Anda di halaman 1dari 14

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan
2.1.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui pancaindera manusia; penglihatan, pendengaran, penghiduan, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan domain yang penting terbentuknya perilaku seseorang
( Notoatmodjo, 2003).

2.1.2. Tingkat pengetahuan


Notoatmojo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan memiliki enam
tingkatan, yaitu :
1. Tahu
Adalah sesuatu kemampuan dalam mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Mengingat kembali terhadap suatu hal spesifik yang
dipelajari dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima
termasuk dalam tingkat pengetahuan ini. Tahu merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur pengetahuan ini adalah
mengidentifikasi, menyatakan, dan lain-lain.

2. Paham
Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah memahami objek tertentu harus mampu menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

Universitas Sumatera Utara


3. Aplikasi
Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi-situasi dan kondisi yang sebenarnya. Mengaplikasikan
dapat diartikan dengan menggunakan hukum- hukum, rumus-rumus, metode, atau
prinsip dalarn konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu saran lain. Kemampuan
menganalisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan lain-lain.

5. Sintesis
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain,
mensintesis adalah kemampuan untuk menyusun, merencanakan, meringkas,
menyesuaikan, terhadap suatu rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi
Mengevaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang
dilakukan sendiri atau kriteria-kriteria yang sudah ada.

2.2. Rokok
2.2.1. Definisi rokok
Rokok adalah gulungan tembakau yang disalut dengan daun nipah
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002).

Universitas Sumatera Utara


Merokok adalah suatu kata kerja yang berarti melakukan kegiatan atau
aktifitas menghisap, sedangkan perokok adalah orang yang suka merokok (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2002).

2.2.2. Kandungan rokok


Setiap batang rokok yang dinyalakan akan mengeluarkan lebih dari 4000
bahan kimia beracun yang berbahaya dan dapat mengakibatkan maut. Dengan ini,
setiap sedutan itu menyerupai satu sedutan maut. Di antara kandungan asap rokok
termasuklah aceton (bahan pembuat cat), naftalene (bahan kapur barus), arsen, tar
(bahan karsinogen penyebab kanker), methanol (bahan bakar roket), vinyl
chloride (bahan plastik PVC), phenol butane (bahan bakar korek api), potassium
nitrate (bahan baku pembuatan bom dan pupuk), polonium-201 (bahan
radioaktif), ammonia (bahan pencuci lantai), dan sebagainya (Jaya, 2009). Racun
yang paling utama ialah tar, nikotin, dan karbon monoksida (Universiti Teknologi
Malaysia, 2005).
Terdapat penjelasan yang lebih jelas bagi beberapa jenis bahan yang
terkandung dalam rokok antara lain adalah sebagai berikut:
1) Nikotin
Komponen ini terdapat di dalam asap rokok dan juga di dalam tembakau
yang tidak dibakar. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf, juga
menyebabkan tekanan darah sistolik dan diastolik mengalami peningkatan.
Denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian
oksigen bertambah, aliran darah pada pembuluh koroner bertambah, dan
vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Nikotin meningkatkan kadar gula darah,
kadar asam lemak bebas, kolesterol LDL, dan meningkatkan agregasi sel
pembekuan darah. Nikotin memegang peran penting dalam ketagihan merokok
(Sitepoe, 2000).

Universitas Sumatera Utara


2) Tar
Tar hanya dijumpai pada rokok yang dibakar. Eugenol atau minyak
cengkeh juga diklasifikasikan sebagai tar. Di dalam tar, dijumpai zat-zat
karsinogen seperti polisiklik hidrokarbon aromatis, yang dapat menyebabkan
terjadinya kanker paru-paru. Selain itu, dijumpai juga N nitrosamine di dalam
rokok yang berpotensi besar sebagai zat karsinogenik terhadap jaringan paru-
paru (Sitepoe, 2000). Tar juga dapat merangsang jalan nafas, dan tertimbun di
saluran nafas, yang akhirnya menyebabkan batuk-batuk, sesak nafas, kanker
jalan nafas, lidah atau bibir (Jaya, 2009).

3) Karbon Monoksida
Gas ini bersifat toksik dan dapat menggeser gas oksigen dari transport
hemoglobin. Dalam rokok, terdapat 2-6% gas karbon monoksida pada saat
merokok, sedangkan gas karbon monoksida yang diisap perokok paling
rendah 400 ppm (part per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi-
hemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%. Kadar normal karboksi-
hemoglobin hanya 1% pada bukan perokok. Seiring berjalannya waktu,
terjadinya polisitemia yang akan mempengaruhi saraf pusat (Sitepoe, 2000).

4) Timah Hitam
Timah hitam merupakan partikel asap rokok. Setiap satu batang rokok
yang diisap mengandung 0,5 mikrogram timah hitam. Apabila seseorang
mengisap 1 bungkus rokok perhari, 10 mikrogram timah hitam akan
dihasilkan, sedangkan batas bahaya kadar timah hitam di dalam tubuh adalah
20 mikrogram/hari (Sitepoe, 2000).

Universitas Sumatera Utara


2.2.3. Dewasa Muda Sebagai Golongan Sasaran Merokok
Sebanyak 8000 perokok di seluruh dunia mati setiap hari akibat penyakit
yang berkaitan dengan kebiasaan merokok. Bagi industri-industri yang terlibat
dalam penghasilan rokok, mereka perlu mencari perokok baru untuk
menggantikan mereka yang telah mati, untuk mendapatkan keuntungan yang
terus-menerus. Sasaran perokok baru adalah individu-individu dewasa muda.
Hal ini dilihat sebagai suatu masalah serius karena golongan dewasa muda ini
adalah golongan yang paling banyak memiliki kebiasaan merokok, sekaligus
menjadikan mereka sebagai sasaran yang tepat oleh industri-industri penghasil
rokok. Apabila individu dewasa merokok, peluang mereka untuk terus merokok
sampai tua adalah tinggi (Kementerian Kesihatan Malaysia, 2006).
Strategi yang dilaksanakan oleh industri-industri penghasil rokok dalam
mencapai target mereka adalah dengan cara menjadikan rokok sebagai suatu
bahan yang mudah terjangkau; baik dari segi tempat jualan maupun harga.
Selain itu, mereka juga meyakinkan golongan sasaran bahwa dengan merokok,
individu tersebut akan kelihatan lebih matang dan dewasa, moderen, riang,
bergaya, tenang, dan disenangi khalayak ramai. Tetapi pada masa yang sama
juga, mereka menyembunyikan fakta sebenarnya bahwa rokok mengakibatkan
ketagihan yang parah, membahayakan kesehatan, dan menyebabkan kematian
lebih awal (Kementerian Kesihatan Malaysia, 2006).
Karakteristik remaja yang erat dengan keinginan adanya kebebasan,
independensi, dan memberontak dari norma-norma, dimanfaatkan industri
rokok dengan memunculkan slogan-slogan promosi yang mudah tertangkap
mata dan telinga. Menurut riset yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan
Makanan tahun 2006, ada banyak iklan yang ditawarkan oleh media massa,
yaitu sebanyak 9.230 iklan terdapat di televisi, 1.780 iklan di media cetak, dan
3.239 iklan di media luar ruang, seperti umbul-umbul, papan reklame, dan
baliho. Akibat hebatnya iklan yang dilakukan oleh industri rokok, berdasarkan
survei GYTS Indonesia tahun 2006, sebanyak 92,9 persen anak-anak terpapar

Universitas Sumatera Utara


dengan iklan yang berada di papan reklame dan 82,8 persen terpapar iklan yang
berada di majalah dan koran (Jaya, 2009).
Slogan-slogan ini tidak hanya dipublikasi melalui berbagai iklan di
media elektronik, cetak, dan luar ruang, tetapi industri rokok pada saat ini sudah
masuk pada tahap pemberian sponsor bagi setiap majelis-majelis penting anak
muda, seperti konser musik dan olahraga. Dalam majelis-majelis tersebut,
pelaku industri rokok ini dengan mudahnya membagikan rokok gratis atau
memberikan potongan harga tiket masuk acara tersebut (Jaya, 2009).
Kedekatan remaja dengan rokok tidak hanya disebabkan oleh hebatnya
iklan-iklan rokok di media, tetapi mulai dari lingkungan terkecilnya, yaitu
keluarga. Menurut Wisyastuti, pada tahun 2004, hampir tiga perempat dari
rumah tangga di Indonesia memiliki anggaran belanja rokok, artinya minimal
terdapat satu perokok di dalam rumah (Jaya, 2009).
Fase transisi dari dewasa muda ke dewasa merupakan suatu fase kritikal
dalam memulai aktivitas rokok. Faktor-faktor seperti perilaku makan dan
jumlah saudara terdekat berperan sangat penting di samping faktor-faktor lain,
seperti orang tua yang merokok, rasa percaya diri yang kurang, dan sebagainya.
Berdasarkan suatu penelitian, prevalensi merokok meningkat seiring dengan
kurangnya mengkonsumsi sayur-sayuran, suka mengkonsumsi makanan cepat
saji yang banyak, dan jumlah saudara terdekat yang banyak (Yorulmaza, et al,
2002).

2.3. Kesehatan
2.3.1. Definisi Sehat
Sehat merupakan satu istilah yang tidak asing bagi masyarakat dunia.
Namun demikian, masyarakat umum masih menganggap bahwa sehat itu hanya
dilihat dari aspek jasmani, tetapi tidak melihat aspek psikis dan sosial. Definisi
yang tepat bagi sehat ialah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik,

Universitas Sumatera Utara


mental, dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO,
1947).
Kesehatan juga membawa diartikan sebagai keadaan sejahtera dari badan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi
(UU No.23, 1992).

2.4. Rokok dan Kesehatan


2.4.1. Efek Rokok Terhadap Tubuh
Secara keseluruhan, tubuh manusia mempunyai 11 jenis sistem, dan
semuanya terintegrasi dalam menjalankan fungsi tubuh, sehingga tubuh mampu
beraktivitas secara optimal antara lain adalah sistem integumentari, sistem
skeletal, sistem otot, sistem saraf, sistem endokrin, sistem limfatik dan imunitas,
sistem kardiovaskular, sistem respiratori, sistem gastrointestinal, sistem
reproduksi, dan sistem genitourinaria (Tortora dan Derrickson, 2006). Rokok
dapat mempengaruhi beberapa sistem tubuh tersebut.

Efek Rokok Pada Sistem Respiratori


Merokok merupakan penyebab utama kanker paru-paru, serta penyakit
paru-paru lain yang bersifat kronis dan obstruktif, seperti bronkitis dan emfisema.
Sekitar 85% dari penderita penyakit ini disebabkan oleh rokok. Gejala yang
ditimbulkan berupa batuk kronik, berdahak, dan gangguan pernafasan. Apabila
diadakan tes fungsi paru-paru, maka hasil tes pada perokok lebih buruk
berbanding dengan bukan perokok. Merokok juga terkait dengan influenza dan
radang paru-paru lainnya. Perokok lebih mudah terserang influenza dan radang
paru-paru lainnya berbanding yang bukan perokok. Pada penderita asma,
merokok akan memperparah gejala asma karena asap rokok akan meyempitkan
lagi saluran pernafasan (Sitepoe, 2000).
Kematian umumnya bukan terjadi akibat kesulitan bernafas karena
membesarnya kanker, tetapi posisi paru-paru dalam sistem peredaran darah yang

Universitas Sumatera Utara


membuat kanker mudah menyebar ke seluruh tubuh. Metastase kanker ke otak
dan bagian kritis lainnya menjadi penyebab kematian (Jaya, 2009).

Efek Rokok Pada Sistem Kardiovaskuler


Dalam sistem kardiovaskular, merokok menjadi faktor utama penyebab
penyakit pembuluh darah jantung. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung
koroner, merokok juga mempunyai akibat buruk bagi pembuluh darah otak dan
perifer.
Asap yang dihembus oleh para perokok dapat dibagikan atas asap utama
dan asap samping. Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung
oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang
disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain, atau perokok pasif.
Telah ditemukan hampir 4000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40
jenis di antaranya bersifat karsinogenik, di mana bahan racun ini lebih banyak
terdapat pada asap samping. Misalnya, karbon monoksida ditemukan 5 kali lipat
lebih banyak pada asap samping berbanding asap utama. Begitu juga dengan
benzopiren, dengan 3 kali lipat, dan amoniak dengan 50 kali lipat. Bahan-bahan
ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok
berhenti.
Umumnya, rokok akan lebih difokuskan pada peran nikotin dan karbon
monoksida. Kedua-dua bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga
mengganggu suplai oksigen ke otot jantung sehingga akhirnya merugikan kerja
otot jantung.
Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya
kebutuhan oksigen otot jantung. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin
juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung,
serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin turut mengaktifkan
trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding
pembuluh darah.

Universitas Sumatera Utara


Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan
langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk ke otot
jantung. Karbon monoksida menggantikan tempat oksigen di hemoglobin,
mengganggu pelepasan oksigen dan mempercepat arterosklerosis. Dengan
demikian, karbon monoksida menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan
viskositas darah, sehingga mempermudah penggumpalan darah. Di samping itu,
asap rokok mempengaruhi profil lemak. Jika dibandingkan dengan bukan
perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah perokok
lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah (Tandra, 2003).

Efek Rokok Pada Sistem Limfatik dan Imunitas


Rokok juga dapat mengakibatkan melemahnya sistem imun. Rongga
mulut sangat mudah terpapar efek yang merugikan akibat merokok. Terjadinya
perubahan dalam rongga mulut adalah disebabkan oleh mulut merupakan tempat
awal terjadinya penyerapan zat-zat hasil pembakaran rokok. Temperatur rokok
pada bibir adalah 30C, sedangkan ujung rokok yang terbakar bersuhu 900C.
Asap panas yang berhembus secara terus-menerus ke dalam rongga mulut
merupakan rangsangan panas yang menyebabkan perubahan aliran darah dan
mengurangi pengeluaran saliva. Akibatnya, rongga mulut menjadi kering dan hal
ini mewujudkan suasana anaerob sehingga memberikan lingkungan yang sesuai
untuk tumbuhnya bakteri anaerob dalam plak. Secara automatik, perokok berisiko
lebih besar untuk mendapat infeksi bakteri penyebab penyakit jaringan
pendukung gigi berbanding mereka yang bukan perokok.
Pada perokok, terdapat penurunan zat kekebalan tubuh yang terdapat di
dalam saliva yang berguna untuk menetralisir bakteri dalam rongga mulut dan
akhirnya menyebabkan gangguan fungsi-fungsi sel-sel pertahanan tubuh. Sel
pertahanan tubuh tidak dapat mendekati dan memfagosit bakteri-bakteri yang
menyerang tubuh sehingga sel pertahanan tubuh tidak peka lagi terhadap
perubahan di sekitarnya maupun terhadap infeksi (Sitepoe, 2000).

Universitas Sumatera Utara


Efek Rokok Pada Sistem Gastrointestinal
Bagi sistem pencernaan terutama gusi, efek rokok itu sudah dapat dilihat.
Gusi seorang perokok juga cenderung mengalami penebalan lapisan tanduk.
Daerah yang mengalami penebalan ini terlihat lebih kasar dibandingkan jaringan
di sekitarnya dan kekenyalannya berkurang. Penyempitan pembuluh darah yang
disebabkan nikotin mengakibatkan aliran darah ke gusi tidak adekuat, dan
akhirnya meningkatkan kecenderungan timbulnya penyakit gusi (Sitepoe, 2000).
Tar dalam asap rokok juga memperbesar peluang terjadinya radang gusi,
yaitu penyakit gusi yang paling sering terjadi yang disebabkan oleh plak bakteri
dan sebarang faktor lain yang dapat menyebabkan bertumpuknya plak di sekitar
gusi. Tar dapat diendapkan pada permukaan gigi dan akar gigi sehingga
permukaan ini menjadi kasar dan mempermudah perlekatan plak. Dari beberapa
penelitian, plak dan karang gigi lebih banyak terbentuk pada rongga mulut
perokok berbanding yang bukan perokok. Rokok juga melemahkan katup
esofagus distal maupun proksimal, sehingga mengakibatkan regurgitasi asam
lambung ke esofagus. Hal ini akhirnya memicu terjadinya erosi yang disebabkan
oleh asam lambung pada esofagus (Sitepoe, 2000).
Di dalam perut dan usus, terjadi keseimbangan antara pengeluaran asam
yang dapat mengganggu lambung dengan daya perlindungan. Tembakau
meningkatkan asam lambung sehingga terjadilah tukak lambung dan usus.
Perokok menderita gangguan dua kali lebih tinggi dari bukan perokok
(Gondodiputro, 2007).

Efek Rokok Pada Sistem Saraf Pusat


Bagi sistem saraf pusat, nikotin yang diabsorpsi dapat menimbulkan
tremor tangan dan kenaikan berbagai hormon dan neurohormon dopamin di
dalam plasma. berdasarkan rangsangannya terhadap chemoreceptors trigger
zone dari sumsum tulang belakang dan stimulasinya dari refleks vagal, nikotin

Universitas Sumatera Utara


menyebabkan mual dan muntah. Di sisi lain, nikotin diterima oleh reseptor
asetilkolin nikotinik yang kemudian membaginya ke jalur imbalan dan jalur
adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan rasa nikmat, memacu
sistem dopaminergik. Hasilnya, perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir
serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Sementara di jalur
adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus
seruleus yang mengeluarkan serotonin. Meningkatnya serotonin menimbulkan
rangsangan senang sekaligus mencari tembakau lagi. Efek dari tembakau
memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya rangkap, alam perasaan, alam
pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor (Gondodiputro, 2007).

Efek Rokok Pada Sistem Reproduksi


Merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi, fertilitas pria ataupun
wanita yang merokok akan mengalami penurunan, nafsu seksual juga
mengalami penurunan dibandingkan dengan bukan perokok. Wanita perokok
akan mengalami menopause lebih cepat berbanding wanita yang bukan perokok
(Sitepoe, 2000).
Pada wanita hamil yang merokok, anak yang dikandung akan
mengalami penurunan berat badan, bayi lahir prematur, karena bayi juga akan
turut merokok secara tidak langsung. Merokok pada wanita hamil juga berisiko
tinggi mengalami keguguran, kematian janin, kematian bayi sesudah lahir, dan
kematian mendadak pada bayi. Kesehatan fisik maupun intelektual anak-anak
yang akan bertumbuh kembang itu juga turut terganggu (Sitepoe, 2000).
Asap rokok menyebabkan terganggunya spermatogenesis dalam tubulus
seminiferus. FSH, tesosteron dan LH adalah hormon yang berperan penting
dalam spermatogenesis. Yardimci (1997) dan Yamamoto (1999) menyatakan
bahwa asap rokok menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon
testosteron. Nikotin mempengaruhi kerja sistem saraf pusat dengan cara
menghambat kerja GnRH sehingga pembentukan FSH dan LH terhambat.

Universitas Sumatera Utara


Dengan terhambatnya pembentukan FSH dan LH, maka spermatogenesis
berjalan tidak normal (Sukmaningsih, 2009).
Pada laki laki berusia 30 40 tahunan, merokok dapat meningkatkan
disfungsi ereksi sekitar 50%. Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak mengalir
bebas ke penis. Oleh karena itu pembuluh darah harus dalam keadaan baik.
Merokok dapat merusak pembuluh darah, nikotin menyempitkan arteri yang
menuju penis, mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju penis. Efek
ini meningkat bersamaan dengan waktu. Masalah ereksi ini merupakan
peringatan awal bahwa tembakau telah merusak area lain dari tubuh
(Gondodiputro, 2007).

Efek Merokok Pada Sistem Integumentari


Rokok mengakibatkan kulit menjadi mengerut, kering, pucat, dan
mengeriput terutama di daerah wajah. Mekanisme ini terjadi akibat bahan kimia
yang dijumpai di dalam rokok yang mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh
darah tepi dan di daerah terbuka, misalnya pada wajah. Bagi individu yang
berkulit putih, kulit menjadi coklat, mengeriput terutama di daerah pipi dengan
adanya penebalan di antara bagian yang mengeriput; disebut kulit perokok
(Sitepoe, 2000).

Efek Terhadap Otak dan Daya Ingat


Akibat proses aterosklerosis yaitu penyempitan dan penyumbatan aliran
darah ke otak yang dapat merusak jaringan otak karena kekurangan oksigen.
Kelainan tersebut dibagi menjadi 4 bentuk :
Tingkat I : penyempitan kurang dari 75% tanpa disertai keluhan.
Tingkat II : defisit neurologis sementara.
Tingkat III: defisit neurologist yang menghilang disekitar 3 hari atau
frekuensinya meningkat.
Tingkat IV : terjadi infark otak yang lengkap dan menyebabkan defisit

Universitas Sumatera Utara


neurologis yang menetap.
Studi tentang hubungan tembakau dan daya ingat juga dilakukan baru
baru ini. Dari hasil analisis otak, peneliti dari Neuropsychiatric Institute
University of California menemukan bahwa jumlah dan tingkat kepadatan sel
yang digunakan untuk berpikir pada orang yang merokok jauh lebih rendah
daripada orang yang tidak merokok (Gondodiputro, 2007).

Efek Rokok Terhadap Mata


Rokok merupakan penyebab penyakit katarak nuklir, yang terjadi di
bagian tengah lensa. Meskipun mekanisme penyebab tidak diketahui, banyak
logam dan bahan kimia lainnya yang terdapat dalam asap rokok dapat merusak
protein lensa. Merokok juga dikatakan dapat meningkatkan risiko terjadinya
posterior subcapsular opacity. Namun demikian, beberapa penelitian masih
dilakukan bagi membuktikan kebenaran teori ini (Winstanley, 2008).

Efek Rokok Pada Sistem Skeletal


Banyak bukti menunjukkan bahwa merokok dapat menurunkan densitas
tulang, dan menyebabkan fraktur tulang panggul pada wanita yang sudah mati
haid. Terdapat mekanisme yang terlibat dalam proses ini. Zat nikotin dan zat
kadmium yang terdapat dalam asap rokok mempunyai efek langsung pada sel-
sel tulang. Densitas tulang pada perokok juga dipercayai berkurang akibat
rendahnya absorpsi kalsium dan vitamin D, serta terdapat perubahan
metabolisme dari beberapa hormon tubuh, terutamanya estrogen, yang terlibat
secara tidak langsung dalam pembentukan tulang (Winstanley, 2008).

Efek Rokok Pada Darah, Tungkai, Tangan, dan Sistem Genitourinaria


Pada darah, rokok mengakibatkan leukemia. Rokok juga
menyebabkan kelainan vaskular perifer, yang memicu terjadinya gangren pada
tungkai dan tangan. Pada tangan perokok itu, kelihatan bekas kehitaman yang

Universitas Sumatera Utara


diakibatkan tar, sejenis zat karsinogenik pada rokok. Pada sistem genitourinaria,
rokok paling sering mengakibatkan kanker kandung kemih dan kanker ginjal
(WHO, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai