Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH GENETIKA MOLEKULER

KLONING GEN

OLEH

SYAULI MARDITA

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2017
Kloning gen

A. Sejarah perkembangan kloning gen


Kloning Gen Sekitar satu abad lalu, Gregor Mendel merumuskan aturan-aturan
menerangkan pewarisan sifat-sifat biologis. Sifat-sifat organisme yang dapat
diwariskan di atur oleh suatu faktor yang disebut gen, yaitu suatu partikel yang berada
di dalam suatu sel, tepatnya di dalam kromosom. Gen menjadi dasar dalam
perkembangan penelitian genetika meliputi pemetaan gen, menganalisis posisi gen
pada kromosom.
Hasil penelitian lebih berkembang baik diketahuinya DNA sebagai material genetik
beserta strukturnya, kode-kode genetik, serta proses transkripsi dan translasi dapat
dijabarkan. Suatu penelitian rekomendasi atau rekayasa genetika ynag inti prosesnya
adalah kloning gen, yaitu suatu prosedur unutk memperoleh replika yang dapat sama
dari sel atau organisme tunggal.
a. Pada tahun 1962, ahli biologi Jhon Gurdon dari universitas Oxford berhasil
mengkloning katak afrika selatan.
b. Tahun 1977 Karl Illmense dan Peter Hoope berhasil mengkloning tikus dari 1 induk.
c. Tanggal 12 Desember 2002 Clonaid sebuah perusahaan biotek AS berhasil
mengkloning manusia pertama yang diberi nama Eve.
d. Tanggal 14 februari 2003 para ilmuan Rosalin Institute dari Skotlandia
mengumumkan berhasil mengkloning domba Dolly dengan dana 2,1 juta U$.1

1
Tetapi, dari 277 usaha cloning yang
dilakukan terhadap sel tubuh dan sel telur,
hanya 13 saja yang berhasil tumbuh. Itupun
hanya Dolly saja yang berhasil terus tumbuh
dan lahir dengan selamat.2 Sedangkan sumber
lain menyebutkan bahwa dari 277 usaha
cloning, embrio yang berhasil terbentuk
adalah sebanyak 30 buah. Dari embrio-embrio
tersebut yang berhasil hidup hanya satu yaitu
yang dapat hidup mencapai umur 5,5 tahun.
B. Pengertian Kloning Gen
Kata kloning ini berasal dari kata clone kata
dalam bahasa inggris yang berarti potongan
yang digunakan untuk memperbanyak
tanaman, kloning ini pertama kali muncul dari
usulan Herbert Webber pada tahun 1903 dalam
mengistilahkan sekelompok individu makhluk hidup yang dilahirkan dari satu induk
tanpa proses seksual.
Secara definisi dan pengertian, kloning adalah suatu upaya tindakan untuk
memproduksi atau menggandakan sejumlah individu yang hasilnya secara genetic
sama persis (identik) berasal dari induk yang sama, mempunyai susunan (jumlah dan
gen) yang sama. Sedangkan klon adalah sejumlah organisme hewan maupun
tumbuhan yang terbentuk melalui hasil reproduksi aseksual dan berasal dari satu
induk yang sama. Setiap bagian dari klon tersebut memiliki susunan dan jumlah gen
yang sama dan kemungkinan besar fenotipnya juga akan sama. Klon ini digunakan
dalam dua pengertian yaitu :
- Klon sel, adalah sekelompok sel yang identik sifat-sifat genetiknya, semua berasal
dari satu sel.
- klon gen, atau molekuler adalah sekelompok salinan gen yang bersifat identik
yang direplikasi dari satu gen yang dimasukan dalam sel inang.
Konsep cloning ini didasarkan pada prinsip bahwa pada setiap makhluk hidup itu
memiliki kemampuan totipotensi yang artinya setiap sel memiliki kemampuan untuk
menjadi sebuah individu.

