai perbaikan dimasa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Mei 2017

Penulis

Kelompok
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Plasenta adalah akarnya janin untuk dapat melakukan pertukaran nutrisi melalui
perdarahan darah retroplasenta .setiap gangguan yang terjadi dalam plasenta akan
memberikan dampak yang serius terhadap tumbuh kembangnya janin. Plasenta normal
mempunyai berat rata-rata 1/6 dari berat janin dengan diameter 15 sampai 20 cm sedangkan
tebalnya 2,5 sampai 3 cm . ukuran plasenta besar dijumpai pada penyakit eritroblastosis
fetalis,sifilis,dan diabetes melitus,sedangkan ukuran plasenta kecil di jumpai pada penyakit
hipertensi termasuk pre-eklamsia dan eklamsia.

Pembentukan air ketuban pada trisemester pertama.komposisinya sama dengan cairan


plasma. Setelah pertengahan trismester pertama komposisinya berasal dari cairan
ekstraselular,air,dan molekul kecil melewati amnion,dan melalui kulit janin. hidramnion
dapat terjadi menahun sehingga tidak dirasakan oleh ibu hamil karena tidak menimbulkan
keluhan dan gejala klinis penyebab hidramnion dikaitkan gangguan esofagus sehingga janin
tidak dapat menelan air ketubannya,kelainan sistem saraf pusat ,hamil kembar ibu dengan
diabetes yang menyebabkan janin mengalami hiperglikemia sehingga urinrnya menjadi
osmotik diuresis.oligohidramnion adalah jumlah air ketuban kurang dari batas normal , yaitu
800cc.pada keadaan ini sejak usia kehamilan 39 minggu telah terjadi pengeluaran mekonium
sebanyak 14%.

Tali pusat sangat penting artinya sehingga janin bebas bergerak dalam cairan amnion
sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik .Pada kehamilan dapat
terjadi berbagai komplikasi dari tali pusat. Gangguan sirkulasi tali pusat dicurigai
menyebabkan 20% kematian janin, dimana gangguan mekanis dari tali pusat dapat berupa
lilitan tali pusat dan prolaps tali pusat atau mungkin timbul dari anatomi tali pusat yang
abnormal seperti tali pusat yang tersimpul (true knot), koil abnormal (hypocoiling dan
hypercoiling), panjang tali pusat dan insersi tali pusat yang abnormal.
Gangguan aliran tali pusat 50 % secara signifikan menyebabkan asfiksia pada janin, yang
menimbulkan efek terhadap organ dan metabolisme janin baik akut maupun kronis, sehingga
pada akhirnya akan mempengaruhi luaran bayi lahir yang dapat mempengaruhi berat badan
bayi lahir. Tali pusat merupakan salah satu struktur dalam amnion yang memfiksasi antara
salah satu sisi plasenta dan tali pusat bayi sebagai penghubung, dengan panjang normal 50
60 cm terdiri dari tiga pembuluh darah : dua arteri dan satu vena. Sebuah tali pusat normal
memiliki rata rata 11 koil pembuluh darah tali pusat.

Tujuan

1.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mengetahui dan mengerti mengenai asuhan keperawatan pada ibu


hamil dengan kelainan pada cairan amnion, tali pusat dan placenta.

1.2 Tujuan Khusus

1 Mahasiswa mengetahui konsep medis asuhan keperawatan pada ibu hamil


dengan kelainan pada cairan amnion, tali pusat dan placenta.

2 Mahasiswa mengetahui pengkajian keperawatan pada ibu hamil dengan


kelainan pada cairan amnion, tali pusat dan placenta

3 Mahasiwa mengetahui diagnosa keperawatan pada ibu hamil dengan


kelainan pada cairan amnion, tali pusat dan placenta

4 Mahasiswa mengetahui intervensi keperawatan pada ibu hamil dengan


kelainan pada cairan amnion, tali pusat dan placenta

5 Mahasiwa mengetahui implementasi keperawatan pada ibu hamil dengan


kelainan pada cairan amnion, tali pusat dan placenta

6 Mahasiwa mengetahui evaluasi keperawatan pada ibu hamil dengan


kelainan pada cairan amnion, tali pusat dan placenta
BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Medis

2.1.1 Kelainan pada Cairan Amnion

A. Polihidramnion
1. Pengertian

Polihidramnion juga disebut hidramnion. Keadaan ini berupa volume cairan


amnion yang abnormal banyak didalam uterus. Normalnya volume cairan amnion berkisar
dari 500-1.000 mL pada aterm ; pada polihidramnion, jumlah tersebut secara tipikal lebih
banyak dari 2000 mL. Cairan amnion (Air ketuban) dapat meningkatkan secara gradual
(Jenis kronis) pada trimester 3 atau secara cepat (Jenis Akut) pada usia kehamilan antara
20 dan 40 minggu. (Leveno, 2015)

2. Klasifikasi Hidramnion
Menurut Manuaba (2012) beberpa klasifikasi Hidramnion adalah :
1. Mendadak/akut:
a. jika terjadi kenaikan fundus uteri sekitar 1 cm dalam sehari atau berlangsung
dalam waktu 14 hari.
b. Terdapat keluhan di antaranya:
Tidak nyaman
Sesak napas-dispnea
Dapat terjadi takikardia
c. Hidramnion mendadak/akut memerlukan terapi dengan segera untuk
mengurangi keluhan penderita.
d. Kompilikasi maternal hidramnion di antaranya:
Morniditas-mortalitas makin tinggi oleh karena kedalam kongenital janin.
Terjadi persalinan prematuritas beserta akibatnya
Lebih sering terjadi solusio plasenta
Lebih sering terjadi ketuban pecah spontan
Gangguan sirkulasi uretroplasenta.
2. Hidramnion menahun
a. kejadiannya berlangsung lebih lama dari 14 hari.
b. Keluhannya tidak terlalu berat dan mendadak
c. Mungkin pemeriksaan palpasi dan auskultasi masih dapat dilakukan.

3. Etiologi
Penyebab pasti tidak diketahui pada sekitar 35 % dari semua kasus. Menurut
Manuaba (2012) terjadinya hidroamnion dapat berasal dari penyebab maternal atau fetal
yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 2.1. Etiologi terjadinya hidroamnion
Gangguan Keterangan
Sebab Fetal: Ibu hamil dengan diabetes
Obstruksi G.I seperti atresia melitus
Janin tidak dapat minum
esofagus, duodenal atresia
sehingga air ketuban tanpa
sirkulasi dengan baik-tertimbun
Kegagalan menelan dapat
disebabkan oleh tumor pada
leher janin

Gangguan pertumbuhan sistem


Gangguan SSP menelan janin saraf pusat
seperti janin anensefalus, terjadi
spina bifida, kelainan
kromosom pada trisomi,
gangguan otot menelan
Produksi urin merupakan
Poliuria janin pada TTT komponen penting air ketuban
sindrom janin, diabetes
insipidus
Kegagalan jantung untuk ikut
Kegagalan jantung janin:
serta dalam sirkulasi cairan
anemia berat, khorioangoioma
amnion
janin, sakrokoksigeal teratoma Transudasi plasma ibu hamil
melalui amnion plasenta tinggi.
Terjadi infeksi pada plasenta
Pada infeksi kongenital: sifilis,
sehingga mengganggu sirkulasi
viral hepatitis
cairan ketuban melalui
pembuangannya ke aliran darah
maternal retroplasma

4. Manifetasi klinis

Menurut carol tahun 2012 tanda dan gejala yang muncul yaitu :

a. Dispnea yang hebat


b. Ortopnea
c. Edema pada vulva, tungkai, dan abdomen
d. Pembesaran uterus yang signifikan
e. Kesulitan menentukan bagian-bagian tubuh janin
f. Kesulitan mendeteksi Denyut Jantung Janin

5. Patofisiologi

Polihidramnion dapat berkaitan dengan diabetes melitus ( Sekitar 25 %),


eritroblastosis (Sekitar 10%), kehamilan kembar (sekitar 10%) dan anomali sistem saraf
pusat seperti defek neural tube, atau anomali GI yang membuat janin tidak dapat menelan
air ketuban ( Sekitar 20%). Normalnya cairan amnion diproduksi oleh sel-sel membran
dan berasal dari urin janin
Volume cairan amnion dikendalikan lewat sejumlah cara. Pada awal kehamilan,
rongga amnion akan terisi oleh cairan yang komposisinya serupa dengan komposisi
cairan ekstrasel. Selama trisemester pertama, pengalihan air dan molekul kecil lainnya
tidak berlangsung lewat selaput amnion melainkan melalui sirkulas fetal. Lind dan Hytten
dalam Cunningham menganggap cairan amnion sebagai peluasan cairan ekstrasel janin
selama separuh dari masa kehmilan.
Dalam trisemester kedua, janin mulai meperlihatkan kegiatan urinasi, menelan dan
mengisap cairan amnion Abramovich Dkk dalam Cunningham Duenhoelter dan Pitchard
dalam Cunningham proses ini hampir selalu mempunyai peranan yang penting dalam
mengendalikan volume cairan amnion. Meskipun sumber utama cairan amnion pada
kasus hidramnion dianggap terdapat pada epitel amnion atau perubahan kimia pada cairan
amnion tidak ditemukan.
Karena janin normalnya akan menelan cairan amnion, mekanisme ini diperkirakan
menjadi salah satu cara untuk mengendalikan volume cairan tersebut. Kebenaran teori ini
dibuktikan dengan hidramnion yang hampir selalu terjadi kalau aktivitas menelan di
hambat, misalnya saja pada kasus atresia esofagus. Namun demikian, aktivitas menekan
sama sekali bukan satu-satunya mekanisme untuk mencegah terjadinya hidramnion. Baik
Pitchard dan Abramovich dalam Cunningham mengukur jumlah cairan amnion yang
ditelan dan menemukan bahwa pada kasus-kasus hidramnion yang nyata, jumlah cairan
amnion yang ditelan cukup besar.
Pada kasus anensefalus dan spina bifida peningkatan transudasi cairan dari meningen
yang terbuka kedalam rongga amnion dapat menjadi faktor penyebab. Keadaan lain yang
mungkin menerangkan terjadinya hidramnion pada anensefalus ketika aktivitas menelan
terganggu, adalah urinasi berlebihan yang dapat terjadi akibat stimulasi pusat-pusat
serebrospinal yang tidak mempunyai penutup untuk melindunginya. Konsentrasi
prolaktin juga turut mempengaruu produksi cairan amnion. Prolaktin juga dicurigai
berperan dalam pengendalian volume cairan amnion. Konsentrasi prolaktin dalam cairan
amnion biasanya lebih tinggi bila dibandingkan dengan kadarnya dalam plasma maternal,
dan reseptor prolaktin ditemukan dalam daun korion. Healy dalam Cunningham (1995)
mendapatkan bahwa pengikatan reseptor prolaktin lebih sedikit pada kasus-kasus
hidramnion idiopatik daripada keadaan normal, dan mereka mengemukakan hipotesis
bahwa resistensi yang disebabkan oleh defisiensi reseptor mungkin menjadi penyebab
yang mendasari hidramnion kronis.

6. Komplikasi

Menurut leveno tahun 2015 komplikasi yang terjadi yaitu

1 Tali pusat menumbung (Prolapsus funikuli) ketika terjadi ruptur membran

2 Peningkatan insidesi malpresentase dan peningkatan mortalitas perinatal


akibat malformasi janin serta partus prematur
3 Peningkatan insidensi perdarahan postpartum

7. Pemeriksaan diagnostik

a. Pemeriksaan USG ; memperlihatkan bukti adanya cairan amnion yang


berlebihan.
b. Sonografi : Hidramnion, asites, dan kista ovarium yang besar biasanya dapat
dibedakan tanpa kesulitan dengan USG. Jumlah cairan amnion yang banyak
selalu dapat dilihat dengan mudah sebagai ruang non-echoik yang besar dan
abnormal diantara fetus dan dinding uterus atau plasenta. Kadang-kadang
abnormalitas janin seperti anansefalus atau defek neural tube lainnya,
ataupun anomali traktus gastrointestinal, dapat terlihat.
c. Radiografi : Daerah radiolusen yang luas di sekeliling skeleton janin
menunjukkan adanya hidramnion, meskipun masaa jaringan lunak seperti
tumor sakrokoksigeus dapat memberikan gambaran yang sama. Amniografi
menggunakan bahan kontras seperti hypague dapat membantu mengenali
cairan amnion yang berlebihan, tumor jaringan lemak yang menonjol dari
tubuh janin, dan ada tidaknya kegiatan menelan pada janin

8. Penatalaksanaan

Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan menurut (Lockhart,2014) yaitu :

1 Diet tinggi protein, rendah natrium

2 Sedasi ringan

3 Indometasin (Indocin) yang akan melintasi plasenta untuk menurunkan


produksi urin janin, sehingga jumlah cairan amnion dapat dikurangi

4 Amniosentesis untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan

5 Dilakukan induksi persalinan jika janin sudah mature dan gejalanya sudah
berat

B. Oligohidramnion
Pengertian

Volume cairan amnion yang berkurang sangat banyak ( secara khas jumlahnya
<500 mL pada aterm) dan cairan ini juga menjadi sangat pekat. Oligohidramnion dapat
menyebabkan partus lama, gangguan persalinan yang biasanya dimulai sebelum
kehamilan aterm. (leveno,2015)

2. Etiologi

Penyebab yang pasti tidak diketahui. Keadaan ini berkaitan dengan obstruksi
traktus urinarius janin : pada sebagian kasus dapat terjadi kegagalan ginjal janin.
Aliran darah plasenta tidak adekuat; ketuban pecah dini (Ruptur Premature Membran)
dapat terjadi.

3. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang terjadi menurut Lockhart tahun 2014 yaitu :

a. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
b. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
c. Sering berakhir dengan partus prematurus.
d. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih
jelas.
e. Persalinan lebih lama dari biasanya
f. Sewaktu his akan sakit sekali
g. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar

4. Komplikasi

1 Distosia

2 Kompresi tali pusat

5. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan USG : untuk memperlihatkan tidak adanya kantung ketuban


yang lebih besar dari 1 cm.

6. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan menurut (Lockhart,2014) yaitu :

1 Supervisi ketat oleh dokter terhadap kondisi ibu dan janinnya

2 Monitoring janin

3 Pemberian infus larutn normal saline atau Ringer laktat untuk mengatasi
atau mencegah deselerasi yang bervariasi.

2.1.2 Kelainan pada Tali Pusat


1. Definisi

Tali pusat (umbilical cord) adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam
kandungan dengan plasenta. Saluran ini biasanya terdiri dari tiga pembuluh darah yaitu
satu pembuluh darah vena dan dua pembuluh darah arteri. (Manuaba,2012)

Pada umumnya tali pusat mempunyai panjang sekitar 55 cm. tali pusat terpendek
pernah dilaporkan sepanjang 2,5 cm sedangkan tali pusat terpanjang sekitar 300 cm. tali
pusat yang terlalu panjang dapat menimbulkan bahaya asfiksia sampai kematian.
(Manuaba,2012)

2. Fisiologi tali pusat pada janin


Pembentukan tali pusat dimulai dari mesoderm connecting stalk yang memiliki
kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan
connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat. Pada tahap awal perkembangan rongga
perut masih terlalu kecil untuk usus yang berkembang, sehingga sebagian usus terdesak
kedalam rongga selon ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga,
penonjolan lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali kedalam rongga abdomen
janin yang telah membesar. Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning
telur (ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam
connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan proses semakin bersatunya amnion
dengan korion. Setelah struktur lengkung usus, kandung kuning telur dan duktus vitellinus
menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal (2 arteri
umbilikalis dan 1 vena umbilikalis) yang menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta.
Pembuluh darah umbilikal ini diliputi oleh mukopolisakarida yang disebut whartons jelly
( Manuaba, 2012).

3. Kelainan Tali pusat


Prolaps tali pusat merupakan komplikasi yang jarang terjadi, kurang dari 1 per 200
kelahiran, tetapi dapat mengakibatkan tingginya kematian janin, atau penonjolan tali
pusat mendahului bagian terendah janin atau pergeseran kebawah tali pusat ( Manuaba,
2012).

4. Etiologi
Menurut manuaba tahun 2012 penyebabnya yaitu :
Faktor dasar yang merupakan faktor predisposisi prolaps tali pusat adalah tidak
terisinya secara penuh pintu atas panggul dan serviks oleh bagian terendah janin. Faktor-
faktor etiologi prolaps tali pusat meliputi beberapa faktor yang sering berhubungan
dengan ibu, janin, plasenta, tali pusat dan iatrogenik:
1. Presentasi yang abnormal seperti letak lintang atau letak sungsang terutama presentasi
kaki.
2. Prematuritas.
3. Kehamilan ganda.
4. Polihidroamnion sering dihubungkan dengan bagian terendah janin yang tidak
engage.
5. Multiparitas predisposisi terjadinya multipresentasi.
6. Disproporsi janin-panggul.
7. Tumor di panggul yang mengganggu masuknya bagian terendah janin.
8. Tali pusat abnormal panjang (> 75 cm).
9. Plasenta letak rendah.
10. Solusio plasenta
11. Ketuban Pecah dini.
12. Amniotomi.

5. Klasifikasi Prolaps Tali Pusat.


Menurut Manuaba tahun 2012 prolaps tali pusat dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Tali pusat terkemuka, bila tali pusat berada di bawah bagian terendah janin dan
ketuban masih intak.
2. Tali pusat menumbung, bila tali pusat keluar melalui ketuban yang sudah pecah,
ke serviks, dan turun ke vagina.
3. Occult prolapse, tali pusat berada di samping bagian terendah janin turun ke
vagina. Tali pusat dapat teraba atau tidak, ketuban dapat pecah atau tidak.

6. Patofisiologi Prolaps Tali pusat


Tekanan pada tali pusat oleh bagian terendah janin dan jalan lahir akan mengurangi
atau menghilangkan sirkulasi plasenta. Bila tidak dikoreksi, komplikasi ini dapat
mengakibatkan kematian janin.
Obstruksi yang lengkap dari tali pusat menyebabkan dengan segera berkurangnya
detak jantung janin (deselerasi variabel). Bila obstruksinya hilang dengan cepat, detak
jantung janin akan kembali normal. Akan tetapi, bila obstruksinya menetap terjadilah
deselerasi yang dilanjutkan dengan hipoksia langsung terhadap miokard sehingga
mengakibatkan deselarasi yang lama. Bila dibiarkan, terjadi kematian janin.
Seandainya obstruksinya sebagian, akan menyebabkan akselerasi detak jantung.
Penutupan vena umbilikalis mendahului penutupan arteri yang menghasilkan hipovolemi
janin dan mengakibatkan akselerasi jantung janin. Gangguan aliran darah yang lama
melalui tali pusat menghasilkan asidosis respiratori dan metabolik yang berat,
berkurangnya oksigenasi janin, bradikardia yang menetap, dan akhirnya kematian janin.
Prolaps tali pusat tidak berpengaruh langsung terhadap kehamilan atau jalnnya persalinan
(Manuaba,2012).

7. Manifestasi Klinis
Ketika terjadi prolaps tali pusat, yang biasa terjadi setelah ketuban pecah, ketika
bagian terendah janin (kepala, bokong, atau bahu) belum masuk pintu atas panggul
sehingga belum turun ke dalam rongga panggul dengan memadai untuk mencegah tali
pusat terbawa keluar pada saat cairan amnion memancar dengan tiba-tiba. Dengan tali
pusat menonjol keluar vagina, atau mungkin tersembunyi, dengan diagnosis ketika tali
pusat teraba ketika pemeriksaan vagina. Gawat janin, di deteksi dengan terjadinya
perubahan denyut jantung janin, kadang kala merupakan indikas pertama, terutama pada
kasus prolaps tali pusat yang tidak tampak (tidak menonjol keluar serviks) (Manuaba,
2012).

8. Pemeriksaan Diagnostik.
Diagnosis prolaps tali pusat dapat melibatkan beberapa cara:
1. Melihat tali pusat keluar dari introitus vagina.
2. Teraba secara kebetulan pada aktu pemeriksaan dalam
3. Auskultasi terdengar jantung janin yang ireguler, sering dengan bradikardi yang
jelas, terutama berhubungan dengan kontraksi uterus
4. Monitoring denyut jantung janin yang berkesinambungan memperlihatkan
adanya deselarasi variabel
5. Tekanan pada bagian terendah janin oleh manipulasi menyebabkan menurunnya
detak jantung secara tiba-tiba yang menandakan kompresi tali pusat.

9. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan prolaps tali pusat dengan segera adalah dengan metode yang dapat
mengurangi tekanan bagian terendah janin pada tali pusat dalam upaya untuk mencegah
atau meminimalkan kerusakan yang dapat terjadi pada sirkulas janin. Perubahan posisi,
seperti memiringkan tubuh ibu sehingga kepala dan bahu ibu lebih rendah dibandingkan
panggulnya, seperti pada posisi tredelenburg, posisi lutut-dada, atau meninggikan
panggul ibu dengan sebuah bantal memungkinkan bagian terendah janin bergerak keluar
dari rongga panggul dan mengurangi tekanan pda tali pusat. Selain itu, bagian terendah
dapat di dorong ke atas dengan tekanan dari tangan penolong yang menggunakan sarung
tangan steril dalam vagina. Tekanan ini perlu dipertahankan sampai persiapan melahirkan
janin selesai dilakukan. Jika tali pusat telah menonjol ke luar vagina, sebaiknya upaya
reposisi tali pusat dalam vagina tidak dilakukan. Upaya menghindari kedinginan atu
kekeringan tali pusat, tali pusat dapat dibungkus dengan handuk steril dan selalu
dilembabkan dengan salin steril yang hangat.
Tujuan dari terapi ini adalah untuk melahirkan janin sesegera mungkin. Jika
pembukaan serviks belum lengkap, persalinan seksio sesarea memberikan hasil yang
terbaik untuk kelangsungan hidup janin. Kadang kala, pada kasus-kasus tertentu prolaps
tali pusat dengan presentasi verteks dan pembukaan hampir lengkap dapat dilahirkan
menggunakan ekstrasi vakum

2.1.3 Kelainan pada Plasenta


A. Plasenta Previa

1. Pengertian

Plasenta previa terjadi ketika plasenta menanamkan dirinya dalam segmen bawah
uterus tempat plasenta tersebut mencapai ostium servisis internal. (Manuaba 2012)

2. Etiologi

1 Penyebab yang pasti tidak diketahui tetapi penyebabnya mungkin


berkaitan dengan tumor fibroid uterus atau jaringan parut pasca bedah
pada uterus.

2 Factor yang dapat mempengaruhi tempat pelekatan plasenta pada dinding


uterus meliputi:

1 Vaskularisasi plasenta yang terganggu

2 Kehamilan kembar (plasenta pada kehamilan kembar memerlukan luas


permukaan yang lebih besar bagi pelekatannya)

3 Riwayat pembedahan pada uterus

4 Multiparitas

5 Usia ibu yang lanjut

3 Segmen bawah uterus tidak dapat memberikan nutrisi yang memadai


seperti halnya pada fundus uteri.
4 Plasenta pada segmen ini cenderung memperluas dirinya untuk mencari
sumber darah yang diperlukan sehingga menjadi lebih lebar dan lebih tipis
dari pada plasenta yang normal

5 Villi plasenta akan terkoyak dari dinding uterus ketika segmen bawah
utrus melakukan kontraksi dan dilatasi pada trimester ketiga

6 Ketika os servisis internal menipis dan membuka, pembuluh darah uterus


akan ruptur.

7 Sinus uterine akan terbuka kesisi plasenta dan terjadilah perdarahan

3. Manifestasi Klinis

1 Perdarahan pervaginam tanpa rasa nyeri dengan darah yang berwarna merah cerah
sesudah usia kehamilan minggu ke 20 peristiwa ini terjadi tanpa peringatan dan
berhenti secara spontan

2 Perdarahan semakin bertambah banyak pada setiap kejadian berikutnya

3 Uterus teraba lunak dan tidak nyeri

4 Perasat Leopold memperlihatkan berbagai malpresentasi

4. Jenis Plasenta Previa:

1 Plasenta letak rendah : plasenta menanamkan dirinya pada segmen bawah uterus

2 Plasenta previa parsialis : plasenta menutupi sebagian ostium servisis internal

3 Plasenta previa totalis : plasenta menutupi seluruh ostium servisis internal.


5. Komplikasi

1 Perdarahan post partum

2 infeksi

6. Pemeriksaan Diagnostik

1 Pemeriksaan dalam atau VT dibawah kondisi doublet setup ( kondisi persiapan untuk
melakukan opreasi seksion emergensi) karena adanya kemungkinan adanya
perdarahan dilakukan untuk memastikan diagnosis :

2 Dilakukan hanya segera sebelum melahirkan

3 Pada sebagian besar kasus hanya terlihat serviks

4 Hasil laboratorium dapat memperlihatkan penurunan kadar hemoglobin ibu

5 Pemeriksaan scan USG transvagina dilakukan untuk menentukan posisi plasenta

6 Pemeriksaan radiologi seperti arteriografi femoral, kateterisasi retrograd atau


pemeriksaan radioisotope dapat dilakukan untuk menentukan lokasi plasenta.

7 Penatalaksanaan

1 Pembatasan aktivitas ibu

2 Pemantauan semua tanda vital yang relavan

3 Pemberian dukungan emosional

4 Kelahiran dengan segera operasi seksio dilakukan begitu janin sudah cukup mature
atau jika terdapat perdarahan yang hebat. (Lockhart,2014)

B. Solusio Plasenta
1 Pengertian

Solusio plasenta yaitu pelepasan plasenta dari tempat implantasinya yang


normal pada uterus sebelum waktunya. Defenisi ini berlaku pada masa gestasi diatas
22 minggu dan berat janin doiatas 500 gram (Sondakh, 2013).

Solusia plasenta adalah pelepasan premature plasenta dari dinding uterus .


Biasanya solusio plasenta terjadi sesudah kehamilan 20-24 minggu. Paling sering
terjadi pada multigravida biasanya ibu hamil yang berusia 35 tahun atau lebih.

2 Etiologi

1 Penyebab primer tidak diketahui

2 Factor resiko yang dapat menyebabkan solusio plasenta meliputi kahamilan


kembar, hidramnion, penggunaan kokain, penurunan aliran darah pada
plasenta, trauma pada abdomen, kadar asam folat erum yang rendah, penyakit
vascular atau renal dan hipertensi gestasional.

3 Pembuluh darah pada dasar plasenta akan mengalami ruptur spontan akibat
kehilangan kelenturan atau perubahan abnormal pada vasculatur uterus

4 Pembesaran uterus yang membuat kontraksinya tidak cukup untuk menyekat


pembuluh darah yang ruptur dan hipertensi turut menambah rumit situasi ini.

3. Factor yang menyebabkan solusio plasenta :

1 Kehamilan kembar

2 Hidramion

3 Penggunaan kokain

4 Penurunan aliran darah pada plasenta

5 Trauma pada abdomen

6 Kadar adam folat serum yang rendah


7 Penyakit vascular atau renal

8 Hipertensi gestasional

4. Manifestasi Klinis
a. Solusio plasenta yang ringan
1 Mula timbul terjadinya bersifat gradual dengan perdarahan ringan hingga
berat
2 Rasa tidak nyaman yang samar-samar pada abdomen bagian bawah
3 Nyeri tekan yang ringan hingga sedang pada abdomen serta iritabilitas
abdomen bunyi denyut jantung janin (DJJ) yang kuat serta teratur.
b. Solusio plasenta yang sedang (sekitar 50% dari kasus pelepasan plasenta)
1 Mula timbul gradura atau mendadak dengan keluarnya darah dari vagina yang
2 berwarna merah gelap
3 Nyeri abdomen yang kontiniu
4 Uterus yang terasa nyeri ketika disentuh tetapi tetap kencang pada saat antar-
kontraksi
5 DJJ yang hampir tidak terdengar atau tidak teratur serta menunjukan
bradikardi
6 Kemungkinan terdapat tanda syok
7 Mula timbul persalinan biasanya terjadi dalam waktu 2 jam dan biasanya
berlangsung dengan cepat

c. Solusio plsenta yang berat (70% dari kasus pelepasan plasenta)

1 Rasa nyeri yang hebat dan tidak dapat direndahkan dengan mula timbul yang
mendadak pada uterus (rasa nyeri ini di lukiskan sebagai rasa seperti dirobek
atau ditusuk pisau)
2 Uterus yang terasa nyeri ketika disentuh dan teraba keras seperti papan
3 Perdarahan per vagina yang sedang
4 Syok yang progresif cepat
5 Tidak terdengarnya bunyi DJJ
6 Derajat pelepasan plasenta pada solusio plasenta

1 Pelepasan ringan
Pelepasan ringan dimulai dengan pelepasan sebagian kecil plasenta dan
perdarahan internal (perdarahan tersembunyi; concealed bleeding) yang terdapat
diantara plasenta dan dinding uterus.

2 Pelepasan sedang

Pelepasan sedang dimulai dapat terjadi secara tiba-tiba atau berlanjut dari
pelepasan plasenta yang ringan menjadi pelepasan yang luas dengan disertai
perdarahan eksterna.

3 Pelepasan berat

Pada pelepasan yang berat akan terjadi perdarahan eksterna yang disertai syok
dan kemungkinan pula cardiac distress pada janin.

5. Komplikasi

1 Mortalitas maternal adalah sekitar 6% bergantung pada beratnya perdarahan ,adanya


kelainan pembekuan, hipofibrinogenemiadan waktu yang hilang antara pelepasan
plasenta dan kelainan bayi

2 Pasien postpartum berisiko untuk mengalami spasme vaskular, pembekuan atau atau
perdarahan intravaskuler, dan gagal ginjal akibat syok

3 Mortalitas perinatal tergantung pada derajat solusio plasenta dan tingkat maturitas
janin

4 Komplikasi fetal yang paling serius terjadi karena hipoksia, prematutitas dan anemia.

6. Pemeriksaan Diagnostik

1 Pemeriksaan dalam (VT) dalam kondisi double setup (persiapan untuk melahirkan
lewat seksio cesare emergensi) dan pemeriksaan USG dapat menyingkirkan
kemungkinan diagnosis plasenta perivia

2 Penurunan kadar hemoglobin dan jumlah trombosit


3 Pemeriksaan assay yang periodikterhadap produk pemecahan fibrin untuk memantau
progresivitas solusio plasenta dan mendeteksi kemungkinan koagulasi diseminata
intravaskuler (DIC)

7. Penatalaksanaan

Menurut (Lockhart,2014) penatalaksanaannya adalah :

1 Memantau tanda vital maternal, frekuensi DJJ, kontraksi uterus dan perdarahan per
vaginam

2 Kemungkinan melahirkan bayi per vaginam bergantung pada derajat dan waktuk
pelepasan plasenta dalam persalinan

3 Melahirkan bayi lewat operasi seksio cesarea diindikasikan untuk pelepasan plasenta
yang sedang hingga berat

4 Evaluasi nilai laboratorium maternal

5 Terapi penggantian cairan dan elektrolit, tranfusi darah

6 Dukungan emosional

C. Retensio Plasenta

1. Pengertian

Retensio plasenta adalah kelahiran plasenta yang tertahan atau belum lahir melebihi waktu
30 menit setelah bayi lahir.

2. Etiologi

1. Plasenta sudah lepas tapi belum keluar karena atonia uteri

2. Pimpinan kala III yang salah (memijat rahim yang tidak merata, pijatan sebelum
plasenta lepas, pemberian uterotonika dan sebagainya)
3. Kontraksi rahim yang hipertonik, yang menyebabkan konstriksion ring, (bukan
retraction ring), hour glass contraction.

4. Plasenta yang adhesive, sukar lepas karena plasenta yang lebar dan tipis (plasenta
yang prematur, immature atau plasenta membranacea)

5. Vili chorialis yang melekatnya lebih dalam: plasenta akreta, plasenta increta, dan
plasenta perkreta.

6. Kelainan bentuk plasenta sehingga plasenta/ sebagian plasenta sukar lepas: plasenta
fenestrate, plasenta membranacea, plasenta bilabata, plasenta succenturiota,
plasenta spuria.

3. Faktor Predisposisi

1 Umur

2 Paritas

3 Riwayat obstetric yang buruk

4 Jenis-jenis retensio plasenta

Menurut (Sondakh, 2013) jenisnya yaitu :

1 Adhesiva : implantasi yang kuat dan jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan
kegagalan mekanisme separasi fisiologis

2 Akreta : implantasi jonjot korion hingga memasuki sebagian lapisan miometrium

3 Inkreta : implantasi jonjot korion hingga memasuki miometrium

4 Perkreta : implantasi jonjot korion menebus lapisan otot hingga mencapai lapisan
serosa dinding uterus

5 Inkarserata : tertahannya plasenta didalam kavum uteri karena konstruksi ostium uteri

Pada beberapa kasus dapat terjadi retensi plasenta berulang (habitual retensio
plasenta). Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan,
infeksi karena sebagai benda mati, plasenta inkarserata, polip plasenta, dan terjadi
degenarasi ganas korio karsinoma. Dalam melakukan pengeluaran plasenta secara
manual perlu diperhatikan tekniknya sehingga tidak menimbulkan komplikasi seperti
perforasi dinding uterus, bahaya infeksi, dan inversion uteri (Manuaba 2012)

6 Penatalaksanaan

Plasenta manual merupakan tindakan operasi untuk melahirkan retensio plasenta.


Teknik operasi plasenta manual tidak sukar, tetapi harus dipikirkan bagaimana
persiapan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita. Plasenta manual
dengan segera dilakukan bila terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang, terjadi
perdarahan postpartum melebihi 400 cc, pada pertolongan persalinan dengan narkosa,
plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam. (Manuaba 2012)

2.2 Konsep Keperawatan

2.2 1 Asuhan Keperawatan Hidramnion


Pengkajian
a. Identitas klien dankeluarga (penanggung jawab)
b. status kesehatan saat ini :
Keluhan Utama
dalam kasus polihidramnion ini keluhan utama yang mungkin ditemui adalah Ibu
mengatakan :
perutnya lebih berat, dan lebih besar dari biasanya mengeluh sesak nafas, mual
muntah, nyeri pada ulu hati dan perut karena tegangnya uteru
Riwayat Penyakit Sekarang
untuk mengetahui kemungkinan ibu sedang menderita penyakit jantung, hipertensi,
diabetes melitus, hepatitis, TBC. Yang harus diperhatikan yaitu penyakit jantung dan
diabetes melitus karena polihidramnion sering berkaitan degan keduanya. Jantung
Berhubungan dengan sirkulasi darah, jika sirkulasi ibu terganggu maka sirkulasi
janin juga akan terganggu.hipotesis mengtakan bahwa janin merampas sebagian
besar sirkulasi ibu sehingga megamlami hipertropi sehingga menigkatkan
pengeluaran urin pada masa neonatus dini yang mengisyaratkan bahwa hidramnion
terjadi karena peningkatan produksi urin. DM Hidramnion yang sering terjadi pada
diabetes ibu selama trimester ketiga masih belum dapat diterangkan. Salah satu
penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia janin yangmenimbulkan diuresis
osmotik.
Riwayat Penyakit Dahulu
untuk mengetahui kemungkinan pasien ada menderita penyakit jantung, hipertensi,
diabetes melitus, hepatitis dan TBC.
Riwayat Penyakit Keluarga
untuk mengetahui kemungkinan dalam anggota keluarga ada yang menderita
penyakit menular, menahun dan keturunan, riwayat kehamilan kembar.
Riwayat Menstruasi :
HPHT untuk mengetahui kapan ibu mulai hamil dan menentukan usia kehamilan ibu,
TP untuk mengetahui tafsiran persalinan sehingga sebelum hari- H datang, ibu dan
suami serta keluarga telah mempersiapkan segala kebutuhan ibu dan bayi.
Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu :
Kehamilan, mengetahui apakah ibu ada mengalami mual dan muntah, tidak nyaman
diperu dan djj sulit ditentukan, berapa kali ibu melakukan pemeriksaan ANC, serta
mengetahui apakah ibu ada mendapatkan imunisasi TT.
status kehamilan sekarang:
Kemungkinan klien merasa mual, muntah, Sesak nafas dan tdak nyaman diperut,
Gangguan pencernaan, Oedema, Nyeri abdomen, Ukuran uterus tidak sesuai dengan
usia kehamilan (megindikasikan trjadinya polihidramnion)
Riwayat Kontrasepsi
Mengetahui apa jenis kontrasepsi yang digunakan ibu, berapa lamanya, apa
masalahnya, atau efek samping yang dirasakan ibu, serta apa alasan ibu untuk
berhenti memakai kontrasepsi.
Pengetahuan klien tentang penyakit yang dideritanya
Mengetahui seberapa jauh ibu memahami dan mengetahui tentang penyakit yang
dideritanya (polihidramnion/hidramnions), tanda dan gejala, serta cara mengatasinya.
Riwayat Lingkungan
Mencakup kebersihan lingkungan tempat tinggal klien serta bahaya yang
kemungkinan di dapat di lingkungan sekitar tersebut
Aspek Psikososial :
Merupakan respon emosi klien terhadap penyakitnya yang dapat berakibat aktivitas
sehari-hari terganggu dan menimbulkan persepsi resiko terhadap penyakitnya.
Tentunya kesiapan mental dan dukungan dari suami dan keluarga sangat di butuhkan
dalam aspek ini.
c. Kebutuhan Dasar Manusia
Pola nutrisi
Pada hidramnion sering didapat mual dan muntah yang beresiko ketidak adekuatan
intake nutrisi. Oleh karena itu klien dengan hidramnion dianjurkan makan sedikit
tapi sering guna menyeimbangkan pola nutrisi sehingga kebutuhan nutrisi ibu dan
janin dapat terpenuhi dengan optimal.
Pola eliminasi
Pola eliminasi pada pasien hidramnion biasaya masih dapat terpenuhi dengan baik
tanpa keluhan. BAK normal dengan frekuensi 1x sehari dengan konsistensi
lunak,warna kuning, dengan bau khas.
Pola Personal Hygiene
Pola hygine pada pasien hidramnion masih dapat terpenuhi dengan baik. Klien masih
dapat mandi 2x sehari, menggosok gigi 3x sehari, dan keramas setiap hari.
Mengingat kebutuhan personal hygine sangat penting untuk menghindari resiko
infeksi yang mungkin timbul dan membahayakan ibu dan janin.

Pola istirahat dan tidur


Pada klien dengan hidramnion yang ringan keluhan-keluhan subyektif tidak banyak
namun Pada yang akut dan pada pembesaran uterus yang cepat maka terdapat
keluhan-keluhan yang disebabkan karena tekanan pada organ terutama pada
diafragma, seperti sesak (dispnoe), nyeri ulu hati, Nyeri perut karena tegangnya
uterus, mual dan muntah,Edema pada tungkai, vulva, dinding perut oleh karena itu
aktifitas tidur dan istirahan menjadi tidak terpenuhi dengan optimal, frekuensi tidur
menjadi berkurang dari 8 jam setiap harinya.
Pola aktifitas dan latihan
Dari banyak keluhan nyeri,sesak,dan mual pada hidramnion pola aktifitas menjadi
terganggu, tapi klien masih dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan mandiri
tanpa bantuan orang lain.

d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum, Kesadaran, Tekanan darah(TD), Nadi(N), Respirasi(RR), Suhu(S),
Berat badan(BB), Tinggi badan(TB)
Head To Toe
- Kepala : bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan.
- Leher : Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses menelan yang salah
- Mata : Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena kecemasan akan
kesehatan, sklera kunuing
- Telinga : Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
- Hidung : Adanya polip atau tidak dan pada pasien dengan hidramnion yan sesak
ditemukan pernapasan cuping hidung,
- Dada : Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola
mamae dan papila mamae
- Abdomen : Pada klien hidramnion abdomen tegang, terasa nyeri. Fundus uteri
tekanannya meningkat.
- Genitaliua : Adakah Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.( cristina ibrahim, 1993: 50)
- Anus : Kadang-kadang pada klien gravida ada luka pada anus karena ruptur
- Ekstermitas : Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
Pada pasien hidramnion biasanya ditemukan edema pada tungkai, vulva, dan
dinding perut.

e. anamnesa px hidramnion
- Inspeksi
Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak kulit jelas
dan kadang-kadang umbilicus mendatar. Kalau akut, si ibu terlihat sesak dan
sianosis, serta terlihat payah membawa kandungannya. Edema pada tungkai, vulva,
dinding perut
- Palpasi
Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi edema pada dinding perut, vulva , tungkai
dan vagina. Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya, Bagian-
bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan, Kalau pada letak kepala, kepala
janin bisa diraba, maka ballottement jelas sekali, Karena bebasnya janin bergerak dan
kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi kesalahan letak janin.
- Auskultasi
Denyut jantung janin sukar didengar atau kalau terdengar halus sekali.

Diagnosa keperawatan menurut Nanda


a. Gangguan pertukaran gas b/d ventilasi- pertusi (00030)
b. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigan (00092)
c. Nyeri akut b/d Agens cedera biologis (00132)
d. Resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis
(00002)

Intervensi Keperawatan
N Diagnosa keperawatan NOC NIC
o
1. Gangguan pertukaran Respiratory status : Respiratory
gas b/d ventilasi perfusi Gas Exhange (0402), Management ( 3350)
(00030) indikator : Aktivitas :
040206 : sianosis 1. Monitor TTV
2. Monitor suara
040207 : somnolen
tambahan pernapasan
040208 : Tekanan
3. Palpasi ekspansi paru-
parsial oksigen dalam
paru
darah arteri (PaO2) 4. Monitor sekret
pernapasan pasien
040209 : Tekanan
5. Perkusi thoraks anterior
parsial karbondioksida
dan posterior
dalam arteri (PaCO2) 6. Monitor hasil X-ray
040214 : keseimbangan
ventilasi perfusi

2. Intoleransi aktivitas b/d Activity Tolerance Activity Therapy (4310) ,


ketidakseimbangan (0005), indikator : Aktivitas :
antara suplai dan 00501 : Saturasi 1. Observasi adanya
kebutuhan oksigen oksigen dengan pembatasan klien
(00092) aktivitas dalam melakukan
00502 : Denyut nadi aktivitas
2. Kaji adanya faktor
dengan aktivitas
yang menyebabkan
00503 : kecepatan
kelelahan
pernapasan dengan
3. Monitor nutrisi dan
aktivitas
sumber energi yang
00507 : warna kulit
adekuat
4. Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
5. Monitor respon
kardivaskuler terhadap
aktivitas (takikardi,
disritmia, sesak nafas,
diaporesis, pucat,
perubahan
hemodinamik)
6. Monitor pola tidur dan
lamanyatidur/istirahat
pasien
7. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam
merencanakan progran
terapi yang tepat.
3 Nyeri akut b/d agens Pain control (1605), Pain Management
cedera biologis (00132) indikator : (1400),
160502 : mengenali Aktivitas :
nyeri 1. Lakukan pengkajian
160501 : nyeri secara
menggambarkan faktor komprehensif
2. Observasi reaksi
penyebab nyeri
nonverbal dari
160511 : melaporkan
ketidaknyamanan
nyeri
3. Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan

4. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
5. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
6. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi: napas
dala, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/ dingin
7. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
4 Resiko Nutritional Status : Nutrition Management
Ketidakseimbangan Food and Fluid Intake (1100), aktivitas :
Nutrisi : kurang dari (1008), 1. Menanyakan apakah
kebutuhan tubuh b/d Indikator : pasien memiliki
makanan alergi
faktor bologis (00002) 100801 : asupan
2. Menyediakan pilihan
makanan yang masuk makanan
3. Menganjurkan pasien
100803 : asupan cairan
untuk mengatur pola
yang masuk makanan
100804 : cairan 4. Memonitor hasil
masukan kalori dan
intavena yang masuk
nutrisi
100805 : nutrisi 5. Mendorong pasien
dalam peningkatan
parenteral yang masuk
asupan protein,
vitamin, dan zat besi

2.2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kelainan prolaps Tali pusat


Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat kehamilan (GPA)
c. Pemeriksaan umum : kesadaran, tanda vital, keadaan umum
d. Pemeriksaan khusus :

1. Kepala :
Rambut : Kebersihan kulit kepala
Wajah : Adanya kloasma gravidarum atau tidak
Mata : Konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik
Hidung : Kebersihansekret ada atau tidak, Mulut
Kebersihanmukosa mulut merah atau tidak, gigi
Telinga :Kebersihan liang telinga, ada serumen atau tidak.
Leher : Kelenjar tiroid membesar atau tidak.
2. Toraks :
Inspeksi: Frekuensi pernapasan teratur atau tidak, pada payudara ada striae
dan linea atau tidak, areola mamae hiperpigmentasi atau tidak, serta puting
susu menonjol datar atau terbenam.
Palpasi : Ada pembengkakan pada payudara atau tidak.
Auskultasi : Bunyi napas normal atau tidak, bunyi jantung SI-S2 diapeks
3. Abdomen :
Inspeksi : Ada striae dan linea atau tidak, ada bekas luka operasi atau tidak.
Palpasi : Tinggi fundus uteri, pemeriksaan leupold.
Auskultasi : DJJ normal tidak.
4. Vulva : Kebersihan vulva, fluor albus ada atau tidak.
5. Ekstremitas : ada varises atau tidak, edema ada atau tidak.
6. Pemeriksaan vaginal toucher
7. Teraba tali pusat pada daerah ostium uterus.

Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane alveolar kapiler
2. Ketakutan dan kecemasan b/d perubahan dalam status kesehatan
3. Resiko infeksi b/d pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat kerusakan integritas kulit
(prosedur invasive)
4. Resiko Cedera b/d factor resiko internal/hiposia jaringan (hipoksia janin )

Intervensi Keperawatan.
Diagnosa Keperawatan Nursing Outcomes Nursing Interventions Classification
classification ( NOC) (NIC )
Gangguan Pertukaran gas Respiratory Status :Gas Respiratory Monitoring (3350)
berhubungan dengan Exchange(0402)
Setelah dilakukan asuhan - Pantau tanda-tanda vital sign
perubahan membrane
keperawatan 3 x 24 jam pada pasien
alveolar-kapiler - Posisikan pasien unytuk
diharapkan gangguan
ventilasi yang maksimal
pertukaran gas dapat diatasi - Monitor status pernapasan dan
dengan criteria hasil : oksigen
1. Pertial pressure of - Perhatikan pada ibu adanya

oxygen in arterial faktor-faktor yang secara

blood (PaO2) negatif mempengaruhhi


2. Partial pressure of sirkulasi plasenta dan
carbon dioxide in oksigenasi janin.
arterial blood - Lakukan manuver Leupold

(PaCO2) dan pemeriksaan vaginal


3. Ventilation perfusion steril, perhatikan presentasi
balance (040214) dan posisi janin.
- Lanjutkan pemantauan DJJ,
perhatikan perubahan denyut
deselerasi selama dan setelah
kontraksi.
- Perhatikan warna dan
jumblah cairan aminon bila
ketuban pecah.
Kolaborasi :
- Tinjau ulang hasil USG dan
aminiosintesis,pelvimentri,dan
rasio L/S
Ansietas berhubungan Anxiety self control (1402) Anxiety Reduction (5820)
dengan perubahan dalam Setelah dilakukan asuhan - Pantau ekspresi tingkah laku
status kesehatan keperawatan 3 x 24 jam yang ditunjukkan pasien
- Pantau respon verbal/non
diharapkan pasien dapat
verbal pasien
menujukkan perubahan
- Meminimalkan
dalam tingkat kecemasan
kekhawatiran,ketakutan,prasa
dengan criteria hasil :
ngka atau penurunan perasaan
1. Pasien dapat
tidak tenang yang
menggunakan
berhubungan dengan sumber
strategi koping yang
bahaya yang diantisipasi dan
efektif (140206)
tidak jelas
2. Memantau distorsi
- Memberikan
persepsi sensori
penenangan,penerimaan,dan
(140213)
bantuan dukungan selama
3. Memantau
masa stress
manifestasi perilaku
- Jelaskan kepada keluarga
ansietas (140215)
untuk selalu berada bersama
pasien
Resiko infeksi Risk control :infectious Infection control (6540)
berhubungan dengan process(1924) - Pantau tanda-tanda vital sign
- Instruksikan kepada pasien
pertahanan tubuh primer Setelah dilakukan asuhan
untuk selalu mencuci tangan
yang tidak adekuat keperawatan 3 x 24 jam
- Bersihkan daerah pasca
(kerusakan integritas diharapkan resiko infeksi
melakukan tindakan invasive
kulit : prosedur invasive ) dapat diatasi dengan criteria
dengan menggunakan cairan
hasil :
antibakteri
- Menganjurkan pasien untuk
1. Identifikasi situasi
selalu mencuci tangan ketika
resiko infeksi setiap
melakukan perawatan diri
hari (192404) - Mencuci tangan sebelum dan
2. Identifikasi tanda
sesudah melakukan tindakan
dan gejala dari
infeksi (192405) keperawatan pada pasien
3. Lakukan hand - Gunakan teknik aseptic
hygiene (192415) selama melakukan tindakan
pemeriksaan vaginal
4. Lakukan strategi
control infeksi
(192416)

Resiko Cedera dengan Fatigue level (0007) Enegy management (0180)


Setelah dilakukan asuhan
factor resiko - Pantau nutrisi yang masuk
keperawatan 3 x 24 jam
internal/hipoksia jaringan didalam keadekuatan enegy
diharapkan risiko cedera
yang akan dikeluarkan
dapat teratasi dengan - Pantau berapa lama istirahat
criteria hasil : pasien
- Bicarakan dengan pasien
1. Tingkat
tentang management waktu
stress(00714)
2. Kesimbangan antara waktu dan pembagian waktu
istirahat dan didalam teknik untuk
aktivitas (00721) mengantisipasi terjadinya
3. Saturasi oksigen
kelelahan janin
(00724) - Pantau aktivitas beserta
denyut jantung janin secara
berkala
- Atur pola makan ibu guna
membantu nutrisi yang akan
disalurkan pada janin
- Instuksikan kepada pasien
tentang teknik lain untuk
meminimalkan consupsi
oksigen
- Identifikasi factor maternal
seperti dehidrasi,asidosis,dan
ansietas.
2.2.3 Konsep Dasar Keperawatan Kelainan Plasenta

Pengkajian

1. Anamnesa :

a Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, medicalrecord dll.

b Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28


minggu/trimester III.

Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang

Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya


SBR, terbukanya osteum/ manspulasi intravaginal/rectal.

Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan


pembuluh darah dan placenta.

c Inspeksi

Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit .

Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.

d Palpasi abdomen

Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.

Sering dijumpai kesalahan letak

Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya


kepala masih goyang/floating
2. Riwayat Kesehatan

a Riwayat Obstetri

Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan


sebelumnyaagar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada
kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi:

Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)

Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi

Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong


persalinan

Jenis anetesi dan kesulitan persalinan

Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan.

Komplikasi pada bayi

Rencana menyusui bayi

b Riwayat mensturasi

Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran


persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT).
Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu
hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan

c Riwayat Kontrasepsi

Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin,


ibu, ataukeduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat
kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut
pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan
organ seksual pada janin.

d Riwayat penyakit dan operasi:

Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal


bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi,
prosedur operasi, dan trauma pada persalinan sebelumnya harus di
dokumentasikan.

3. Pemeriksaan fisik

a) Umum

Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:

1. Rambut dan kulit

Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.

Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.

2. Mata : pucat, anemis

3. Hidung

4. Gigi dan mulut

5. Leher

6. Buah dada / payudara

Peningkatan pigmentasi areola putting susu

Bertambahnya ukuran dan noduler


7. Jantung dan paru

Volume darah meningkat

Peningkatan frekuensi nadi

Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah


pulmonal.

Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.

Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.

Diafragma meningga.

Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.

8. Abdomen

Menentukan letak janin

Menentukan tinggi fundus uteri

9. Vagina

Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda


Chandwick)

Hipertropi epithelium

10. System musculoskeletal

Persendian tulang pinggul yang mengendur

Gaya berjalan yang canggung


Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis
rectal

b. Khusus

(1) Tinggi fundus uteri

(2) Posisi dan persentasi janin

(3) Panggul dan janin lahir

(4) Denyut jantung janin

Diagnosa Keperawatan

1 Kekurangan volume cairan (00027) berhubungan dengan kehilangan cairan aktif .


(kehilangan vaskular dalam jumlah yang lebih).`

2 Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen cedera biologis (dilatasi


servik,trauma jaringan,dan kontraksi uterus)

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan sesuai dengan


tujuan agar asuhan keperawatan dapat menyelesaikan masalah-masalah keperawatan pada pasien
dengan gangguan sistem reproduksi.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan dari rencana keperawatan, sehingga asuhan
keperawatan yang diberikan memberi hasil yang positif.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Polihidramnion adalah Keadaan ini berupa volume cairan amnion yang abnormal banyak
didalam uterus >2000 mL. Oligohidramnion adalah Volume cairan amnion yang berkurang
sangat banyak ( secara khas jumlahnya <500 mL pada aterm) dan cairan ini juga menjadi sangat
pekat.. Tali pusat (umbilical cord) adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan
dengan plasenta. Saluran ini biasanya terdiri dari tiga pembuluh darah yaitu satu pembuluh darah
vena dan dua pembuluh darah arteri. Plasenta adalah akarnya janin untuk dapat melakukan
pertukaran nutrisi melalui perdarahan darah retroplasenta (Manuaba, 2010). Plasenta normal
beratnya kira-kira 500 gram atau 1/6 dari berat badan janin, diameternya rata-rata 15-20 cm
dengan tebal 2,5 cm.

Pembentukan tali pusat dimulai dari mesoderm connecting stalk yang memiliki
kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting
stalk tersebut akan menjadi tali pusat. Pada tahap awal perkembangan rongga perut masih terlalu
kecil untuk usus yang berkembang, sehingga sebagian usus terdesak kedalam rongga selon
ekstraembrional pada tali pusat.

3.2 Saran

Setelah membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem reproduksi
diharapkan dapat mengaplikasikan sesuai dengan teori yang disusun.

DAFTAR PUSTAKA

Green, carol.2012.Rencana Asuhan Keperawatan : Maternal & Bayi Baru Lahir.Jakarta : EGC
Leveno,kenneth.2015.Manual Komplikasi Kehamilan Williams.Jakarta : EGC

Lockhart dan Saputra. (2014). Asuhan Kebidanan Kehamilan Fisiologis dan Patologis.

Manuaba. (2012). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC

Sondakh, Jenny. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Erlangga

Tangerang: Binarupa Aksara.

Anda mungkin juga menyukai