Anda di halaman 1dari 22

ABSTRAK

Percobaan ini bertujuan untuk menghitung konversi reaksi pada esterifikasi


asam asetat-etanol dengan katalisator asam sulfat serta menghitung konstanta kecepatan
reaksi.

Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi langsung antara suatu asam
karboksilat dan suaru alkohol, suatu reaksi yang disebutreaksi esterifikasi. Estarifikassi
berkataliskan asam dan merupakan reaksi yang reversibel.

Reaksi umum


R-COH + RI OH R C ORI + H2O

Asam Alkohol Ester

Dalam pecobaan ini dilakukan beberapa kerja yang bertahap yaitu, standarisasi
larutan NaOH, pembuatan cuplikan, Menetukan kadar asam asetat awal, penetuan larutan
asam total dan penetuan ekivalen asam bebas. Permasalahan yang dihadapi dalam
percobaan ini adalah dalam menentukan nilai konversi reaksi, dari perhitungan
didapatkan nilai 144,13% yang nilainya melebihi 100% serta nilai konstanta kecepatan
reaksi yang tidak dapat di cari akibat reaksi yang terjadi adalah reversibel.

Kata Kunci : Reaksi Esterifikasi, Konversi kecepatan kecepatan reaksi.

III-1
PERCOBAAN 3
ESTERIFIKASI ASAM ASETAT ETANOL

3.1 PENDAHULUAN

3.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah menghitung konversi reaksi pada
esterifikasi asam asetat etanol dengan katalisator asam sulfat secara tidak
langsung dari nilai ekivalen asam bebas dan asam total.

3.1.2 Latar Belakang


Ester merupakan suatu senyawa turunan dari asam karboksilat. Rumus
umum untuk ester adalah RCOOR. Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi
secara langsung antara suatu asam karboksilat dengan alkohol, suatu reaksi yang
disebut esterifikasi. Reaksi esterifikasi bersifat revisible untuk mendapat redaman
yang tinggi dengan cara pengadukan, pemanasan, atau dengan menambahkan
salah satu zat pereaksi secara berlebih.
Ester yang dihasilkan dalam percobaan ini terbentuk dari hasil reaksi
antara senyawa asam karboksilat dengan alkohol yang direaksikan dengan katalis
asam sulfat pekat dengan cara pemanasan. Ester banyak digunakan dalam bidang
industri kimia. Salah satunya dalam produksi minyak wangi sintetik.
Untuk memperlajari proses esterifikasi, maka dilakukan percobaan ini.
Dalam percobaan ini diharapkan praktikan dapat mengerti tentang reaksi
esterifikasi. Praktikan juga diharapkan dapat menerapkannya pada perkerjaan
seperti dalam industri.

III-1
III-2

3.2 DASAR TEORI


4.2 Ester adalah turunan asam karboksilat yang gugus OH dari
karboksilnya diganti dengan gugus OR dari alkohol. Ester mengandung gugus
karbonil dan satu ikatan eter dangan karbonil. Rumus singkatan untuk ester
karboksilat adalah RCOOR. Gugus R dapat berupa rantai pendek atau panjang,
alifatik (alkil) atau aromatik (aril), jenuh atau tak jenuh. Ester kerboksilat dinamai
seperti turunan asam karboksilat, terdiri dari dua kata.

5.2
6.2 Gambar 3.1 Etil Asetat
7.2 Ester karboksilat sederhana adalah senyawa netral. Molekulnya polar
tetapi tak dapat membentuk ikatan hidrogen dengan sesamanya. Senyawa
ini kurang larut dalam air dan bertitik didih lebih rendah dibanding asam
karboksilat asalnya. Ester dapat berikatan hidrogen dengan air. Ester yang
berbobot molekul rendah sidikit larut dalam air tetapi ester yang terdiri
dari empat atau lima karbon hampir tidak laruta dalam air. Ester dari asam
dan alkohol, yang berbobot molekul rendah, berbau enak (Willbraham,
1992 : 148).
8.2 Senyawa organik yang menunjukan sifat keasaman yang cukup
besar dan banyak sekali dijumpai di alam adalah asam karboksilat.
Senyawa ini mempunyai rumus umum RCOOH, dimana COOH adalah
gugus fungsi karboksilat yang menandai sifat keasaman sedangkan R
dapat berupa hidrogen, gugus alkil, atau gugus aril. Senyawa karboksilat
sangat banyak dijumpai di alam, sebagai contoh adalah asam asetat
(CH3COOH), asam butanoat (CH3CH2CH2COOH) penyebab bau tengik
dan rasa asam dari mentega, dan asam heksanoat atau asam kaproat
(CH3(CH2)4COOH), suatu aroma khas yang dikeluarkan oelh domba.
Senyawa lain seperti asam kolat merupakan komponen utama pada
empedu manusia, asam ini berupa asam alifatik rantai panjang yang
merupakan prekursor senyawa lemak atau lipid (Riswiyanto, 2009 : 51).
III-3

9.2 Alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus fungsi hidroksil


yang terikat pada atom karbon jenuh. Alkohol mempunyai rumus umum
ROH, dimana R merupakan alkil, alkil tersubstitusi atau hidrokarbon
siklik. Alkohol disini tidak termasuk fenol (gugus hidroksil berikatan
dengan cincin aromatik), enol (gugus hidroksil berikatan dengan karbon
vinilik) karena sifat sifatnya terkadang berbeda. Alkohol dapat dianggap
merupakan turunan dari air (H O H), dimana satu atom hidrogennya
diganti dengan gugus alkil. Alkohol diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok yaitu alkohol primer, sekunder, dan tersier.

10.2
11.2 Gambar 3.2 Etanol

12.2
13.2 Gambar 3.3 2 metil 2 propanol
14.2 (Riwiyanto, 2009 : 209).
15.2 Etanol (etil alkohol) disebut juga alkohol murni, alkohol
absolut atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap,
mudah terbakar, tak berwarna dan merupakan alkohol yang paling sering
digunakan dalam kehidupan sehari hari. Etanol termasuk ke dalam
alkohol rantai tunggal dengan rumus kimia C 2H5OH dan rumus empiris
C2H6OH. Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan
aroma yang khas. Ia terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru
yang kadang kadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa. Sifat sifat
fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan
pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke
dalam ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap
daripada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama.
III-4

Etanol adalah perlarut yang serba guna, larut dalam air dan pelarut organik
lainnya (Anonim1, 2012 : 1).
16.2 Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling
sederhana. Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa
kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma
dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Asam asetat
murni (asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna dan
memiliki titik beku 16,7o C dan titik didih 117,9o C. Larutan asam asetat
dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi
sebagai ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan
bahan baku industri yang penting (Anonim2, 2012 : 1).
17.2 Reaksi asam karboksilat dengan alkohol yang disertai
adanya katalis asam merupakan salah satu cara baku untuk membuat ester.
Reaksinya yang dikenal sebai pengesteran Fiscer, merupakan jalan
sederhana untuk membuat ester dari bahan yang mudah diperoleh.
18.2

[ C H 3 CO 2 C 2 H 5 ] [ H 2 O]
K= 4 .. (3.1)
[ CH 3 C O2 H ] [C 2 H 5 OH ]
19.2 Tetapan kesetimbangan untuk pengenceran seringkali nisbi kecil.
Misalnya reaksi asam asetat dan etanol mempunyai tetapan kesetimbangan
lebih kurang 4. Jika reaksi itu mesti dapat dimanfaatkan dalam sintesis,
maka haruslah digunakan suatu teknik untuk menaikan jumlah ester yang
dibentuk. Ada dua cara pendekatan yang umum. Pada yang satu airnya
dihilangkan ketika reaksi berlangsung. Pada yang lain digunakan satu
pereaksi secara berlebihan (Pine, 1988 : 350 351).
20.2 Alkil ester yang tidak dihalangi dapat dibuat melalui reaksi
esterifikasi sederhana memanaskan suatu asam karboksilat dengan suatu
alkohol dan sedikit asam kuat. Ester sterik terhalangi dan fenil ester tidak
dapat dibuat dengan esterifikasi sederhana. Ester ester ini, seperti ester
alkil yang tidak terhalangi dapat dibuat dari reaksi karboksilat yang reaktif
III-5

suatu asam halida anhidrid dengan suatu alkohol atau fenol


(Fessenden, 1997 : 445 446).
21.2 Hidrolisa dalam suasan asam dari suatu ester menghasilkan
asam karboksilat dan alkohol. Reaksi ini adalah reaksi kebalikan dari
esterifikasi langsung suatu asam karboksilat dan alkohol. Untuk
mendorong reaksi ke arah pembentukan ester kita gunakan asam
karboksilat atau alkohol berlebih dan menghasilkan air. Untuk hidrolisa
dalam suasana asam, kita gunakan air yang sangan berlebihan untuk
mendorong kesetimbangan ke arah karboksilat alkohol. Hidrolisa ester
dalam larutan basa, disebut penyabunan, bukan reaksi yang reversible.
Karena itu, penyabunan biasanya memberikan hasil yang lebih baik dari
asam karboksilat dan alkohol daripada hidrolisa dalam suasana asam.
Hasil reaksi mula mula dari penyabunan adalah karboksilat karena
campurannya bersifat basa. Setelah campuran diasamkan, karboksilat
berubah menjadi asam karboksilat. Amonolisis dialami oleh ester yang
bereaksi dengan amonia atau amina menghasilkan amida melalui reaksi
yang disebut amonolisis. Mekanismenya sama dengan penyabunan
(Fessenden, 1997 : 446 448).
22.2 Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi
adalah :
1. Konsentrasi
23.2 Dari berbagai percobaan menunjukan bahwa makin besar
konsentrasi zat zat yang bereaksi makin cepat reaksinya berlangsung.
Makin besar konsentrasi makin banyak zat zat yang bereaksi sehingga
makin besar kemungkinan terjadinya tumbukan dengan demikian makin
besar pula kemungkinan terjadinya reaksi.
2. Sifat zat
24.2 Sifat mudah sukarnya suatu zat bereaksi akan menentukan
kecepatan berlangsungnya reaksi.
3. Suhu
25.2 Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila suhu
dinaikan.
III-6

4. Katalisator
26.2 Katalisator adalah zat yang ditambahkan untuk mempercepat
kecepatan reaksi. Katalis kadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak
mengalami perubahan kimiawi yang permanen.
27.2 (Anonim3, 2012 : 1).
28.2
29.2
3.1 METODOLOGI PERCOBAAN
30.2
3.3.1 Alat
31.2 Alat alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
Labu didih Gelas ukur 500 ml
Labu leher tiga Corong
Termometer Labu ukur 50 ml
Kondensor Pipet tetes
Hot plate stirrer Pipet volume 5 ml
Magnetik stirrer Pipet volume 10 ml
Pemanas mantel Sudip
Erlenmeyer 250 ml Gelas beker 500 ml
Gelas arloji Gelas beker 250 ml
Statif + klem Propipet
Pengaduk gelas Buret
Botol semprot Hot plate

Rangkaian Alat :
III-7


Gambar 3.4 Rangkaian Alat Esterifikasi

Keterangan :

1. Kondensor
2. Kondensor
3. Erlenmeyer
4. Penyumbat karet
5. Kompor listrik
6. Stop kontak
7. Kawat kasa
8. Statif dan klem

Gambar 3.5 Rangkaian Alat Penentuan Asam dan Titrasi Blanko



III-8

Keterangan :

1. Erlenmeyer
2. Buret
3. Kran buret
4. Statif dan klem


Gambar 3.6 Rangkaian Alat Titrasi

3.3.2 Bahan
Bahan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
Asam asetat 98 % Asam sulfat pekat
Etanol absolut NaOH 0,1 N
Larutan HCl standar 0,1 N Akuades
KOH 1,578 gram Indikator pp

3.3.3 Prosedur Percobaan
3.3.3.1 Standarisasi Larutan NaOH
1. Mengambil 10 ml larutan NaOH dengan pipet volume dan memasukan ke
dalam erlenmeyer 250 ml.
2. Menambahkan larutan NaOH tersebut dengan indikator pp sebanyak 3 tetes.
3. Mentitrasi NaOH sampai larutan berubah warna dari merah muda menjadi
bening.
4. Mencatat volume titran.
5. Mengulang percobaan sebanyak dua kali dengan volume NaOH yang sama.

3.3.3.2 Pembuatan Cuplikan
1. Membuat larutan cuplikan sampel dengan perbandingan asam asetat dengan
etanol 1:3.
2. Mengambil asam asetat glasial sebanyak 15 ml lalu mengencerkan dengan
akuades sampai volume 50 ml.
3. Mengambil alkohol sebanyak 35 ml dan mengencerkan dengan akuades
sampai volume 50 ml
4. Mencampurkan asam asetat dan alkohol ke dalam labu leher tiga dan
mengaduk dengan stirrer.

3.3.3.3 Penentuan Kadar Asam Asetat Awal
1. Mengambil campuran asam asetat dari alkohol sebanyak 5 ml dan
memasukan kedalam erlenmeyer 125 ml.
2. Menambahkan larutan dengan indikator pp sebanyak 3 tetes.
3. Mentitrasi larutan dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna dari
bening menjadi merah muda dan mencatat volume titran.
4. Melakukan percobaan sebanyak dua kali.

3.3.3.4 Penentuan Larutan KOH Alkoholis (Blanko)
1. Menimbang KOH sebanyak 1,5 gram dan melarutkan dengan etanol
sebanyak 200 ml didalam gelas beker.
2. Mengambil larutan KOH alkoholis 50 ml sebanyak 2 sample dan
memasukan ke dalam labu didih.
3. Menambahkan indikator pp sebanyak 3 tetes.
4. Merangkai alat penentuan asam dan titrasi blanko (gambar 3.5).
5. Menjalankan proses selama 30 menit.
6. Mentitrasi cuplikan dengan HCl sampai warnanya berubah dari merah muda
menjadi bening.
7. Mencatat volume titran.

3.3.3.5 Penentuan Ekivalen Asam Total
1. Merangkai alat esterifikasi (gambar 3.4).
2. Menghidupkan pemanas stirrer pada skala 7, motor pengaduk pada skala 3,
serta mengalirkan air pendingin selama 30 menit.
3. Menambahkan 4 tetes asam sulfat pekat dalam sisa campuran asam pada
percobaan penentuan kadar asam asetat awal.
4. Mengambi cuplikan 5 ml sebanyak 2 sampel dan memasukan ke dalam labu
didih, sedangkan sisa cuplikanya tetap dipanaskan lagi untuk menentukan
ekivalen asam bebas.
5. Menambahkan 50 ml KOH alkoholis pada masing masing labu didih
berisi 5 ml cuplikan sampel, menambahkan indikator pp 3 tetes,
memanaskan selama 30 menit.
6. Mentitrasi cuplikan dengan HCl sampai warnanya berubah dari merah muda
menjadi bening.
7. Mencatat volume titran.

3.3.3.6 Penentuan Ekivalen Asam Bebas
1. Mengambil sisa cuplikan sebanyak 5 ml untuk 2 sampel, mamasukan ke
dalam labu didih.
2. Menambahkan cuplikan dengan 3 tetes indikator pp dan mentitrasi dengan
larutan NaOH standar sampai terjadi perubahan warna dari merah muda
menjadi bening dan mencatat volume titran.
3.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Standarisasi NaOH

Prosedur Kerja Hasil Pengamatan


No.
Mengambil NaOH 0,1 N. VNaOH = 10 ml
1.
Menambahkan 3 tetes Warna larutan menjadi
2. indikator pp. merah muda
Mentitrasi dengan HCl 0,1 N. V1 = 10 ml
3. V2 = 10 ml
Vrata rata = 10 ml
Warna larutan menjadi
bening

Tabel 3.2 Pembuatan Cuplikan
Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
No.
Mengambil asam asetat dan Vasam asetat = 15 ml
Vpengenceran = 50 ml
1. mengencerkan.
Mengambil etanol dan Vetanol = 35 ml
2. mengencerkan. Vpengenceran = 150 ml
Mencampur larutan hingga Vpengenceran = 200 ml
3. homogen.

Tabel 3.3 Penentuan Kadar Asam Asetat Awal
Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
No.
Mengambil campuran asam Vpengenceran = 5 ml
1. asetat ditambah etanol cuplikan.
Menambah 3 tetes indikator Warna larutan tetap
2. pp. bening
Mentitrasi dengan NaOH V1 = 20 ml
V2 = 20 ml
3.
Vrata rata = 20 ml
Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
No.
Warna larutan menjadi
merah muda

Tabel 3.4 Penentuan Larutan KOH Alkoholis Blanko
Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
No.
Menimbang KOH dan MKOH = 1,578 gram
Vetanol = 200 ml
1. melarutkan dengan etanol.
Mengambil KOH sebanyak 2 VKOH = 50 ml
Warna larutan menjadi
2. sampel dan menambahkan indikator merah muda
pp 3 tetes.
Merangkai alat dan
3. memanaskan.
Mentitrasi dengan HCl 0,1 N V1 = 58,9 ml
4. V2 = 35 ml
Vrata rata = 46,95 ml
Warna larutan menjadi
bening

Tabel 3.5 Penentuan Ekivalen Asam Total
Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
No.
Menambahkan H2SO4 ke H2SO4 = 4 tetes
1. dalam labu leher tiga.
Mengambil cuplikan, Vcuplikan = 5 ml
2. menambahkan KOH dan 3 tetes VKOH = 50 ml
Warna larutan menjadi
indikator pp.
merah muda
Memanaskan.
3.
Mentitrasi dengan HCl 0,1 N. V1 = 41,1 ml
4. V2 = 36,8 ml
Vrata rata = 38,95 ml
Warna larutan menjadi
bening


Tabel 3.6 Penentuan Ekivalen Asam Bebas

Prosedur Kerja Hasil Pengamatan


No.
Mengambil cuplikan. Vcuplikan = 5 ml
1.
Menambah 3 tetes indikator Warna larutan menjadi
2. pp. bening
Mentitrasi dengan NaOH V1 = 19,5 ml
3. V2 = 20 ml
Vrata rata = 19,74 ml
Warna larutan menjadi
merah muda

3.4.2 Pembahasan
Dalam standarisasi larutan NaOH, digunakan HCl 0,1 N sebagai
penitrasi. Penambahan indikator pp dikarenakan larutan yang dititrasi bersifat
basa dan pH pada titik ekivelennya tercakup pada rentang pH 8,2 10. Perubahan
warna yang terjadi dari merah muda menjadi bening disebabkan larutan menjadi
asam karena dititrasi oleh HCl yang bersifat asam. Hal ini dikarenakan indikator
pp akan berwarna merah muda pada suasana basa dan akan menjadi bening
dalam suasana basa. Pada titrasi ini terjadi reaksi penetralan karena apabila suatu
basa kuat direaksikan dengan suatu asam kuat maka akan menghasilkan garam
yang reaksinya dikatakan setimbang. HCl berperan sebagai larutan standar primer
yang telah diketahui konsentrasinya yang digunakan untuk standarisasi NaOH
agar diketahui konsentrasinya. Reaksi yang terjadi adalah :
NaOH + HCl NaCl + H2O
Dari hasil perhitungan diperoleh konsentrasi NaOH sebesar 0,1 N.
Pada proses pembuatan cuplikan dibuat perbandingan asam
asetat dan etanol 1 : 3. Hal ini dilakukan agar terjadi reaksi yang
setimbang. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi reversible. Reaksi
yang terjadi adalah :
CH3COOH + CH2CH2OH CH3COOCH2CH3 +
H2O
Konsentrasi salah satu pereaksi diperbesar agar semakin banyak
etil asetat yang terbentuk dan semakin banyak etil asetat yang
bereaksi kembali menjadi asam asetat dan berlangsung hingga
keadaan setimbang. Konsentrasi etanol yang diperbesar agar
banyak etil asetat yang terbentuk daripada penggunaan asam asetat
berlebih disebabkan oleh titik didih kedua senyawa tersebut
berbeda. Titik didih etanol adalah 78,4oC, lebih rendah daripada
titik didih asam asetat yaitu 118,1oC. Etanol akan memutus ikatan
C OH, melepaskan OH menjadi H2O dan mengikat anion
CH3COO- sehingga dapat menghasilkan etil asetat. Tujuan dari
pengadukan cuplikan adalah agar larutan menjadi homogen dan
tujuan dari pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi karena
semakin tinggi suhu maka semakin cepat pula reaksinya.
Untuk menentukan kadar asam asetat awal, digunakan 5 ml
larutan cuplikan yang dititrasi dengan NaOH. Sebelum dititrasi,
cuplikan terlebih dahulu ditambahkan indikator pp. Warna larutan
tetap bening setelah penambahan indikator pp karena larutan
bersifat asam. Setelah dititrasi, larutan berubah warna menjadi
merah muda karena larutan menjadi basa. Reaksi yang terjadi
antara asam asetat dengan NaOH adalah :
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Dari hasil perhitungan didapatkan konsentrasi asam asetat awal
sebesar 0,4 N.
Dalam penentuan larutan KOH alkoholis, digunakan HCl
sebagai titran yang digunakan untuk mentitrasi KOH alkoholis.
KOH alkoholis merupakan KOH yang dilarutkan dalam etanol.
Reaksi yang terjadi adalah :
KOH + C2H5OH C2H5OK + H2O
Larutan KOH akan berubah menjadi merah muda saat ditetesi
indikator pp, ini menandakan bahwa larutan bersifat basa. KOH
(kalium hidroksida) adalah kristal putih yang sukar larut sehingga
perlu pengadukan agar cepat tercampur homogen. Saat dititrasi
dengan HCl, reaksi yang terjadi adalah :
C2H5OK + HCl C2H5OH + KCl
Kondensor digunakan dalam proses pemanasan kali ini. Kondensor
berfungsi mengubah uap air dari hasil pemanasan larutan menjadi
cair kembali. Kondensor akan mengkondensasi uap dari KOH
alkoholis agar kembali menjadi zat cair KOH alkoholis, sehingga
volumenya tidak berkurang. Volume rata rata dari titrasi ini
adalah 46,95 ml.
Dalam penentuan ekivalen asam total, dilakukan
penambahan H2SO4 sebagai katalis untuk mempercepat reaksi
karena reaksi antara asam sulfat dengan air (proses esterifikasi
menghasilkan etil asetat dengan air) adalah reaksi eksotern yang
kuat. Katalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung
dengan energi aktivasi yang lebih rendah sebagai nilai konstanta
reaksi (K) akan semakin besar, sehingga kecepatan reaksinya
semakin besar. Selain itu, asam sulfat mampu mengikat air
(higroskopis), maka untuk reaksi esterifikasi setimbang yang
menghasilkan air, asam sulfat dapat menggeser arah reaksi ke
kanan (produk), sehingga produk yang dihasilkan menjadi lebih
banyak. Sebelum dititrasi dengan HCl, cuplikan terlebih dahulu
ditambahkan KOH agar menjadi suasana basa. Selain katalisator
dan suhu pemansan, faktor yang mempengaruhi berjalannya reaksi
esterifikasi adalah waktu reaksi. Waktu reaksi yang lama akan
meningkatkan hasil reaksi, namun jika teralu lama hasil yang
diperoleh dari reaksi akan menurun dan warna akan semakin gelap.
Reaksi yang terjadi adalah :
CH3COOH + CH2CH2OH CH3COOCH2CH3 +
H2O
CH3COOH + CH3CH2Na CH3COOCH2CH3 +
KOH
KOH + HCl KCl + H2O
Dari hasil perhitungan, didapatkan konsentrasi asam asetat total
0,478 N. Dalam percobaan ini asam sulfat tidak mengalami
perubahan karena hanya digunakan sebagai katalis.
Dalam penentuan ekivalen asam bebas, asam bebas dapat
digunakan sebagai katalis dan asam dapat menerima elektron bebas
dari basa. Tujuan dilakuakan percobaan ini adalah untuk
memperolah konsentrasi asam bebas yang akan digunakan dalam
perhitungan konversi reaksi ester yang terbentuk dari percobaan
sebelumnya yang terus dipanaskan. Dalam kurun waktu tersebut
akan banyak etil asetat yang terbentuk dan akan semakini banyak
pula yang berubah menjadi asam karboksilat dan alkohol. Asam
asetat dititrasi dengan NaOH setelah penambahan indikator pp.
Warna larutan yang awalnya bening setelah dititrasi berubah
menjadi merah muda karena larutan menjadi suasana basa. Reaksi
yang terjadi adalah :
CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa +
C2H5OH
Hasil perhitungan didapatkan konsentrasi asam bebas sebesar
0,395 N, dan konversi reaksi sebesar 20,75%. Reaktan yang
dipakai tidak seluruhnya menjadi produk karena reaksi esterifikasi
ini bersifat reversible. Sehingga penguraian kembali ester menjadi
reaktan dapat terjadi. Hasil konversi reaksi yang kecil disebabkan
karena esterifikasi asam asetat dengan etanol tidak seluruhnya
menghasilkan ester tetapi juga menghasilkan air. Untuk mendorong
reaksi ke arah pembentukan ester, digunakan asam karboksilat atau
alkohol berlebih dan menghasilkan air. Untuk hidrolisis dalam
suasana asam, digunakan air yang berlebih untuk mendorong
kesetimbangan ke arah karboksilat alkohol.


















3.5 PENUTUP

3.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah konversi reaksi
yang diperoleh pada esterifikasi asam asetat dengan etanol sebesar 0,395 N. Hasil
konversi reaksi yang kecil disebabkan karena esterifikasi asam asetat dengan
etanol tidak seluruhnya menghasilkan ester tetapi juga menghasilkan air. Air yang
dihasilkan pada esterifikasi sedikit.

3.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini, praktikan
sebaiknya lebih teliti dalam menjalankan percobaan, karena jik terjadi kesalahan
atau kekeliruan dalam percobaan, maka hasil yang didapat tidak akurat.


















DAFTAR PUSTAKA


Anonim1, 2012. Etanol.
http://rizkaauliarahma.wordpress.com
Diakses pada : 02 04 2013

Anonim2, 2012. Asam Asetat.


http://yayanoworld.com
Diakses pada : 02 04 2013

Anonim3, 2012. Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Reaksi.


http://bebas.vlsm.org
Diakses pada : 02 04 2013

Fessenden, Ralph J. 1997. Dasar Dasar Kimia Organik. Binarupa


Akasara : Jakarta.

Pine, Stenley. H. 1988. Kimia Organik. ITB : Bandung.

Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Erlangga : Jakarta.

Willbraham, Antony. C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. ITB :


Bandung.

LAMPIRAN

A
. Standarisasi Larutan NaOH
Diketahui : V NaOH = 10 ml
N HCl = 0,1 N
Vrata-rata HCl = 10 ml
Ditanya : N NaOH
Jawab
N NaOH . V NaOH = N HCl . V HCl

N HCl .V HCl
N NaOH
V NaOH
0,1 N .10ml

10 ml
0,1 N

B
. Penentuan Konsentrasi Asam Asetat Awal
Diketahui : Vrata-rata NaOH = 20 ml
N NaOH = 0,1 N
V CH3COOH = 5 ml
Ditanya : Konsentrasi Asam Asetat Awal (A0)
Jawab
N CH3COOH . V CH3COOH = N NaOH . V
NaOH
N NaOH .V NaOH
N CH 3 COOH
V CH 3 COOH
0,1 N . 20 ml

5 ml
0,4 N

C
. Penentuan Konsentrasi Asam Total
Diketahui : V HCl blanko = 50 ml
V cuplikan asam total = 9,9 ml
N HCl = 0,1 N
V cuplikan = 5 ml
Ditanya : Konsentrasi Asam Total
Jawab

Vblanko VcuplikanHCl ) NHCl


At
V cuplikan
(58,9ml 35ml )0,1N

5 ml
0,478 N

D
. Penentuan Konsentrasi Asam Bebas

Diketahui : V NaOH = 19,75 ml


N NaOH = 0,1 N
V cuplikan = 5 ml
Ditanya : Konsentrasi Asam Bebas (Aa)
Jawab

V NaOH . N NaOH
Aa
Volume cuplikan
19,75 ml . 0,1 N

5 ml
Aa 0,395 N

E
. Konversi Reaksi (x)

Diketahui : At = 0,4 N
Ao = 0,478 N
Aa = 0,395 N
Ditanya : Konsentrasi Asam Bebas (Aa)
Jawab :

At Aa
x 100%
Ao
0,478 0,395
x 100%
0,4
x 20,75 %

Anda mungkin juga menyukai