2
C. Macam macam kloning gen.
Berdasarkan penjelasan pengertian cloning di atas, ada beberapa jenis kloning yang
dikenal, diantaranya :
1 . Kloning Embrional (Embryonal Cloning)
Kloning embrional adalah teknik yang dilakukan untuk memperoleh kembar identik,
meniru apa yang terjadi secara alamiah. Setelah pembuahan terjadi, beberapa buah sel
dipisahkan dari embrio hasil pembuahan. Setiap sel tersebut kemudian dirangsang
dalam kondisi tertentu untuk tumbuh dan berkembang menjadi embrio duplikat yang
selanjutnya diimplementasikan dalam uterus agar berkembang menjadi individu baru
yang memiliki komposisi materi genetik yang sama dengan klonnya.
2. Kloning DNA Dewasa (Adult DNA Cloning) atau disebut juga kloning
reproduktif (Reproductive Cloning)
Kloning DNA dewasa atau kloning reproduktif adalah rekayasa genetis untuk
memperoleh duplikat dari seorang individu yang sudah dewasa. Dalam teknologi ini,
inti sel berisi materi genetik difusikan ke dalam sel telur. Hasil fusi dirangsang dengan
kejutan listrik agar membelah membentuk embrio yang kemudian diimplementasikan
ke dalam uterus agar berkembang menjadi janin.
3. Kloning Terapeutik
Kloning Terapeutik (Therapeutic Cloning).
Kloning terapeutik adalah rekayasa
genetis untuk memperoleh sel, jaringan
atau organ dari satu individu tertentu untuk
tujuan pengobatan atau perbaikan
kesehatan. Dari embrio hasil rekonstruksi
DNA-sel telur, diambil sel-sel bakalnya
yang disebut dengan istilah stem cell. Stem
cell adalah sel bakal yang dapat
berkembang menjadi berbagai macam
jaringan atau organ sesuai dengan induktor
(rangsangan). Melalui kloning terapeutik
ini dapat dikatakan suplai jaringan dan
organ menjadi tidak terbatas, sehingga
seseorang yang memerlukan cangkokan
jaringan atau organ tidak perlu menunggu
lama tanpa kepastian.
D. Tenik-Tenik Kloning
Pada tahun 1928, Hans Spemann, melakukan eksperimen dengan embrio salamander
dengan melakukan percobaan dengan tehnik transfer inti sel embrio salamander ke sel
tanpa inti atau tanpa nukleus. Transfer nukleus pada dasarnya membutuhkan dua sel,
yaitu suatu sel donor dan sel oosit atau sel telur. Telur matur sebelum dibuahi dibuang
intinya atau nukleusnya. Proses pembuangan nukleus tadi dinamakan proses enukleasi.
Hal ini dilakukan untuk menghilangkan informasi genetisnya. Ke dalam telur yang telah
dienukleasi tadi kemudian dimasukkan nukleus (donor) dari sel somatik. Penelitian
membuktikan bahwa sel telur akan berfungsi terbaik bila berada dalam kondisi
anfertilisasi, sebab hal ini akan mempermudah penerimaan nukleus donor seperti dirinya
sendiri. Di dalam telur, inti sel donor tadi akan bertindak sebagai inti sel zigot dan
membelah serta berkembang menjadi blastosit. Blastosit selanjutnya ditransfer ke dalam
uterus induk pengganti (surrogate mother). Jika seluruh proses tadi berjalan baik, suatu
replika yang sempurna dari donor akan lahir. Jadi sebenarnya setelah terbentuk blastosit
in vitro, proses selanjutnya sama dengan proses bayi tabung yang tehnologinya telah
dikuasai oleh para ahli obstetri ginekologi.

Gambar 1. Transfer Nukleus


Ada beberapa tehnik kloning yang dikenal, antara lain tehnik Roslin dan Tehnik Honolulu. Adapun penjelasan mengenai
tehnik-tehnik kloning tersebut adalah sebagai berikut.
1. Tehnik Roslin
Kloning domba Dolly merupakan peristiwa penting dalam sejarah kloning. Dengan
kegiatan kloning yang dilakukan pada kambing tidak hanya membangkitkan antusias
terhadap kloning, melainkan kegiatan kloning tersebut membuktikan bahwa kloning
binatang dewasa dapat disempurnakan. Sebelumnya, tidak diketahui bahwa suatu
nukleus dewasa ternyata mampu memproduksi suatu hewan yang lengkap atau
komplit.
Ian Wilmut dan Keith Cambell memperkenalkan tentang suatu metode yang mampu
melakukan singkronisasi siklus sel dari kedua sel, yakni sel donor dan sel telur. Tanpa
singkronosasi siklus sel, maka inti tidak akan berada pada suatu keadaan yang
optimum untuk dapat diterima oleh embrio. Bagaimanapun juga sel donor harus
diupayakan untuk dapat masuk ke Gap Zero, atau stadium sel G0, atau stadium sel
dorman (Rusda, M., 2003).
Tahapan yang dilakukan oleh Ian Wilmut dan Keith Cambell adalah sebagai berikut
(Rusda, M., 2003). Pertama, suatu sel (yang dijadikan sebagai sel donor) diseleksi
dari sel kelenjar mammae domba betina berbulu putih (Finn Dorset) untuk
menyediakan informasi genetis bagi pengklonan. Untuk studi ini, peneliti
membiarkan sel membelah dan membentuk jaringan in vitro atau diluar tubuh hewan.
Hal ini akan menghasilkan duplikat yang banyak dari suatu inti yang sama..
Kedua, Suatu sel donor diambil dari jaringan dan dimasukkan ke dalan campuran,
yang hanya memiliki nutrisi yang cukup untuk mempertahankan kehidupan sel. Hal
ini menyebabkan sel untuk menghentikan seluruh gen yang aktif dan memasuki
stadium G0 atau stadium dorman. Kemudian sel telur dari domba betina Blackface
dienokulasi dan diletakkan disebelah sel donor.. Domba blackface adalah domba
betina yang mukanya tertutupi bulu hitam atau sering disebut juga Scottish
Blackface.
Satu sampai delapan jam setelah pengambilan sel telur, kejutan listrik digunakan
untuk menggabungkan dua sel tadi, pada saat yang sama pertumbuhan dari suatu
embrio mulai diaktifkan. Tehnik ini tidaklah sepenuhnya sama seperti aktivasi yang
dilakukan oleh sperma, karena hanya beberapa sel yang mampu bertahan cukup lama
untuk menghasilkan suatu embrio setelah diaktifkan oleh kejutan listrik (Rusda, M.,
2003).
Gambar 2. Domba Muda yang Diberi Nama Dolly (Kiri), dengan Induk Pengganti yang Sudah Diciptakan
Melalui kloning oleh Institut Roslin.
Jika embrio ini dapat bertahan, ia dibiarkan tumbuh selama sekitar enam hari,
diinkubasi di dalam oviduk domba. Apabila ternyata sel yang diletakkan di dalam
oviduk lebih awal, di dalam pertumbuhannya akan lebih mampu bertahan
dibandingkan dengan embrio yang diinkubasi di dalam laboratorium. Pada tahap
terakhir, embrio tersebut akan ditempatkan ke dalam uterus betina penerima
(surrogate mother). Induk betina tersebut selanjutnya akan mengandung hasil kloning
tadi hingga hewan hasil kloning siap untuk dilahirkan. Bila tidak terjadi kekeliruan
atau kesalaha selama dalam uterus domba, maka suatu duplikat yang persis sama dari
donor akan lahir.
Domba yang baru lahir tersebut memiliki semua karakteristik yang sama dengan
domba yang lahir secara alamiah. Dan telah diamati bila ada efek yang merugikan,
seperti resiko yang tinggi terhadap kanker atau penyakit genetis lainnya yang terjadi
atas kerusakan bertahap DNA. Percobaan kloning domba Dolly, yang merupakan
mamalia pertama yang dikloning dari DNA sel dewasa, telah dibunuh dengan
suntikan mematikan pada tanggal 14 Februari 2003. Sebelum kematiannya, Dolly
menderita kanker paru-paru dan arthritis melumpuhkan, padahal sebagian besar
domba Finn Dorset hidup sampai 11 sampai 12 tahun. Setelah diperiksa, kambing
Dolly tampaknya menunjukkan bahwa, selain kanker dan arthritis, ia tampaknya
cukup normal (Tong, W F., 2002).
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai proses kloning dengan tehnik Roslin yang
dilakukan pada domba, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3. Tahapan dari Proses Kloning Tehnik Roslin.

2. Tehnik Honolulu
Pada Juli 1998, sebuah tim ilmuwan dari Universitas Hawai mengumumkan bahwa
mereka telah menghasilkan tiga generasi tikus kloning yang secara genetik identik.
Tehnik ini diakreditasi atas nama Teruhiko Wakayama dan Ryuzo Yanagimachi dari
Universitas Hawai. Yanagimachi menciptakan tiga generasi berturut-turut. Sebelum
keberhasilan ini, diperkirakan bahwa tahap awal di mana embrio genom hewan
mengambil lebih (dua-sel pada tikus) menyulitkan nukleus pemrograman ulang
terjadi. Tikus adalah salah satu yang untuk melakukan kegiatan mengkloning tidak
seperti domba. Pada tikus, sel telur melai melakukan mitosis segera setelah proses
pembuahan terjadi, sehingga menyebabkan peneliti hanya memiliki sedikit waktu
untuk memprogram ulang inti baru.
Domba digunakan pada tehnik Roslin karena sel telurnya membutuhkan beberapa jam
sebelum membelah, memungkinkan adanya waktu bagi sel telur untuk memprogram
ulang nukleus barunya. Meskipun tidak mendapatkan keuntungan tersebut ternyata
Wakayama dan Yanagimachi mampu melakukan kloning dengan angka keberhasilan
yang jauh lebih tinggi yaitu menghasilkan 3 kloning dari sekitar seratus proses
kloning yang yang dilakukan, sedangkan dibandingkan percobaan yang dilakukan
oleh Ian Wilmut hanya menghasilkan satu klon dari 277 proses kloning yang di
lakukan. Apabila kita persentasikan, maka prosentase keberhasilan tehnik Honolulu
lebih besar dengan angka persentase 3%, sedangkan tingkat keberhasilan dengan
tehnik Roslin yang dilakukan oleh Ian Wilmut hanya sebesar 0,361%.
Wakayama dan Yanagimachi melakukan pendekatan terhadap masalah sinkronisasi
siklus sel yang berbeda dibandingkan Ian Wilmut. Ian Wilmut menggunakan sel dari
kelenjar mammae yang harus dipaksa untuk memasuki ke stadia G0, sedangkan
Wakayama dan Yanagimachi awalnya menggunakan beberapa tipe sel yakni, sel otak
dan sel kumulus. Sel otak berada dalam stadia G0 secara alamiah dan sel kumulus
hampir selalu hadir pada stadia G0 ataupun G1.
Sel telur tikus yang tidak dibuahi digunakan sebagai penerima atau resipien dari inti
donor. Setelah dienokulasi, sel telur memiliki inti donor yang dimasukkan ke
dalamnya. Nukleus donor diambil dari sel-sel dalam hitungan menit dari setiap
ekstrak sel dari tikus tersebut. Tidak seperti pada proses yang digunakan untuk
mengkloning Dolly, percobaan Wakayama tanpa melalui proses in vitro atau di luar
dari tubuh hewan, kultur dilakukan justru pada sel-sel tersebut. Setelah satu jam sel-
sel telah menerima nukleus-nukleus yang baru. Setelah penambahan waktu selama 5
jam sel telur kemudian ditempatkan pada suatu kultur kimia untuk memberi
kesempatan sel-sel tersebut tumbuh, sebagaimana layaknya fertilisasi secara alamiah.
Pada suatu kultur dengan suatu substansi yang mampu menghentikan pembentukan
suatu polar body, sel kedua yang secara alami terbentuk sebelum fertilisasi. Polar
body akan menjadikan jumlah dari gen dalam sel menjadi setengah dari jumlah gen
sel normal.
Setelah penyatuan, sel-sel berkembang menjadi embrio-embrio. Embrio-embrio ini
kemudian ditransplantasikan kepada induk betina donor (surrogate mother) dan akan
tetap berada di sana sampai siap untuk di lahirkan. Sel yang paling berhasil dari
proses ini adalah sel kumulus, maka penelitian dikonsentrasikan pada sel-sel dari tipe
sel cumulus, Setelah terbukti bahwa tehniknya dapat menghasilkan kloning yang
hidup, Wakayama juga membuat kloning dari kloning, dan membiarkan mahluk klon
yang asli untuk melahirkan secara alamiah untuk membuktikan bahwa mereka
memiliki kemampuan reproduksi secara sempurna. Pada saat dia mengumumkan
keberhasilannya, Wakayama telah menciptakan lima puluh kloning.
Tehnik baru ini memungkinkan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang
bagaimana tepatnya sebuah telur memprogram ulang sebuah nukleus. Tikus
bereproduksi dalam kurun bulanan, jauh lebih cepat dibanding dengan domba. Hal ini
menguntungkan dalam hasil penelitian jangka panjang. Kloning juga sedang
diterapkan pada spesies lain. Sebagai contoh, pada awal tahun 2000, Akira Onishi
dan koleganya di Jepang, mencoba untuk mengkloning babi dengan menggunakan
tehnik Honolulu (Buchana, F., 2000).
Para pendukung teknologi kloning berpendapat bahwa teknologi kloning dan
penelitian akan meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan dan kehidupan dengan
menjawab permasalahn-permasalahn biologi secara kritis, dan memajukan dunia
peternakan, genetika dan ilmu medis. Alasan utama di balik kegunaan kloning
adalah bahwa dengan menghasilkan salinan genetik yang hampir identik dari suatu
organisme, hasil yang diperoleh lebih cepat dan lebih dapat diprediksi dibandingkan
dengan teknik reproduksi sebelumnya seperti inseminasi buatan, yang membutuhkan
biaya yang mahal (Tong, W F., 2002) .
Ada beberapa perbedaan mendasar antara tehnik kloning Roslin yang diterapkan oleh
Ian Walmut dan tehnik Honolulu yang dilakukan oleh Wakayama. Perbedaannya
dapat dilihat pada Tabel berikut:
Untuk lebih jelas melihat proses kloning Honolulu, maka dapat dilihat pada gambar 4,
sebagai berikut:
Gambar 4. Tahapan dari Proses Kloning Tehnik Honolulu

E. Prosedur kloning gen

Proses kloning gen dapat terjadi secara sederhana :


1. Mempersiapkan sel stem.
2. Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetic kemudian dipisahkan
dari sel.
3. Mempersiapkan sel telur.
4. Inti sel stem diimplantasikan ke sel telur.
5.Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah membelah
menjadi embrio.
6. Blastosis mulai memisahkan diri dan siap diimplantasikan ke rahim.
7. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis sama dengan
sel stem donor.
Molekul DNA dan bakteriofog mempunyai sifat-sifat dasar yang ditentukan sebagai
sarana kloning. Namun sifat ini tidak berguna tanpa adanya teknik-teknik eksperimen
untuk manipulasi molekul DNA di dalam laboratorium. Ketrampilan dasar untuk
melakukan kloning secara sederhana adalah :
Preperasi sampel DNA murni
Pemotongan DNA murni
Analisis ukuran fragmen DNA
Penggolongan molekul DNA
Memasukan molekul DNA ke dalam sel tuan rumah
Identifikasi sel yang mengandung molekul DNA rekombinasi
Proses kloning pada manusia
Kloning manusia adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang sama
dengan induknya yang berupa manusia. Proses kloning manusia dapat digambarkan
seperti ditunjukkan dan dijelaskan secara sederhana sebagai berikut :
1. Mempersiapkan sel stem : suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi berbagai sel
tubuh. Sel ini diambil dari manusia yang hendak dikloning.
2. Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetic kemudian dipisahkan
dari sel.

3. Mempersiapkan sel telur : suatu sel yang diambil dari sukarelawan perempuan
kemudian intinya dipisahkan.

4. Inti sel dari sel stem diimplantasikan ke sel telur

5. Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah membelah (hari
kedua) menjadi sel embrio.

6. Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai memisahkan diri (hari ke
lima) dan siap diimplantasikan ke dalam rahim.

7. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis sama dengan
sel stem donor.

Dari pengertian kloning dan prosesnya di atas yang menghasilkan individu baru dan
mempunyai sifat genetik yang identik (sama). Sifat identik inilah yang akan coba
dibahas dalam koridor ruang waktu proses kloning.
F. Keuntungan Dan Kerugian Kloning
Meskipun penuh resiko, kloning juga menjanjikan keuntungan antara lain sebagai
berikut :

Proses pembuahan yang dilakukan melalui teknologi ini dapat menolong pasangan-
pasangan tidak subur untuk memperoleh keturunan.
Manusia dapat mengkloning ginjal untuk kebutuhan pencangkokan ginjal bagi mereka
yang mengalami gagal ginjal.
Manusia juga dapat mengkloning tulang sumsum untuk anak-anak dan dewasa untuk
penyakit leukimia.
Manusia dapat mempelajari bagaimana menghidupkan dan mematikan sel. Dengan
demikian, kloning diharapkan akan mampu mengobati penyakit kanker yang
menggerogoti sel-sel tubuh manusia.
Teknologi kloning dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh
kelainan genetis pada manusia.3

Manfaat yang disebutkan di atas hanya sebagian kecil dari puluhan manfaat yang dapat
dinikmati manusia, khususnya dalam pengembangan dunia pengobatan. Namun aplikasi
kloning dalam dunia medis tidak selamanya berjalan mulus dan memiliki banyak resiko.
Ada sejumlah kendala teknis yang dihadapi oleh para peneliti di bidang ini. Antara lain
adanya resiko sel-sel embryonik Stem Cells (ESC) tersebut yang dapat berkembang menjadi
sel-sel tumor maupun kanker

Daftar Pustaka

Daulay, Saleh Partaonan dkk .2005. Kloning Dalam Perspektif Islam. Bandung: Teraju.
F., Buchana. 2002. Honolulu Technicue Cloning. Penerbit Angkasa. Bandung.

3
Kimbal, John W. 1989. Biologi . Edisi kelima cetakan kedua. Jakarta : Erlangga.
Ligninger, A.L. 1994. Dasar-dasar Biokimia Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Mizawarti, S . Si . 2003 . Penerapan Tekhnik-tekhnik Kloning Gen pada Manusia . Program
Studi Biologi, FMIPA USU, Medan .
Muhammad Rusda . 2004 . Kloning . Bagian Obstetri dan Ginekologi, FK USU, Medan .
Muhammad, S.A. 1991. Pengantar Kloning Gen. Yogyakarta :Yayasan Esentia Medica
Pengantar.Edisi kedelapan Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Buku kedokeran (EGC).
Tong, W F., 2002. Pemanfaatan Kloning Gen Pada Hewan. Penerbit Buku kedokteran
Hewan IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai